Anda di halaman 1dari 9

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 ISSN CETAK.

2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821

PENETAPAN KADAR PROTEIN TEMPE JAGUNG (Zea mays L.)


DENGAN KOMBINASI KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK
Submitted : 17 Mei 2016
Edited : 19 Mei 2016
Accepted : 25 Mei 2016

Siti Jubaidah, Henny Nurhasnawati, Heri Wijaya

Akademi Farmasi Samarinda


Email: ida_mapro13@yahoo.com

ABSTRACT
Indonesian is still very dependent of soybean imports, so as to reduce the use of soybean
need to find substitute materials in the manufacture of soybean. Corn can be an option because
apart from being a source of carbohydrates, corn is also an important source of protein in the
menu society in Indonesia. The purpose of this study to determine the levels of soybean protein
maize (Zea mays) with a combination of soybean (Glycine max (L.) Merrill) with visible of
spectrophotometry. The research design uses a comparison of corn: soybean as follows: P1 =
80: 20; P2 = 70: 30; P3 = 50: 50; P4 = 30: 70 and P5 = 20: 80. The results of this study
indicate that P1 has a protein content of 6.7%, P2 = 8.06% = 10.76% P3, P4 and P5 = 13.46%
= 14.8%. The greater the concentration ratio of soy protein obtained even greater. In
organoleptic quality in soybean corn combination has the texture a little hard to hard, has no
smell until the typical aroma smelled soybean, flat white to brown of white.

K eywords : Zea mays, (Glycine max (L.), soybean, protein

PENDAHULUAN 8,8 gram lemak, 13,5 g karbohidrat, 0,19 mg


Tempe merupakan salah satu vitamin B1 dan 155 mg kalsium, tetapi
makanan tradisional khas Indonesia yang mengandung sedikit serat.
terbuat biji kedelai atau beberapa bahan lain Indonesia sampai saat ini masih
yang diproses melalui fermentasi. Tempe sangat bergantung pada impor kedelai,
merupakan sumber protein nabati yang sehingga untuk mengurangi penggunaan
cukup penting bagi masyarakat. Oleh karena kedelai perlu dicari bahan pengganti kedelai
itu tidak mengherankan bila tempe sangat dalam pembuatan tempe. Jagung dapat
digemari, karena harganya terjangkau dan menjadi pilihan karena selain sebagai
memiliki kandungan gizi yang cukup sumber karbohidrat, jagung juga merupakan
lengkap. sumber protein yang penting dalam menu
Tempe mengandung berbagai zat gizi masyarakat di Indonesia. Jagung kaya akan
yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, komponen pangan fungsional, termasuk
lemak, karbohidrat, dan mineral. Setiap 100 serat pangan yang dibutuhkan tubuh, asam
gram tempe mengandung 20,8 gram protein, lemak esensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg,

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 111


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, Samarinda dengan pengumpulan data secara


