Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MANAJEMEN GADAR WISATA PADA GIGITAN

BINATANG DAN TRAUMA SERANGAN EPILEPSI

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Sri Taati Agustina (1707029)


2. Irena Messen (1707016)
3. Adryan Yona (1707002)
4. M. Topan Santoso (1707038)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
1
2017-2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering
dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya
pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling
kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah
satunya adalah gigitan binatang yang menyebab infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat (rabies).
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti gigitan
ular, anjing, kucing dan monyet maka untuk dapat menambah pengetahuan
masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan
terhadap gigitan binatang tersebut.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang
dihadapi oleh para wisatawan. Binatang laut berbahaya dapat dibagi jadi dua
kelompok yaitu binatang laut yang menggigit dan binatang laut yang menyengat.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula
terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau
organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam
jangka panjang.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada
dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang
timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak
seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada
neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari
sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan
dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat
bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma
sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).
2
Serangan pertama pada Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa
anak-anak. Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia
berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan
80% tinggal di negara berkembang. Laporan WHO (2001) memperkirakan bahwa
rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang
penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan
insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang. Untuk
meningkatkan penaggulangan epilepsi secara keseluruhan, perlu ditingkatkan
penanggulangan epilepsi pada anak-anak dan remaja. Dalam menangani epilepsi
perlu diciptakan kerjasama yang baik antara orang tua, pengasuh, dokter, penderita,
anggota msyarakat yang banyak hubungannya dengan penderita,misalnya guru di
sekolah. Kerjasama yang baik berpengaruh positif terhadap hasil terapi, baik dari
segi perkembangan kepribadian, mental, penyesuaian diri terhadap lingkungan,
maupun dri segi mencegah kambuhnya serangan.
Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian
yang tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif,
dan gangguan psikiatrik. Pada penyandang usia anak-anak dan remaja,
permasalahan yang terkait dengan epilepsi menjadi lebih kompleks.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini
yaitu :
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga,binatang berbisa
dan binatang laut ?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga,binatang berbisa dan binatang laut ?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga,binatang berbisa dan binatang
laut ?

4. Apa definisi epilepsi?

5. Apa penyebab epilepsi?

6. Bagaimana Patofisiologi epilepsi?

7. Apa saja jenis - jenis epilepsi?

8. Apa gejala – gejala epilepsi?

9. Bagaimana komplikasi dari epilepsi?

3
10. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan epilepsi?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga, binatang berbisa
dan binatang laut
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga, binatang berbisa dan binatang
laut
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga, binatang berbisa dan
binatang laut

4. Untuk mengetahui definisi epilepsi

5. Untuk mengetahui penyebab epilepsi

6. Untuk mengetahui Patofisiologi epilepsi

7. Untuk mengetahui jenis - jenis epilepsi

8. Untuk mengetaui gejala-gejala epilepsi

9. Untuk mengetahui komplikasi dari epilepsi

10. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan epilepsi

BAB II
4
PEMBAHASAN

GIGITAN BINATANG

A. Pengertian
1. Definisi Gigitan Serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga
seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan
gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada
yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak
labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect bites
adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
2. Definisi gigitan binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti ular.
3. Definisi Gigitan Binatang Laut
Banyak hewan laut menggigit atau menyengat. Beberapa memberikan
racun melalui mereka gigi, tentakel, duri, atau kulit. Lainnya, seperti hiu,
tidak berbisa tetapi dapat menimbulkan gigitan serius dengan besar, gigi
yang tajam. Kebanyakan makhluk yang menyengat atau menggigit telah
mengembangkan perilaku ini sebagai mekanisme pertahanan atau untuk
membantu mereka berburu makanan. Kebanyakan sengatan hewan laut dan
gigitan disebabkan oleh kontak tidak disengaja. Misalnya, Anda bisa
menginjak ikan pari terkubur di pasir atau sikat terhadap ubur-ubur saat
berenang. Penyelam dan nelayan sangat beresiko karena sering dan lama
kontak mereka dengan kehidupan laut.

B. Etiologi
Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga dan binatang
berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu.

5
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada
penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota
keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan
reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat
berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya
dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.

C. Manifestasi Klinis
1. Gigitan Serangga
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah : Reaksi alergi berat
(anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam
kahidupan dan membutuhkan pertolongan darurat.

