Anda di halaman 1dari 7

PT.

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Keuagan Lanjutan

Disusun oleh :
Kelompok 4
Kiki Satria Hutama Putra (62201115027)
Shinta Dewi N (62201115034)
Indah Nuraisyah (62201115040)
Rany Monica S (62201115046)
Dilla Oktaviani (62201115043)

Progam Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Nurtanio Bandung
2017
1) Akuisisi merupakan kegiatan hukum usaha yang dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorangan dalam pengambilalihan saham ataupun asset baik seluruh atau sebagian dari
suatu perseroan sehingga akan terjadi pengalihan pengendalian dari perseroan tersebut.
Akuisisi adalah suatu pengambilalihan kepemilikan dan control manajemen oleh suatu
perusahaan terhadap perusahaan yang lain. Pada dasarnya, kegiatan akuisisi berbeda dengan
kegiatan merger ataupun jenis ekspansi usaha lainnya. Pada kegiatan akuisisi, perusahaan
yang mengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi tetap eksis. Penggabungan usaha tersebut
tidak mengubah status hokum kedua perusahaan yang melakukan kegitan akuisisi, namun
timbul suatu hubungan yakni perusahaan induk dan perusahaan anak.
Beberapa kelebihan akuisisi, diantaranya :
a. Perusahaan yang terakuisisi tetap eksis, sehingga tidak mengurangi pencitraan terhadap
kedua perusahaan yang melakukan akuisisi.
b. Perusahaan yang akan mengakuisisi dapat langsung berurusan dengan para pemegang
saham dari perusahaan yang akan diakuisisi, sehingga tidak memerlukan persetujuan
pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi.

Selain memiliki kelebihan, akuisisi juga memiliki kekurangan diantaranya :