betakaroten (provitamin A), asam amino prospektif.
esensial, dan lainnya(1).
Pada penelitian sebelumnya telah Alat dan Bahan
dilakukan pembuatan tempe dari berbagai Alat : spektrofotometer UV-Vis
bahan. Penelitian Silvia(2) dengan tempe biji Shimadzu 1800, sentrifuge, neraca analitik,
durian diperoleh kadar protein 3,81 %. Hasil mikropipet, blender dan seperangkat alas
penelitian Paharindayanti(3) dengan tempe gelas.
biji karet, diperoleh kadar protein 12,43%. Bahan: biji jagung, biji kedelai, ragi
Penelitian Ristia(4) menunjukkan kadar tempe, air suling dan kertas saring dan
protein tempe biji nangka yaitu sebesar plastik. Bahan yang digunakan untuk
11,2%. menetapkan kadar protein: air suling,
Metode penentuan kadar protein dapat tembaga (II) sulfat, kalium natrium tartrat,
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya natrium hidroksida, ammonium sulfat, asam
adalah dengan spektrofotometri. Semua asetat, natrium asetat dan bovin serum
protein tersusun dari asam-asam amino yang albumin (BSA).
terhubung oleh ikatan-ikatan peptida. Ion
Cu2+ dari CuSO4 dalam suasana basa NaOH Prosedur Kerja
akan membentuk kompleks dengan ikatan Persiapan Sampel
peptida protein, kompleks ini akan Sampel yang digunakan adalah biji
memberikan warna sehingga konsentrasi jagung dan kedelai yang diperoleh dari
protein dapat ditentukan dengan pedagang di pasar Segiri Samarinda.
spektrofotometer sinar tampak.
Berdasarkan latar belakang diatas, Pembuatan Sampel
maka perlu dilakukan penelitian tentang 1. Perebusan biji jagung
penetapan kadar protein tempe jagung (Zea Disiapkan biji jagung sebanyak
mays) dengan kombinasi kedelai (Glycine 250 gram. Biji jagung dicuci lalu
max (L.) Merill) secara spektrofotometri direndam semalam. Biji jagung yang
sinar tampak. telah direndam, direbus selama ± 1 jam.
Penelitian ini diharapkan dapat 2. Perebusan biji kedelai
memberikan alternatif pengolahan makanan Disiapkan biji kedelai sebanyak
dengan nilai gizi yang tinggi dan menjadi 250 gram. Dicuci biji kedelai hingga
acuan nilai kadar protein tempe dari bahan bersih, kemudian direbus sekitar 30
baku jagung yang dikombinasikan dengan menit atau biji kedelai mendekati
kedelai. Selain itu dapat digunakan sebagai setengah matang dengan ukuran yang
materi publikasi ilmiah dalam jurnal membesar kira-kira 1,5 kali dari ukuran
penelitian, serta sebagai bahan ajar di kelas asal. Direndam biji kedelai selama 12
maupun praktikum di laboratorium. jam untuk menghindari pertumbuhan
bakteri pembusuk selama proses
METODE PENELITIAN fermentasi. Dikupas kulit biji kedelai
Penelitian yang dilakukan mengenai hingga memperoleh keping-keping
penetapanan kadar protein tempe biji jagung kedelai. Keping-keping kedelai
dengan kombinasi kedelai (Glycine Max (L.) kemudian dicuci kembali hingga bersih.
Merill.). Penelitian dilaksanakan di Direbus keping-keping kedelai hingga
Laboratorium Terpadu I Akademi Farmasi matang.

112 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

3. Pembuatan Tempe natrium asetat trihidrat dalam labu


Dicampur biji jagung dan kedelai ukur 100 ml.
yang telah dilakukan tahap perendaman
dan perebusan dengan perbandingan Pembuatan Larutan Induk (Li)
jagung : kedelai sebagai berikut: P1 = Ditimbang 1 gram Bovin Serrum
80 : 20 ; P2 = 70 : 30 ; P3 = 50 : 50 ; P4 Albumin (BSA), dilarutkan deangan air
= 30 : 70 dan P5 = 20 : 80. Ditaburkan suling dalam labu ukur 10 ml sampai tanda
ragi tempe (Rhyzopus oryzae) sebanyak batas, sehingga diperoleh larutan induk
1 gram sambil diaduk-aduk hingga dengan konsentrasi 10% b/v.
merata. Dimasukkan ke dalam plastik 1. Penentuan panjang gelombang optimum
dan dilubangi 6-8 lubang untuk setiap Dalam tabung reaksi dimasukkan larutan
sisi atas dan sisi bawah. Disimpan standar BSA dengan konsentrasi 3%,
ditempat yang terjadi sirkulasi udara yaitu dengan cara mengambil sebanyak
pada suhu kamar. Dibiarkan selama 36 0,9 ml larutan BSA ditambahkan 0,8 ml
jam. pereaksi Biuret kemudian dicukupkan
volume menjadi 3 ml dengan
Pengujian secara organoleptis penambahan air suling. Larutan
Pengujian ini meliputi tekstur, aroma didiamkan selama ± 10 menit (agar
dan warna. bereaksi) lalu serapan diukur pada
panjang gelombang 500 – 600 nm.
Pembuatan Reagen Dicatat panjang gelombang serapan
1. Natrium hidroksida 10% maksimum yang diperoleh.
Dilarutkan 10 gram NaOH ke 2. Pembuatan Kurva Standar
dalam 30 ml air suling, setelah larut dan Disiapkan enam tabung reaksi. Tabung
dingin dimasukkan ke dalam labu ukur pertama diisi larutan blanko (pelarut).
100 ml, diencerkan sampai tanda batas Pada tabung yang lain diisi larutan
pada labu. dengan komposisi sebagai berikut:
2. Reagen Biuret
Dilarutkan 0,15 gram tembaga Tabel 1. Pembuatan kurva larutan standar
(II) sulfat dan 0,6 gram kalium natrium
Larutan Pereaksi Air Konsentrasi
tartrat dalam 50 ml air suling dalam induk Biuret suling BSA (%)
labu ukur 100 ml. Kemudian (ml) (ml) (ml)
ditambahkan 30 ml natrium hidroksida 0 0 3,0 0
10% sambil dikocok, selanjutnya 0,3 0,8 1,9 1
ditambahkan air suling sampai tanda 0,6 0,8 1,6 2
batas. 0,9 0,8 1,3 3
3. Dapar asam asetat pH 5 1,2 0,8 1,0 4
a. Larutan A 1,5 0,8 0,7 5
Dibuat larutan asam asetat dengan
konsentrasi 0,2 M yaitu dengan Setelah tepat 10 menit, diukur
mengencerkan 11,4 ml asam asetat absorbansi masing-masing larutan
glasial dalam labu ukur 1000 ml. dengan spektrofotometer uv-vis pada
b. Larutan B panjang gelombang maksimum.
Dibuat larutan natrium asetat 3. Pengukuran kadar protein sampel
dengan konsentrasi 0,2 M yaitu a. Sampel tempe ditimbang masing-
dengan melarutkan 2,72 gram masing 100 gram, dimasukkan gelas

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 113


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

kimia ditambah 1000 ml air suling.


Dihaluskan dengan blender
kemudian disaring dengan kertas
saring.
b. Pengukuran kadar protein dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Diambil 0,9 ml sampel protein,
endapkan dahulu dengan
penambahan ammonium sulfat
Kristal. Protein yang mengendap
disentrifugasi selama 10 menit,
dipisahkan bagian yang bening
(supernatan). Endapan yang Tempe biji jagung merupakan tempe
merupakan protein kemudian yang dibuat dari bahan dasar jagung yang
dilarutkan kembali dengan dapar dikombinasikan dengan kedelai dengan
asam asetat pH 5 smapai 10 ml. berbagai perbandingan kemudian
Dalam tabung reaksi dimasukkan difermentasikan dengan penambahan ragi
masing-masing 0,9 ml sampel yang berupa kapang atau jamur Rhizopus sp
ditambahkan 0,8 ml pereaksi Biuret . Pada penelitian ini tempe biji jagung
dan ditambah 1,3 ml larutan dapar dikombinasikan dengan kedelai dengan
asam asetat. Didiamkan selama 10 perbandingan (80;20 ; 70:30 ; 50:50 ; 30:70
menit, dibaca absorbansi pada dan 20:70)g hasil pembuatan tempe ini
panjang gelombang maksimum. kemudian diuji kandungan proteinnya
dengan metode biuret dan kualitasnya
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan uji organoleptis yang meliputi
Tabel 2. Kadar Protein pada Tempe tekstur, aroma dan warna.
Kombinasi Kedelai dan Jagung

