Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebaran penyakit menular selalu menjadi keprihatinan dan
ancaman bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pencegahan dan
pengendaliaan penyakit menjadi kunci dan sangat penting dalam
penganggulangannya. Kondisi ini juga menyebabkan masalah serius bagi
kelangsungan hidup dan pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat.
Studi kuantitatif merupakan pondasi dari pencegahan dan pengendalian serta
mempelajari mekasisme penularan penyakit. Dalam era perkembangan
kemajuan pengetahuan dan metode ilmiah yang luar biasa, epidemiologi dan
biostatistik merupakan tools yang sangat penting untuk memahami etiologi
penyakit dan untuk mengidentifikasi pendekatan yang efektif dan efisien
untuk pencegahan penyakit.
Awalnya, secara sederhana epidemiologi didefnisikan sebagai ilmu
epidemi/wabah. Definisi lain mengatakan ilmu tentang kejadian penyakit
(Miettinen, 1978). Definisi ini memang tepat dan akurat, tetapi belum
kongkrit dalam konteks kesehatan masyarat dalam hal ini untuk pencegahan
penyakit itu sendiri. Epidemiologi yang diterjemahkan sebagai studi distribusi
dan determinan penyakit pada manusia(MacMahon and Pugh, 1970),
membawa sesuatu yang lebih kongkrit didalam pengukuran derajat kesehatan
masyarakat, artinya kesehatan secara umum tidak hanya penyakit (diagnosis
atau pengobatan) tetapi epidemiologi juga berperan didalam pengendalian
dan pencegahan penyakit dan masalah kesehatan.
Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering
terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tidak hanya di Indonesia, tapi
hampir di semua negara miskin dan berkembang, penyakit tropis ini dapat
mewabah dengan cepat dan menjadi salah satu faktor peningkat angka
kematian. Untuk mengurangi angka kematian tersebut, perlu adanya
penanggulangan guna menekan penyebarluasan penyakit tropis yang ternyata
semakin lama semakin mewabah. Masyarakat pun mengharapkan adanya

1
organisasi-organisasi khususnya instansi pemerintah yang memberikan
perhatian dengan melakukan penelitian-penelitian dalam pemberantasan
penyakit-penyakit tropis dan mengadakan pelayanan kesehatan yang layak
untuk masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka hal itulah yang melatar
belakangi pembuatan makalah “Dinamika Populasi Model Epidemi Penyakit
Tropis dan Penyebab Ketimpangan Beban Penyakit Tropis”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dinamika populasi epidemi penyakit tropis ?
2. Bagaimanakah model epidemi penyakit tropis ?
3. Bagaimanakah penyebab ketimpangan beban penyakit tropis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dinamika populasi epidemi penyakit tropis.
2. Untuk mengetahui model epidemi penyakit tropis.
3. Untuk mengetahui penyebab ketimpangan beban penyakit tropis.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dinamika Populasi Epidemi Penyakit Tropis
2.1.1 Pengertian Penyakit Tropis
Dalam ilmu kesehatan istilah penyakit tropis (tropical medicine)
dinisbatkan pada wilayah-wilayah beriklim panas seputar garis
khatulistiwa. Istilah ini diperkenalkan para peneliti kesehatan dari Barat
(Eropa dan Amerika) yang keadaan wilayahnya jauh berbeda dengan
Indonesia. Penyakit tropis sebenarnya memiliki konotasi yang negatif
yang berhubungan dengan cara hidup yang tidak sehat, hygiene yang
buruk, dan penyakit yang menular (Boucher, 2012).
Penyakit tropis merupakan penyakit yang sering terjadi pada
wilayah tropis dan subtropis yang umumnya berupa infeksi tetapi juga
bisa berupa non infeksi (Boucher, 2012).
Dalam perkembangan penelitian kesehatan, didapatkan fakta
bahwa penyakit tropis bukanlah penyakit yang aneh dan mengerikan
seperti yang disangka oleh kebanyakan orang sebelumnya. Bahkan
beberapa jenis penyakit tropis mungkin saja terjadi di daerah yang
beriklim sedang, hanya berbeda pada frekuensi penderitanya saja.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim,
demografi, sosial-ekonomi dan faktor genetik (Boucher, 2012).
2.1.2 Dinamika Populasi Penyakit Tropis
Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses transmisi
(perpindahan) penyakit dari sumber (resource) penular atau sering
disebut dengan reservoir ke reservoir lainnya. Manusia sebagai
reservoir adalah penyakit yang berasal dari manusia yang sedang
mengalami infeksi dan dapat berupa hanya sebagai pembawa (carrier).
Penularan penyakit didukung dengan keberadaan agen (penyebab
penyakit) dan lingkungan. Secara umum dinamika penularan penyakit
dapat didekati dengan mengidentifikasi cara penularan penyakit (mode
of transmission), penyakit dapat ditularkan kepada manusia yang rentan

