Anda di halaman 1dari 9

Daftar ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2

A. KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. PENGERTIAN ............................................................................................................... 3

B. TUJUAN ......................................................................................................................... 3

C. ASAS KEWARGANEGARAAN .................................................................................. 3

D. PERAN WARGA NEGARA .......................................................................................... 5

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................ 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mengenai kewarganegaraan. Terbentuknya negara Indonesia dilatar
belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak
negara atau bangsa lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan
kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga
dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman
dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis.
Meski demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya
negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak
geografis dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan memberikan
motivasi dlam menciptakan suasana damai. Melihat luasnya bahasan dari masalah
kewarganegaraan, maka penulis pada makalah ini hanya menitik beratkan pada pemasalahan
tentang kewarganegaraan.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari kewarganegaraan?


2. Apa tujuan adanya kewarganegaraan?
3. Bagaimana asas – asas kewarganegaraan?
4. Pernikahan beda warga negara
5. Apa saja peran warga negara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Kewarganegaraan sendiri dapat diartikan secara yuridis maupun sosiologis. Dari
segi yuridis kewarganegaraan dapat diartikan dengan adandengan adanya tanda ikatan
hukum antara orang – orang dengan negara. Adanya ikatan hukum akan membuat orang
– orang berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari ikatan
hukum itu sendiri yakni dengan adanya akta kelahiran, surat pernyataan dan
kewarganegaraan. Sedangkan ditinjau deri segi sosiologis ditandai dengan adanya
ikatan emosional antara warga negara tersebut dengan negaranya seperti ikatan
perasaan, keturunan, nasib, sejarah, dan rasa cinta tanah air. Ikatan ini dapat lahir dari
penghayatan seorang warga negara itu sendiri.

B. TUJUAN
Tujuan adanya kewarganegaraan adalah:

a. Mewujudkan warga negara yang sadar akan bela negara dengan berlandaskan
pemahaman politik kebangsaan
b. Kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam kehidupan kebangsaan
c. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dnegan nilai nilai kenegaraannya

C. ASAS KEWARGANEGARAAN
Pengertian asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan
untuk penduduk sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak
akan jatuh menjadi kewarganegaraan lain kecuali terjadi suatu hal yang menyebabkan
berubah kewarganegaraan.

Penduduk suatu negara sendiri dibedakan menjadi 2, yakni warga negara dan
warga negara asing. Warga negara sendiri secara hukum merupakan suatu anggota
negara, sedangkan warga negara asing yang diakui menjadi penduduk negara
dinyatakan dalam pasa 13 UU No. 3 tahun 1946. Jika mereka ingin menjadi warga
negara maka mereka harus mengajukan permintaan untuk menjadi warga negara.
Secara umum, ada 2 asas kewarganegaraan yang diterapkan pada suatu negara:
1. Ius sanguinis
Ius sanguinis yakni asas yang menetapkan kewarganegaraan berdasarkan
keturunan atau berdasarkan pertalian seseorang. Misal seorang anak dilahirkan di
negara B yang menganut asas ius sanguinis, sedangkan orang tuanya warga negara
A, maka anak tersebut tetap menjadi warga negara A.
Negara yang menganut asas ini adalah: Belanda, Belgia, Jepan, Rusia, Spanyol,
Inggris, India, Italia, Portugal, dsb.

2. Ius soli

Asas yang menetapkan kewarganegaraan seseorang dilihat dari tempat


kelahirannya. Misal, seorang anak harus menjadi warga negara B karena lahir di
negara B, meskipun orang tuanya warga negara A.

Negara yang menganut asas ini adalah: Argentina, Brazil, Kolombia, Pakistan,
Grenada, Guatemala, dsb.

Dengan adanya kedua asas ini, sering timbul berbagai permasalahan yakni munculnya masalah
kewarganegaraan lain seperti bipatride multipatride, dan apatride.