Tanda-tanda atau gejalanya adalah:


Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak
mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
1) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
2) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema).
3) Pusing dan kacau
4) Mual, diare, dan nyeri pada perut
5) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak

Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
1. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
a. Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
b. Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
c. Laba-laba gembel (hobo)
6
d. Kalajengking
2. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
a. Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati
setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah
pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan
dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak.
b. Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi.
c. Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali.
3. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
4. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
5. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit
serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah
penggunaan anti serum.
6. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
7. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.

Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau


mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan
untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah
gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari
protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada
penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut
api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka
dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi
terhadap mereka.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih
sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon
dan semut api berbeda-beda dalam menyengat. Ketika lebah menyengat, dia
melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu

7
terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak
melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat. Semut api
menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar
tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.

Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari


berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area
yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.Kulit yang terkena
gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut
terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan
peradangan akut.

Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak


napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari
reaksi yang disebut anafilaksis.Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan
serangga.Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan
dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat
besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga
mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.

2. Gigitan Binatang Berbisa


Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori mayor :
1. Efek lokal
Digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp)
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular
kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
2. Perdarahan
Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan
dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat
menyebabkan syok atau bahkan kematian.
3. Efek sistem saraf

8
Bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf.
Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum
mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual,
kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
4. Kematian otot
Bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid
Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata
Semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara
pada mata.

D. Penatalaksanaan
1. Gigitan Serangga
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya
kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es
sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun
dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga
(seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut
jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa
membantu mengurangi gatal-gatal.

b. Penatalaksanaan di rumah sakit


1. Tindakan Emergenci
a. Airway :Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
b. Breathing :Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak
bernafas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation :Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan.

2. Identifikasi Penyebab Keracunan


Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai

9
menunda usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera
dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ),
dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang
tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan. Keramas rambut dan
memandikan seluruh tubuh dengan sabun. Emesis, katarsis dan
kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi
kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat
tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi
pnemonia.

Anti dotum (Penawar Racun)


Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek
akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi
timbulk gejala-gejala atropinisasi ( mukamerah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit
selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam.
Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect
berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering
fatal.

2. Gigitan Binatang Berbisa


Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi
perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
a. Penatalaksanaan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk
mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat.
Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih
10
memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi
pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket,
kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang
tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.
Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi
ABC (Airway, Breathing, Circulation).

Pertolongan Pertama :
1. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus
mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut
sampai bisa mereka habis.
2. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat
ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan
imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap
posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk
mengurangi aliran bisa.
3. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti
petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi
beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah
envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di
masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat
menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat
meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4. Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai
longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5. Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi,
frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan
jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan
intubasi.
6. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular
yang mengigit kemungkinan berbisa.
7. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara
cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti
diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau
upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko
11
yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya
korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati
pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit
hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap
berbahaya atau bahkan fatal.
8. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi
gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit.
Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup
bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah.
Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat,
yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak
memperburuk rasa sakit.
9. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat
efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik
imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk
gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka
gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan
seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian
imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan
mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah
efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa
memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang
signifikan terdapat di sana.

b. Penatalaksanaan di Rumah Sakit


Bisa ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai effek fisiolgik yang
luas atau bervariasi. Sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler, sistem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi :
1. Mengistirahatkan korban
2. Melepskan benda yang mengikat seperti cincin
3. Memberikan kehangatan
4. Membersihkan luka
5. Menutup luka dengan balutan steril
6. Imobilisasi bagian tubuh di bawah tinggi jantung

Evaluasi awal departemen kedaruratan dilakukan dengan cepat meliputi :


