Anda di halaman 1dari 8

A.

Masalah Utama
Harga diri rendah
B. Definisi

C. Proses Terjadinya Masalah


Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul
saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.(
Yosep,2009)
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Herman (2011)
adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis. Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :
a. Penolakan dari keluarga/ masyarakat
b. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
c. Persaingan antar saudara
d. Kesalahan dan kegagalan berulang
e. Tidak mampu mencapai standar.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta
menurunnya produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
D. Rentang Respon

1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.(Eko P, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu lagi
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara
intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain.(Eko P,2014)
E. Mekanisme Koping
1. Pertahanan Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja keras, nonton, dan
lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut kegiatan sosial,
politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi pencapaian
akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang
berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri
F. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selajutnya hal ini menyebutkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuanya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah,maka
akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya. Dia akan cenderung
menyendiri dan menarik diri.( Eko P,2014).
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
G. Penatalaksanaan
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical)
dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol
(mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi Modalitas
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada
rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
H. Pohon Masalah

I. PENGKAJIAN
1. Citra tubuh
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Harga diri
a. Penolakan.
b. Kurang penghargaan.
c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
d. Persaingan antara keluarga.
e. Kesalahan dan kegagalan berulang.
f. Tidak mampu mencapai standar.
3. Ideal diri
a. Cita-cita yang terlalu tinggi.
b. Harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Ideal diri samar atau tidak jelas.
4. Peran
a. Stereotipe peran seks.
b. Tuntutan peran kerja.
c. Harapan peran kultural.

5. Identitas diri
a. Ketidakpercayaan orang tua.
b. Tekanan dari teman sebaya.
c. Perubahan struktur sosial.
Faktor Presipitasi
1. Trauma.
2. Ketegangan peran.
3. Transisi peran perkembangan.
4. Transisi peran situasi.
5. Transisi peran sehat-sakit.
Perilaku
1. Citra tubuh
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Menolak bercermin.
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d. Menolak usaha rehabilitasi.
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f. Menyangkal cacat tubuh.
2. Harga diri rendah
a. Mengkritik diri sendiri/orang lain.
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan.
d. Merasa diri paling penting.
e. Destruktif pada orang lain.
f. Merasa tidak mampu.
g. Merasa bersalah dan khawatir.
h. Mudah tersinggung/marah.
i. Perasaan negatif terhadap tubuh.
j. Ketegangan peran.
k. Pesimis menghadapi hidup.
l. Keluhan fisik.
m. Penolakan kemampuan diri.
n. Pandangan hidup bertentangan.
o. Destruktif terhadap diri.
p. Menarik diri secara sosial.
q. Penyalahgunaan zat.
r. Menarik diri dari realitas.

Kerancuan identitas
a. Tidak ada kode moral.
b. Kepribadian yang bertentangan.
c. Hubungan interpersonal yang eksploitatif.
d. Perasaan hampa.
e. Perasaan mengambang tentang diri.
f. Kerancuan gender.
g. Tingkat ansietas tinggi.
h. Tidak mampu empati terhadap orang lain.
i. Masalah estimasi.
4. Depersonalisasi
Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan peran.

Rencana Asuhan Keperawatan

Tindakan Keperawatan pada Pasien


1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif
seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
setelah mengalami bencana.
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara mandiri, aktivitas
yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang perlu bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas
atau kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan.
2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan
pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.

Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien.
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
b. Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang
dilakukan.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang dimiliki.
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan yang sudah
dilatihkan pasien dengan perawat.
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku pasien.
EVALUASI
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan aktivitas.

J. Jenis-jenis HDR

K.

Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
antara lain :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Anda mungkin juga menyukai