Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Teknik Diabetes Mellitus

A. Pengertian

Menurut WHO (2016) ,Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang

disebabkan oleh genetik atau adanya defisiensi dalam produksi insulin yang

dilakukan oleh pankreas atau ketidakaktifan insulin yang diproduksi . DM

adalah gangguan kronis terhadap metabolisme karbohidrat , lemak ,dan protein

yang di tandai dengan meningkatnya kadar gula cepat

(Bahary&Syaify,2014)DM timbul akibat faktor metabolisme hormonal yang

terganggu sehingga menimbulkan menurunnya kekebalan tubuh , faktor

keturunan serta pola makan yang tidak sehat. Kelompok beresiko tinggi

terserang DM merupakan kelompok usia lebih dari 40 tahun,obesitas ,

memiliki tekanan darah yang tinggi , riwayat keluarga DM , riwayat kehamilan

dengan berat badan lahir bayi lebih dari 4 kg riwayat DM pada kehamilan dan

dislipidemia (Ruslianti, 2013) . (Ozcan ,2014).

B. Etiologi

Menurut Blacenda Mirana Verona (2015) , penyakit gula bisa disebabkan

oleh sejumlah faktor yang bisa dikelompokkan kepada faktor – faktor primer

dan sekunder.

a. Faktor – faktor primer,termasuk :

1. Bawaan

7
2. Kegemukan

3. Infeksi

4. Stress (kehmailan bisa menjadi bentuk stress)

5. Ketegangan mental

b. Faktor – faktor sekunder , termasuk :

a. Ketidakseimbangan hormonal

b. Penyakit – penyakit pankreas (infeksi virus yang menyebabkan radang

pankreas , karsinoma pankreas , tuberkulosa pankreas)

c. Penyakit – penyakit kandung empedu, thyroid, pituitary dan hati

d. Adanya inhibitor insulin yang tidak terindentifikasi

e. Faktor – faktor gizi ( orang yang tadinya aktif berubah menjadi gemuk

karena menurunnya kegiatan fisik dan bertambahnya makanan)

Menurut Dewani & Situnggang (2015) , berbagai penyebab munculnya

penyakit Diabetes Mellitus sebagai berikut :

1. Kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus

2. Salah satu saudara kandungnya mengidap diabetes

3. Salah satu anggota keluarganya , nenek , paman, bibi, atau sepupu

mengidap penyakit ini

4. Pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg

5. Pada waktu pemeriksaan kesehatan ditemukan kadar gula darah  200

mg/dl

6. Menderita penyakit lever ( hati) yang kronik dan berat

8
7. Terlalu lama mengonsumsi obat- obatan , suntikan , atau minum

golongan tablet kortikosteroid

Sedangkan , menurut Vitahealth ( 2016 ) , faktor – faktor yang

mempertinggi resiko diabetes mellitus :

1. Kelainan genetik

Diabetes dapat diturunkan menurut silsilah keluarga mengidap diabetes

karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat

menghasilkan insulin yang baik .

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis

dengan cepat setelah usia 40 tahun . diabetes sering muncul setelah

seseorang memasuki usia rawan tersebut .

3. Gaya hidup stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis – manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar

serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenangsementara untuk

meredakan stressnya .

4. Pola makan yang salah

a. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama – sama

meningkatkan resiko terkena diabetes . kurang gizi (manultrisi)

dapat merusak pankreas , sedangkan obesitas (gemuk berlebihan)

mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin).

9
b. Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan , masa anak – anak dan

pada usia dewasa akibat diet ketat berlebihan . sedangkan , kurang gizi

pada janin mungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengonsumsi

alkohol semasa hamil .

C. Patofisiologi

Pada Diabetes Mellitus terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin , yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin .

normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut , terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin

pada Diabetes Mellitus disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan

glukosa dalam jaringan.

D. Klasifikasi

Klasifikasi etiologi DM menurut American Diabetes Association (2014).

