TINJAUAN PUSTAKA
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos
berarti ilmu. Gerontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia
baik dalam keadaan sehat maupun sakit (Nugroho, 2009). Geriatri merupakan
cabang ilmu dari gerontologi yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam
jaringan, organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia sehingga
pasal 1 ayat (2), (3), (4) undang-undang RI nomor 13 tahun 1998, adalah
seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
secara fisik masih berkemampuan maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu
penduduk lanjut usia adalah sekelompok penduduk yang berusia lebih dari 60
usia prasenilis 45-59 tahun, usia lanjut 60 tahun ke atas. Kelompok usia risiko
tinggi 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan
Kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut
Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut
pada lansia mempengaruhi sistem organ lainnya. Perubahan sistem saraf di otak
berpengaruh pada stabilitas tubuh (Mauk, 2010). Perubahan pada saraf motorik
sistem organ lain seperti sistem penglihatan, vestibuler dan propiosepsi (Mauk,
(Bintoro, 2010).
memberikan sinyal deteksi, lokasi dan identifikasi sentuhan atau tekanan pada
kulit (Mauk, 2010). Lansia juga terjadi kehilangan sensasi dan propiosepsi serta
resepsi informasi yang mengatur pergerakan tubuh dan posisi (Mauk, 2010).
telinga bagian dalam. Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan organ-organ
Gangguan pada system vestibular dapat mengarah pada pusing dan vertigo
sosial, rendah diri, serta ketakutan dan kecemasan yang berhubungan dengan
otot seperti kekuatan genggaman tangan, kekuatan kaki berkurang pada pria,
genggaman tangan dan kekuatan kaki pada wanita (Lord, et al, 2007). Sistem
pendengaran, hipotensi postural, dan sistem saraf pusat. Lansia wanita lebih
Faktor resiko dari mobilitas yang tidak aman adalah lingkungan yang tidak
afektif. Kemampuan kognitif lansia juga dipengaruhi oleh faktor personal dan
juga berdampak pada kepuasan hidup dan perubahan arti hidup (Mauk, 2010).
terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Darmojo, 2009). Jatuh menyebabkan subyek yang sadar
menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja dan tidak termasuk jatuh
fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah tulang panggul. Jenis
fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur pergelangan tangan,
lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis yang
dapat terjadi yaitu syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
pembatasan dalam aktivitas sehari-hari, dan falafobia atau fobia jatuh (Stanley,
2006).
Penyakit pada susunan saraf pusat (SSP), seperti stroke dan parkinson,
sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP
c. Kognitif
Faktor ini sangat berperan terhadap kejadian jatuh pada lansia. Gangguan
goyangan badan.
Sebagian besar kejadian jatuh pada lansia terjadi saat lansia melakukan
posisi. Hanya sekitar 5% jatuh pada lansia yang terjadi saat lansia
Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh lansia sendiri, yaitu
gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan system anggota gerak misalnya
jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. Tanda
dan gejala penyakit jantung pada lansia adalah sering kali merasakan nyeri pada
daerah prekordial dan sesak nafas yang mengakibatkan rasa cepat lelah dan
biasanya terjadi ditengah malam. Gejala lainnya adalah kebingungan, muntah-
muntah, dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau
kelainan pada ganglia basal dibagi menjadi 2 yaitu hipokinetik dan hiperkinetik.
karena sensitivitas terhadap warna berkurang pada lansia (Petrifsky & Cuneo,
2008). Gangguan penglihatan adalah perubahan yang terjadi pada ukuran pupil
menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi,
dimana rasa penglihatan ini diterima sesuai dengan proses penuaan yang terjadi,
tentunya banyak perubahan yang terjadi diantaranya alis berubah kelabu, dapat
menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada pria
mata oleh kelenjar lakrimalis yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi
telinga bagian dalam (Mauk, 2010). Telinga bagian dalam terdiri dari kokhlea dan
ekuilibrium. Gangguan pada sistem vestibular dapat mengarah pada pusing dan
vertigo yang dapat mengganggu keseimbangan (Mauk, 2010). Faktor risiko dari
Faktor ekstrisik adalah faktor yang berasal dari luar atau lingkungan,
faktor ekstrisik ini antara lain adalah cahaya ruangan yang kurang terang, lantai
yang licin, benda-benda dilantai, alas kaki yang kurang pas, tali sepatu, kursi
roda tidak terkunci, dan naik turun tangga. Penyebab luar lain yang menyebakan
jatuh pada lansia yaitu gangguan gaya berjalan, gangguan keseimbangan, obat-
dan cara menggunakan alat bantu seperti walker, tongkat, kursi roda, dan kruk
(Mauk, 2010).
2.2.5.2 Lingkungan
(Prabuseso, 2006). Kejadian jatuh di dalam ruangan lebih sering terjadi di kamar
mandi, kamar tidur, dan dapur. Sekitar 10% kejadian jatuh terjadi di tangga
terutama saat turun karena lebih berbahaya daripada naik tangga (Mauk, 2010).
Lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain alat-
alat bantu atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di
bawah, tempat tidur tidak atau kamar mandi yang rendah dan licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat atau sulit dijangkau, lantai tidak datar, licin atau
menurun, karpet yang tidak digelar dengan baik, penerangan yang tidak baik
(kurang terang atau menyilaukan), alat kaki yang tidak tepat ukuran, berat
bertambahnya usia karena perubahan yang terjadi pada lansia (APS Health
Care, 2010).
psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah
tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah fraktur
pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan jaringan lunak.
Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh
dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak konsekuensi termasuk
2.2.5.1 Perlukaan
sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena,
patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur, humerus, lengan bawah
dan tungkai atas. Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan
fisik dan psikologis. (Darmojo, 2009). Dari hasil penelitian oleh Ariawan et al
(2010), perlukaan akibat jatuh beragam dari berat sampai ringan, cedera
2.2.5.2 Disability
syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki banyak
2.2.5.4 Meninggal
adalah timbulnya perdarahan, trombosis vena dalam, emboli paru, sampai infeksi
saluran kemih akibat tirah baring yang lama (Ariawan, et al. 2010).
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan penilaian keadaan sensorik,
menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda kecil yang
susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapat
Kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya,
pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi
pegangan di dinding.
dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,
apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Semuanya itu
lingkungan domestik Karnataka India (2012) oleh Aras, et al. menyatakan bahwa
jatuh pada lansia. Salah satu bidang kajian yang paling berharga, yang
luar rumah. Khususnya yang ada di dalam rumah, kecelakaan merupakan satu
masalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi faktual, dan
jatuh tangga yang tidak memiliki pegangan, alat-alat atau perlengkapan rumah
tangga yang sudah tua dibiarkan tergeletak, tempat tidur yang tinggi, lantai licin
dan kadang tidak rata, penerangan yang tidak baik, alat bantu berjalan yang
tidak memadai dan eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam
keadaan buruk, tempat obat-obatan tidak terjangkau dan pintu masuk dan
pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup
untuk keluar dari rumah, kabel listrik telanjang di lantai, kolam renang yang