a. Jika pemegang saham minoritas dari perusahaan terakuisisi banyak yang tidak setuju
dnegan kegiatan akuisisi, maka kegiatan akuisisi tidak akan terjadi. Dalam prakteknya,
suara yang dibutuhkan oleh kesuksesan terjadinya akuisisi yakni sekitar dua per tiga dari
pemegang saham perusahaan terakuisisi baik pemegang saham mayoritas dan minoritas.
b. Dalam kegiatan akuisisi, asset dari perusahaan yang diakuisisi harus dibalik nama secara
hokum. Dan proses tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk dengan merek
dagang “Tiga Roda” menerapkan jenis akuisisi :
1. Akuisisi Konglomerat, yaitu kombinasi dari akuisisi horizontal dan akuisisi vertical
(berbeda perusahaan) seperti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk melalui anak
perusahaannya yaitu PT Dian Abadi Perkasa dan PT Indomix Perkasa menguasai 100%
saham PT Bahan Indonor, sebuah perusahaan dibidang transportasi laut.
2. Akuisisi Saham, yaitu dilakukan dengan cara membeli seluruh sahm-saham perusahaan
yang akan diakuisisi atau dengan melakukan penyetoran atas sebagian atau seluruh
saham yang belum dan akan dikeluarkan perusahaan yang akan diakuisisi.
3. Akuisisi Asset, yaitu kegiatan akuisisi melalui kegiatan jual beli atau tukar menukar asset
antara perusahaan yang melakukan akuisisi asset dengan perusahaan yang akan diakuisisi.
4. Akuisisi eksternal, adalah akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap
perusahaan lainnya yang buka satu group.
2) Alasan umum perusahaan melakukan akuisisi adalah proses yang lebih cepat daripada harus
membangun unit usaha sendiri dari awal, meskipun alasan tersebut benar alsan yang palin
mendasari adalah motif ekonomi. Selain itu, akuisisi bertujuan untuk mendapat sinergi atau
nilai tambah. Sinergi atau nilai tambah adalah bahwa yaitu gabungan nilai antara perusahaan
yang mengakuisisi dan yang diakuisisi harus lebih besar dari jumlah nilai kedua perusahaan
tersebut.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk mempunyai
motif untuk melakukan akuisisi antara lain :
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger
dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan
esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan
didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan
subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin, 2003).
1. Motif Ekonomi
Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar
perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi
pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh
aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi dilakukan
untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan. Biasanya perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan
economies of scale dan economies of scope.
2. Motif Sinergi
Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah
menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan
akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum
merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari
kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa
sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan
dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri.
Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber :
a. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen,
pemasaran, produksi atau distribusi;
b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi
yang lebih baik oleh para analisis sekuritas;
c. Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih
efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan
d. Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001).
3. Peningkatan Pendapatan
Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran yang
lebih baik, strategi benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang lebih baik dapat
terjadi karena pemilihan bentuk dan media promosi yang lebih tepat, memperbaiki sistem
distribusi, dan menyeimbangkan komposisi produk. Strategi benefits memungkinkan
perusahaan mengembangkan produk, atau menembus target pasar yang semula sulit
untuk dilakukan. Sedangkan peningkatan daya saing dapat terjadi apabila penggabungan
usaha tersebut meningkatkan pengusaan pasar oleh perusahaan sehingga menimbulkan
kekuatan monopoli.
4. Penurunan biaya
Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang
dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale) menghilangkan
manajemen yang kurang efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer, juga
merupakan sumber-sumber untuk mengurangi biaya.
5. Penghematan pajak
Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensi memperoleh penghematan pajak. Salah
satu sumber penghematan pajak adalah untuk meningkatkan debt capacity. Apabila
penggabungan perusahaan menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu
meminjam lebih besar tanpa harus meningkatkan biaya kebangkrutan, maka tambahan
pinjaman tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam bentuk tax savings.
6. Diversifikasi
Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu keinginan untuk
memasuki industri yang lebih luas dan menguntungkan dimana industri target berada,
dan dengan menggabungkan dua badan usaha yang berbeda ini, maka akan memiliki jenis
usaha yang lebih besar tanpa harus memulai usaha dari awal, karena semuanya sudah
dirintis oleh perusahaan yang diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi hanya
melanjutkan apa yang telah ada.
3) Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menerapkan
metode akuisisi yaitu :
a. Metode pembelian (by purchase)
Yaitu apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana
bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang
diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut berakibat
para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansil di
dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan, sebagai akibat
kombinasi usaha itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru.
b. Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest)
Yaitu pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana pemegang-
pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi
pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari
perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak
perusahaan.
4) Perbedaan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi adalah kinerja keuangan
perusahaan yang meningkat atau menurun kinerja keuangan perusahaan yang meningkat
akan menjadikan perusahaan berdaya saing tinggi. Sebaliknya kinerja keuangan perusahaan
yang menurun akan menjadikan perusahaan tidak mampu bersaing, kinerja keuangan yang
meningkat merupakan prestasi dari keputusan akuisisi yang dilakukan dan sebaliknya jika
kinerja keuangan menurun maka keputusan melakukan akuisisi adalah salah.
Berdasarkan diskusi kelompok kami, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pelaporan
keuangan yang diterapkan adalah kinerja keuangan perusaahan menjadi alat ukur bagi
investor untuk menilai suatu perusahaan sehingga perusahaan akan menjaga kondisi
keuangan dalam posisi yang aman. Perubahan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah melakukan akuisisi dapat dinilai melaalui analisis terhadap laporan keuangan dengan
menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan yang digunakan adalah :
1. Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur utang perusahaan (Debt To Total Equity Ratio,
Debt to Total Assets Ratio)
2. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur penggunaan kas oleh perusahaan (Net
Working Capital to Total Assets, Current Ratio, Quick Ratio)
3. Rasio Efisiensi adalah rasio yang mengukur tingkat keefisienan perusahaan dalam
menggunakan asset-assetnya (Asset Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio)
4. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari investasi yang
dilakukan (Return On Investment/On Assets, Return On Equity)
5) Dalam data statistik Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pertumbuhan konsumsi semen di
Indonesia menunjukkan trend kenaikan yang positif, rata-rata pertahun mencapai angka 8.4
% dalam kurun waktu 2010-2015. Namun angka tersebut masih di bawah kapasitas produksi
semen nasional. Berdasarkan data Sistem Informasi Investasi dan Pasar Infrastruktur (SIIPI)
kurun waktu 2010-2015 menunjukkan peningkatan. Untuk tahun 2015 saja kapasitas produksi
mencapai 75,3 juta ton.
Jika dihitung berdasarkan konsumsi perkapita, konsumsi semen di Indonesia tergolong masih
rendah baru diangka 300 kilogram perkapita. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan
dengan konsumsi semen di Malaysia yang mencapai lebih dari 600 kilogram per kapita. Hal
tersebut menunjukkan pembangunan infrastruktur masih terbelakang. Positifnya, program
pemerintah dalam percepatan pembangunan infrastruktur akan terus berkembang guna
menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam upaya tersebut, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo,
mendukung penuh dengan merealisasikan melalui Master Plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satunya terlihat dalam alokasi APBN untuk
pembangunan infrastrukutur mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, untuk tahun 2016 dananya
mencapai lebih dari 300 triliun rupiah. Kenaikan tajam terlihat antara tahun 2014 hingga 2015 yang
disebabkan oleh realokasi dana subsidi energi dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. Ini tentu
akan berimbas pada permintaan semen nasional yang meningkat. ASI memprediksikan konsumsi
semen nasional akan menyentuh angka 85-90 juta ton pada tahun 2017.

Beberapa program pemerintah yang akan mendukung industri semen nasional diantaranya
peluncuran program satu juta rumah pada April 2015, yang merupakan program pemerintah untuk
memberikan fasilitas rumah yang memadai bagi warga berpenghasilan rendah dimana setengah
alokasi pembangunannya menggunakan anggaran negara. Program pembangunan pedesaan senilai
Rp 47 triliun yang mulai dilaksanakan tahun ini. Program lainnya pembangunan pembangkit listrik
35.000 MW hingga 2019. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Hal ini tentu akan berdampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan
menginisiasi berkembangnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa. Yang hingga saat ini Pulau Jawa
masih menjadi konsumen utama konsumsi semen nasional yang mencapai lebih dari setengah total
konsumsi semen di Indonesia, diikuti oleh Sumatera.
Tren tersebut mendorong produsen semen nasional berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan
mengeluarkan investasi triliunan rupiah. Produsen semen nasional didominasi oleh tiga perusahaan
besar yaitu, PT Semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Holcim Indonesia. Diikuti PT
Semen Andalas, Semen Baturaja dan Bosowa Group. Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai Semen
Gresik). PT Semen Indonesia menguasai sekitar 43 persen dari penjualan pasar domestik. Diikuti oleh
Indocement Tunggal Prakarsa yang mengambil lebih dari 30 persen pasar. Di tempat ketiga, dengan
pangsa pasar sekitar 15 persen dikuasai oleh Holcim Indonesia, yang merupakan bagian dari Swiss
Holcim Group, salah satu produsen semen terbesar di seluruh dunia. Pangsa lainnya diambil oleh
pemain kecil termasuk Bosowa Corporation dan Semen Baturaja.
Masuknya perusahaan-perusahaan asing dari eropa ditambah dalam beberapa tahun terakhir dari
Thailand dan Tiongkok, membuat kompetisi di pasar semen nasional kian sengit. Menguatnya
isulingkungan di negara-negara eropa, pelemahan ekonomi di Tiongkok dan masih rendahnya
konsumsi semen negara-negara berkembang, jadi faktor utama dan membuat Indonesia menjadi
sasaran empuk ekspansi perusahaan-perusahan semen asing.
Tahun 2016 ini saja Indonesia kedatangan lima pendatang baru dalam industri semen yaitu Anhui
Keong (Tiongkok) beroperasi di Kalimantan Selatan yang memiliki kapasitas produksi tahunan 1.55
juta ton pertahun; kedua, Pan Asia (Pakistan) dengan merek Semen Bima yang diproduksi di Banyumas
Jawa Tengah dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 2 juta ton; ketiga, Siam Cement
merupakan unit produsen semen terbesar di Thailand yang pabriknya beroperasi di Sukabumi (Jawa
Barat), memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 1,9 juta ton semen pertahun; keempat,
Cemindo Gemilang dengan pabrik di Banten memiliki kapasitas produksi sebesar 4 juta ton pertahun;
dan kelima, Jui Shin Indonesia dengan pabrik di Karawang (Jawa Barat) yang memiliki kapasitas
produksi tahunan 2 juta ton dengan merek dagang Semen Garuda.
Tahun 2015 produksi semen nasional mencapai 75.3 juta ton sementara konsumsi nasional baru
menyentuh angka 62 juta ton. Data tersebut menunjukkan kapasita produksi semen nasional
mengalami kelebihan dibanding permintaan domestik. Jika melihat kelebihan kapasitas yang ada
sekarang, sebetulnya menjadi peluang bagi Indonesia untuk merambah pangsa pasar ekspor yang saat
ini tidak signifikan. Ekspor semen Indonesia mengalami naik turun rentang tahun 2010-2015. Tahun
lalu, ekspor semen mencapai 1 juta ton, naik 280% dari tahun sebelumnya 265,16 ribu ton. Sebanyak
561,76 ribu ton ekspor dalam bentuk semen dan sisanya 445,74 ribu ton berupa kerak semen.
Beberapa negara yang mempunyai peluang sebagai target pasar ekspor semen Indonesia diantaranya
Bangladesh, Afrika, Australia, Filipina dan Timur Tengah.
Pemerintah perlu menyikapi dengan membuat kebijakan pembatasan investasi asing dalam industri
semen di Indonesia. Kedatangan perusahaan asing hanya akan mengakibatkan kelebihan pasokan
lebih besar yang berimbas pada penurunan harga jual dan profitabilitas terbatas dan membuat
semakin sengitnya perebutan pangsa pasar semen domestik.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, perkembangan industry semen sangatlah singnifikan dilihat
dari perkebangan industry semen khususnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan
perkembangan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan yang signifikan.

6) Perbedaan dalam kasus ini dengan kasus sebelumnya dapat diliht dari:
a) jenis yang diterapkan, jika dalam kasus sebelumnya jenis yang digunakan yaitu Merger lain halnya
dalam kasus ini. Dalam kasus ini jenis yang digunakan adalah Akuisisi. Perbedaan Marger dan
Akuisisi dapat dilihat dari bentuk kepemilikannya.
b) Motif yang mendasari, jika dalam kasus sebelumnya hanya ada tiga motif yang mendasari adanya
penggabungan usaha yaitu: motif ekonomi, motif sinergi dan peminimalisiran resiko. Namun
dalam kasus ini motif yang digunakan yaitu motif ekonomi, motif sinergi, peningkatan
pendapatan, penurunan, penghematan pajak. Dalam kasus ini motif yang mendasari adanya
penggabungan usaha cukup banyak salah satunya adalah dengan memperhatikan factor ekonomi
dan biaya yang dikeluarkan, seperti pajak.
c) Motede yang digunakan, jika dalam kasus sebelumnya metode yang digunakan adalah Pooling of
Interest Method (Metode Penyatuan Kepemilikan) yang menekankan bahwa tidak adanya
pemindahan kepemilikan badan usaha. Namun dalah kasus ini terdapat dua metode yang
diterapkan yaitu Poling of Interst Method dan Purchase Method (metode pembelian). Dalam
kasus ini selain Pooling of Interest method namun juga ada Purchase Method yang digunakan,
yaitu memungkinkan adanya pemilik baru dalam penggabungan usaha ini..

Anda mungkin juga menyukai