Bipatride diartikan sebagai seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan atau


berkewarganegaraan ganda. Hal ini dapat disebabkan karena anak lahir di negara A yang
menganut asas kewarganegaraan ius soli (tempat kelahiran) namun orang tuanya warga negara
B yang menganut asas ius sanguinis. Anak tersebut akan mendapat 2 kewarganegaraan dari
negara A berdasarkan tempat lahir dan dari negara B karena faktor keturunan.

Multipatride diartikan sebagai seseorang yang memiliki 2 atau lebih


kewarganegaraan. Hal ini juga dapat terjadi akibat penerimaan status kewarganeraan namun
tidak melepas status kewarganegaraan yang lama.

Apatride diartikan sebagai seseorang yang tidak memilii kewarganegaraan. Hal ini
dapat disebabkan karena anak lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis sedangkan
orang tua berasal dari negara A. Si anak tidak mendapat kewarganegaraan negara B karena
lahir dari orang tua yang bukan warga negara B. Anak juga tidak mendapat kewarganegaraan
orang tuanya (negara A) karena tidak lahir di negara A (ius soli – berdasarkan tempat lahir).
D. PERNIKAHAN BEDA NEGARA
Akhir – akhir ini banyak terjadi kasus dimana Warga Negara Indonesia (WNI)
menikah dengan orang asing atau Warga Negara Asing (WNA). Untuk menanggapi hal
– hal tersebut, untuk kasus perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia,
maka menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Perkawinan campuran tidak
dapat dilangsungkan sebelum ada bukti bahwa syarat – syarat perkawinan yang
ditentukan oleh hokum yang berlaku telah dipenuhi oleh kedua pihak yang dibuktikan
dengan suray keterangan bahwa syarat – syarat telah dipenuhi. Syarat – syarat tersebut
adalah:

Dari pihak WNI:

 Surat keterangan belum / tidak menikah yang ditandatangani oleh RT dan RW.
 Formulir N1, N2, dan N4 dari Kelurahan dan Kecamatan
 Formulir N3 dari KUA (surat persetujuan mempelai yang harus ditandatangani oleh
kedua mempelai)
 Fotokopi KTP.
 Akta Kelahiran.
 Kartu Keluarga.
 KTP orang tua.
 Buku nikah orang tua (jika Anda merupakan anak pertama).
 Data 2 orang saksi pernikahan, berikut fotokopi KTP yang bersangkutan.
 Pasfoto 2x3 (4 lembar) dan 4x6 (4 lembar).
 Bukti pembayaran PBB (Pajak Bumi Bangunan) terakhir.
 Prenup (perjanjian pra nikah).

Dari pihak WNA:

 CNI (Certificate of No Impediment) atau surat izin menikah di negara lain yang
dikeluarkan dari kedutaan calon suami / istri.
 Fotokopi akta kelahiran.
 Fotokopi kartu identitas (KTP) dari negara calon suami / istri.
 Fotokopi paspor.
 Surat keterangan domisili (alamat calon suami / istri saat ini).
 Pasfoto 2x3 (4 lembar) dan 4x6 (4 lembar).
 Surat keterangan mualaf (jika agama sebelumnya bukan Islam).

Di dalam mengurus berbagai syarat pernikahan ini, semua dokumen dalam bahasa asing harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini harus dilakukan oleh seorang penerjemah
tersumpah. Hindari juga untuk memberikan berbagai dokumen yang asli kepada pihak KUA,
sebab ini sangat berisiko terhadap keamanan dokumen tersebut. Cukup sertakan berbagai
dokumen yang dibutuhkan tersebut dalam bentuk fotokopian saja, dan yang aslinya tetap
dibawa pulang.

PERCAMPURAN DALAM HARTA BERSAMA


Sesuai dengan UU perkawinan yang telah disebutkan diatas, harta yang diperoleh suami
dan istri selama perkawinan tidak dikuasai oleh masing – masing suami dan istri, melainkan
berada di dalam kepemilikan Bersama. Dengan demikian, dalam harta Bersama itu tanah hak
milik yang dipunyai WNI akan menajdi bagian dari harta Bersama yang juga dimiliki oleh
WNA sehingga hal tersebut dapay melampaui batas – batas prinsip nasionalitas.