3
melalui beberapa cara, baik terjadi secara langsung maupun tidak
lansung dari orang ke orang lain dan penyebarannya di masyarakat,
ditinjau dari aspek epidemiologi dapat bersifat lokal, regional maupun
internasional. Penularan langsung dari orang ke orang lain adalah agen
penyakit ditularkan langsung dari seorang infektious ke orang lain
melalui hubungan intim (kontak seks), penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain GO, syphilis, HIV. Penularan penyakit tidak langsung yakni
penyakit menular dari orang ke orang lain dengan perantaraan media.
Menular melalui media udara, penyakit yang bisa ditimbulkan adalah
seperti TB, rubella, diphteria, influenza. Menular melalui media air,
penyakit yang bisa ditimbulkan antara lain diare, kolera, typhes.
Menular melalui media tanah, penyakit yang bisa ditimbulkan antara
lain cacing. Menular melalui vektor, penyakit yang bisa ditimbulkan
antara lain malaria, filariasis, demam berdarah (Djafri, 2013).
Selama empat sampai lima dekade tahun terakhir, penyakit
menular yang umumnya tidak dianggap sebagai penyebab utama
kematian di negara maju. Produksi antibiotik (1950an), vaksin polio
dan campak (akhir 1960an) adalah tonggak utama menuju tahap sejarah
manusia dalam pencegahan penyakit. Kontribusi penyakit infeksi masih
merupakan masalah serius pada negara berpenghasilan sedang/rendah,
dimana masih bertanggung jawab untuk hampir sepertiga dari beban
penyakit. (Mathers et al., 2008) Namun, perlu dicatat bahwa di negara
berkembang terutama di Asia Tenggara penurunan angka kematian
infeksi (masih berlangsung) sangat cepat oleh intervensi kesehatan
masyarakat (Webb and Bain, 2010).
Di negara-negara maju penyakit kronis seperti kanker dan
penyakit jantung mendapat lebih banyak perhatian daripada penyakit
infeksi, tetapi penyakit infeksi tetap merupakan penyebab kematian
yang lebih umum di dunia. Sekalipun vaksin ada tersedia banyak untuk
penyakit infeksi, penyakit ini tetap menyebabkan morbiditas dan
mortalitas di dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang.

4
Penyakit infeksi (infectious disease), yang juga dikenal sebagai
communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang
nyata secara klinik (yaitu, tanda-tanda dan gejala-gejala medis dari
karakteristik penyakit) yang terjadi akibat dari infeksi, keberadan dan
pertumbuhan agen biologik patogenik pada organisme host individu.
Dalam hal tertentu, penyakit infeksi dapat berlangsung sepanjang
waktu. Patogen penginfeksi meliputi virus, bakteri, jamur, protozoa,
parasit multi-seluler dan protein yang menyimpang yang dikenal
sebagai prion. Patogen-patogen ini merupakan penyebab epidemi
penyakit, dalam artian bahwa tanpa patogen, tidak ada epidemi infeksi
terjadi (Djafri, 2013).
Penyakit yang muncul dan muncul kembali menimbulkan
bangkitnya kembali perhatian pada penyakit infeksi, ini yang disebut
dengan istilah saat ini Re-emerging Infectious Diseases. Mekanisme
penularan dari penginfeksi kepada yang rentan. Hampir semua penyakit
infeksi dan penyebaran penyakit melalui rantai infeksi sudah diketahui.
Akan tetapi, interaksi penularan pada populasi sangat kompleks,
sehingga sulit memahami dinamika penyebaran penyakit berskala
besar tanpa struktur formal dari model matematika. Pemodelan
epidemiologi atas penularan penyakit infeksi semakin berpengaruh pada
teori dan praktek penanganan dan pengendalian penyakit. Pemodelan
matematika pada penyebaran penyakit infeksi telah menjadi bagian dari
pengambilan keputusan kebijakan epidemiologi di banyak negara maju,
termasuk United Kingdom, Belanda, Canada dan Amerika Serikat.
Dengan demikian pendekatan pemodelan menjadi sangat penting untuk
pengambilan keputusan tentang program pengendalian penyakit infeksi,
dalam hal ini bentuk intervensi kesehatan masyarakat (Djafri, 2013).
Model dinamika untuk penyakit menular yang sebagian besar
didasarkan pada kompartemen struktur yang awalnya diusulkan oleh
Kermack dan McKendrick (1927,1932) dan dikembangkan kemudian
oleh banyak biomathematicalians lainnya. Untuk merumuskan model