DM dapat dibagi ke dalam 4 jenis , yaitu :

Klasifikasi Etiologi
Diabetes tipe I (Destruksi Sel umumya mengarah
I kepada defisiensi insulin absolut.
Diabetes Tipe II (dari predominan resitensi insulin
II dengan defisiensi insulin relatif hingga predominan
defek sekresi dengan resistensi insulin
Tipe Lain
1. Insulin
III 2. Penyakit eksokrine pankreas
3. Endokrinopati
4. Imbas obat atau zat kimia

10
5. Infeksi

IV. Diabetes Mellitus Gestasional


a. DM Tipe I

DM tipe I disebabkan karena pankreas tidak menghasilkan insulin atau

hanya menghasilkan insulin dalam jumlah yang sangat sedikit (Soeharto,

2014). Terjadi penurunan berat badan pada penderita meskipun konsumsi

makanan tinggi. Hal ini disebabkan keadaan penderita yang mengalami

hiperglikemik sehingga menjadi lebih mudah merasa lapar dan haus.

Asupan air yang banyak akan mengakibatkan kecing yang banyak

(Tapan,2015).

Umumnya penderita DM tipe I adalah anak – anak atau masyarakat mudah

dan membutuhkan injeksi insulin yang dilakukan secara teratur untuk

menambah kekurangan produksi insulin. Dosis insulin yang diinjeksikan

harus diatur hingga sedemikian rupa sehingga sesuai dengan makana yang

seharusnya masuk kedalam tubuh dan energi yang harus dikeluarkan

(Soeharto,2014).

b. DM tipe II

DM tipe II terjadi akibat resistensi terhadap kerja insulin di jaringan

perifer tetapi tidak ditemukan defisiensi absolut insulin. Penyakit ini dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik dan meningkat pesat akibat faktor gaya

hidup atau pola makan pada usia menengah dan manula (Davey, 2015).

Menurut Tapan (2015), insulin yang dihasilkan pankreas dapatmembuka

pintu yang digunakan glukosa untuk masuk ke dalam sel. Glukosa

11
digunakan sebagai energi yang selanjutnya digunakan untuk aktivitas sel

tubuh. Jika tidak terdapat insulin glukosa tidak dapat masuk kedalam sel

tubuh dan tetap berada di dalam darah.dalam keadaan normal meskipun

jumlah insulin cukup namun apabila jumlah reseptor kurang.

c. DM tipe lain

DM tipe ini terjadi karena adanya etiologi lain , misalnya karena efek

genetik fungsi sel beta, efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus,

penyakit autoimun dan kelainan genetik lainnya (Ndraha,2014).

d. DM Gestasional

DM tipe ini terjadi pada wanita hamil dan mengacu pada wanita yang

menderita DM dan diketahui selama kehamilan. Wanita penderita DM

umumnya mengalami obesitas dan hanya berdiet tanpa berolahraga.

Penyakit yang ringan dan tanpa gejala ternyata memiliki insiden

komplikasi janin dan parental yang makin meningkat . selama kehamilan ,

penderita harus direklasifikasi sebagai penderita DM tipe I atau II ,

gangguan toleransi atau pradiabetes , atau kelainan sebelumnya toleransi

glukosa yang ditentukan pengujian setelah melahirkan (Guthrie and

Richard, 2015). penderita memiliki risiko yang lebih besar untuk

menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5 hingga 10 tahun

setelah melahirkan (ndraha, 2014).

12
E. Tanda dan Gejala

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa

polifagia , poliuria , polidipsia , lemas dan berat badan turun . gejala lain yang

mungkin dikeluhkan adalah kesemutan , gatal , mata kabur dan impotensi

pada pria , serta pruritus vulva pada wanita. (Mansjoer ,2015)

Menurut Vitahealth (2016) , gejala diabetes tipe I secara tiba – tiba pada

saat usia anak – anak sebagai akibat kelainan genetik dengan gejala sebagai

berikut :

Gejala – gejalanya antara lain :

1. Sering buang air kecil

2. Terus menerus lapar dan haus

3. Berat badan turun

4. Penglihatan kabur

5. Infeksi pada kulit yang berulang

6. Meningkatnya kadar gula darah pada air seni

7. Cenderung terjadinya pada mereka yang berusia dibawah usia 20 tahun

Sedangkan gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan – lahan sampai

menjadi gangguan yang jelas dan pada tahap permulaannya seperti pada

gejala diabetes tipe I , yaitu

1. Cepat lelah , kehilangan tenaga , dan merasa tidak fit

2. Sering buang air kecil

3. Terus menerus lapar dan haus

4. Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya

13
5. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun , tetapi

pravelensinya kini semakin tinggi pada golongan anak – anak dan remaja.

Gejala – gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai

keletihan akibat kerja . jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine ,

sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubuti semut adalah tanda

adanya gula. Gejala lain yang bisa muncul , adalah :

1. Penglihatan kabur

2. Luka yang lama sembuh

3. Kaki terasa kebas , geli atau merasa terbakar

4. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita

5. Impotensi pada pria

F. Komplikasi

Menurut Corwin (2013) komplikasi dabetes mellitus tipe I dan tipe II

dapat digolongkan menjadi komplikasi akut dan kronik yaitu :

a. Komplikasi Akut

1. Ketoasidosis Diabetik

Komplikasi akut diabetes tipe I yang ditandai dengan perburukan semua

gejala diabetes dan terjadi setelah stress fisik seperti kehamilan atau

penyakit akut atau trauma.

2. Coma Non Ketoktikhiperglikemia Hiperosmolar.

Komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe II karena

diabetes tipe II dapat mengalami hiperglikemia berat dengan kadar

14
glukosa darah lebih dari 300 mg/dl. Biasanya dijumpai pada lansia

pengidap diabetes setelah mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat.

3. Hipoglikemia

Pengidap diabetes tipe I dapat mengalam komplikasi akibat

hipoglikemia setelah injeksi insulin dan gejala yang mungkin terjadi

adalah kehilangan kesadaran.

b. Komplikasi Jangka Panjang

1. Sistem Kardiovaskuler

Terjadinya kerusakan mikrovaskuler di arteriol kecil , kapiler , venula dan

kerusakan juga terjadi di arteri besar dan sedang

2. Gangguan Pengliihatan

Meliputi renopati atau kerusakan pada retina diakibatkan tidak mendapat

oksigen

3. Sistem Saraf Perifer Hiperglikemia , termasuk hiperglokolisasi protein

yang menyebabkan fungsi saraf

G. Pencegahan

Menurut Vitahealth (2016) , gangguan keseimbangan gula darah dapat

dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makanan yang

salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress) , maka diabetes

sebenarnya dapat dicegah dengan cara berikut :

Bila kegemukan , turunkan berat badan . lakukan latihan gerakan

aerobic (berenang , bersepeda , jogging , jalan cepat) paling tidak tiga kali

15
seminggu , setiap kali 15 – 60 menit sampai berkeringat dan terengah – engah

tanpa membuat nafas menjadi sesak. .

Konsumsi gula sesedikit mungkin atau seperlunya , karena bukan

merupakan bagian penting dari menu yang sehat . kebutuhan zat gula darah

yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbohidrat yang

berasal dari beras , sereal , roti , kentang, atau bakmi dalam menu sehari –

hari.

2. Konsep Teknik Relaksasi Otot Progresif

A. Pengertian Teknik Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang

tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan

bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang

merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi otot progresif

memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot

yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik

relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010). Selain mudah

dan praktis dilakukan, relaksasi otot progresif dapat digunakan untuk terapi

sehari-hari yang digunakan penderita Diabetes Melitus (DM). Kita ketahui

pula bahwa penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang

tidak dapat disembuhkan, sehingga perlu penanganan yang terus menerus

untuk mengontrol hiperglikemi.Relaksasi otot progresif merupakan salah satu

bentuk mind-body therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh) dalam terapi

komplementer (Moyad & Hawks, 2009). JIME, Vol. 4. No. 1 ISSN 2442-

16
9511 April 2018 Jurnal Ilmiah Mandala Education 194 Brown 1997 dalam

Snyder & Lindquist (2002) menyebutkan bahwa respon stres merupakan

bagian dari jalur umpan balik yang tertutup antara otot-otot dan pikiran.

Penilaian terhadap stressor mengakibatkan ketegangan otot yang

mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur umpan balik. relaksasi otot

progresif akan menghambat jalur tersebut dengan cara mengaktivasi kerja

sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi hipotalamus melalui pemusatan

pikiran untuk memperkuat pikiran positif .

B. Manfaat Relaksasi Otot ProgresifBagi Kesehatan

1. Meredakan stress dan depresi

Manfaat pertama dari relaksasi otot progresif yang paling sering dirasakan

adalah dapat menurunkan tingkat stress dan juga depresi. Stress danjuga

depresi meruapakan salah satu ancaman yang dapat membahayakan diri

anda, karena dapat menyebabkan berbagai macam penyakit muncul,

seperti pusing dan juga sakit kepala. Maka dari itu, relaksasi otot progresif

ini terbukti sangat efektif dalam membantu meredakan dan juga

menurunkan tingkat stress dan juga depresi. Maka dari itu, relaksasi otot

progresif juga merupakan salah satu acuan dalam pemberian terapi secara

psikologis.

2. Dapat meredakan kecemasan dan phobia

Tidak hanya dapat menurunkan tingkat stress, namun relaksasi otot

progresif juga ternyata memiliki manfaat yang sangat baik dalam

menurunkan tingkat kecemasan dan juga phobia pada diri seseorang. Dan,

17
apabila kondisi terapi relaksasi otot progresif ini dilakukan secara terus

menerus, bukan tidak mungkin kecemasan dan juga phobia yang

dirasakan oleh klien dan juga pasien tersebut menjadi hilang dan tidak

terasa lagi.

3. Baik untuk penderita hipertensi

Beberapa penelitian baru-baru ini juga memperoleh kesimpulan, yang

menyebutkan bahwa manfaat relaksasi otot progresif ini ternyata mampu

mengatasi gangguan yang dialami oleh penderita tekanan hipertensi. Ya,

bagi yang mungkin memiliki gejala hipertensi dan tidak tahu cara yang

tepat untuk mengurangi bahkan menyembuhkan gejala ini, maka dapat

mencoba menggunakan teknik relaksasi otot progresif ini untuk

membantu menurunkan tekanan darah.

4. Dapat meredakan gangguan psikosomatis

Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan dan juga respon-

respon fisik yang muncul karena adanya suatu tekanan atau gejala

psikologis. Psikosomatis ini biasanya banyak sekali gejalanya, mulai dari

penyakit ringan, seperti demam, mimisan, sakit perut dan sebagainya,

hingga penyakit berat, seperti diabetes, dan juga kanker. Karena itu, gejala

psikosomatis ini pun harus cepat disadari, dan kemudian diatasi. Salah

satu teknik yang bisa membantu meredakan gejala psikosomatis ini adalah

teknik relaksasi otot progresif.

18
5. Baik untuk kesehatan otot tubuh agar tidak menjadi kaku

Teknik relaksasi otot progresif juga memiliki manfaat yang sangat baik

untuk membantu menjaga kesehatan dan juga ketahanan otot anda. Teknik

ini secara langsung membutuhkan kinerja otot dan juga dapat memberikan

aktivitas tersendiri bagi otot, agar tidak kaku, dan juga terasa sakit ketika

digunakan secara terus menerus.

6. Dapat mencegah kram dan kesemutan

Kram dan juga kesemutan biasanya trjadi pada bagian tangan dan juga

kaki. Salah satu hal yang dapat menyebabkan munculnya gejala kram dan

juga kesemutan ini adalah kondisi otot yang merasa lelah dan juga tidak

dapat bekerja dengan optimal. Karena itu, dengan manfaat relaksasi otot

progresif ini, maka otot yang merasa lelah dan juga merasa sakit ini dapat

teratasi dengan mudah, dan anda dapat terhindar dari rasa kram dan juga

kesemutan yang seringmengganggu aktivitas anda.

7. Melenturkan otot dan juga persendian

Manfaat relaksasi otot progresif bagi kesehatan adalah dapat membantu

melenturkan otot dan juga bagian persendian. Otot yang jarang

digunakan, dan juga terlalu sering digunakan akan berdampak rasa sakit,

karena terlalu tegang dan juga kaku. Hal ini tentu saja dapat menyebabkan

rasa sakit pada otot. Karena itu, dengan menggunakan teknik relaksasi

otot progresif ini, bagian persendian serta otot yang terasa kaku dapat

kembali seperti semula dan merasa lebih rileks.

19
8. Mencegah insomnia dan gangguan tidur

Relaksasi otot progresif juga memiliki manfaat yang efektif untuk

mencegah terjadinya insomnia dan juga munculnya gangguan tidur.