Tabel 3. Hasil Uji Organoleptis pada Tempe Kombinasi Kedelai dan Jagung

Perbandingan jagung:kedelai (g) Tekstur Aroma Warna

Putih tidak rata,


(80:20) keras Tidak berbau
kecoklatan

(70:30) keras Tidak berbau Putih tidak rata

Khas tempe
(50:50) Sedikit keras Putih rata
kedelai

Khas tempe
(30:70) Sedikit keras Putih rata
kedelai

Khas tempe
(20:80) Sedikit keras Putih rata
kedelai

114 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai maka semakin tinggi pula kandungan
berikut : protein yang terdapat dalam zat
1. Kadar Protein tersebut. Keuntungan dari metode
Protein adalah senyawa organik biuret ini adalah bahan yang digunakan
dengan berat molekul tinggi, relatif murah akan tetapi kelemahan
mengandung unsur-unsur C, H, O dan dari metode ini adalah sensitivitas
N serta beberapa protein mengandung terhadap bahan yang diidentifikasi
unsure S dan P. Protein merupakan rendah sehingga diperlukan bahan
komponen utama jaringan tubuh yang dalam jumlah yang tidak sedikit.
berfungsi dalam pertumbuhan sel, Protein standar yang digunakan
mengatur keseimbangan air dalam adalah BSA (Bovine Serum Albumin)
jaringan, penyusun antibody, hormone atau albumin serum sapi. Albumin
dan enzim(5). Berdasarkan sumbernya, merupakan salah satu jenis protein
protein yang berasal dari tumbuhan globuler yang larut dalam air dan
disebut protein nabati, protein nabati terkoagulasi oleh panas(6). BSA dalam
banyak terkandung di dalam biji penelitian ini berfungsi untuk membuat
kacang-kacangan seperti kedelai yang kurva standar. BSA digunakan karena
biasa digunakan sebagai bahan dasar stabilitas untuk meningkatkan sinyal
dari tempe kedelai. dalam tes, kurangnya efek dalam reaksi
Banyak penelitian yang berkaitan biokimia, dan biaya rendah, karena
pengaruh protein terhadap berbagai jumlah besar maka dapat segera
olahan tempe menurut penelitian Silvia2 dimurnikan dari darah sapi, produk
dengan tempe biji durian diperoleh sampingan dari industri ternak.
kadar protein 3,81 %. Hasil penelitian Pada penelitian ini digunakan
Paharindayanti3 dengan tempe biji metode spektroskopi yaitu
karet, diperoleh kadar protein 12,43%. pengidentifikasian suatu objek dengan
Penelitian Ristia4 menunjukkan kadar menggunakan kriteria warna. Dalam
protein tempe biji nangka yaitu sebesar percobaan ini, menggunakan kriteria
11,2%. Tetapi untuk penelitian warna ungu dari protein. Untuk
pengaruh variasi kombinasi jagung dan mendapat warna, maka larutan protein
kedelai dengan kadar proteinnya belum direaksikan dengan unsur tembaga
dilakukan sehingga perlu adanya dalam reagen biuret dalam lingkungan
penelitain perbandingan yang baik alkali. Sehingga didapatkan larutan
untuk mendapatkan protein yang tinggi protein yang berwarna ungu pada
pula. masing-masing konsentrasi. Warna dari
Pengukuran kadar protein dapat larutan protein berbeda-beda dari
dilakukan dengan metode biuret karena berbagai konsentrasi. Semakin besar
metode ini didasarkan pada pengukuran konsentrasi yang digunakan maka
serapan cahaya berwarna ungu dari semakin pekat warna yang terbentuk,
protein yang bereaksi dengan pereaksi dan sebaliknya. Penelitian ini
biuret dimana yang membentuk menggunakan panjang gelombang pada
kompleks adalah protein dengan ion daerah 534 nm dengan nilai absorbansi
Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi 0,207, maka radiasi sinar yang dipakai
biuret dalam suasana basa yang menjadi adalah sinar visual. Di dalam
Cu+, semakin tinggi intensitas cahaya spektrofotometer, larutan protein
yang diserap oleh spektrofotometer mengadsorbsi cahaya yang diberikan

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 115


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

kepadanya. Hal ini merupakan wujud dan absorbansi tidak terlalu baik, hal ini
dari interaksi suatu atom dengan dimungkinkan konsentrasi BSA yang
cahaya. Dimana energi digunakan terlalu kecil.
elektromagnetiknya ditransfer ke atom Pengukuran kurva kalibrasi yang
atau molekul sehingga partikel dalam telah dilakukan kemudian dilakukan
protein dipromosikan dari tingkat pengukuran penetapan kadar protein
energi yang lebih rendah ke tingkat dengan berbagai perbandingan bahan
energi yang lebih tinggi, yaitu tingkat untuk mengetahui kadar protein
tereksitasi. Dari hasil terbesar dengan perbandingan yang
pengidentifikasian pada digunakan didapatkan hasil sebagai
spektrofotometer, didapatlah harga berikut :
absorbansi pada masing-masing
konsentrasi. Hal ini dapat dilihat pada
16.00
gambar 2 sebagai berikut : 14.00
12.00
10.00
8.00
0.26000 6.00
kadar protein
4.00
Absorbansi

0.25000 y = 0.0053x + 0.2216 2.00


0.24000 R² = 0.9526 0.00
0.23000 (80 : (70 : (50 : (30 : (20 :
20) 30) 50) 70) 80)
(%)

0.22000
0 2 4 6
Konsentrasi (%)
perbandingan jagung
:kedelai (g)
Gambar 1. Hasil Kurva Kalibrasi Bovin Gambar 2. Garfik kadar Protein Tempe
Serum Albumin Jagung Kombinasi Kedelai
Berdasarkan gambar di atas semakin Hasil pengujian yang didapat terlihat
besar konsentrasi maka semakin banyak pada gambar 3 menunjukkan bahwa
protein yang diserap atau diabsorbsi, sehingga kadar protein yang terendah pada
harga absorbansi yang didapat semakin perbandingan jagung 80 g dan kedelai
besar juga. Dari hasil data yang 20 g sebesar 6,7 % dilanjutkan dengan
diperoleh, akan didapatkan suatu kurva perbandingan jagung 70 g dan kedelai
antara absorbansi larutan protein 30 g kadar protein yang diperoleh
dengan konsentrasinya. Kurva tersebut sebesar 8,06 %, jika perbandingan
membentuk suatu garis lurus yang jagung 50 g dan kedelai 50 g terjadi
linear. Ini dikarenakan larutan protein peningkatan sehingga kadar protein
yang digunakan merupakan larutan encer yang didapat sebanyak 10,76%, terjadi
dengan konsentrasi yang kecil. Penyimpangan pula peningkatan jika perbandingan
Hukum Beer akan berlaku jika larutan jagung 30 g dan kedelai 70 g menjadi
protein yang digunakan mempunyai 13,48 % dan didapatkan pula kadar
konsentrasi yang besar, artinya apabila protein tertinggi jika perbandingan
konsentrasi proteinnya besar, maka jagung 20 g dan kedelai 80 g sebesar
garis linear akan membelok. Nilai 14,8%. Hal ini dapat terjadi karena
regresi yang didapat 0,952 yang tidak semakin tinggi jagung yang diberikan
mendekati angka 1 sehingga nilai yang pada pembuatan tempe ini kandungan
didapat ini hubungan antara konsentrasi proteinnya akan menurun dan
sebaliknya jika kandungan kedelai

116 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

ditingkatkan maka kandungan tetapi dengan pemasakan agar


proteinnya akan meningkat. tekstur yang didapatkan menjadi
Perbandingan kombinasi jagung dan lunak tetapi membutuhkan waktu
kedelai ini yang terbaik pada yang lama lagi. Menurut Angsad7
perbandingan jagung 20 g dan kedelai tempe yang baik dan bermutu
80 g dangan hasil 14,8%, hal ini lebih tinggi seharusnya memiliki tekstur
baik dibandingkan dengan penelitian yang khusus dan sangat
sebelumnya dengan menggunakan karakteristik, harus padat dengan
bahaan dasar nabati yang murni yaitu jahitan misellia yang rapat dan
kedelai atau bahan yang lainnya, kompak. Sedangkan jika
penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan semakin banyak
rujukan bahwa hasil maximal yang kandungan kedelai memiliki
dapat digunakan untuk pembuatan tekstur sedikit keras dan kompak.
tempe dengan kombinasi ini dengan Hasil ini dapat dilihat pada gambar
perbandingan 2:8 (jagung : kedelai). 4 berikut :
Jagung memiliki kandungan protein
yang lebih rendah dari kedelai karena
jagung ini memiliki kandungan
karbohidratnya yang tinggi, kemudian
untuk memberikan asupan kadar
protein yang tinggi dapat digunakan
kedelai sebagai bahan dasar dari tempe
tersebut.
2. Uji Organoleptis
Uji organoleptis merupakan suatu
uji kualitas yang menggunakan indera
manusia untuk mengukur tekstur,
penampakan, aroma dan flavor produk
pangan. Uji ini membuthkan beberapa
panelis tetapi pada penelitian ini tidak
dilakukan menggunakan panelis
sehingga peneliti sendiri yang
melakukan uji organoleptis, berikut
merupakan hasil uji organoleptis
meliputi :
a. Tekstur
Kualitas tekstur tempe dengan
perbandingan jagung 80 g : kedelai
20 g dan jagung 70 g : kedelai 30 g Gambar 3. Hasil Uji Kualitas Tempe
memiliki tekstur yang keras, tempe Jagung Kombinasi Kedelai
yang bagus yaitu tempe nampak
keras dan tidak kering, tempe Keterangan Gambar :
dengan perbandingan diatas A. Tempe jagung : kedelai perbandingan
mendaptkan tekstur yang keras (80:20) g
dipengaruhi bahan dasarnya yaitu B. Tempe jagung : kedelai perbandingan
jagung olahan yang sudah kering,

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 117


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

(70:30) g c. Warna
C. Tempe jagung : kedelai perbandingan Kualitas warna tempe dilihat
(30:70) g dari putih tidak rata dan
D. Tempe jagung : kedelai perbandingan kecoklatan hingga putih rata,
(20:80) g berdasarkan gambar 4 di atas hasil
warna dari perlakuan dengan
Hasil dari gambar di atas banyaknya kandungan jagung
menunjukkan bahwa semakin menhasilkan warna tempe yang
banyak perbandingan jagung yang putih yang tidak rata dan
digunakan tempe tersebut semakin kecoklatan, sebaliknya dengan
keras dan untuk perbandingan banyaknya kandungan tempe
kedelai yang banyak tekstur sedikit dihasilkan tempe yang putih dan
keras. Hal ini menunjukkan bahwa rata.
kualitas tempe di semua perlakuan Menurut penelitian Astuti(8),
berdasakan tekstur masih termasuk mutu tempe yang baik harus
kualitas yang baik. memenuhi syarat fisik dan
b. Aroma kimiawi. Tempe memiliki mutu
Kualitas aroma tempe dilihat fisik yang baik jika memiliki cirri-
dari kriteria organoleptis sedikit ciri warna putih. Warna putih
berbau khas kedelai dan tidak disebabkan adanya miselia kapang
berbau, tetapi keduanya memiliki yang tumbuh di permukaan biji,
bau tempe yang segar dan tidak menghubungkan antara biji
berbau tidak enak. sehingga menjadikan tempe
Proses fermentasi pada tempe memiliki tekstur warna yang putih.
akan mempengaruhi aroma tempe.
Menurut Buckle (1997) dalam Simpulan
Angsad(7) proses fermentasi akan Berdasarkan hasil dari penelitian yang
menyebabkan perubahan- didapat disimpulkan bahwa tempe jagung
perubahan kimia dan fisik yang dengan kombinasi kedelai perbandingan I
mengubah rupa, bentuk dan flavor (80:20) g memiliki kadar protein sebesar 6,7
dari bahan pangan aslinya. Bau %, perbandingan II (70:30) g didapatkan
yang khas karena adanya proses kadar 8,06 %, perbandingan III (50:50) g
fermentasi yang berjalan semakin didapatkan kadar 10,76 %, perbandinganIV
lama prosesnya maka suhu (30:70) g didapatkan kadar 13,46% dan
fermentasi akan naik. Suhu yang PerbandinganV (20:80) g didapatkan kadar
tinggi ini mengakibatkan tertinggi sebesar 14,8%.
meningkatnya proses hidrolisis
suatu senyawa oleh kapang Saran
Rhizopus sp yang mengakibatkan Perlu adanya saran untuk penelitian
aroma khas pada tempe. Aroma selanjutnya yaitu :
khas dihasilkan oleh adanya enzim 1. Adanya inovasi pembuatan kombinasi
lipooksidase pada kedelai, enzim tempe dengan kandungan protein yang
ini menghidrolisis atau tinggi.
menguraikan lemak kedelai 2. Parameter untuk uji kualitas tempe tidak
menjadi senyawa penyebab bau hanya pada pengujian protein saja tetapi
yang khas.

118 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 111-119, 2016 SITI JUBAIDAH

perlu adanya uji kadar abu, serat dan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan
vitamin yang terkandung di dalamnya. Dan Ilmu Pendidikan Universitas
3. Uji kadar protein dilakukan uji metode Tanjungpura Pontianak
Lowry karena lebih spesifik. 5. Prawirokusumo, 1994, Ilmu Gizi
Komparatif, BPFE Jogjakarta.
DAFTAR PUSTAKA 6. Winarno, F.G. dan Rahman A. 1974.
1. Suarni dan Muhammad Yasin, 2011. Protein Sumber dan Peranannya.
Jagung sebagai Sumber Pangan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fungsional. Iptek Tanaman Pangan. 7. Asngad, dkk. 2011. “Uji Kadar Serat,
2. Silvia, I. 2009. Pengaruh Penambahan Karbohidrat, dan Sifat
Variasi Berat Inokulum Terhadap OrganoleptikPada Pembuatan Tempe
Kualitas Tempe Biji Durian (Durio Dari Bahan Dasar Kacang Merah
zibethinus). Skripsi. Deprtemen Kimia. (Vigna umbellate) dengan Penambahan
FMIPA. USU Medan Bekatul”. Jurnal Penelitian Sains dan
3. Paharindayanti, R. 2011. Penetapan Teknologi. 12 (1): 23 - 36.
Kadar Protein Tempe Biji Karet (Hevea 8. Astuti, Nurita Puji. 2009. “Sifat
brasiliensis Mull. Arg). Karya Tulis Organoleptik Tempe Kedelai yang
Ilmiah. Samarinda: Akademi Farmasi Dibungkus Plastik, Daun Pisang dan
Samarinda. Daun Jati”.Karya Tulis Ilmiah.
4. Ristia, E. 2014. Perbandingan Kadar Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Gizi Tempe Biji Nangka Dan Tempe Surakarta.
Kedelai. Skripsi. Program Studi

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 119

Anda mungkin juga menyukai