Anda di halaman 1dari 14

Nama : Johan Patrick

NRP : 02411850042003
TUGAS BRIDGING EKOTEK

P = Present value ( Present Worth ) adalah nilai uang pada saat mulai proyek ( pada saat
sekarang ) yaitu pembayaran yang berlangsung sekali tahun ke-0.
F = Future value ( Future Worth ) adalah pembayaran pada saat periode yang akan datang
yaitu pembayaran yang hanya berlangsung sekali pada tahun ke-n.
A = Annual cashflow adalah pembayaran seri ( tabungan ) yaitu pembayaran yang berkali-
kali tiap tahun dalam jumlah sama besar dilakukan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-n
sebesar A.
Sumber http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/10/time-value-of-money/
(Universitas Gunadarma)

Contoh Perhitungan Bunga Kredit Flat, Efektif, dan Anuitas


Misalkan Anda mengambil kredit di bank sebesar Rp 12 juta dengan masa cicilan 12 bulan
dan bank menggunakan sistem bunga tetap. Contoh perhitungan berikut menggunakan bunga
flat 6%, bunga efektif 12%, dan bunga anuitas sebesar 12%.
1. Bunga Flat
Rumus:
total Bunga = P x I x N
bunga perbulan = total bunga / B
besar angsuran = (P + total bunga) / B
* P : Pokok kredit
* I : Suku bunga per tahun
* N : Jangka waktu kredit dalam satuan tahun
* B : Jangka waktu kredit dalam satuan bulan
Perhitungan Bunga Flat :
Total Bunga = Rp 12.000.000 × 0,06 × 1 = Rp 720.000
Bunga per BUlan = Rp 720.000 : 12 = Rp 60.000
Besar Angsuran = (Rp 12.000.000+Rp 720.000 ) / 12 = Rp 1.060.000
2. Bunga Efektif
Rumus : Bunga per Bulan = SA x I/12
* SA : Saldo Akhir Periode
* I : Suku bunga per tahun
Perhitungan Bunga Bank Efektif :
Bunga bulan pertama = Rp 12.000.000×12%/12 = Rp 120.000
Angsuran pokok tiap bulan = Rp 12.000.000/12 = Rp 1.000.00
3. Bunga Anuitas
Rumus : Angsuran Bulanan = P x I/12 x 1/(1-(1+i/12)m)
* P : PokokKredit
* I : Suku bunga per tahun
* m : Jumlah periode pembayaran (bulan)
Perhitungan Bunga Bank :
Angsuran bulanan = Rp 12.000.000×12%/12×1/1-(1/(1+12%/12)12 )
= Rp 1.066.183,519

Annual worth analysis (analisis nilai tahunan) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana
semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan dalam sederetan nilai uang tahunan
yang sama besar pada suatu tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum
attractive rate of return – MARR).
Hasil AW alternatif sama dengan PW dan FW, dimana AW = PW (A/P,i,n) dan AW = FW
(A/F,i,n). Dengan demikian, AW dari setiap alternatif dapat dihitung juga dari nilai-nilai
ekuivalensi lainnya.
Nilai AW alternatif diperoleh dari persamaan:
AW = R – E – CR
dimana: R = revenue (penghasilan atau penghematan ekuivalen tahunan)
E = expenses (pengeluaran ekuivalen tahunan)
CR = capital recovery (pengembalian modal)
Capital recovery (CR) suatu alternatif adalah nilai seragam tahunan yang ekuivalen dengan
modal yang diinvestasikan. CR = EUAC (Equivalent Uniform Annual Cost)
CR = EUAC = P(A/P.i,n) – S(A/F,i,n)
CR = EUAC = (P-S) (A/F,i,n) + P(i)
CR = EUAC = (P-S) (A/P,i,n) + S(i)
Dimana: P = investasi awal alternatif
S = nilai sisa di akhir usia pakai
n = usia pakai alternatif
Ada 3 kriteria annual cash flow, yaitu:
1. For fixed input maximize EUAB
2. For fixed output maximize EUAC
3. Neither input or output fixed maximize (EUAB – EUAC)
Sumber https://repository.unikom.ac.id/32679/1/AWA.pdf (Universitas Komputer Indonesia)

Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp.