Dengan teknik relaksasi akan membuat tubuh terasa rileksa dan juga akan

terasa lebih santai, sehingga akan mencegah terjadinya insomnia

9. Menghilangkan pegal dan juga sakit pada leher

Salah satu gerakan dalam tekni relaksasi otot progresif terdapat pelatihan

pada bagian leher. Hal ini tentu saja akan sangat baik bagi anda yang

sering mengalami keluhan sakit dan juga pegal pada bagian leher. Dengan

mengaplikasikan teknik relaksasi otot progresif ini, amak rasa sakit dan

juga rasa pegal pada bagian leher anda akan cepat sembut dan leher anda

akan kembali normal

10. Terapi bagi penderita diabetes

Diabetes adalah suatu penyakit yang ditimbulkan akibat kurangnya

produk insulin, sel reseptor yang tidak dapat menangkap insulin

menyebabkan produksi gula meningkat. Dengan relaksasi tingkat

kepekaan menangkap bisa bertambah dan berjalan normal sehingga sel

peka dengan insulin.

3. Konsep Relaksasi Otot Progresif

A. Pengertian

Relaksasi Otot Progresif adalah prosedur untuk mendapatkan relaksasi

pada otot melalui dua langkah , yaitu dengan memberikan tegangan

pada suatu kelompok otot,dan menghentikan tegangan tersebut

20
kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut

menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan menghilang

(Richmond,2015)

B. Tujuan Relaksasi Otot Progresif

Menurut Smeltzer (2014), ada tujuan relaksasi otot progresif

sebagai berikut :

1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.

2. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot,

fobia ringan, gagap ringan

3. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

C. Langkah – Langkah Prosedur Relaksasi Otot Progresif

Menurut (Soebagio Imam , 2015) , berikut langkah – langkah

relaksasi otot progresif yaitu :

1. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepala.

b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan

relaks yang dialami.

e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

21
2. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan
sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah
menegang.
b. Jari-jari menghadap ke langit-langi

3. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada


bagian atas pangkal lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot
biseps akan menjadi tegang.

4. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya


mengendur.

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga


menyentuh kedua telinga.
b. Fokuskan perhatikan gerakan pada komtrak ketegangan yang
terjadi di bahu punggung atas, dan leher.

22
5. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah
(seperti dahi, mata, rahang dan mulut).

a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis


sampai otot terasa kulitnya keriput.

b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di


sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

7. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang


dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

8. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar


mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

8. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan


maupun belakang.

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru


kemudian otot leher bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

23
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher
dan punggung atas.
9. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

a. Gerakan membawa kepala ke muka.

b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan


di daerah leher bagian muka.
10. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.


b. Punggung dilengkungkan , Busungkan dada, tahan kondisi tegang
selama 10 detik, kemudian relaks.
c. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lurus.
11. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. .
Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan relaks

a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.


b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

24
12. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan
betis).

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.


b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

2. Konsep Kadar Gula Darah

A. Pengertian

Kadar gula darah adalah kandungan gula yang terdapat didalam darah.

Glukosa yang dialirkan oleh darah adalah sumber energi untuk sel.sel tubuh

yang akan meningkat dan akan kembali normal dalam waktu 2 jam.

Normalnya kadar gula darah puasa adalah 76-110 mg/dl dan kadar gula darah

2 jam setelah makan adalah 120-140 mg/dl (Sherwood,2014).

B. Jenis Kadar Gula Darah

1. Hipoglikemia

Menurut Dewani & Sitanggang (2015) hipoglikemia yaitu penyakit

yang timbul akibat kekurangan gula biasanya sampai dibawah 76 mg/dl .

25
hipoglikemia disebabkan pengobatan diabetes dengan obat – obatan anti

diabetik. Gejala hipoglikemia diikuti dengan tanda – tanda yaitu :

1. Sering lapar dan gemetar

2. Berkeringat dingin

3. Sering pusing dan sakit kepala

4. Mudah lelah dan sering pucat

5. Jantung berdebar dan tangan berkeringat

6. Hilang kesadaran dan bicara yang abnormal

Hipoglikemia harus segera diatasi agar kadar glukosa darah tidak

turun karena bisa menyebabkan kematian. Makanan yang mengandung

karbohidrat (tepung dan gula) yang dapat diserap dan dikonsumsi yaitu :

a. Permen agar (Jelly Bean) 5-6 buah , Permen gula (Barley Sugar) 4-5

buah

b. Gula 2 sendok teh yang dilarutkan ke dalam air teh

Jika gejala diatas tidak hilang dalam tempo 10-15 menit

konsumsimakanan berkarbohidrat harus diulangi . hal ini sebaiknya diikuti

dengan makan buah dan roti berlapis untuk mencegah terjadinya gejala

tadi . jika waktu makan telat dekat makanlah dengan cepat dari waktu yang

biasanya.

2. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan kadar gula darah yang tinggi.

Menurut Vitahealth (2013) , hiperglikemia adalah kelebihan gula yang

kronis didalam darah tinggi hingga mencapai ≥ 140 mg/dl.

26
Menurut Nurjanah & Julianti (2014) pada diabetes tipe I terjadi

penurunan kemampuan pankreas memproduksi hormon insulin karena

system kekebalan tubuh yang tidak berfungsi , sedangkan pada diabetes

tipe II terjadi karena hormon insulin yang ada didalam darah tidak dapat

bekerja secara efektif meskipun jumlah

Patokan – patokan yang dipakai di Indonesia adalah (Perkeni, 2014):

1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar glukosa darah. Pada ketetapan

terakhir yang dikeluarkan oleh WHO dalam petemuan tahun 2013

disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari ketetapan sebelumnya

yang dikeluarkan pada tahun 2014, yaitu:

Metode Kadar Glukosa Darah

Pengukuran Normal DM IGT IFG

Glukosa ≤6,1 mmol/L (≤110 ≥ 7,0 ≥ ≥ 7,0 ≤6,1 mmol/L


mmol/L mmol/L
Darah Puasa mg/dl) 126 126 (≤110 mg/dl)

mg/dL) mg/dL)

Glukosa Nilai yang sering ≥ 200 ≥ 200 ≤140 g/dl jika


mg/dl mg/dl
darah 2 jam dipakai tidak spesifik ≤ diukur

7,8 mmol/L (≤140

mg/dl)

2. Kadar glukosa darah normal (Normoglycaemia)

Normoglycaemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada

mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau

menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluhdarah.

27
3. IGT(Impairing Glucose Tolerance)

IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang

mempunyai resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus

yang menunjukkan kadar glukosa darah dapat kembali ke keadaan

normal. Seseorang yang kadar glukosa darahnya termasuk dalam

kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan

pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes.

4. IFG (Impairing FastingGlucose)

Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran glukosa darah

puasa yaitu 1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai

kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan

tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin

secara optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan

pengeluaran glukosa dari hati ke dalam darah.

3. Cara Pengukuran Gula Darah

Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan melalui laboraturium

atau dengan menggunakan glucometer . jenis pemeriksaan yang dapat

dilakukan menurut Soegondo ,Soewondo , Subekti (2015) , antara lain

pemeriksaan gula darah sewaktu , gula darah puasa , gula darah 2 jam

setelah makan , glukosa urin dan HbAIC.

a. Pemeriksaan gula darah sewaktu

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah

sebelum dilakukan puasa ataupun setelah mengonsumsi makanan

28
biasanya untuk mendeteksi awal diabetes mellitus.

f. Pemeriksaan gula darah puasa

Pemeriksaan dengan persiapan puasa 12 jam untuk mengetahui kadar

gula darah puasa.

g. Pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan

Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah 2 jam

setelah makan (postpradial) karena setelah mengkonsumsi makanan

kadar gula darah mengalami peningkatan.

h. Pemeriksaan glukosa urin

Pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah di

dalam urin

i. Pemeriksaan HbAIC

Merupakan jenis pemeriksaan laboraturium yang dapat digunakan pada

semua tipe diabetes mellitus terutama untuk mengetahui status glikemik

jangka panjang karena hasilnya sangat akurat.

Salah satunya adalah pemeriksaan gula darah menggunakan uji strip

glukometer sehingga dapat dilakukan dengan cepat dan mudah yang hasil

nya dapat diketahui secara langsung oleh tenaga kesehatan maupun pasien

dapat digunakan sebagai evaluasi dalam pengobatan (Soegondo

,Soewondo & Subekti , 2015).

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan adalah pengambilan sampel

darah kapiler dengan membersikan ujung jari pasien menggunakan kapas

alkohol menusuk ujung jari menggunakan jarum penusuk (lanet),

28
aplikasikan setetes darah dengan strip pemeriksaan , tunggu hasil kurang

lebih selama 6 detik kemudian hasil akan keluar dari glukometer tersebut.

Membersihkan ujung jari klien dengan kapas alkohol . (Smeltzer&

Bare,2015).

29
H. Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesa penelitian adalah sebagai

berikut : Ada hubungan pemberian Metode Relaksasi Otot Progresif Dan

Paparan Sinar Matahari Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Sukorame Kota Kediri.

30

Anda mungkin juga menyukai