5
dinamis untuk transmisi epidemi penyakit, penduduk di suatu wilayah
tertentu sering dibagi menjadi beberapa kelompok atau kompartemen
yang berbeda. Seperti model menggambarkan dinamis hubungan
diantara kompartemen-kompartemen disebut model kompartemen. (Ma
and Li, 2009)
2.2 Model Epidemi Penyakit Tropis
Daerah Tropis dan Subtropis atau dikenal juga dengan Temperate
Zone, adalah daerah atau area yang berada antara 2 garis pada peta dunia
yaitu garis Cancer dan garis Capricorn. Iklim pada daerah ini berbeda dengan
iklim dibelahan bumi yang lainnya. Termasuk dalam zona ini adalah negara
Asia pada umumnya seperti Indonesia, sebagian benua Australia, Amerika
Tengah dan Selatan, serta Afrika. Penyakit infeksi menular yang lazim terjadi
di daerah tropis dan subtropis, selalu disebut sebagai Penyakit Infeksi Tropis.
Penyakit infeksi menular dapat berjangkit dari seseorang kepada orang lain
yang sehat dengan berbagai cara. Ada yang menularkan langsung dari
penderita ke orang sehat melalui udara, kontak langsung, makanan/minuman
yang terkontaminasi kuman penyebab, atau melalui peralatan yang
digunakan. Tetapi banyak jenis penyakit menular memerlukan makhluk hidup
lainnya untuk dapat menularkannya kepada manusia, bahkan acap pula
memerlukan lebih dari satu jenis makhluk hidup sebagai perantara sebelum
memasuki tubuh manusia (Satyareni, 2011).
Penyakit Infeksi Menular atau Penyakit Infeksi Tropis masih jadi
masalah kesehatan di Indonesia. Sementara penyakit infeksi yang lama belum
tuntas, muncul pula penyakit infeksi yang baru, karena banyaknya faktor
yang menyebabkan timbulnya penyakit infeksi dan minimnya dokter ahli di
bidang Infeksi Tropis di daerah-daerah tertentu. Faktor penyebab timbulnya
Penyakit Infeksi Tropis seperti tingkat ekonomi yang rendah di beberapa
negara karena tingkat pendapatan yang rendah secara nasional, dengan kata
lain, kemiskinan yang menjadi penyebab kurang gizi dan rentannya penduduk
terhadap berbagai penyakit, kemiskinan di sini mencakup kemiskinan
perorangan maupun kemiskinan negara (Satyareni, 2011).

6
Penyakit tropis merupakan penyakit yang menjangkit pada area tropis,
penyakit ini meliputi penyakit menular maupun tidak menular. Jenis- jenis penyakit
tropis disebabkan oleh perubahan cuaca. Penularan penyakit tropis dapat melalui
bakteri yang ada dalam kandungan udara, makanan, atau pada tubuh manusia
(Maharani, 2013).
Penularan terutama dari orang ke orang melalui penghirupan udara yang
terinfeksi selama melakukan kontak dekat. Oleh sebab itu penyakit tersebut dapat
dideteksi gejala awal yaitu berupa demam dan disusul oleh beberapa gejala
pendukung untuk mengetahui deteksi awal salah satu penyakit tropis yang dialami
oleh pasien (Maharani, 2013).
Epidemik merupakan suatu keadaan dimana berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam populasi pada suatu tempat yang melebihi perkiraan
kejadian yang normal dalam periode yang singkat. Bila penyakit tersebut
selalu terdapat dalam suatu tempat begitupun dengan faktor penyebabnya
maka dikatakan Endemik, kemudian bila penyakit tersebut mempunyai ruang
lingkup penyebaran yang sangat luas (global) maka disebut Pandemik
(Rusdi.,dkk, 2013).
Model epidemik adalah model matematika yang digunakan untuk
mengetahui penyebaran penyakit menular, khususnya menyangkut terjadi
atau tidaknya keadaaan epidemik serta pengaruh yang ditimbulkan. Model
epidemik yang pertama kali menjelaskan masalah penyebaran penyakit
adalah model SIR yang dikemukakan oleh Kermack dan McKendrick pada
tahun 1927. Model ini terdiri atas tiga kompartemen (kelas) yaitu S
(susceptible) menyatakan banyaknya individu yang rentan penyakit, I
(infected) menyatakan banyaknya individu yang terinfeksi penyakit dan R
(removed) menyatakan banyaknya individu yang sembuh dari penyakit. Pada
perkembangannya model ini terus dimodifikasi dengan asumsi yang berbeda-
beda agar dapat menjelaskan berbagai fenomena penyakit yang makin
kompleks (Rusdi.,dkk, 2013).
Model epidemi merupakan salah satu model matematika yang dapat
menggambarkan pola penyebaran penyakit. Kesesuaian model epidemi
dengan kasus nyata penyebaran penyakit mengakibatkan banyak dilakukan

7
pengembangan model epidemi. Menurut Isham, pengembangan model
epidemi dilakukan dengan menambah variabel dan menambah perlakuan
sesuai tujuan yang diinginkan. Selain itu, pengembangan dari model epidemi
juga dapat dilakukan dengan melakukan analogi model epidemi atau proses
penyebaran penyakit dengan proses yang memiliki perilaku sama sehingga
diperoleh model baru (Maftuhah.,dkk, 2013).
Terdapat berbagai tipe formulasi penyusun model (compartments),
pemilihan penggunaan formulasi pembangun model berdasarkan pada
karakteristik khusus penyakit yang akan dimodelkan dan tujuan pemodelan.
Beberapa pola compartments yang sering digunakan adalah MSEIR,
MSEIRS, SEIR, SEIRS, SIR, SIRS, SEI, SEIS, SI, and SIS. Pemodelan
persebaran penyakit dalam suatu populasi tertentu, bersifat epidemis dan
disebabkan oleh virus dimodelkan menggunakan Suceptible Infectious
Recovered (SIR) (Suprihadi dan Latuperissa, 2012).
SIR adalah klasifikasi populasi berdasarkan pada derajad kerentanan
terhadap penyakit dan mekanisme proses transmisi peyakit pada manusia.
Ada tiga klasifikasi, kelompok populasi yang potensial/beresiko tertular
(Susceptible), kelompok populasi yang telah terinfeksi/ penyebaran penyakit
(Infectious ) dan kelompok populasi yang telah mengalami penyembuhan
(Removed/Recovered ) sebagai akibat mekanisme sistem imun, atau proses
karantina atau mengalami kematian. Kelompok populasi pada vektor nyamuk
terdiri dari dua klasifikasi, yaitu kelompok populasi yang potensial/beresiko
menular (Susceptible ) dan kelompok populasi terinfeksi/penyebaran penyakit
(Infectious) (Suprihadi dan Latuperissa, 2012).
Menurut Supradi dan Latuperissa (2012), menyatakan bahwa beberapa
asumsi dasar model SIR adalah sebagai berikut :

1. Populasi bersifat tertutup, tidak ada kelahiran, kematian dan migrasi yang
terepresentasi dalam model.
2. Populasi bersifat homogen dan acak, probabilitas kontak antar dua
individual tidak hanya ditentukan oleh dua individu tersebut, dengan

8
demikian memiliki karakteristik kontak yang sama dengan individu
lainnya.
3. Populasi/penduduk suatu daerah diinisialisasi sebagai N −m , adanya
individu yang telah terinfeksi pada suatu populasi/penduduk yang
potensial/beresiko tertular.
4. Proses penularan terjadi jika terjadi kontak antara kelompok individu yang
potensial/beresiko menular (Susceptible) dan kelompok populasi
terinfeksi/penyebaran penyakit (Infectious).
5. Kejadian kontak pada setiap individu dengan individu lainnya pada waktu
Ν
tertentu dihitung sebagai proses Poisson dengan parameter : 𝛽 yang mana β

adalah rerata kontak atau rerata terinfeksi pada suatu populasi/penduduk


(N).
Model epidemi dapat dianalogikan dengan proses pengiriman paket
data (routing). Routing adalah proses pemilihan jalur untuk pengiriman paket
data dari node satu ke node yang lain dalam suatu jaringan mobile. Pada
routing dipilih jalur pengiriman paket data yang stabil, yaitu jalur dengan
semua nodedapat memiliki paket data (Maftuhah.,dkk, 2013).
Analogi antara model epidemi dan routing dapat dilihat berdasarkan
proses dan variabel yang berpengaruh, sehingga dengan dilakukannya analogi
maka dapat mempermudah memperoleh model epidemi routing
(Maftuhah.,dkk, 2013).
Model epidemi routing mengacu pada. Model epidemi routing
menjelaskan proses pengiriman paket data dalam suatu jaringan mobile
(routing)melalui analogi pada proses penyebaran penyakit. Analogi antara
model epidemicdan routing dapat dilihat berdasarkan proses dan variabel
yang berpengaruh.Model epidemi routing dapat menggambarkan pola
pengiriman paket data padajaringan mobile berdasarkan banyaknya node
yang memiliki paket data tiap satusatuan waktu (Maftuhah.,dkk, 2013).
Proses pengiriman paket data pada routing dinyatakan dengan
algoritma store-carry-forward. Store-carry-forward adalah node yang
memiliki paket data danmembawa paket data tersebut untuk mengirimkannya

9
ke node lain yang belummemiliki paket data. Model epidemic yang prosesnya
sesuai dengan algoritma pada routing adalah model susceptible infected (SI).
Model SI menggambarkan proses penyebaran penyakit dari individuyang
terinfeksi penyakit ke individu yang belum terinfeksi penyakit sampai
semuaindividu terinfeksi penyakit tersebut. Selain proses, variabel yang
berpengaruhpada routing dan model epidemi juga memiliki kesamaan. Node
yang belum memiliki paket data pada routing dapat dianalogikan dengan
individu yang belumterinfeksi pada model epidemi dan node yang memiliki
paket data pada routing dapat dianalogikan dengan individu yang terinfeksi
pada model epidemic (Maftuhah.,dkk, 2013).
Menurut Maftuhah.,dkk (2013), menyatakan bahwa karena proses
pengiriman paket data pada routing dapat dianalogikan dengan model SI,
maka asumsi yang digunakan pada model epidemi routing mengacu pada
model SI.
1. Pengiriman paket data terjadi pada suatu jaringan mobile dengan
banyaknya node konstan.
2. Terdapat satu node awal yang memiliki paket data.
3. Setiap node mempunyai peluang yang sama untuk memiliki paket data.
4. Hanya satu paket data yang dapat dikirimkan.
5. Satu node hanya dapat mengirimkan dan menerima paket data sebanyak
satu kali.
2.3 Penyebab Ketimpangan Beban Penyakit Tropis
Ketimpangan adalah persoalan sosial karena ia sudah diidap
masyarakat dan peradaban sejak lahir: perbedaan kekuasaan dan
kesejahteraan. Secara umum minat pada Lugasnya, berbicara tentang
ketimpangan tak bisa dilepaskan dengan dimensi keadilan, terutama struktur-
struktur sosial yang adil. Meminjam Branko Milanovic,1 ketimpangan dapat
dipilah menjadi tiga (i) ketimpangan antarindividu dalam suatu negara, (ii)
ketimpangan antarnegara, dan (iii) ketimpangan antarindividu dalam tata
global (global inequality).