30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per
tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000.
Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan annual worth analysis, apakah
pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaiannya:
AW = 40000000(A/F,12%,8) – 30000000(A/P,12%,8) + 1000000
AW = 40000000(0,08130) – 30000000(0,20130) + 1000000
AW = -1787000
Oleh karena AW yang diperoleh < 0, maka pembelian peralatan baru tidak menguntungkan.
Usia Pakai Semua Alternatif Sama
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan
tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan
kepada perusahaan:

Harga Keuntungan Nilai Sisa di


esin Beli per Tahun Akhir Usia
(Rp.) (Rp.) Pakai (Rp.)

X 2500000 750000 1000000

Y 3500000 900000 1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
AW X = 1000000(A/F,15%,8) – 2500000(A/P,15%,8) + 750000
AW X = 1000000(0,07285) – 2500000(0,22285) + 750000
AW X = 265725
Mesin Y
AW Y = 1500000(A/F,15%,8) – 3500000(A/P,15%,8) + 900000
AW Y = 1500000(0,07285) – 3500000(0,22285) + 900000
AW Y = 229300
AW mesin X, Rp. 265.725, lebih besar daripada AW mesin Y, Rp.229.300. Pilih mesin X.
Usia Pakai Alternatif Berbeda
Pada situasi dimana terdapat usia pakai alternatif yang berbeda-beda, perhitungan setiap
alternatif cukup dilakukan pada satu siklus usia pakai saja. Hal ini lebih memudahkan karena
tidak perlu dicari kelipatan persekutuan terkecil dari usia alternatif.

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan
tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Nilai Sisa
Usia Harga Keuntungan
di Akhir
Mesin Pakai Beli per Tahun
Usia Pakai
(Tahun) (Rp.) (Rp.)
(Rp.)

X 8 2500000 750000 1000000

Y 9 3500000 900000 1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
AW X = 750000 – 2500000(A/P,15%,8) + 1000000(A/F,15%,8)
AW X = 750000 – 2500000(0,22285) + 1000000(0,07285)
AW X = 265725
Mesin Y
AW Y = 900000 – 3500000(A/P,15%,9) + 1500000(A/F,15%,9)
AW Y = 900000 – 3500000(0,20957) + 1500000(0,05957)
AW Y = 255860
AW mesin X, Rp. 265.725, lebih besar dibanding AW mesin Y, Rp. 255.860. Untuk itu pilih
mesin X
Future worth analysis (analisis nilai masa depan) didasarkan pada nilai ekuivalensi
semua arus kas masuk dan arus kas keluar di akhir periode analisis pada suatu tingkat
pengembalian minimum yang diinginkan (MARR). Oleh karena tujuan utama dari
konsep time value of money adalah untuk memaksimalkan laba masa depan, informasi
ekonomis yang diperoleh dari analisis ini sangat berguna dalam situasi-situasi keputusan
investasi modal.
Hasil FW alternative sama dengan PW, dimana FW = PW (F/P,i%,n). Perbedaan
dalam nilai ekonomis yang dihasilkan bersifat relative terhadap acuan waktu yang digunakan
saat ini atau masa depan. Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai FW ≥ 0 maka alternatif
tersebut layak diterima. Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif,
maka alternatif dengan FW terbesar merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih.
Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat independent, dipilih semua alternatif yang
memiliki FW ≥ 0.
Analisis Terhadap Alternatif Tunggal
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp.
30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per
tahun selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000.
Jika tingkat suku bunga 12% per tahun dan digunakan future worth analysis, apakah
pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?
Penyelesaian:
FW = 40000000 + 1000000(F/A,12%,8) – 30000000(F/P,12%,8)
NPV = 40000000 + 1000000(12,29969) – 30000000(2,47596)
NPV = -21.979.110
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak
menguntungkan.
Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat
dilakukan menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan
tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan
kepada perusahaan:

Harga Keuntungan Nilai Sisa


Mesin
Beli per Tahun di Akhir
(Rp.) (Rp.) Usia Pakai
(Rp.)

X 2500000 750000 1000000

Y 3500000 900000 1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
FW X = 750000(F/A,15%,8) + 1000000 – 2500000(F/P,15%,8)
FW X = 750000(13,72682) + 1000000 – 2500000(3,05902)
FW X = 3647565
Mesin Y
FW Y = 900000(F/A,15%,8) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,8)
FW Y = 900000(13,72682) + 1500000 – 3500000(3,05902)
FW Y = 3147568
Kesimpulan: pilih mesin X.
Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis
Sama dengan Present Worth Analysis. Dalam situasi ini dapat digunakan asumsi perulangan
atau asumsi berakhir bersamaan, tergantung pada masalah yang dihadapi.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan
tahunannya. Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Nilai Sisa
Usia Harga Keuntungan
di Akhir
Mesin Pakai Beli per Tahun
Usia Pakai
(Tahun) (Rp.) (Rp.)
(Rp.)

X 8 2500000 750000 1000000

Y 16 3500000 900000 1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
FW X = 750000(F/A,15%,16) + 1000000 + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000(F/P,15%,8) –
2500000(F/P,15%,16)
FW X = 750000(55,71747) + 1000000 + 1000000(3,05902) – 2500000(3,05902) –
2500000(9,35762)
FW X = 14805463
Mesin Y
FW Y = 900000(F/A,15%,16) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,16)
FW Y = 900000(55,71747) + 1500000 – 3500000(9,35762)
FW Y = 18894053
FW mesin Y, Rp. 18.894.053, lebih besar dari FW mesin X, Rp. 14.805.463, maka pilih
mesin Y.
Sumber : Raharjo, Ferianto. 2007. Ekonomi Teknik Analsis Pengambilan Keputusan.
Yogyakarta: Penerbit Andi

Metode Rate of Return atau sering disebut juga dengan Accounting Rate of Return,
menunjukkan prosentase keuntungan netto sesudah pajak dihitung dari Average
Investment atau Initial investment.Metode ini mendasarkan diri pada keuntungan yang
dilaporkan dalam buku (Reported Accounting Income), (Bambang Riyanto, 1995).
Accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan dari invetasi.Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi sehingga
angka yang dipergunakan adalah laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-
rata investasi.
ARR= (Rata-rata EAT) / (Rata-rata Investasi) ×100%
Untuk menghitung rata-rata EAT dengan cara menunjukkan EAT (laba setelah pajak)
selama umur investasi dibagi dengan umur investasi. Sedangkan untuk menghitung rata-rata
investasi adalah investasi ditambah dengan nilai residu dibagi 2.
Setelah angka accounting rate of return dihitung kemudian dibandingkan dengan tingkat
keuntungan yang diisyaratkan. Apabila angka accounting rate of return lebih besar
dibandingkan dengan keuntungan yang diisyaratkan, maka proyek investasi ini
menguntungkan, apabila lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang diisyaratkan proyek ini
tidak layak.
Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, karena untuk menghitung ARR
cukup melihat laporan rugi-laba yang ada. Sedangkan kelemahan metode ini mengabaikan
nilai waktu nilai waktu uang (time value of money) dan tidak memperhitungkan aliran kas
(cashflow).
Contoh Kasus:
Perusahaan “Sari Delima” sedang menilai dua buah proyek A, dan B, yang masing-masing
membutuhkan initial investment sebesar Rp. 6.000.000,00 untuk proyek A, dan Rp
7.200.000,00 untuk proyek B. Perusahaan akan menggunakan metode garis lurus (stright-line
method) dalam mendepresiasi kedua proyek tersebut. Umur ekonomis masing-masing proyek
adalah 6 tahun dan tidak ada nilai residu
Berdasarkan informasi di atas, maka diketahui bahwa:
Proyek A
Initial Investment = Rp 6.000.000,00
Depresiasi = Rp 1.000.000,00
Proyek B
Initial Investment = Rp 7.200.000,00
Depresiasi = Rp 1.200.000,00
Jumlah cash inflow untuk masing-masing proyek dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
CI = EAT + D
dimana:
CI = Cash Inflow
EAT = Earning after taxes atau laba bersih sesudah pajak
D = Depresiasi

Rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak untuk kedua proyek adalah :


