Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN DAS

MORFOMETRI DAS

OLEH :

Fakhri Anwar (D1A016003)

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Sunarti, S.P.,M.P

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah aliran sungai adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan
kanan dari suatu aliran sungai, dimana anak-anak sungai yang terdapat di sisi kiri dan
kanan sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk. Morfometri merupakan sifat
atau karakteristik yang dipengaruhi faktor-faktor alamiah dari suatu DAS yang tidak
dapat diubah manusia (Murtiono 2001). Karakteristik morfologi suatu DAS yang
dinyatakan secara kuantitatif disebut dengan morfometri (Horton 1945). Karakteristik
morfometri DAS dapat mempengaruhi karakteristik kualitas air yang keluar dari
daerah tangkapannya (Nõges 2009) dan dapat digunakan untuk menduga hidrograf
satuan (alih ragam hujan menjadi limpasan) (Slamet 2008). Karakteristik morfometri
DAS bersama-sama penggunaan lahan dapat digunakan untuk mengevaluasi
terjadinya banjir bandang dalam suatu kawasan (Nugroho 2009).
Oleh karena proses di atas mempengaruhi keseimbangan beberapa sumber
daya alam di lingkungan maka penting bagi mahasiswa Teknik dan Manajemen
Lingkungan untuk mempelajari dan menanggapi permasalahan seputar morfometri
DAS. Strahler (1973) mengelompokkan perhitungan morfometri menjadi 3 bagian
yaitu liniear, area, dan relief permukaan. Morfometri liniear berhubungan untuk
menjelaskan hirarki jaringan sungai, ordo, dan panjang sungai, memungkinkan untuk
mengetahui homogenitas geometri DAS.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis morfometri
DAS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jaringan Aliran Sungai
DAS dapat didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi
alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu
sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut, atau merupakan satuan
hidrologi yang menggambarkan dan menggunakan satuan fisik-biologi dan satuan
kegiatan sosial ekonomi untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam
(Suripin, 2011).
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau
drainagebasin adalahsuatudaerah yang terhampar di sisikiri dan
dankanandarisuatualiransungai,dimana semua anak sungai yang terdapat di
sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk.
Seluruh hujan yang terjadi di dalam suatu drainage basin, semua airnya akan
mengisi sungai yang terdapat di dalam DAStersebut. oleh sebab itu, areal DAS
juga merupakan daerah tangkapan hujan atau disebut catcment area. Semua air
yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah daerah tangkapan
sungai (DAS) dengan atau tanpa memperhitungkan jalan yang ditempuh
sebelum mencapai limpasan(run off) (Mulyo, 2004).
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikansebagai
suatudaerahyang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang
jatuhdidalamnyaakan mengalir melalui suatu sungai dan keluarmelalui outlet
pada sungai tersebut,atau merupakan satuan hidrologi yangmenggambarkan
danmenggunakan satuanfisik-biologi dan satuankegiatan
socialekonomiuntukperencanaan dan pengelolaansumberdayaalam. (Suripin, 2001).
2.2 Morfometri DAS
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang
terkaitdengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan
proses pengatusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter tersebut
adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan aliran, pola aliran, dan
gradient kecuraman sungai. Karakteristik DAS meliputi beberapa variabel yang dapat
diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta, dan dari data
penginderaan jauh (remote sensing) (Seyhan 1977).
Beberapa karakteristik Morofometri DAS antara lain :
1. Luas, Panjang dan Lebar DAS
Luas DAS diukur pada fotoudara, peta topografi dan peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) atau peta-peta planimetri yang telah didelineasi batas-
batas yang akan diukur luasnya sampai tingkat Sub DAS (hidrologi) dan
kecamatan (administratif) dengan menggunakan planimeter dan digitasi
pada system SIG. Luas, panjang, serta lebar sungai untuk setiap DAS
berbeda-beda. Garis batas daerah-daerah aliran yang berdampingan disebutb
atas daerah pengaliran. Luas daerah sungai diperkirakan dengan pengukuran
daerah itu pada peta topografi (Sosrodarsonodan Takeda,2003). DAS
dengan bentuk sempit dan memanjang mempunyai bentuk hidrograf aliran
yang landai, sebaliknya DAS yang mempunyai bentuk yang melebar
mempunyai hidrograf aliran lebih meruncing (Priyono danSavitri, 1997).
2. Bentuk DAS
Bentuk suatu daerah aliran mempengaruhi hidrograf aliran sungai dan
debit aliran puncak. Banyak yang telah dilakukan untuk mengembangkan
suatu faktor yang menggambarkan bentuk daerah aliran melalui suatu indeks
numerik tunggal. Daerah aliran cenderung berbentuk bidang bulat seperti
buah pear, namun aspek geologis menimbulkan sejumlah penyimpangan
yang patutdiperhatikan (Linsley et al,1996 dalam Hidayah, 2008).
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003) koefisien bentuk DAS
dapat dihitung melalui perbandingan antara luas DAS dengan kuadrat panjang
sungai utama. Bentuk DAS memanjang dan sempit cenderung menghasilkan
laju aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang
berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena konsentrasi DAS
yang memanjang lebih lama dibandingkan dengan DAS yang berbentuk
melebar atau melingkar, sehingga terjadinya konsentrasi air di titik control
lebih lambat yang berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan
(Asdak, 1995). Sebagai konsekuensinya konsentrasi air pada DAS bentuk
bulu burung akan lebih rendah dibanding bentuk circular (Sudarmadji,1997
dalam Hidayah 2008).
3. Orde dan Tingkat Percabangan Sungai
Metode kuantitatif untuk mengklasifikasikan sungai dalam DAS
adalah pemberian orde sungai maupun cabang-cabangnya secara
sistematis. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam
urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian
makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula DASnya dan
akan semakin panjang pula alur sungainya. Berdasarkan Metode Strahler, alur
sungai paling hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan orde
pertama (orde 1), pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua (orde 2),
demikian seterusnya sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde
yang paling besar (Hidayah, 2008).
4. Kerapatan Sungai
Kerapatan sungai adalah suatu indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai dalam suatu daerah pengaliran. Kerapatan sungai
rendah terlihat pada daerah dengan jenis tanah yang tahan terhadap erosi atau
sangat permeable dan bila reliefnya kecil. Nilai yang tinggi dapat terjadi
pada tanah yang mudah tererosi atau relatif kedap air, dengan
kemiringan tanah yang curam, dan hanya sedikit ditumbuhi tanaman
(Sosrodarsono dan Takeda, 2003). Kerapatan daerah aliran (drainase) juga
merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan air larian.
Semakin tinggi kerapatan daerah aliran, semakin besar kecepatan air larian
untuk curah hujan yang sama.
Morfometri DAS berhubungan erat dengan hidrologi, banyak para ahli
menggunakan hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses
hidrologi. Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi air limpasan
(run-off) sangat ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan.
Keadaan DAS ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, salah satu aspek adalah
keadaan hidromorfometrinya. Variabel hidromorfometri antara satu DAS
dengan DAS yang lainnya mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Seberapa jauh perbedaan variabel morfometri ini dapat diketahui dengan
uji statistik (Seyhan, 1981).

2.3 Sistem Informasi Geografis


Perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografik) merupakan program
pengelola data berformat vektor. Bila fasilitas untuk data raster tersedia,
biasanya digunakan hanya untuk menampilkan data tersebut bukan untuk
keperluan analisis data. Oleh karena itu, diperlukan metode tambahan bila akan
menggunakan SIG untuk analisis geo-spasial yang melibatkan banyak variabel.
Penggunaan metode grid sederhana dengan perhitungan informasi bersifat numerik
dapat diterapkan untuk berbagai tujuan analisa geo-spasial. Metode tersebut
dilakukan dengan pembuatan grid pada peta daerah yang akan dianalisa,
pembuatan struktur data sesuai dengan jumlah dan karakteristik variabel yang
ditetapkan, pemasukan data, dan perhitungan data menggunakan pendekatan
statistik dan matematika. Beberapa variabel yang digunakan dalam penerapan
metode SIG, diantaranya adalah tipe batuan, struktur geologi, kemiringan lereng,
tingkat pelapukan, penggunaan lahan, dan intensitas curah hujan serta delineasi
kawasan hutan (Sagala 2004).
Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut
sebagaidata spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu
daerah, data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel,
dan sebagainya. Kelebihan dari Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah mampu
mengolah informasi spasial secara bersamaan dengan cepat dan tepat, walaupun input
peta analog yang digunakan mempunyai timgkat ketelitian atau skala yang
berbeda. Hal ini dimungkin karena SIG mampu memproyeksikan data spasial
tersebut menjadi satu system proyeksi yang sama. Selain itu SIG dapat
menggabungkan data dengan format yang berbeda, misalnya format raster dari
klasifikasi data satelit dengan vector dari proses digitasi (Simon 1987).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 09 April 2019 pukul
15.00 sampai dengan selesai yang berlokasi di Lab Kesuburan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data DEM,
shapefile batas DAS, shape file sungai, dan alat yaitu software arcgis dan Laptop.

