1 hari lagi ulang tahunku, dan ibuku bekerja lagi. Memang tak ada waktu luang untuk
anaknya. Waktu luang untuk hari spesialku saja tak ada waktu. Hampir 1 hari
kegiatanku hanyalah tidur, dan belajar. Sebentar lagi jam 12 malam. Aku mengambil
kue dari kulkas, mengambil pemantik untuk menyalakan api. “Ya Tuhan, diumurku
yang bertambah 1 tahun ini, 12 tahun”. Semoga aku memiliki teman baru. Diulang
tahun ini aku hanya butuh teman” ujarku dengan nada memohon. Berharap agar
Tuhan mengabulkan permintaanku. Akupun meniup lilinnya dan sesudah aku tiup.
Aku mendengar suara orang entah dari mana, dan perasaanku makin tidak enak.
Aku menaiki tangga mencari dimana sumber suaranya. Disaat aku menaiki tangga,
jejak kaki mengotori lantai rumah. Aku semakin ketakutan, hanya aku dan bibi disini.
Aku mendengar suara dari belakang. Aku menggigil ketakutan. Aku menoleh
kebelakang pelan-pelan dan gadis berlumuran darah dihadapanku. Bola Matanya
yang sudah hilanh, satu teling terlepas, dan aku bisa melihat organ dalam tubuhnya
yang sudah berlobang. Melihat itu aku berteriak dan langsung pingsan.
Akupun sadar dari tidurku yang lelap saat membuka mataku yang aku lihat
hanyalah “putih”. Dimana ini? Tanyaku dalam hati, ibupun langsung masuk ke dalam
ruangan tempat aku berada. Ibu memelukku dan bersyukur karena aku sudah sadar.
“Lisa, syukurlah kamu sudah sadar” ujarnya dengan tangis air mata bahagia, karena
aku sudah sadar. “aku dumana? Kenapa aku bisa disini?” tanyaku dengan raut yang
bingung. “ini Rumah Sakit nak, Bibi menelpon mama dan bilang kalau kamu
pingsan”. Tapi syukur kamu sudah sadar” kata ibunya yang napasnya tersengal
sengal, karena terlalu cepat berbicara. Akupun langsung mengingat kejadian
kemarin malam “wanita itu?” ujar Lisa dengan wajah terkejut. “wanita siapa” kata
ibunya bingung. Aku ingin memberitahu ibu, tetapi sepertinya belum saatnya.
Akupun mulai curiga wanita yang kutemui kemaren itu adalah bukan manusia.
Aku sudah bisa pulang karena kondisiku yang sudah membaik, akupun mulai
menuju kerumah bersama mama dan bibi. Setelah sampai dirumah, suasana seperti
biasa yang aku temukan dalam rumah ini sepi. “ya sepertinya aku harus menunggu
liburan sekolah berakhir, dan aku dapat bertemu dengan temanku” ujar lisa dengan
nada agak kecewa tapi ia tak menyesalinya.