10
Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering
terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Tidak hanya di Indonesia, tapi
hampir di semua negara miskin dan berkembang, penyakit tropis ini dapat
mewabah dengan cepat dan menjadi salah satu faktor peningkat angka
kematian. Banyak faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tropis ini.
Sebagai contohnya adalah sanitasi yang buruk di lingkungan kumuh dan
kotor. Dari hal tersebut, tidak hanya instansi-instansi pemerintah saja yang
diharapkan dapat melakukan pencegahan penyebaran penyakit tropis, tapi
masyarakat juga harus ikut serta mendukung hal ini dengan menumbuhkan
kesadaran dan kepedulian diri sendiri terhadap lingkungan (Salim dkk.,
2003).
Penyakit tropis adalah penyakit yang menjangkit pada daerah tropis
dan. Disebut sebagai penyakit tropis karena erat kaitannya dengan iklim yang
terjadi di wilayah tropis. Adanya musim kemarau (panas) yang panjang serta
terjadinya musim hujan dengan volume tinggi, sangat mempengaruhi
pembentukan tempat berkembang biak agen penyakit. Suhu musim kemarau
yang tinggi dapat mendukung replikasi agen penyakit,baik di dalam maupun
di luar organism biologis. Faktor sosio-ekonomi juga sangat mendukung,
karena sebagian besar negara-negara temiskin di dunia berada di wilayah
tropis. Perubahan iklim dan pemanasan global yang disebabkan oleh efek
rumah kaca, telah menyebabkan penyakit tropis dan vektor menyebar ke
ketinggian yang lebih tinggi di daerah pegunungan (Natadisastra, 2005).
Disamping itu, juga ke wilayah dengan lintang yang lebih tinggi,
yang sebelumnya terhindar, seperti Amerika Serikat Selatan dan daerah
Mediterania. Pemanasan global menaikkan ketinggian orografis pembentukan
awan, dan dengan demikian menghasilkan cakupan awan yang akan
memfasilitasi kondisi pertumbuhan yang optimal bagi patogen. Aktivitas
manusia mengeksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi,
meningkatnya imigrasi, perjalanan internasional dan wisata lainnya ke
daerah tropis telah menyebabkan peningkatan insiden penyakit tersebut
(Natadisastra, 2005).

11
Indonesia sebagai negara berkembang dekade saat ini dan kedepan
diperkirakan akan berada pada fase ketiga ini yaitu “The age of triple health
burden”. Tiga beban ganda kesehatan yang pertama Beban pertama yang
dihadapi Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan penyakit menular
“klasik”. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir
semua Negara berkembang apalagi negara tersebut berada pada daerah tropis
dan sub-tropis. Angka kesakitan dan kematian relatif cukup tinggi dan
berlangsung sangat cepat menjadi masalahnya. Sebut saja Tuberkulosis (TB),
Kusta, Diare, DBD, Filarisisi, Malaria, Leptospirosis dan masih banyak lagi
teman-temannya. Seolah Indonesia sudah menjadi rumah yang nyaman buat
mereka tinggal (baca:endemis). Sudah berpuluh-puluh tahun pemerintah kita
mencoba membuat program memberantas bahkan mengeliminasi penyakit ini
namun penyakit ini belum juga mau pergi dari Indonesia, Sudah Trilyunan
Rupiah dikeluarkan agar mereka mau meninggalkan Indonesia, Malah trend
kasusnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Sarimawar dkk.,
2011).
Beban Kedua yang dihadapi Indonesia adalah tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular (Non-Communicable
Disease). Sebut saja Hipertensi, Diabetes Mellitus, Penyakit Cardiovaskuler
(CVD), Ischemic Heart Disese, PPOK, Kanker dan teman-temannya. Masalah
utamanya adalah angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di
Indonesia sudah lebih tinggi daripada kematian akibat penyakit menular. pada
tahun 1995 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 41,7 persen dan
tahun 2007 meningkat menjadi 59,5 persen, ini yang tercatat di pelayanan
kesehatan bagaimana dengan yang tidak tercatat ? Ini juga menjadi salah satu
masalah PTM sekarang ini, pencatatan yang hampir tidak ada sama sekali di
pelayanan kesehatan, sehingga sulit menentukan besaran masalahnya dan
menentukan kebijakan di daerah maupun pusat (Sarimawar dkk., 2011).
Beban ketiga yang dihadapi Indonesia adalah munculnya penyakit
baru (new emerging Infectious Disease). Sebut saja HIV (1983), SARS
(2003), Avian Influenza (2004), H1N1 (2009). Penyakit ini rata-rata