3.3 Cara Kerja


1. Menentukan ordo sungai
Membuka aplikasi Arcgis dan melakukan add data, data data yang diperlukan

2. Setelah itu melakukan dissolve pada data batas das. Arctoolbox =>Data
management => Generalization => Dissolve

3. Selanjutnya memotong data dem menggunakan shape filebatas das yang telah
di dissolve. Arctoolbox => Spatial analyst tools => Extraction => Extract by
mask.
4. Selanjutnyamelakukananalisis fill padaarctoolbox. Arctoolbox => Spatial
Analyst tools =>Hydrologi => Fill.

5. Selanjutnya melakukan analisis flow direction pada arctoolbox. Arctoolbox


=> Spatial Analyst tools =>Hydrologi => Flow Direction.

6. Selanjutnya melakukan analisis flow accumulation pada arctoolbox.


Arctoolbox => Spatial Analyst tools =>Hydrologi => Flow accumulation.
7. Selanjutnyamelakukananalisis con padaarctoolbox. Arctoolbox => Spatial
Analyst tools => Conditional => Con

8. Selanjutnya melakukan analisis Stream order pada arctoolbox. Arctoolbox =>


Spatial Analyst tools =>Hydrologi => Stream order.

9. Selanjutnya melakukan analisis Stream to feature pada arctoolbox. Arctoolbox


=> Spatial Analyst tools =>Hydrologi => Stream to feature.
10. Setelah melakukan analysis pada DAS utama maka selanjutnya adalah
melakukan analisis pada sub das, shape file batas das terdiri dari 5 sub das
yang dapat dipisahkan dengan cara mengexport feature.

11. Setelah membuat 5 sub das selanjutnya melakukan analisis sama halnya
dengan analisis pada DAS utama mulai dari dissolve sampai dengan stream to
feature.
12. Untuk mengetahaui koordinat dari setiap sub das dapat diketahui dengan cara
melakukan analisis feature to point. Arctoolbox => Data management =>
Features => Feature to point.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Pada praktikum kali ini menggunakan metode strahler, morfometri ini terbagi
menjadi tiga yaitu morfometri linear, area dan relief. Morfometri juga dapat dijadikan
faktor pembeda antara satu DAS dengan DAS lainnya untuk pembandingan maupun
klasifikasi. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil morfometri linear dan juga area.

Tabel 1.Orde Sungai pada DAS utama

No Orde Jumlah Panjang total


Segmen (meter)

1 1 59 275491,8526

2 2 40 197949,813

3 3 10 54369,60564

4 4 8 7670,179132

Pada Tabel 1 didapatkan orde sungai pada DAS utama, sebelumnya


kita harus mengetahui ordo sungai adalah percabangan alur sungai pada satu DAS
terhadap sungai utama, pada tabel 1 didapatkan 4 orde dalam DAS utama dengan
jumlah segmen yang berbeda-beda dan panjang yang berbeda pula. Pada ordo 1
memiliki segmen 59 dengan panjang sungai 275491,8526 m, ordo 2 memiliki
segmen 40 dengan panjang sungai 197949,813 m, ordo 3 memiliki segmen 10
dengan panjang sungai 54369,60564 dan ordo 4 memiliki segmen 8 dengan
panjang sungai 7670,179132 m. Ordo sungai tersebut semakin lama semakin
sedikit dikarenakan ordo sungai yang tertinggi bergabung dengan ordo
berikutnya.

Tabel 2. Orde Sungai pada masing – masing sub DAS


Orde JumlahSegmen Panjang total
Sub DAS
(meter)

1 24 72198,91537

2 14 57954,1105
1
3 2 1871,085882

4 5 23387,97793

1 14 61806,99447

2 2 8 29612,15367

3 4 6542,889655

1 29 107503,7683

3 2 12 31954,81298

3 8 40389,45879

1 16 63797

4 2 6 14669

3 9 22771

1 18 60110,24843

5 2 10 30577,22961

3 5 21249,53622

Tabel 2 didapatkan orde sungai pada masing-masing sub DAS, pada DAS tersebut
terdapat lima sub DAS, yang setiap sub DAS memiliki ordo, segmen dan panjang
yang berbeda-beda. Pada Sub DAS 1 memiliki ordo 4 yang mana ordo dan
memilki segmen yaitu 24,14,2,dan 5 dengan panjang total 72198,91537 m ,
57954,1105 m, 1871,085882 m, 23387,97793m. Pada sub DAS 2 memiliki 3 ordo
dengan segmen yaitu 14,8 dan 4 dan memiliki panjang 61806,99447 m,
29612,15367 m, dan 6542,889655 m. Sub DAS 3 memiliki ordo 3 dengan jumlah
segmen 29,12, dan 8 dan panjang yang berbeda-beda yaitu 107503,7683 m,
31954,81298 m, dan 40389,45879 m . Sub DAS 4 memiliki ordo 3 dengan
jumlah segmen 16,6 dan 9 dan panjang yang berbeda-beda yaitu 63797 m,14669
m, dan 22771 m. Dan sub DAS 5 memiliki ordo 3 dengan jumlah segmen 18,10
dan 5 dan panjang yang berbeda-beda yaitu 60110,24843 m, 30577,22961 m dan
21249,53622 m. Jumlah segmen setiap ordo semakin lama semakin sedikit
nilainya dikarenakan bergabung dengan ordo berikutnya.

Tabel 3. Panjang Sungai di sub DAS

No Sungai di sub Panjang (m) Panjang (Km)


DAS

1 1 155412,0897 155,4120897

2 2 97962,03779 97,96203779

3 3 179848,0401 179,8480401

4 4 101237 101,237

5 5 111937,0143 111,9370143

Total 646396,1819 646,3961819

Pada Tabel 3 panjang sungai di sub DAS 1 yaitu 155412,0897 M, sub DAS 2
yaitu 97962,03779 M, sub DAS 3 yaitu 179848,0401 M, sub DAS 4 yaitu 101237
M dan sub DAS 5 yaitu 111937,0143 M.

Tabel 4. Nisbah percabangan DAS utama

Das/ Sub ORDE NW NW+1 RB


DAS

1 59 40 1,475

2 40 10 4
DAS utama
3 10 8 1,25

4 8

Pada Tabel 4 nisbah percabangan DAS dan sub DAS ada 5 sub DAS. Nisbih
percabangan adalah angka atau indek yang ditentukan berdasarkan jumlah alur
segmen sungai untuk suatu ordo. Pada DAS utama memiliki ordo 4 dengan Rb
ordo 1 yaitu 1,475, Rb pada ordo 2 yaitu 4 dan Rb pada ordo 3 yaitu 1,25.

Tabel 5. Nisbah percabangan sub DAS

Orde JumlahSegmen Panjang total


Sub DAS
(meter)

1 24 72198,91537

2 14 57954,1105
1
3 2 1871,085882

4 5 23387,97793

1 14 61806,99447

2 2 8 29612,15367

3 4 6542,889655

1 29 107503,7683

3 2 12 31954,81298

3 8 40389,45879

1 16 63797

4 2 6 14669

3 9 22771

1 18 60110,24843

5 2 10 30577,22961

3 5 21249,53622

Tabel 5 didapatkan orde sungai pada masing-masing sub DAS, pada DAS tersebut
terdapat lima sub DAS, yang setiap sub DAS memiliki ordo, segmen dan panjang
yang berbeda-beda. Pada Sub DAS 1 memiliki ordo 4 yang mana ordo dan
memilki segmen yaitu 24,14,2,dan 5 dengan panjang total 72198,91537 m ,
57954,1105 m, 1871,085882 m, 23387,97793m. Pada sub DAS 2 memiliki 3 ordo
dengan segmen yaitu 14,8 dan 4 dan memiliki panjang 61806,99447 m,
29612,15367 m, dan 6542,889655 m. Sub DAS 3 memiliki ordo 3 dengan jumlah
segmen 29,12, dan 8 dan panjang yaitu 107503,7683 m, 31954,81298 m, dan
40389,45879 m . Sub DAS 4 memiliki ordo 3 dengan jumlah segmen 16,6 dan 9
dan panjang yaitu 63797 m,14669 m, dan 22771 m. Dan sub DAS 5 memiliki
ordo 3 dengan jumlah segmen 18,10 dan 5 dan panjang yaitu 60110,24843 m,
30577,22961 m dan 21249,53622 m. Jumlah segmen setiap ordo semakin lama
semakin sedikit nilainya dikarenakan bergabung dengan ordo berikutnya.

Tabel 6. Keliling Das x Sub DAS

No Ket Meter Kilometer

1 Das Utama 693905,4056 693,905

2 Sub das 1 184035,7816 184,036

3 Sub das 2 130936,9326 130,937

4 Sub das 3 143809,4 143,809

5 Sub das 4 114444,1092 114,444

6 Sub das 5 120679,2 120,679

Pada Tabel 6 keliling DAS dan sub DAS, keliling DAS yaitu 693905,4056 m dan
keliling sub DAS 1 sebesar 184035,7816 m merupakan keliling yang paling besar
nilainya dianatara sub DAS lain. Sedangkan sub DAS yang memiliki keliling
paling rendah adalah sub DAS 5 120679,2 m.

Tabel 7. Luas DAS X Sub DAS

No Ket Meter(M2) Kilometer(Km2) Hectare


(Ha)

1 Das 535481,4504 1756,658 175665,782


Utama

2 Sub das 408272707,4 408,273 40827,271


1
3 Sub das 259856794,8 259,857 25985,679
2

4 Sub das 478025660,3 478,026 47802,566


3

5 Sub das 286536262,8 286,536 28653,626


4

6 Sub das 323966401,6 323,966 32396,64


5

Pada Tabel 7 Luas DAS dan Sub Das, pada DAS utama memiliki luas
535481,4504 m sedangkan pada sub DAS yang memiliki nilai paling tinggi
adalah sub DAS 3 yaitu 478025660,3 m dan luas sub DAS yang paling rendah
adalah sub DAS 2 yaitu 259856794,8 m.

Tabel 8. Bentuk DAS

No Ket Rc

1 Das Utama 0,151403

2 Sub das 1 0,19037

3 Sub das 2 0,290315

4 Sub das 3 0,274779

5 Sub das 4 0,2794

6 Sub das 5 0,045822

Pada Tabel 8 bentuk DAS utama yaitu 0,151403 DAS yang memiliki bentuk lebar
akan menunjukkan ciri debit aliran puncak lebih besar dari pada debit aliran
puncak pada DAS yang memanjang. Sub DAS memiliki bentuk yang berbeda di
anatar ke 5 sub DAS lainnya yaitu bentuk DAS memanjang, dimana dengan
memilki nilai Rc yang paling kecil. Dan luas dan volume aliran permukaan DAS
semakin bertambah besar jika semakin luas, demikian juga laju dan volume aliran
juga akan bertambah. Sedangkan sub DAS 1,3,4 dan 5 memiliki bentuk DAS
yaitu DAS melebar dilihat dari pengaruh pola aliran pada sub DAS tersebut.
Tabel 9. Kerapatan alur

No Ket Panjang (m) Kilometer(Km2)(A) Dd (m/km2)


(Ln)

1 Das 535481,4504 1756,658 304,829654


Utama

2 Sub 155412,0897 408,273 380,6572801


das 1

3 Sub 97962,03779 259,857 376,9844098


das 2

4 Sub 179848,0401 478,026 376,2306655


das 3

5 Sub 101237 286,536 353,3133707


das 4

6 Sub 111937,0143 323,966 345,5208704


das 5

Pada Tabel 9 kerapatan alur sungai pada DAS utama bisa dikategorikan sangat
tinggi karena besarnya lebih dari 25 m/km2. Yang mana alur sungai melewati
batuan yang kedap air. Keadaan ini akan menunjukkan bahwa air hujan yang
menjadi aliran akan lebih besar jika dibandingkan suatu daerah dengan Dd rendah
melewati batuan yang permeabelitas besar.Dan kerapatan ke 5 sub DAS
dikategorikan sangat tinggi. Karena lebih dari 25 m/km2.

Tabel 10. Basin Sentroid

No Ket X Y

1 Das Utama 793533,6044 9223026,003

2 Sub das 1 777938,2878 9222514,099

3 Sub das 2 812555,4435 9225362,669

4 Sub das 3 797635,2823 9236434,692

5 Sub das 4 785110,1345 9211916,351


6 Sub das 5 799327,7555 9211837,863

Gambar 1. Basin Sentroid

Pada Tabel 10 DAS utama meiliki Basin Sentroid pada koordinat


(793533,6044:9223026,003). Dan pada sub DAS 1 Basin Sentroid pada koordinat
(777938,2878; 9222514,099), sub DAS 2 Basin Sentroid pada koordinat
(812555,4435;9225362,669), sub DAS 3 Basin Sentroid pada koordinat
(797635,2823; 9236434,692), sub DAS 4 Basin Sentroid pada koordinat
(785110,1345 ; 9211916,351) dan sub DAS 5 Basin Sentroid pada koordinat
(799327,7555 ;9211837,863).

Tabel 11. Lebar DAS X Sub DAS

No Ket Kilometer(Km2)(A) Panjang W (km)


(km)(Lb)

1 Das 1756,658 535,4814504 3,280520733


Utama

2 Sub 408,273 155,4120897 2,627035006


das 1

3 Sub 259,857 97,96203779 2,652629589


das 2
4 Sub 478,026 179,8480401 2,657943894
das 3

5 Sub 286,536 101,237 2,830348588


das 4

6 Sub 323,966 111,9370143 2,894181179


das 5

Pada Tabel 11 Lebar DAS utama dan Sub DAS, lebar tersebut dihitung melalui
luas DAS dibagi dengan panjang DAS.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Sub das yang terbentuk dengan value 500, makaterbentuk 5 sub das dengan
luasan terbesa terdapat pada sub das 3 yaitu seluas 478,026 ha, sedangkan
luasan sub das terkecil adalah sub das 2 yaitu seluas 259,857.
2. Berdasarkan metode strahler maka didapatkan 4 orde untuk DAS utama.
Sedangkan jumlah orde pada masing-masing sub DAS adalah pada sub DAS
1 ada 4 orde, pada sub DAS 2 ada 4 orde , pada sub DAS 3 ada 3 orde sungai
yang terbentuk, dan orde sungai pada sub DAS 4.
3. Panjang sungai pada masing-masing sub das berbedabeda, panjang sungai
terpanjang terdapatpada sub DAS 3 , sedangkan yang terpendek terdapat pada
sub DAS 2.
4. Keliling DAS yaitu 693905,4056 m dan keliling sub DAS 1 sebesar
184035,7816 m merupakan keliling yang paling besar nilainya diantara sub
DAS lain. Sedangkan sub DAS yang memiliki keliling paling rendah adalah
sub DAS 5 120679,2 m.
5. Pada DAS utama, memiliki luas 535481,4504 m. Sedangkan pada sub DAS
yang memiliki nilai paling tinggi adalah sub DAS 3 yaitu 478025660,3 m dan
luas sub DAS yang paling rendah adalah sub DAS 2 yaitu259856794,8 m.
6. Bentuk DAS utama yaitu 0,151403 DAS yang memiliki bentuk lebarakan
menunjukkan ciri debit aliran puncak lebih besar daripada debit aliran puncak
pada DAS yang memanjang.
7. Kerapatan alur sungai pada DAS utama bisa dikategorikan sangat tinggi
karena besarnya lebih dari 25 m/km2.
8. DAS utama memiliki Basin Sentroid pada koordinat
(793533,6044:9223026,003). Dan pada sub DAS 1 Basin Sentroid pada
koordinat (777938,2878; 9222514,099), sub DAS 2 Basin Sentroid pada
koordinat (812555,4435; 9225362,669), sub DAS 3 Basin Sentroid pada
koordinat (797635,2823; 9236434,692), sub DAS 4 Basin Sentroid pada
koordinat (785110,1345 ; 9211916,351) dan sub DAS 5 Basin Sentroid pada
koordinat (799327,7555 ; 9211837,863).

5.2 Saran
Dalam melakukan praktikumseharusnya praktikan harus lebih memahami
materi yang akan dilakukan dalam praktikum. Dalam mengolah data morfometri
DAS harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
pengolahan data.
DAFTAR PUSTAKA

Murtiono, U. 200. Pedoman teknis pengukuran dan perhitungan parameter


morfometri DAS. Info DAS, (10) diakses pada tanggal 18 april 2019 .
Paimin, Riyanto, H., Supangat, A., & Purwanto.2003 . Kajian kriteria dan indikator
pengelolaan taman nasional. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengelolaan DAS, Badan Litbang Kehutanan. Diakses pada tanggal
18 april 2019 .
Sinukaban, N., 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air Dalam Pengelolaan DAS.
Bunga Rampai Konservasi Tanah Dan Air. Diakses pada tanggal 18 april 2019
.

Anda mungkin juga menyukai