Average EAT proyek A =(Rp.6.000.000,00)/6 = Rp.1.000.000,00
Average EAT proyek B =(Rp.5.400.000,00)/6 = Rp 900.000.00
Average investment (Rata-rata investasi)
Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi. Rata-rata ini
mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus dan tidak ada
nilai residu atau salvage value pada akhir umur ekonomis proyek. Dengan demikian, nilai
buku aktiva akan menurun pada tingkat yang konstan, mulai dari nilai investasi yang semula
sampai dengan Rp 0 pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai
proyek adalah separuh dari nilai jumlah investasi yang semula. Latarbelakang pemikiran
seperti ini sama dengan rata-rata persediaan yag digunakan dalam perhitungan EOQ yang
sudah disajikan didepan.
Rata-rata investasi untuk masing-masing proyek adalah:
Rata-rata investasi = (Nilai investasi)/2
Rata-rata investasi proyek A = (Rp 6.000.000.00)/2 = Rp 3.000.000.00
Rata-rata investasi proyek B = (Rp 7.200.000.00)/2 = Rp 3.600.000.00
Setelah mengetahui rata-rata laba bersih sesudah pajak dan rata-rata investasi, maka average
rate of return untuk masing-masing proyek adalah sebagai berikut:
Average rate of return:
Proyek A = (Rp 1.000.000.00)/(Rp 3.000.000.00) = 0,333 atau 33,33%
Proyek B = (Rp 900.000.00)/(Rp 3.600.000.00) = 0,25 atau 25%
Dari hasil perhitungan di atas maka tampak bahwa proyek A lebih baik daripada proyek
B karena average rate of returnnya lebih besar dibandingkan dengan average rate of return B.

Pengertian Payback Period


Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka
waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari
suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback
period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran
investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).
Selanjutnya menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period
lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.
Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback
period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang
tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.
Metode analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama (periode)
investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi break even-point (jumlah arus kas
masuk sama dengan jumlah arus kas keluar). Analisis payback period dihitung dengan cara
menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas
keluar. Dari hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah
alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya
disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa cepat
pengembalian modal yang diinvestasikan.
Rumus Payback Periode
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
a = Jumlah investasi mula-mula
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun
• Periode pengembalian lebih cepat : layak
• Periode pengembalian lebih lama : tidak layak
• Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat
yang dipilih
Kelebihan dan Kelemahan Payback Period
Kelebihan
Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan
lamanya waktu pengembalian dana investasi.
Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.
Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya
maka semakin pendek pula resiko kerugiannya.
Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return
yang sama dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period)
apabila payback period-nya lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan
Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh
sesudah payback periode tercapai.
Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).
Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.
Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak
mengukur keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.
Contoh Perhitungan Payback Period
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $
22.500, maka payback periodnya adalah:
Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun
Payback Peiod=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period=2 tahun
Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam
aktiva sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun.
Apabila investor dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang
paling kecil.
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda
PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed
sebagai berikut:
Tahun Proceed Proceed Kumulatif
1$50.000$ 50.000
2$40.000$ 90.000
3$30.000 $ 120.000
4$20.000 $ 140.000
Maka payback periodnya adalah:
Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun
Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

Contoh soal:
Perusahaan YG mengusulkan proyek investasi dengan dana Rp. 700 juta dan ditargetkan
penerimaan dana investasi setiap tahunnya adalah Rp. 80 juta, berapa pay back periodnya?
Jawab :
Diketahui
Nilai Investasi = Rp. 700 juta
Proceeds = Rp. 80 juta
Maka,
Pay Back Period = Rp. 700.000.000,- = 8, 75 Tahun = 8 tahun 9 bulan
Rp. 80.000.000,-
Jadi nilai Proyek sebesar Rp. 700 juta dapat dikembalikan investasinya dalam waktu 8 tahun
9 bulan.

Analisis manfaat-biaya adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang


memungkinkan analis membandingkan danmenganjurkan suatu kebijakan dengan cara
menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis
manfaat-biaya dapat digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan, dalam arti
diaplikasikan ke depan (ex ante), dan dapat juga digunakan untuk mengevaluasi
kinerja kebijakan. Analisis Biaya Manfaat digunakan, terutama ketika masalah EFISIENSI
menjadi sesuatu yang sangat relevan dan diperhitungkan, atau dengan perkataan lain
digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar sumber yang
langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Analisa Biaya Manfaat secara tradisional melABMangkan rasionalitas ekonomi karena
kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Suatu
kebijakan dikatakan efisien jika manfaat bersih (yaitu total manfaat dikurangi total biaya)
adalah lebih besar dari nol dan lebih tinggi dari manfaat bersih yang mungkin dihasilkan dari
sejumlah alternative penggunaan sumberdaya (investasi) lainnya di sector swasta ataupun
public (opportunity cost).
Sumber : Dunn, William (1981). “Public Policy Analysis. An Introduction”. Engelwood
Cliffs: Prentice Hall. Halaman 244
Contoh :
Suatu proyek sistem informasi bernilai Rp. 15.000.000,- Proceed tiap tahunnya adalah
sama, yakni sebesar Rp. 4.000.000,- maka periode pengembalian (payback period)
investasi ini adalah :
Rp. 15.000.000,-
------------------- = 3 3/4 tahun
Rp. 4.000.000,-
Ini berarti proyek investasi sistem informasi akan tertutup dalam waktu 3 tahun 9
bulan.
Bila proceed tiap tahunnya tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu persatu.
Misalnya nilai proyek adalah Rp. 15.000.000,- umur ekonomis proyek adalah 4 tahun
dan proceed tiap tahunnya adalah :
proceed tahun 1 sebesar Rp. 5.000.000,-
proceed tahun 2 sebesar Rp. 4.000.000,-
proceed tahun 3 sebesar Rp. 4.500.000,-
proceed tahun 4 sebesar Rp. 6.000.000,-
Maka payback period dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai investasi = Rp. 15.000.000,-
proceed tahun 1 = Rp. 5.000.000,-
-------------------- -
Sisa investasi tahun 2 = Rp. 10.000.000,-
proceed tahun 2 = Rp. 4.000.000,-
-------------------- -
Sisa investasi tahun 3 = Rp. 6.000.000,-
proceed tahun 3 = Rp. 4.500.000,-
-------------------- -
Sisa investasi tahun 4 = Rp. 1.500.000,-
Sisa investasi tahun 4 tertutup oleh proceed tahun ke 4, sebagian dari sebesar Rp.
6.000.000,- yaitu Rp. 1.500.000,- / Rp. 6.000.000,- = 1/4 bagian. Jadi payback period
investasi ini adalah 3 tahun 3 bulan.
Apakah investasi ini layak dan dapat diterima? Untuk ini maka payback period harus
dibandingkan dengan maximum payback period yang telah ditentukan sebelumnya.
misalnya maksimum payback period 3 tahun, berarti investasi ditolak.
Contoh :
Suatu proyek sistem informasi bernilai Rp. 173.000.000,- (merupakan biaya
pengadaan, biaya persiapan operasi dan biaya proyek). Umur ekonomis sistem
informasi ini adalah selama 4 tahun dengan proceed (berupa selisih dari manfaat yang
diperoleh dikurangi dengan biaya operasi dan pemeliharaan sistem) untuk tiap
tahunnya adalah :
proceed tahun 1 sebesar Rp. 55.800.000,-
proceed tahun 2 sebesar Rp. 74.500.000,-
Halaman 6 dari 11
proceed tahun 3 sebesar Rp. 97.200.000,-
proceed tahun 4 sebesar Rp. 108.450.000,-
Berapakah nilai payback period proyek tsb ?
Payback period untuk proyek pengembangan sistem informasi ini adalah :
Nilai investasi = Rp. 173.000.000,-
proceed tahun 1 = Rp. 55.800.000,-
-------------------- -
Sisa investasi tahun 2 = Rp. 117.200.000,-
proceed tahun 2 = Rp. 74.500.000,-
-------------------- -
Sisa investasi tahun 3 = Rp. 42.700.000,-
Sisa investasi tahun ke 3 tertutup oleh proceed tahun ke 3 sebagian dari sebesar Rp.
97.200.000,- yaitu Rp. 42.700.000,-/Rp. 97.200.000,- = 0,4393 bagian.
Jadi payback period investasi ini adalah 2 tahun 5,27 bulan

Anda mungkin juga menyukai