Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi merupakan salah satu alat penunjang potensial untuk menghasilkan
engineer yang ahli dan profesional. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan kurikulum yang
baik, agar terbentuk hubungan yang sinergi antara lembaga pendidikan dan dunia industri
yang terkait. Tugas Elemen Mesin merupakan salah satu latihan yang baik bagi mahasiswa
agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya ke dalam bentuk suatu analisis dari
suatu peralatan. Selain untuk menambah wawasan mahasiswa, tugas ini dapat menjadi
tantangan tersendiri bagi mahasiswa dalam menguji keseriusannya dalam menempuh
pendidikannya di perguruan tinggi ini.

Proses perancangan telah ada sejak manusia diciptakan, karena sifat manusia yang
ingin mudah dalam menjalani hidupnya dan pada dasarnya proses perancangan memang
ditujukan untuk memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Proses perancangan
sangat banyak kelompoknya, bisa dikatakan tidak terbatas, sesuai dengan kebutuhan manusia
yang tidak pernah puas dengan apa yang ada. Sebagai mahasiswa teknik mesin sudah pasti
harus bisa merancang sesuatu yang bisa memudahkan untuk memenuhi kebutuhan yang tentu
berkaitan dengan bidangnya Tapi untuk merencanakan sesuatu yang dapat memudahkan
untuk memenuhi kebutuhan bukan hal yang mudah, apalagi di zaman sekarang ini yang bisa
dikatakan segalanya telah ada tetapi manusia tidak pernah puas dan ingin lebih mudah lagi.
Untuk sampai pada hasil rancangan harus melalui proses yang rumit dan panjang
Di zaman sekarang ini yang segalanya sudah tersedia, proses perancangan dapat
dipermudah. Dengan berbagai organisasi yang mengeluarkan standar-standar tertentu untuk
bermacam-macam elemen mesin, para perancang tidak perlu membuat keseluruhan elemen
mesin yang akan digunakan dalam rancangannya. Tetapi yang sulit bagi para perancang
adalah proses pemilihan elemen mesin yang tepat, yang dapat memenuhi persyaratan si
perancang itu sendiri.

Elemen mesin adalah bagian dari komponen tunggal yang dipergunakan pada konstruksi
mesin, dan setiap bagian mempunyai fungsi pemakaian

a. Elemen BAB II
Elemen Mesin III Page 1
TEORI DASAR
2.1. POROS

2.1.1. Definisi

Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel,
engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban
tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan
satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983)

2.1.2. Macam – macam Poros

1. Berdasarkan Jenis Pembebanannya, Sebagai Berikut :

a. Gandar
Gandar merupakan poros yang tidak mendapatkan beban puntir, fungsinya hanya sebagai
penahan beban, biasanya tidak berputar. Contohnya seperti yang dipasang pada roda-roda
kereta barang, atau pada as truk bagian depan.

Gambar Poros Gandar

b. Spindle

Elemen Mesin III Page 2


Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, di mana beban
utamanya berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah
deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

Gambar Poros Spindle

c. Poros Transmisi
Poros transmisi berfungsi untuk memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke
elemen mesin yang lain. Poros transmisi mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur
yang akan meneruskan daya ke poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau sproket
rantau, dan lain-lain.

Elemen Mesin III Page 3


2. Berdasarkan Bentuknya, Sebagai Berikut :

a. Poros Lurus

b. Poros Engkol

Poros engkol merupakan bagian dari mesin yang dipakai untuk merubah gerakan naik turun
dari torak menjadi gerakan berputar. Poros engkol yang kecil sampai yang sedang biasanya
dibuat dari satu bahan yang ditempa kemudian dibubut, sedangkan yang besar-besar dibuat
dari beberapa bagian yang disambung-sambung dengan cara pengingsutan.

Gambar Poros Engkol

2.1.3. Fungsi Poros

Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran mesin. Setiap
elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk mesin, piringan kabel, tromol
kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang tetap atau
dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.

2.1.4. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Kekuatan poros

Elemen Mesin III Page 4


Pada poros transmisi misalnya dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur. Juga ada poros yangmendapatkan beban tarik atau tekan, seperti
poros baling-baling kapal atau turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil
(poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan. Jadi, sebuah
poros harus direncanakan cukup kuat untuk menahan beban-beban yang terjadi.

b. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan dan defleksi
puntirannya terlalu besar, maka hal ini akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin
perkakas) atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi).

c. Putaran kritis
Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada suatu harga putaran tertentu sehingga
dapat terjadi getaran yang terlalu besar. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros
dan bagian-bagian yang lainnya. Untuk itu, maka poros harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.

d. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa bila terjadi kontak
dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang terancam kavitas dan
poros mesin yang sering berhenti lama.

e. Bahan poros
Bahan untuk poros mesin umum biasanya terbuat dari baja karbon konstruksi mesin,
sedangkan untuk pembuatan poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban
berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap
keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom, dan baja khrom
molybdenum.

Elemen Mesin III Page 5


2.2 SPIE (PASAK)

2.2.1. Definisi Spie (Pasak)


Menurut ASME, definisi pasak adalah “demountable elemen mesin yang ketika dipasang
pada alurnya, mempunyai kegunaan untuk mentransmisikan torsi antara poros dan hub.”
Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci
yang disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya
tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi.
Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur
yang terdapat antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang
sejajar sumbu poros.

2.2.2. Keuntungan Penggunaan Spie (Pasak)


Keuntungan penggunaan pasak adalah mudah untuk dipasang dan ukurannya
telah distandarkan berdasar diameter poros. Pasak juga terpasang pada lokasinya secara
akurat (’phasing’), mudah dilepas dan diperbaiki. Kekurangan penggunaan pasak adalah
tidak bisa menahan pergerakan aksial dan memungkinkan terjadinya ’backlash’, karena
adanya clearance antara pasak dengan poros.

2.2.3. Standar Pengelompokan Spie (Pasak) Berdasarkan Bentuk dan Dimensinya

a. Pasak Paralel
Berpenampang segi empat dengan tinggi dan lebar konstan pada arah memanjang.
gambar 7.5 (a)

b.Pasak Miring

mempunyai lebar konstan dengan tinggi bervariasi secara linier pada arah memanjang
dengan kemiringan 1/8 inch per foot dan dipasang pada alur miring sampai terkunci. Ada 2
macam pasak miring, yaitu pasak miring tanpa kepala dan dengan kepala gib.
gambar 7.5(b)

Elemen Mesin III Page 6


c. Pasak Woodruff
berbentuk setengah lingkaran dengan lebar konstan, dipasang pada alur pasak yang juga
berbentuk setengah lingkaran.
gambar 7.5(c)

Gambar 7.5 Macam-macam Pasak


2.2.4. Macam-macam Spie (Pasak)
a. Pasak Benam
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan setengah pada bagian hub.
Pasak Benam Terdiri Atas Beberapa Jenis :
- Pasak Benam Persegi Panjang
- Pasak Benam Sama Sisi / Persegi
- Pasak Benam Sejajar
- Pasak Benam Kepala
- Pasak Benam Ikat
- Pasak Benam Segmen

b. Pasak Pelana
Pasak Pelana Terdiri Atas Beberapa Jenis :
- Pasak Pelana Datar
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan datar pada lengkung poros, jadi
mudah slip pada poros jika mengalami kelebihan beban torsi. Sehingga hanya mampu
digunakan untuk poros-poros beban ringan sebagai penyortir beban.
- Pasak Pelana Lengkung

Elemen Mesin III Page 7


Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub dan bagian sudut bawahnya
dipasang pas pada bagian lengkung poros.

c. Pasak Bulat
Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang ngepas dalam lubang antara poros dan
hub. Kelebihannya adalah pembuatan alur dapat dilakukan dengan mudah setelah hub
terpasang pada poros dengan cara dibor.
Umumnya digunakan untuk poros yang meneruskan tenaga putar kecil.
Ada dua posisi pemasangannya atau kedudukannya pada poros dan hub, yakni :
a. dipasang membujur (sejajar sumbu poros)
b. dipasang melintang (tegak lurus sumbu poros)

d. Spline (Pasak Bintang)


Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan tipe-tipe lainnya.
Karena konstruksi pasaknya dibuat lansung pada bahan poros dan hub yang saling terkait.
Umumnya digunakan untuk poros-poros yang harus mentrasmisikan tenaga putar besar,
seperti pada mesin-mesin tenaga dan sistim transmisi kendaraan. Bahan pasak dan poros
yang digunakan biasanya sama. Pasaknya yang berjumlah banyak yakni : 4, 6, 8, 10 sampai
16 buah . Karena hampir menyerupai sehingga sering disebut sebagai pasak bintang (Spline).
Spline pada poros biasanya relatif lebih panjang, terutama bagi hub yang dapat digeser-geser
secara aksial. Spline adalah poros dengan pasak terintegrasi, yaitu kontur bergerigi pada
bagian luar poros dan bagian dalam hub. Spline digunakan pada poros dengan beban torsi
yang tidak mampu lagi ditahan oleh pasak. Penampang spline jaman dahulu berbentuk kotak,
saat ini digunakan spline berpenampang involut. Cara yang digunakan untuk membuat profil
involut pada spline adalah sama dengan cara yang digunakan pada pembuatan profil roda
gigi. Kelebihan digunakannya profil involut adalah lebih kuat dan konsentrasi tegangan yang
akan terjadi akan lebih kecil dibanding dengan profil kotak. Keuntungan pemakaian spline
adalah kekuatan maksimal pada root gigi, keakuratan bentuk gigi karena digunakannya alat
potong standar, dan finishing pada permukaan baik karena digunakannya proses pemotongan
dengan roda gigi standar, sehingga tidak perlu dilakukan penggerindaan. Keuntungan utama
penggunaan spline dibanding pasak adalah kemampuannya dengan clearance yang cukup

Elemen Mesin III Page 8


untuk mengakomodasi pergerakan aksial yang besar antara poros dan hub dengan tetap
mentransmisikan torsi.

Gambar Macam-macam Pasak

2.3. RODA GIGI

2.3.1 Definisi Roda Gigi


Roda gigi adalah roda penerus daya dengan mentransmisikan putaran dari gigi
penggerak ke gigi yang digerakkan. Pemakaian roda gigi banyak sekali dijumpai pada
bagian-bagian mesin yang berputar dengan system transmisi daya. Rodagigi digunakan untuk
mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya,
sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Rodagigi
sering digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih
kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya.

Roda gigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya,
yaitu :
- Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
- Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
- Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
- Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
- Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan
pengukuran yang kecil dan daya yang besar.

Elemen Mesin III Page 9


Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di
samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi.
Ada pula rodagigi dengan putaran yang terputus-putus. Dalam teori, rodagigi pada umumnya
dianggap sebagai benda kaku yang hamper tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka
waktu lama.

2.3.2. Klasifikasi Roda Gigi


Roda Gigi diklasifikasikan Sebagai Berikut :
a. Menurut letak poros.
Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut :
Letak Poros Roda Gigi Keterangan
Rodagigi lurus Klasifikasi atas dasar
Rodagigi miring bentuk alur gigi
Rodagigi miring ganda
Roda Gigi Dengan Poros
Rodagigi luar Arah putaran berlawanan
Sejajar
Rodagigi dalam dan pinion Arah putaran sama
Batang gigi dan pinion Gerakan lurus dan
Berputar
Rodagigi kerucut lurus Klasifikasi atas dasar
Rodagigi kerucut spiral bentuk jalur gigi
Rodagigi kerucut zerol
Rodagigi Rodagigi kerucut miring
dengan poros Rodagigi kerucut miring
berpotongan ganda
Rodagigi permukaan dengan Rodagigi dengan poros
poros berpotongan berbentuk
Berpotongan istimewa
Rodagigi Rodagigi miring silang Kontak gigi
dengan poros Batang gigi miring silang Gerak lurus dan berputar

Elemen Mesin III Page 10


silang Rodagigi cacing silindris
Rodagigi cacing selubung
ganda
Rodagigi cacing samping
Rodagigi hiperboloid
Rodagigi hipoid
Rodagigi permukaan silang

b. Menurut arah putaran.


Menurut arah putarannya, roda gigi dapat dibedakan atas :
- Roda gigi luar ; arah putarannya berlawanan.
- Roda gigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama.

c. Menurut bentuk jalur gigi


Berdasarkan bentuk jalur giginya, roda gigi dapat dibedakan atas :
1. Roda Gigi Lurus
Rodagigi lurus digunakan untuk poros yang sejajar atau paralel. Dibandingkan
dengan jenis rodagigi yang lain rodagigi lurus ini paling mudah dalam proses
pengerjaannya (machining) sehingga harganya lebih murah. Rodagigi lurus ini cocok
digunakan pada sistim transmisi yang gaya kelilingnya besar, karena tidak
menimbulkan gaya aksial.

Gambar Roda Gigi Lurus

Elemen Mesin III Page 11


Ciri-ciri roda gigi lurus adalah :
1. Daya yang ditransmisikan < 25.000 Hp
2. Putaran yang ditransmisikan < 100.000 rpm
3. Kecepatan keliling < 200 m/s
4. Rasio kecepatan yang digunakan
- Untuk 1 tingkat ( i ) < 8
- Untuk 2 tingkat ( i ) < 45
- Untuk 3 tingkat ( i ) < 200
( i ) = Perbandingan kecepatan antara penggerak dengan yang digerakkan
5.Efisiensi keseluruhan untuk masing-masing tingkat 96% - 99% tergantung disain dan
ukuran. Jenis-jenis.

Jenis-jenis rodagigi lurus antara lain :


1. Roda gigi lurus (external gearing)
Rodagigi lurus (external gearing) ditunjukkan seperti gambar 2.2. Pasangan
rodagigi lurus ini digunakan untuk menaikkan atau menurunkan putaran dalam
arah yang berlawanan.
2. Roda gigi dalam (internal gearing)

Gambar Roda Gigi Dalam

Rodagigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi yang berukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar.

Elemen Mesin III Page 12


3. Roda gigi Rack dan Pinion

Gambar Roda Gigi dan Pinion

Rodagigi Rack dan Pinion (gambar 2.3) berupa pasangan antara batang gigi dan
pinion rodagigi jenis ini digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus
atau sebaliknya.

4. Roda gigi permukaan


Rodagigi lurus permukaan (gambar 2.4) memiliki dua sumbu saling berpotongan
dengan sudut sebesar 90°.
5. Roda Gigi Miring

Gambar Roda Gigi Miring

Elemen Mesin III Page 13


Roda gigi miring kriterianya hampir sama dengan roda gigi lurus, tetapi dalam
pengoperasiannya roda gigi miring lebih lembut dan tingkat kebisingannya rendah
dengan peerkontakan antara gigi lebih dari satu.

Ciri-ciri Roda Gigi Miring adalah :

1. Arah gigi membentuk sudut terhadap sumbu poros.


2. Distribusi beban sepanjang garis kontak tidak uniform.
3. Kemampuan pembebanan lebih besar daripada roda gigi lurus.
4. Gaya aksial lebih besar sehingga memerlukan bantalan aksial roda gigi yang
kokoh.

Jenis-jenis Roda Gigi Miring adalah :

a. Roda Gigi Miring Biasa


b. Roda Gigi Miring Silang
c. Roda Gigi Miring Ganda
d. Roda Gigi Miring Bersambung

6. Roda Gigi Kerucut

Gambar Roda Gigi Kerucut

Roda gigi kerucut digunakan untuk mentransmisikan dua buah poros yang saling
berpotongan.

Elemen Mesin III Page 14


Jenis-jenis Roda Gigi Kerucut :
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
b. Roda Gigi Kerucut Miring
c. Roda Gigi Kerucut Spiral
d. Roda Gigi Kerucut Hypoid

7. Roda Gigi Cacing

Gambar Roda Gigi Cacing

Ciri-ciri Roda Gigi Cacing adalah :

1. Kedua sumbu saling bersilang dengan jarak sebesar a, biasanya sudut yang dibentuk
keua sumbu sebesar 90 derajat.
2. Kerjanya halus dan hamper tanpa bunyi
3. Umumnya arah transmisi tidak dapat dibalik untuk menaikkan putaran dari roda
cacing ke cacing (mengunci sendiri).
4. Perbandingan reduksi bisa sampai 1 : 50
5. Kapasitas beban yang besar di mungkinkan karena kontak beberapa gigi (2 sampai
4)
6. Roda gigi cacing efisiensinya sangat rendah, terutama jika sudut kisarnya kecil.

Elemen Mesin III Page 15


2.4. BANTALAN

2.4.1. Definisi Bantalan

Menurut Elemen mesin, Sularso,1987,hal 103, Bantalan adalah elemen mesin yang
menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung
secara halus, aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara semestinya.
Jadi bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.

2.4.2. Klasifikasi Bantalan

Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Gerakan Bantalan Terhadap Poros


a. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan
poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Bantalan
luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban yang besar. Dengan
konstruksi yang sederhana maka bantalan ini mudah untuk dibongkar pasang. Akibat
adanya gesekan pada bantalan dengan poros maka akan memerlukan momen awal yang
besar untuk memutar poros. Pada bantalan luncur terdapat pelumas yang berfungsi
sebagai peredam tumbukan dan getaran sehingga akan meminimalisasi suara yang
ditimbulkannya.

Gambar Bantalan Luncur

Elemen Mesin III Page 16


Secara umum bantalan luncur dapat dibagi atas :
- Bantalan radial, yang dapat berbentuk silinder, belahan, elips dan lain-lain.
- Bantalan aksial, yang berbentuk engsel, kerah dan lain-lain.

b. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan
yang diam melalui elemen gelinding seperti bola ( peluru ), rol atau rol jarum atau rol
bulat. Bantalan gelinding lebih cocok untuk beban kecil. Putaran pada bantalan
gelinding dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding tersebut.
Apabila ditinjau dari segi biaya, bantalan gelinding lebih mahal dari bantalan luncur.

Gambar Bantalan Gelinding

2. Berdasarkan arah beban terhadap poros


a. Bantalan radial tegak lurus
Arah beban yang ditumpu tegak lurus terhadap sumbu poros.
b. Bantalan radial sejajar
Arah beban bantalan sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus terhadap sumbu poros.

Elemen Mesin III Page 17


BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
 Data – data Yang Diketahui
- Daya (N) = 30 HP
- Putaran (n) = 3600 rpm
- Bahan Poros St 40 () = 4000 kg/𝑐𝑚2
- Faktor Keamanan (s) = (5 - 8) dipilih 8
- Faktor Dinamis () = (1,2 – 1,5) dipilih 1,5
- Efisiensi mekanis (𝜇𝑚 = (0,9 – 0,99) dipilih 0,99

A. Perencanaan Poros
1. Perhitungan momen
a. Poros I roda gigi 2
 Momen punter (𝑀𝑝 )
𝑁
𝑀𝑝1 = 71620 𝑛1
1

30
= 71620 3600

= 596,83 kg.cm

 Untuk roda gigi (2)


𝑁1 = m . N
= 0,99 . 30
= 29,7 HP

2. Perhitungan Diameter Poros


 Tegangan Yang Diizinkan (  bol II )
𝜎 lim 𝑖𝑡
(  ) bol II = 𝑠
4000
= 8

= 500 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

Elemen Mesin III Page 18


𝜎𝑏𝑜𝑙𝐼
(  ) bol I = 1,73
500
= 1,73

= 285,71 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

 Diameter poros I
3 5.𝛽.𝑀𝑝1
𝑑𝑝1 =√ 𝜎𝑏0𝑙𝐼

3 5.1,5.596,83
=√ 285,71

= 2,502 cm
= 25,02 mm

 Karena menggunakan spie maka :


𝑑𝑝1 = 25,02 + 0,5
= 25,52 mm

b. Poros II untuk roda gigi 3,4,5 dan 6


 Kecepatan putar (𝑛2 )
𝑛1
𝑛2 = dimana : i = perbandingan putaran
𝑖
3600
= 2

= 1800 𝑟𝑝𝑚

 Untuk roda gigi (3)


𝑁2 = 𝜇𝑚 . 𝑁
= 0,99 . 30
= 29,7 HP

 Momen puntir (𝑀𝑝2 )

Elemen Mesin III Page 19


𝑁
𝑀𝑃2 = 71620 𝑛2
2

29,7
= 71620 1800

= 1181,73 kg.cm

 Diameter poros II
3 5.𝛽.𝑀𝑝2
𝑑𝑝2 =√ 𝜎𝑏𝑜𝑙𝐼

3 5.1.5.1181,73
=√ 285,71

= 3,14 cm
= 31,4 mm

 Karena menggunakan Spie maka :


𝑑𝑝2 = 31,4 + 0,5
= 31,9 mm

c. Poros III Untuk Roda Gigi (7)


 Untuk roda gigi (7)
𝑁3 = m . N
= 0,99 . 30
= 29,7 HP

 Kecepatan putaran (𝑛3 )


𝑛1
𝑛3 =
𝑖
3600
= 3

= 1200 rpm

 Momen punter (𝑀𝑝3 )

Elemen Mesin III Page 20


𝑁
𝑀𝑝3 = 71620 𝑛2
2

29,7
= 71620 1800

= 1181, 73 kg.cm

 Diameter poros III


3 5.𝛽.𝑀𝑝3
𝑑𝑝3 =√ 𝜎𝑏𝑜𝑙𝐼

3 5.1.5.1181,73
=√ 285,71

= 3,14 cm
= 31,4 mm

 Karena menggunakan spie maka :


𝑑𝑝3 = 31,4 + 0,5
= 31,9 mm

B. Perencanaan Spie
Untuk perencanaa spie diketahui table 1.8 dari buku Sularso hal 108 …
- Lebar spie (b) = 5 mm = 0,5 cm
- Panjang spie (I) = 25 mm = 0,25 cm
- Tinggi spie (h) = 4 mm = 0,4 cm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam poros (𝑡1 ) = 2 mm
- Tinggi bagian spie yang berada dalam lajur roda gigi (𝑡2 ) = 2 mm
- Bahan yang digunakan pada spie St = 37 + 39, dipilih St 37
- Dimana spie yang digunakan adalah spie persegi

1. Spie pada poros I

Elemen Mesin III Page 21


a. Kecepatan Keliling (𝑣 1 )
𝜋 .𝑛1 .𝑑𝑝1
𝑣1 = 60
3,14 . 3600 . 25,52
= 60

= 4807,97 m/s

b. Gaya yang menekan spie (F)


2 . 𝑀𝑝1
F = 𝑑𝑝1
2 . 596,83
= 25,52

= 46,77 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

c. Tegangan geser yang diizinkan (g)


𝐹
g = 𝐼 .𝑡
46,77
= 2,5 . 0,5

= 9,354 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

d. Tegangan tarik yang terjadi pada poros I (𝜎𝑡 𝐼 )


𝐹 𝜋
𝜎𝑡 𝐼 = 𝐴 dimana F = 4 . (𝑑)2 . L . 𝛾

 = karakteristik baja ( 7,8 . 10−3 . 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 )


𝜋
A = 4 . (𝑑)2 . L
𝜋
Jadi, F = 4 . (𝑑)2 . L . 𝛾
3,14
= . (25,6)2 . 7,8 . 102 . 20
4

= 802,55 kg

2. Spie pada poros II

Elemen Mesin III Page 22


a. Kecepatan Keliling (𝑉2 )
𝜋 .𝑛2 . 𝑑𝑝2
𝑉2 = 60

3,14 . 1800 .31,9


= 60

= 3004,98 m/s

b. Gaya yang bekerja pada spie (F)


2 . 𝑀𝑝2
F = 𝑑𝑝2
2 . 1181,73
= 31,9

= 74,08 kg

c. Tegangan geser yang diizinkan (𝜏g)


𝐹
𝜏g) = 𝑙 .𝑏
74,08
= 0,25 .0,5

= 148,16 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

3. Spie pada poros III


a. Kecepatan keliling (𝑣2 )
𝜋 . 𝑛3 . 𝑑𝑝3
𝑣2 = 60
3,14 . 1200 . 31,9
= 60

= 2003,32 m/s

b. Gaya yang bekerja pada spie (F)


2. 𝑀𝑝3
F = 𝑑𝑝3
2. 1181,73
= 31,9

= 74,09 kg

Elemen Mesin III Page 23


c. Tegangan geser yang diizinkan (g)
𝐹
g) = 𝑙 .𝑏
74,09
= 2,5 .0,5

= 14,818 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2

III. 3 Perencanaan Roda Gigi


1. Roda Gigi Lurus
 Koefisien konstruksi (kc) =4
 Koefisien dinamis (kd) = 1,3
 Faktor keausan (kw) = 1,3
 Faktor cara pemasangan = 7,8
 Faktor gigi penggerak = 0,32
 Hubungan antara lebar gigi dan modul (m) = 12
 Tegangan tarik () = 6000 Kg.Cm
𝑍 20
 Perbandingan roda gigi (i) = 𝑍1 = 40 = 0,5
2

 Cos  = 10 ÷ 20 = Cos 20

1. Roda gigi (2) untuk poros I


 Modul (m)
3 𝑀𝑝1 . 𝐾𝑑 . 𝐾𝑐 .𝐾𝑤
m = 1,28 √ 𝑍2 . 𝑖 . 𝜆 . 𝑦𝑝 . 𝜎

3 596,83 . 1,3 . 4 . 1,3


= 1,28 √20 . 0,5 . 7,8 . 0,32 . 6000

= 146,86 cm
=1468,6 mm

2. Dimensi roda gigi


a. Lebar gigi (t)

Elemen Mesin III Page 24


t =.m
= 3,14 . 1468,6
= 4611,404 mm

b. Addendum (ℎ′𝐼 )
h’ = 0,55 . t
= 0,55 . 4611,404
= 2536,27 mm

c. Dedendum (ℎ′′𝐼 )
h’’ = h’ . m
= 2536,27 . 1468,6
= 3724766,122 mm

d. Diameter tusuk (dt)


dt =z.m
= 20 . 1468,6
= 29372

e. Diameter luar (dl)


dl =m(z+2)
= 1468,6 ( 20 + 2 )
= 32309,2 mm

f. Diameter dalam (dd)


dd = m ( z – 2,5 )
= 1468,6 ( 20 – 2,5 )
= 25700,5 mm

g. Lebar permukaan gigi (b)


b = 𝜆 .𝑚

Elemen Mesin III Page 25


= 7,8 . 1468,6
= 11455,08 mm

h. Jari-jari bulatan (r)


r = 0,2 . m
= 0,2 1468,6
= 293,72 mm

Tabel 1. Roda gigi lurus pada gigi 2, sebagai berikut :

(Z) m h' h'' dt dl dd b t r


Poros Gigi (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
I 2 1468,6 2536,27 3,724,766,122 29372 32309,2 25700,5 11455,08 4,611,404 293,72

3. Gaya yang bekerja pada roda gigi (2)


a. Gaya Keliling pada roda gigi (2)
2 .𝑀𝑝1
𝑃𝑠 = 𝑑𝑡
2 .596,83
= 29372

= 0,04 kg

b. Gaya normal (𝑃𝑛 )


2.𝑀𝑝
𝑃𝑛 = 𝑑𝑡 cos 120
2 .596,83
= 29372 .0,939

= 0,03 kg

c. Gaya radial (𝑃𝑟 )


𝑃𝑟 = 𝑃𝑠 . tan 20
= 0,04 . 0,363
= 0,014 kg

Elemen Mesin III Page 26


Tabel 2. Gaya poros I roda gigi 2, sebagai berikut :

(Z) Ps Pn
Poros Gigi (Kg) (kg) Pr (kg)
I 2 0,04 0,03 0,014

III. 4. Perencanaan Bantalan


 Perhitungan bantalan I pada poros I.
Ukuran bantalan sesuai dengan ukuran poros berdasarkan Tabel Bantalan Bola pada
Buku Elemen Mesin oleh Sularso dan Kiyokatsu Suga.
Jenis Bantalan yang digunakan yaitu bantalan gelinding atau bantalan bola jenis
terbuka :
 Gaya aksial (W) = 1200 kg
 Putaran poros (N) = 3550 rpm
 Diameter luar (D) = 52 mm = 5,20 cm
 Diameter dalam (d) = 25,5 mm = 2,55 cm
 Lebar bantalan (b) = 12,4 mm = 1,24 cm
 Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 730 kg

a. Faktor kecepatan bantalan bola (fn)


33,3
fn =( ) 1/3
𝑛
33,3
= (3550) 1/3

= 0,210 rpm

b. Faktor umur bantalan (fh)


𝐶 𝑊
fh = fn . (𝑃)  Dimana : P = (𝑙 .𝑑)

I = 1,2 . d
= 1,2 . 2,55
= 3,06
1200
P = (3,06 . )
2,55

Elemen Mesin III Page 27


= 153,78 kg
1100
= 0,211 . (153,78)

= 1,51

c. Umur nominal (Lh)


Lh = 500 . (𝑓ℎ)3
= 500 . (1,51)3
= 1721,47
Jadi : 1 tahun = 365 hari x 24 jam
= 8760 jam/hari
Beroperasi selama 12 jam maka :

 Maka umur bantalan yaitu :


1721,47
= 12

= 2,4 tahun

Tabel 5. Bantalan pada poros roda gigi sebagai berikut :

dl Co fn
Bantalan n (rpm) w (kg) (mm) dd (mm) C (kg) (kg) (rpm) fh Lh (h) Ub (th)
I 3550 1200 52 25,5 1100 730 0,210 1,51 1721,47 2,4
2 1500 1500 66 31,8 1702,8 1186,8 0,28 3,86 28756,23 5,2
3 1000 2000 63,5 36,3 1265,5 979,7 0,32 3,2 16413,56 3,8

III. 5. Jumlah minyak pelumas yang dibutuhkan


 Junlah minyak pelumas yang dibutuhkan pada bantalan I
 Berat blok bantalan (𝑊𝑚 ) = 10 kg
 Koefisien gesekan () = 0,06
 Panas jenis blok bantalan (𝐶𝑚 ) = 0,11 𝐾𝑐𝑎𝑙 /kg℃
 Berat jenis minyak = 890 kg/𝑚2
 Temperatur minyak masuk (𝑡1 ) = 20 ℃

Elemen Mesin III Page 28


 Temperatur minyak keluar (𝑡𝑎 ) = 50 ℃
 Perbandingan kerugian daya (j) = 1,00
 Joule (j) = 427 kg.m / 𝐾𝑐𝑎𝑙

a. Kerja gesekan bantalan (Q)


𝜇 .𝑊.𝑉 𝜋 .𝑑.𝑛
Q =( )  Dimana : V = (60 .1000)
𝐽
3,14 .25,5 .3550
=( )
60 .1000

= 4,47
0,06 .1200 .4,74
=( )
427

= 0,79 𝐾𝑐𝑎𝑙 / min

b. Panas yang diperlukan untuk menaikkan temperature (𝑄𝑚 )


𝑄𝑚 = 𝐶𝑚 . 𝑊𝑚
= 0,11 . 10
= 1,1 𝐾𝑐𝑎𝑙 / ℃

c. Kenaikan temperature yang dialami karena kerja gesekan (∆𝑡)


𝒬
∆𝑡 = (𝒬 )
𝑚

0,79
= ( 1,1 )

= 0,718 ℃ / min

d. Kerja gesekan (H)


𝜋. 𝑑. 𝑛
H =  . W . (60 .1000)
3,14 . 25,5 . 3550
= 0,06 . 1200 . ( )
60 . 1000

= 341,1 kg.m/s

e. Daya yang diserap (𝑃𝐻 )


𝐻
𝑃𝐻 = (102)

Elemen Mesin III Page 29


341,1
= ( 102 )

= 3,34 kW

f. Kenaikan temperature (∆𝑇)


∆𝑇 = 𝑡𝑎 - 𝑡𝑖
= 50 – 20
= 30 ℃

g. Jumlah aliran minyak (q)


𝑗 .𝜇.𝑊.𝑉
q = (𝛾 ) . 106
0. 𝐶0 .∆𝑇 .𝐽

1,00 .0,6 .1200 .4,74


=( ) x 106
890 .962 .30 .427

= 0,31 cc / min ]

Tabel 6. Jumlah minyak pelumas yang dibutuhkan pada tiap-tiap bantalan sebagai
berikut :

Q Qm ∆𝒕 H 𝑷𝑯 ∆𝒕 q
Bantalan
(𝑲𝒄𝒂𝒍 / min) (𝑲𝒄𝒂𝒍 / ℃) (℃ 𝐦𝐢𝐧) (kg.m/s) (kW) (℃) (𝒄𝒄⁄𝐦𝐢𝐧)

1 0,79 1,1 0,718 341,1 3,34 30 0,31


2 0,40 1,1 0,36 179,7 1,76 30 0,15
3 0,30 1,1 0,2 136,7 1,34 30 0,12

Elemen Mesin III Page 30

Anda mungkin juga menyukai