KEHILANGAN HAK
Sesuai dengan UU perkawinan, seorang WNI yang memiliki tanah dengan hak milik
yang menikah dengan WNA harus melepaskan tanah tersebut dengan cara menjual atau
menghibahkannya yang harus dilakukan dalam jangka satu tahun sejak WNI itu melakukan
perkawinan campuran. Jika tidak dilakukan dalam jangka waktu tersebut maka secara otomatis
kepemilikan tanah tersebut akan di hapuskan dan akan menjadi milik negara.

PERJANJIAN PERKAWINAN
Berdasarkan Pasal 3 PP 103/2015, WNI yang melaksanakan perkawinan campuran
dengan WNA masih dapat memiliki hak atas tanah yang sama dengan WNI lainnya yang tidak
melakukan perkawinan campuran dengan WNA. WNI tersebut masih dapat memiliki hak milik
atas tanah. Bahkan, namanya masih dapat tercantum dalam sertifikat hak milik (SHM) sebagai
bukti kepemilikan.

Syarat untuk tetap bisa memiliki hak atas tanah bagi WNI yang melakukan perkawinan
campuran adalah hak atas tanah yang dimiliki WNI tersebut haruslah bukan harta bersama.
WNI yang melakukan perkawinan campuran dengan WNA harus memisahkan hak atas tanah
miliknya itu sehingga tidak masuk ke dalam harta bersama.

Untuk mengeluarkannya dari harta bersama, harus dibuktikan dengan perjanjian


pemisahan harta antara suami dan istri, yang dibuat dengan akta notaris. Lembaga pemisahan
harta bersama dalam perkawinan umumnya dikenal dengan perjanjian perkawinan atau
perjanjian pra-nikah (prenuptial agreement).

Perjanjian perkawinan adalah perjanjian di antara calon suami-istri mengenai harta


perkawinan mereka kelak setelah menikah. Isi perjanjian itu terbatas hanya mengatur harta
kekayaan dalam perkawinan dan tidak mengatur hal-hal lain di luar itu, misalnya tentang
kekuasaan orang tua terhadap anak.

Dalam perjanjian perkawinan dapat ditentukan, suami dan istri dapat menguasai hartanya
masing-masing dan memisahkannya dari harta bersama. Dengan pemisahan dari harta bersama
itu, maka WNA pasangannya tidak turut memiliki tanahnya. Yang paling penting, perjanjian
perkawinan tersebut harus dibuat di hadapan notaris dan dicatat di lembaga pencatat
perkawinan.
E. PERAN WARGA NEGARA

Dengan memiliki status sebagai warga negara, maka warga negara memiliki hubungan
timbal balik yang sederajat dengan negaranya. Macam – macam peran warga negara:

a. Peran pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-undangan


yang berlaku.
b. Peran aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat (berpartisipasi) serta ambil
bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam mempengaruhi keputusan publik.
c. Peran positif merupakan aktivitas warga negara untuk meminta pelayanan dari negara
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d. Peran negatif merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara
dalam persoalan pribadi
BAB III
KESIMPULAN

Penduduk suatu negara terdiri dari warga negara dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia yang diatur dalam UUD 1945 pasal 26 ayat 2.

Dalam kehidupan berkewarganegaraan, negara – negara di dunia menggunakan 2 asas


untuk dianut, yakni ius soli dan ius sanguinis. Ius soli menentukan kewarganegaraan seseorang
dilihat dari keturunan atau hubungan pertalian darah. Sedangkan ius sanguinis menentukan
kewarganegaraan seseorang dilihat dari tempat kelahiran seseorang.

Namun, dengan adanya 2 asas yang digunakan di seluruh negara ini menimbulkan
beberapa permasalahan baru, yakni muncul bipatride, multipatride atau bahkan apatride.
Dimana multipatride sendiri memiliki arti seseorang tersebut berarti memiliki 2
kewarganegaraan. Sedangkan multipatride yakni seseorang yang memiliki banyak
kewarganegaraan. Sedangkan apatride berarti seseorang tersebut tidak memiliki
kewarganegaraan atau stateless.

Anda mungkin juga menyukai