12
disebabkan oleh virus lama yang berganti baju (baca:bermutasi) itulah yang
menyebabkan tubuh manusia sering tidak mengenalnya dengan cepat.
Akibatnya angka kesakitan dan kematian pada penyakit ini sangat tinggi dan
berlangsung sangat cepat (Sarimawar dkk., 2011).
Adanya penyakit infeksi yang baru ataupun penyakit infeksi lama
yang muncul kembali merupakan konskuensi logis dari sebuah proses evolusi
alam, selain itu kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah dirinya,
manusia dengan perubahan teknologi dan perilakunya juga memberikan
peluang kepada mikroba untuk secara alamiah merekayasa dirinya secara
genetik, perubahan iklim global juga turut campur dalam timbul dan
berkembangnya penyakit baru ini.
Pengendalian penyakit infeksi baru bermacam-macam pendekatan
namun diperlukan pemahaman teradap 2 hal yakni epidemiologi global
penyakit atau dinamika penyebaran penyakit secara global dan pemahaman
terhadap cara-cara penularan lokal (Achmadi,2009).
Dengan melihat gambaran di atas, Indonesia 10-20 tahun kedepan
belum mampu mewujudkan Indonesia Sehat. Kami hanya mampu
menyarankan kepada anda untuk membantu pemerintah mempercepat
terwujudnya Indonesia sehat dengan Berpikir Sehat, Berperilaku bersih dan
Sehat, dan Mengajak orang-orang untuk hidup Sehat. Karena dengan
bergerak bersama-sama Kita bisa mewujudkan mimpi itu, melihat indonesia
sehat (Sarimawar dkk., 2011).
Transisi epidemiologi yang dimaksud adalah perubahan distribusi dan
faktor-faktor penyebab terkait yang melahirkan masalah epidemiologi yang
baru. keadaan transisi epidemiologi ini ditandai dengan perubahan pola
frekuensi penyakit (Sarimawar dkk., 2011).
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan kompleks dalam
pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi
penurunan prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan
penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal
ini terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan

13
meningkatnya umur harapan hidup yang berarti meningkatnya pola risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hipertensi dan lain-lain (Sarimawar dkk., 2011).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses transmisi
(perpindahan) penyakit dari sumber (resource) penular atau sering disebut
dengan reservoar ke reservoar lainnya.
2. Model epidemik adalah model matematika yang digunakan untuk
mengetahui penyebaran penyakit menular, khususnya menyangkut terjadi
atau tidaknya keadaaan epidemik serta pengaruh yang ditimbulkan.
3. Ketimpangan adalah persoalan sosial karena ia sudah diidap masyarakat
dan peradaban sejak lahir: Penyakit tropis adalah penyakit yang
menjangkit pada daerah tropis dan. Disebut sebagai penyakit tropis karena
erat kaitannya dengan iklim yang terjadi di wilayah tropis Beban pertama
yang dihadapi Indonesia adalah masih tingginya angka kesakitan penyakit
menular “klasik”. Beban Kedua yang dihadapi Indonesia adalah tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak Menular (Non-
Communicable Disease). Beban ketiga yang dihadapi Indonesia adalah
munculnya penyakit baru (new emerging Infectious Disease). Sebut saja
HIV (1983), SARS

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dinkes terkait lebih bekerja keras
dalam menuntaskan masalah terkait penyakit tropis yang masih tinggi di

14
Indonesia yang berdampak pada terjadinya ketimpangan beban ganda
penyakit tropis yang meresahan masyarakat serta negara Indonesia sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Boucher, Hellen. 2012. Infection Disease Clinics of North America. Vol 26. No.2.

Djaenudin. N. 2005. Parasitologi Kedoteran.Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Djafri. 2013. Pemodelan Epidemiologi dan Analisis Dinamika Wabah Penyakit


Menular. Universitas Andalas. Padang.

Djaja. S. Dkk., Perjalanan Transisi Epidemiologi Di Indonesia dan Implikasi


Penanganannya Studi Mortalitas Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jurnal Epidemiologi. 3 (2). 119-128 : Sumatra.

Maftuhah,dkk. Model Epidemi Routing. Prosiding SNMPM Universitas Sebelas


Maret 2013. Vol 2. 2013

Maharani Septya. Penerapan Metode Certainty Factor Dalam Mendeteksi Dini


Penyakit Tropis Pada Balita. Jurnal Informatika Mulawarman. Vol 8 No
1. 2013.

Novita.S. 2003. Problem Gastereoenterologi Daerah Tropis. Buku Kedokteran


EGC.

Rusdi Wahyudi, Toaha Syamsuddin dan Kusuma Jeffry. 2013. Kestabilan Model
Epidemik Seir Dengan Waktu Tunda. Universitas Hasanuddin. Makassar

Satyareni Diema Hernyka. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Infeksi Tropis


Dengan Menggunakan Forward Dan Backward chaining. Jurnal
Teknologi. Vol 1 No 2. 2011

Suprihadi dan Latuperissa Rudy. Pembuatan Model Transmisi dan Dinamika


Persebaran Virus H5N1 Sebagai Sistem Manajemen Bencana Endemik
Flu Burung di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah Dengan
Pedekatan Statistik. ISSN: 1978-8282. Vol 6 No 2. 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai