Pada perlakuan dengan suhu kamar diperoleh hasil pada dengan % substrat yang tercerna
0% ; menit ke 5 sebesar -14,2% ; menit ke 10 sebesar -6,04% ; menit ke 15 sebesar-3,48%;
menit ke 20 sebesar 0,17%. hasil yang kita dapatkan pada menit ke 0 (yang tidak
menggunakan substrat) diperoleh % substrat yang lebih besar dari menit ke 5, 10, 15 .
Seharusnya % substrat yang didapatkan pada menit 5, 10, 15 menurun atau lebih kecil
dibandingkan menit ke 0 karena pada menit ke 5, 10, 15 diberikan larutan enzim (saliva)
yang dapat menghidrolisis substrat. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan dalam
penggoyangan larutan campuran pada menit yang kurang teliti sehingga masih ada larutan
substrat yang masih menempel pada dinding erlenmayer dan baru akan larut setelah
penggoyangan ketika penambahan enzim, sehingga jumalh substrat pada menit 0’ lebih
sedikit dibandingkan menit yang lainnya
Aktivitas enzim amilase pada suhu 100C dan suhu kamar (270C) belum aktif sehingga
tidak terjadi pemecahan pati atau kanji karena suhu terlalu rendah dari suhu optimumnya dan
pada suhu 800C enzim amilase air liur terdenaturasi karena suhunya terlalu tinggi dari suhu
optimumnya sehingga tidak terjadi pemecahan pati karena enzim telah rusak. Enzim amilase
tidak dapat memecah pati pada larutan uji, pada uji Iod seharusnya bereaksi positif karena
adanya molekul amilosa pada larutan uji dan pada uji Benedict bereaksi negatif karena tidak
ada amilosa yang dipecah oleh enzim amilase air liur menjadi maltosa. Maltosa adalah jenis
karbohidrat yang memiliki gugus gula pereduksi sehingga bereaksi positif pada uji Benedict.
Uji pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim amilase air liur menghasilkan reaksi negatif
dengan uji Iod pada suhu 100C, suhu kamar, 370C, 800C. Reaksi negatif pada uji iod pada 4
kondisi suhu yang berbeda ini disebabkan oleh air liur yang digunakan bersifat basa ketika
diuji dengan pH indikator tidak sesuai dengan nomalnya, konsentrasi pati dalam larutan uji
terlalu kecil sehingga sulit dideteksi oleh pereaksi iod. Air liur sedikit bersifat asam, jadi data
yang didapatkan tidak valid. Air liur yang bersifat basa dapat disebabkan karena orang yang
mengeluakan air liur tersebut sedang dalam konsumsi obat-obatan (Lehninger 1982).
Suhu yang rendah menyebabkan reaksi kimia berlangsung lambat,
sedangkan pada suhu tinggi, reaksi kimia akan berlangsung cepat.
Pada enzim, suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya proses
denaturasi. Hal ini menyebabkan bagian aktif enzim terganggu dan
dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan
kecepatan reaksinya pun akan menurun
Suhu yang tinggi akan menyebabkan laju reaksi meningkat. Demikian
halnya dengan reaksi enzimatik, kenaikan suhu akan mempercepat
laju reaksi, namun hanya batas tertentu. Suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan enzim terdenaturasi. Hal ini menyebabkan laju
enzimatik menurun.