1. Menentukan apakah ular berbisa atau tidak
12
2. Menentukan dimana dan kapan gigitan ular terjadi dan sekitar gigitan
3. Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala ( bekas gigi, nyeri,
edema, dan eritem jaringan yang digigit dan di dekatnya)
4. Menentukan keparahan dampak keracunan
5. Memantau tanda vital
6. Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau ares
pada beberapa titik.
7. Dapatkan data laboratorium yang tepat ( misalnya, HDL , urinalisis, dan
pemeriksaan pembekuan
Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa
dimana terjadi gigitan, dan kesehatan umum, serta usia korban. Tidak ada
protokol khusus penatalaksanaan gigitana ular. Pedoman umum meliputi :
1. Dapatkan data dasar laboratorium
2. Jangan gunakan es, tornikuet, heparin, kortikosteroid selama tahap
akut. Kortikosteroid dikontraindikasikan pada jam 6-8 jam pertama
setelah gigitan karena agens ini mendepresi produksi antibodi dan
menyembunyikan kerja antivenin ( antitoksin untuk bisa ular)
3. Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalksanaan hipotensi.
Jika vasopresin digunakan untuk penanganan hipotensi penggunaan
harus dalam jangka pendek
4. Bedah eksplorasi terhadap gigitan jarang di indikasikan
5. Observasi pasien dengan telitiselama 6 jam : pasien tidak pernah
dibiarkan tanpa peratian.

Pemberian antivenin ( antitoksin ). Antivenin paling efektif diberikan


selama 12 jam dan gigitan ular. Dosis bergantung pada tipe ular dan perkiraan
keparahan gigitan. Anak membutuhkan lebih banyka antinenin daripada orang
dewasa karena tubuhnya lebih kecil dan lebih rentan terhadap efek toksik bisa.
Uji kuliit atau mata harus dilakukan sebelumnya untuk dosis awal untuk
mendeteksi alergi terhadap antivenin.
Sebelum meberikan antivenin dan setiap 15 menit setelahnya, sekitar bagian
yang trekena diperiksa. Antivenin diberikan diberikan dengan tetesan IV
kapanpun mungkin, meskipun pemberian ini dapat dilakukan. Bergantung pada
keparahan gigitan ativenin dicairkan 500-1000ml salin normal: volume cairan
mungkin diturunkan untuk anak. Infus dimulai perlahan dan kecepatan
meningkata setelah 10 menit jika tidak ada reaksi. Dosis total harus di infus
selama 4-5 jam pertama setelah keracunan. Dosis awal di ulang sampai dengan

13
gejala menurun. Setelah gejala menurun, sekitar daerah yang terkena harus di
ukur 30-60 menit setelah 48 jam kemudian.
Penyebab paling umum dari reaksi serum adalah infus antivenin yang
paling sering terlalu cepat, meskipun sekitar 3% reaksi tidak berhubungan
dengan kecepatan infus. Reaksi yang dari perasaan penuh di wajah, urtikaria,
pruritus, keletihan dan khawatir. Gejala ini mungkin diikuti dengan situasi ini,
infus harus dihentikan segera dan diberikan defenhidramin IV. Vasopresor
digunakan jika terdapat syok. Resusitasi kedarurtan harus siap pada saat
antivenin diberikan.
Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan
mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit
kering dan pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan
yang mengancam nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin
membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong
korban bernafas. Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan
mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ
vital.

Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat


mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat.
Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat
membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah
kerusakan yang lebih lanjut pada mata. Penderajatan envenomasi membedakan
kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi
dalam ringan, sedang, atau berat.

 Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-
tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
 Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus
dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah
hematokrit atau trombosit).
 Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur
darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin
time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari

14
tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif. Penderajatan
envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom
ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika
korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-
tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda
sebelumnya dan berkembang menjadi gagal nafas. Bersihkan luka dan cari
pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus diperlukan jika korban
belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

3. Gigitan Binatang Laut


a. Pertolongan Pertama Pada Sengatan Hewan Laut
Perawatan pada sengatan hewa laut bervariasi tergantung pada jenis
gigitan atau sengatan. Tapi beberapa aturan umum yang berlaku untuk
penanganan sengatan hewan laut:
a. Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan
racun, kecuali dokter memerintahkan
b. Jangan memberi obat apapun.
c. Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya
dengan air laut.
d. Jika Anda menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
e. Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.

E. Komplikasi
a. Komplikasi pada pasien dengan gigitan serangga/binatang
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
b. Komplikasi pada pasien dengan gigitan binatang berbisa
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit
viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit.
Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat
terjadi. Jarang terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh
mereka yang lebih kecil. [5] Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul
dari envenomasi ular koral.

15
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas
tipe cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III).
Anafilaksis terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan
dengan degranulasi sel mast yang dapat berakibat laryngospasme,
vasodilatasi, dan kebocoran kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa
intervensi farmakologis. Serum sickness dengan gejala demam, sakit
kepala, bersin, pembengkakan kelenjar lymph, dan penurunan daya tahan,
muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian antivenin.

KONSEP DASAR EPILEPSI

A. Pengertian
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-
ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali
kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat
reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000).

16
Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya
kesadaran, gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas
otonom dan berbagai gangguan fisik.
B. Penyebab
1. Idiopatik.
2. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.
- trauma lahir
- trauma kepala
- tumor otak
- stroke
- cerebral edema
- hypoxia
- keracunan
- gangguan metabolik
- infeksi.

C. Patofisiologi
Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal
dari sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara
berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang
disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang
umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat
menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah
disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan
epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron
diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun
mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka
menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini
belum terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron
untuk melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya
epilepsi).
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah

17
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian
seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan
listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang
mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak
yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan
hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang
substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan
impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

D. Klasifikasi Epilepsi
1. Epilepsi Umum.
- Grand mal.
- Petit mal.
- Infantile spasm.
2. Epilepsi Jenis Focal / Parsial.
- Focal motor.
- Focal sensorik.
- Psikomotor.
Gejala :
Bangkitan umum :
 Tonik : 20 – 60 detik.kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher
dan punggung melengkung, jeritan epilepsi (aura).
 Klonik : spasmus 40 detik.flexi berseling relaksasi, hypertensi,
midriasis, takikardi, hyperhidrosis, hypersalivasi.
 Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti
klien sadar kembali

18
lesu, nyeri otot dan sakit kepala
klien tertidur 1-2 jam
3. Jenis parsial
 Sederhana : tidak terdapat gangguan kesadaran.
 Komplex : gangguan kesadaran.

E. Gejala-Gejala Epilepsi
1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau
gangguan penginderaan
2. Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptoge
3. Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan
tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya)
4. Napas terlihat sesak dan jantung berdebar
5. Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat.
6. Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik
khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa
yang tidak normal seperti pada keadaan normal
7. Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang
individu tingkat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
8. Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara
secara tiba- tiba
9. Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendang-
menendang
10. Gigi geliginya terkancing
11. Hitam bola matanya berputar- putar
12. Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil

F. Komplikasi
1. Kerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat
kejang berulang.
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

G. Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
 Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi
 Melakukan terapi simtomatik
 Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran
pengobatan yang dicapai, yakni:

19
 Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.Pengobatan
hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal
 Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika
penyebabnya adalah akibat gangguan metabolisme (hipoglikemia,
hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini biasanya akan ikut
menghilangkan serangan itu.
Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah
serangan. Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin
(difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik.
Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut di
atas.

Cara menanggulangi kejang epilepsi :


1. Selama Kejang
 Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin
tahu.
 Mengamankan pasien di lantai jika memungkinka
 Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras,
tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
 Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping
untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan.
2. Setelah Kejang
 Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi.
 Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi.
Yakinkan bahwa jalan napas paten.
 Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal
 Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah
kejang
 Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkunga
 Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama
kejang dan biarkan penderita beristirahat.
 Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba
untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member
restrein yang lembut
 Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk
 Pemberian pengobatan oleh dokter.

H. Pencegahan

20
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang
menggunakan obat antikonvulsi (konvulsi: spasma atau kekejangan kontraksi otot
yang keras dan terlalu banyak, disebabkan oleh proses pada system saraf pusat,
yang menimbulkan pula kekejangan pada bagian tubuh) yang digunakan
sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang
dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan
tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga
mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang
mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar
melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi
dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya
menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan
persalinan.
Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia
dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat
anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian
dari rencana pencegahan ini.

I. Penanganan pertama pada pasien epilepsy ditempat wisata


Penyakit Epilepsi ini adalah jenis penyakit yang dapat kambuh dimanapun
pasien sedang berada tergantung dari penyebab muncul pada sesaat sebelum
serangan kejang kambuh. berikut beberapa Pertolongan Pertama Pada Pasien
Epilepsi adalah :

21
Pertolongan Pertama Pada Pasien Epilepsi yang dapat Anda berikan kepada
pasien jika sedang berada di rumah atau didaerah yang jauh dari jangkauan
kesehatan dengan durasi kejang yang lama adalah midzalon yang dapat Anda
letakkan di mulut pasien atau dapat juga dengan diazepam sebagai bentuk sediaan
secara rektal.

1. Berusaha untuk selalu tetap tenang dan tidak panik ketika melihat pasien
sedang mengalami serangan kambuhan di manapun Anda berada.
2. Longgarkan semua baju atau kerah baju yang ia pakai, Tindakan ini berfungsi
sebagai membantu pernafasan pasien epilepsi lebih lancar.
3. Jangan berusaha untuk menahan gerakan kejang kejang yang sedang
menyerang pasien. Karena hal ini justru hanya dapat melukai mereka.
4. Jangan masukkan apapun ke mulut yang sedang mengalami kejang-kejang.
Mereka tidak akan mengigit lidah, jangan kawatir. Karena jika Anda
memasukkan sesuatu seperti sendok atau benda lainnya ke dalam mulut
pasien, hal ini hanya akan memicu pasien untuk mengalami muntah.
5. Perhatikanlah sekeliling Anda. Apakah orang itu berada di tempat yang
berbahaya, seperti di dekat tangga, kolam atau api? jika iya segera pindahkan
pasien ke tempat yang lebih aman.
6. Temani pasien epilepsi dan jangan biarkan mereka sendirian saat sedang
mengalami serangan. Jika mereka tidak ambruk, tapi terlihat kosong atau
bingung, tuntun mereka menjauh dari bahaya apapun yang ada disekitar.
Berbicaralah dengan tenang dan buat pasien percaya kepada Anda bahwa tidak
ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya.
7. Catat lama terjadinya serangan yang dialami pasien. Jika serangan berlangsung
selama menit tanpa berhenti, segera panggil ambulance atau siapkan
kendaraan untuk mengantarnya ke rumah sakit.

J. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan
diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis
serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan
masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping
yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit
kepala, dll.

22
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama
pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan
selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.
Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan
pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek
sama sekali.
Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya.
Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi,
atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari.
Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.
Pada epilepsi umum sekunder, obat-obat yang menjadi ini pertama
pengobatan adalah karbamazepin dan fenitoin. Gabapentin, lamotrigine,
fenobarbital, primidone, tiagabine, topiramate, dan asam valproat digunakan
sebagai pengobatan lini kedua. Terapi dimulai dengan obat anti epilepsi garis
pertama. Bila plasma konsentrasi obat di ambang atas tingkat terapeutis namun
penderita masih kejang dan AED tak ada efek samping, maka dosis harus
ditingkatkan. Bila perlu diberikan gabungan dari 2 atau lebih AED, bila tak
mempan diberikan AED tingkat kedua.

BAB III
PENUTUP

23
1. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu.
Salah satu penyebab keracunan adalah gigitan binatang.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang dihadapi
oleh para wisatawan dan orang yang berada/bekerja diair laut. Disamping itu
resiko karena sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut,
kondisi didasar laut dan jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga
menimbulkan resiko trauma diair laut.Binatang laut yang biasanya menyerang
para wisatawan yang berlibur di pantai adalah bulu babi, ikan pari, kerang laut,
ular laut, ubur-ubur, stonefish, gurita dan sebagainya. Keadaan yang sering
muncul apabila pasien telah tergigit dengan binatang laut adalah akan adanya
bekas gigitan pada kulit pasien,rasa gatal di area yang tergigit, kemerahan, suhu
tubuh meningkat, pasien merasa mual dan bahkan
muntak,sianosis,bengkak,pasien nampak kebingungan , perdarahan pasien
pingsan, lumpuh, sesak nafas, alergi, syok hipopolemik, nyeri kepala bahakan
pasien dapat meninggal apabila tidak ditangani dengan cepat.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada
dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang
timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak.
Ketidakseimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus
iritatif pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang
berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi
sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi
psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah,
pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya).
2. Saran
1. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan Gigitan
Binatang.
2. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih
mengetahui dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Keracunan dan Gigitan Binatang.
3. Sebagai tenaga kesehatan kita perlu melakukan pengkajian dengan teliti

melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam


24
berkomunikasi dengan klien. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan

yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap

profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan. Diharapkan kerja sama

yang baik dari berbagai pihak dari tim kesehatan lainnya khususnya dari pihak

keluarga agar selalu mengunjungi klien dalam menunjang keberhasilan

perawatan dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.


Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Doenges, M.E,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Djoni Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam,2009.h.280-3.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius.
FKUI : Jakarta

25
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran.:EGC.
Noer Syaifoellah.1996.Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai