Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan masa awal dari pengenalan anak dengan suatu
lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga. Masa kanak-kanak atau
yang dikenal sebagai masa prasekolah yaitu anak dengan rentang usia 3-6 tahun. Anak usia
prasekolah mengalami perkembangan fisiologis dan motorik yang pesat (Soetjiningsih,
2004).
Masa prasekolah merupakan masa atau fase terpenting dalam mengawali proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam
diri anak yaitu faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar
diri anak yaitu status gizi anak pada masa balita, lingkungan tempat tinggal dan pola
pengasuhan orang tua (Supartini, 2004).
Anak usia prasekolah termasuk golongan yang rawan gizi. Masalah gizi pada anak usia
sekolah muncul karena perilaku makan anak yang kurang baik dari orang tua. Perilaku orang
tua dalam memberikan makanan akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak
terhadap makanan. Asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mempengaruhi
status gizi (Sulistyoningsih, 2011).
Berbagai masalah kesehatan sering dijumpai dikalangan anak prasekolah atau TK,
diantaranya adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang
sangat menentukan adalah faktor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasaan dan mudah terserang penyakit
infeksi. Di samping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada anak yang
disebabkan karena gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dan anak akan beresiko
menderita penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, penyakit jantung dan lain
sebagainya (Santoso, 2004).
Pemeriksaan antropometri gizi merupakan suatu parameter kuantitatif yang lazim
digunakan sebagai indikator status gizi dengan menilai komposisi tubuh. Pemeriksaan
tersebut berlandaskan asumsi bahwa ukuran fisik dapat merefleksikan hasil akhir dari
masukan, pencernaan, penyerapan, dan metabolisme zat gizi. Dengan demikian, pemeriksaan
ini dapat dilakukan untuk menilai status gizi pada anak dengan kesulitan makan, sehingga

1
dapat digunakan untuk identifikasi awal dalam mencegah risiko malnutrisi dan pertumbuhan
yang buruk (Narendra, 2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari laporan praktikum ini
adalah bagaimana gambaran status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, berat
badan menurut tinggi badan dan indeks massa tubuh menurut umur.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM
berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, berat badan
menurut panjang badan dan IMT menurut umur.
2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dari dilakukannya praktikum ini adalah :
a. Mengidentifikasi status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM berdasarkan indeks berat badan menurut umur.
b. Mengidentifikasi status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur.
c. Mengidentifikasi status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan.
d. Mengidentifikasi status gizi anak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM berdasarkan indeks IMT menurut umur.
D. Manfaat
1. Bagi Pihak Sekolah
Sebagai informasi kepada pihak TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM
mengenai status gizi anak TK tersebut.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai data penelitian untuk laporan praktikum penilaian status gizi anak TK A
Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antropometri
1. Pengetian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat
umum sekali (Supariasa, dkk, 2001).
Pengertian dari sudut pandang gizi, telah banyak diungkapkan oleh para ahli. Jelliffe
(1966) mengungkapkan bahwa “nutritional anthropometry is measurement of the variations
of the physical dimensions and the gross compotion of the human body at different age levels
degree of nutrition’’ (Jelliffe, 1996).
2. Kelebihan Antropometri
Sebelum menguraikan tentang keunggulan antropometri ada baiknya mengenal apa
yang mendasari penggunaan antropometri. Beberapa syarat yang mendasari penggunaan
antropometri adalah (Supariasa, 2001) :
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lila atas, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang ulang dengan mudah dan objektif.
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesiaonal, juga
boleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relatif murah,karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan
bahan lainnya.
e. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut off points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
f. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya
untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui
kebenaran secara ilmiah.
Memperhatikan faktor diatas, maka dibawah ini akan diuraikan keunggulan
antropometri gizi sebagai berikut (Supariasa, 2001) :
a. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.

3
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih dalam waktu singkat dapat dilakukan pengukuran antropometri.
Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahlitetapi dengan pelatihan singkat ia
dapat melaksanakan kegiatannya secara rutin.
c. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat didarerah
setempa. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus diimpor dari luar
negri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti “skin fold caliper”
untuk mengukur tebal lemak bawah kulit.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau.
f. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk,
karena sudah ada diambang batas yang jelas.
g. Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada priode
tertentu atau dari satu generasi kegenerasi berikutnya,
Metode antropometri dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi (Supariasa, 2001).
3. Kekurangan Antropometri
Di samping keunggulan metode penentuan status gizi secara antropometri, terdapat
pula beberapa kelemahan (Supariasa, 2001).
a. Tidak sensitif metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu
seperti zinc dan fe.
b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi).
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d. Kesalahan ini terjadi :
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3. Analisis dan asumsi keliru
e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan :
1. Latihan petugas tidak cukup
2. Kesalahan alat atau alat tidak tertera
3. Kesulitan pengukuran

4
4. Jenis Parameter Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur,
berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak
dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan parameter itu (Supariasa, 2001) :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat
badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat (Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang.
Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis
kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001).
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan
keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka berat badan merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk, 1989).
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak,
cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk
mengetahui keadaan gizi, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan
apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Hartono, 2000).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan
merupakan ukuran kedua terpenting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap
tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita
yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa (microtoise)
yang mempunyai ketelitian 0,1 (Supariasa, 2001).
d. Lingkar Lengan Atas (LILA)

5
Lingkar lengan atas dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh dengan harga yang lebih murah. Alat yang digunakan merupakan suatu pita
pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik (Supariasa,
2001).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran
dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur
lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata (Supariasa, 2001).
e. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis. Yang biasanya untuk memeriksa keadaan phatology dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (hidrosefalus)
dan kepala kecil (mikrosepalus) (Supariasa, 2001).
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar
lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimana pun juga
ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi. Dalam atropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dan
menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi
tambahan dalam pengukuran umur (Supariasa, 2001).
f. Lingkar Dada
Biasanya pengukuran lingkar dada dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai
3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur
ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6
bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari 1, hal ini dikarenakan
akibat kegagalalan perkembangan dan pertumbuhan,atau kelemahan otot dan lemak pada
dindiing dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada balita
anak. Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biasanya terbuat dari serat
kaca (fiberglass) (Supariasa, 2001).
Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan
lemak sub kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang
akan diperiksa (distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan

6
diukur, ketebalannya relatif sama dari lapisan kulit lemak, mudah dilaksanakan dan sopan.
Sebaiknya diukur bagian-bagian tubuh bagian kiri.dalam survey yang berskala besar
disarankan bahwa total lemak dalam tubuh dapat diukur dari pengukuran beberapa tempat
seperti pada trisep, bisep dan supskapular serta supraliaka (Supariasa, 2001).
5. Indeks Atropometri
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Supariasa, 2001).
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambara massa
tubuh.massa tubuh sangat sesitif terhadap perubahan perubahan yang mendadak, misalnya
karena terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi.berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil
(Supariasa, 2001).
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antar konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pyang pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan
perkembangan berat badan,yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal.berdasarkan karakteristik berat badan ini,maka indeks berat badan menurut umur
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakter berat badan
yang labil, maka indeks berat BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutritional status) (Supariasa, 2001).
1. Kelebihan dari indeks berat badan menurut umur (Supariasa, 2001) :
a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Baik untuk mengatur status gizi akut atau kronis.
c. Berat badan dapat berpluktuasi.
d. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil.
e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)
2. Kekurangan dari indeks berat badan menurut umur (Supariasa, 2001) :
a. Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asistes.
b. Didaerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering
sulit ditaksir secara tepat karena pencacatan umur yang belum baik.

7
c. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia
lima tahun.
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak pada saat penimbangan.
e. Secara operasional sering mengalamai hambatan karena masalah social
budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang
anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya.
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal ,tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan tidak sperti berat, relatif kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek, pengaruh defisiensi jat gizi terhadap tinggi badan
akan nampak dalam waktu yang relatip lama. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan status gizi massa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan
bahwa indeks TB/U disamping memberi gambaran status gizi masa lampau juga lebih erat
kaitannya dengan status ekonomi (Supariasa, 2001).
1. Kelebihan dari indeks tinggi badan menurut umur (Supariasa, 2001) :
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah di bawah
2. Kekurangan dari indeks tinggi badan menurut umur (Supariasa, 2001) :
a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukanya
c. Ketepatan umur sulit di dapat
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memilik hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akn searah dengan pertumbuhan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Jeliffe indeks tahun 1966 telah memperkenalkan indeks ini untuk
mengidentifikasi status gizi (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang
indenpenden terhadap umur (Supariasa, 2001).
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai beberapa
keuntungan dan kelemahan, seperti yang di uraikan dibawah ini.
1. Kelebihan dari indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa,
2001) :

8
a. Tidak memerlukan data umur
b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
2. Kekurangan dari indeks berat badan menurut tinggi badan (Supariasa,
2001) :
a. Tidak dapat member gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan
b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan
pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok balita.
c. Membutuhkan dua macam alat ukur.
d. Pengukuran rekatif lebih lama.
e. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
f. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama
bila dilakukan oleh kelompok non-propesional.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
Lingkar lengan atas memberikan parameter antropometri yang sangat sederhana
dan mudah dilakukan oleh tenaga yg bukan profesional. Kader posyandu dapat melakukan
pengukuran ini. Lingkar lengan atas sebagai mana berat badan merupakan parameter yang
labil, dapat berubah ubah dengan cepat. Oleh karena itu lingkar lengan atas merupakan
indeks status gizi saat kini (Supariasa, 2001).
1. Kelebihan dari indeks lingkar lengan atas menurut umur (Supariasa,
2001) :
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sangat ringan dan dapat dibuat sendiri
c. Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi,
sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat membaca dan menulis
2. Kekurangan dari indeks lingkar lengan atas menurut umur (Supariasa,
2001) :
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Sulit menentukan ambang batas.
c. Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak terutama anak usia 2
sampai 5 tahun yang perubahanya tidak tampak nyata.
e. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

9
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2001).
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal
orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Sejak tahun 1958 digunakan cara
perhitungan perhitungan berat badan normal berdasarkan rumus :
Berat Badan Normal = (Tinggi badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100)

Atau

Berat Badan Normal = 0,9 x (Tinggi Badan – 100)

Dengan batasan : Nilai minimum = 0,8 x (Tinggi Badan – 100)


Nilai maksimum = 1,1 x (Tinggi Badan – 100)
Ketentuan ini berlaku umum bagi perempuan dan laki-laki.

Berat badan yang berada di bawah atas minuman dinyatakan sebagai “under
weight” atau sebagai “over weight” atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah
ukuran berat normal mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada
diatas ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit degeneratif (Supariasa,
2001).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan
normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI). Di Indonesia
istilah Body Mass Indeks diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan
normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang
(Supariasa, 2001).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Atau

Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk merujuk ketentuan FAO/WHO,


yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-
laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan

10
dan tingkat devisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO
menyarankan menggunakan satu satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan untuk
kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang
(Supariasa, 2001).
Akhinya diambil kesimpulan ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti
tercantum pada tabel berikut.
Tabel 1
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Status Gizi Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
*) Sumber : Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang
Dewasa, Jakarta. Halaman 4.

B. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan
dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat
berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang paling
kecil). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi.
Pengaruh tidak langsung dari status gizi yaitu ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan
anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap kesehatan (Riyadi,
2001).
Status gizi yang baik, normal dan optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-
zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

11
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sedangkan status gizi
kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status
gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis
pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi (Apriadji, 1986).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition merupakan keadaan
gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan.
Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan
individu (Wardlaw, 2007).
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah
energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini
terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk
seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat
mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Apriadji, 1986).
2. Cara-cara Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh
dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu
yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Penilaian Secara Langsung
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahanyang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

12
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oralnatau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa, 2001).
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
(sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang
lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2001).
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (spidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap
(Supariasa, 2001).
b. Penilaian Secara Tidak Langsung
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi (Supariasa, 2001).
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan status gizi dengan statistik vital adalah
dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung penrukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2001).
3. Faktor Ekologi

13
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jumlah makanan
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi deperti iklim, tanah, irigasi dan lain-
lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Supariasa, 2001).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Umur
Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat
aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka dapat meningkatkan
produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang lebih semangat dalam melakukan
pekerjaan. Apabila kekurangan energi maka produktivitas kerja seseorang akan menurun,
dimana seseorang akan malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban. Semakin
bertambahnya umur akan semakin meningkat pula kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Zat
tenaga dibutuhkan untuk mendukung meningkatnya dan semakin beragamnya kegiatan fisik
(Apriadji, 1986).
2. Frekuensi Makan
Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan yang
dikonsumsi seseorang. Menurut Hui (1985), sebagian besar remaja melewatkan satu atau
lebih waktu makan, yaitu sarapan. Sarapan adalah waktu makan yang paling banyak
dilewatkan, disusul oleh makan siang. Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang
malas untuk sarapan, antara lain mereka sedang dalam keadaan terburu-buru, menghemat
waktu, tidak lapar, menjaga berat badan dan tidak tersedianya makanan yang akan dimakan.
Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat
gizi lain (Brown et al, 2005).
Pada bangsa-bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari lebih banyak
orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi makan sebanyak tiga kali dalam
sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan sering dengan jumlah yang sedikit lebih baik
daripada jarang makan tetapi sekali makan dalam jumlah yang banyak (Suyono, 1986).
3. Asupan Energi
Energi merupakan asupan utama yang sangant diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan
energi yang tidak tercukupi dapat menyebabkan protein, vitamin, dan mineral tidak dapat
digunakan secara efektif. Untuk beberapa fungsi metabolisme tubuh, kebutuhan energi

14
dipengaruhi oleh BMR (Basal Metabolic Rate), kecepatan pertumbuhan, komposisi tubuh dan
aktivitas fisik (Krummel & Etherton, 1996).
Energi yang diperlukan oleh tubuh berasal dari energi kimia yang terdapat dalam
makanan yang dikonsumsi. Energi diukur dalam satuan kalori. Energi yang berasal dari
protein menghasilkan 4 kkal/gram, lemak 9 kkal/gram, dan karbohidrat 4 kkal/gram
(Baliwati, 2004).
4. Asupan Protein
Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Fungsi utama
protein adalah membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001).
Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino yang diperlukan untuk
membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, mengatur keseimbangan air, dan
mempertahankan kenetralan asam basa tubuh. Pertumbuhan, kehamilan, dan infeksi penyakit
meningkatkan kebutuhan protein seseorang (Baliwati, 2004).
5. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi kehidupan manusia yang dapat
diperoleh dari alam, sehingga harganya pun relatif murah (Djunaedi, 2001).
Sumber karbohidrat berasal dari padi-padian atau serealia, umbi-umbian,
kacangkacangan dan gula. Sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok adalah beras, singkong, ubi, jagung, taslas, dan
sagu (Almatsier, 2001).
Karbohidrat menghasilkan 4 kkal / gram. Angka kecukupan karbohidrat sebesar 50-
65% dari total energi. (WKNPG, 2004). WHO (1990) menganjurkan agar 55 – 75%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang tidak mencukupi
di dalam tubuh akan digantikan dengan protein untuk memenuhi kecukupan energi. Apabila
karbohidrat tercukupi, maka protein akan tetap berfungsi sebagai zat pembangun (Almatsier,
2001).
Sumber makanan yang paling banyak mengandung protein berasal dari bahan
makanan hewani, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan sumber
protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari rata-rata
penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari (Almatsier, 2001).
6. Asupan Lemak

15
Lemak merupakan cadangan energi di dalam tubuh. Lemak terdiri dari trigliserida,
fosfolipid, dan sterol, dimana ketiga jenis ini memiliki fungsi terhadap kesehataan tubuh
manusia (WNPG, 2004).
Konsumsi lemak paling sedikit adalah 10% dari total energi. Lemak menghasilkan 9
kkal/gram. Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan tub uh manusia. Jika seseorang
mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan mengurangi konsumsi makanan lain.
Berdasarkan PUGS, anjuran konsumsi lemak tidak melebihi 25% dari total energi dalam
makanan seharihari. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan, seperti minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, jagung, dan sebagainya. Sumber lemak utama lainnya
berasal dari mentega, margarin, dan lemak hewan (Almatsier, 2001).
7. Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka sangat diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang
tersebut mengenai gizi dan kesehatan. Pendidikan yang tingggi dapat membuat seseorang
lebih memperhatikan makanan untuk memenuhi asupan zat-zat gizi yang seimbang. Adanya
pola makan yang baik dapat mengurangi bahkan mencegah dari timbulnya masalah yang
tidak diinginkan mengenai gizi dan kesehatan (Apriadji, 1986).
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, akan mudah dalam menyerap
dan menerapkan informasi gizi, sehingga diharapkan dapat menimbulkan perilaku dan gaya
hidup yang sesuai dengan informasi yang didapatkan mengenai gizi dan kesehatan. Tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan (WKNPG, 2004).
8. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi, Pembantu
rumah tangga mendapatkan gaji (pendapatan) yang masih di bawah UMR (Gunanti, 2005).
Besarnya gaji yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan banyaknya jenis
pekerjaan yang dilakukan. Pendapatan seseorang akan menentukan kemampuan orang
tersebut dalam memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh
tubuh. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi jumlah zat-zat gizi dibutuhkan
oleh tubuh, maka dapat mengakibatkan perubahan pada status gizi seseorang (Apriadji,
1986).
Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan dengan pola konsumsi
makan, yaitu pengeluaran makanan dan tipe makanan yang dikonsumsi. Apabila seseorang
memiliki pendapatan yang tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya
(Apriadji, 1968).

16
Meningkatnya pendapatan perorangan juga dapat menyebabkan perubahan dalam
susunan makanan. Kebiasaan makan seseorang berubah sejalan dengan berubahnya
pendapatan seseorang (Suhardjo, 1989).
Meningkatnya pendapatan seseorang merupakan cerminan dari suatu kemakmuran.
Orang yang sudah meningkat pendapatannya, cenderung untuk berkehidupan serba mewah.
Kehidupan mewah dapat mempengaruhi seseorang dalam hal memilih dan membeli jenis
makanan. Orang akan mudah membeli makanan yang tinggi kalori. Semakin banyak
mengonsumsi makanan berkalori tinggi dapat menimbulkan kelebihan energi yang disimpan
tubuh dalam bentuk lemak. Semakin banyak lemak yang disimpan di dalam tubuh dapat
mengakibatkan kegemukan (Suyono, 1986).
9. Pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat pengetahuannya akan
gizi. Orang yang memiliki tingkat pendidikan hanya sebatas tamat SD, tentu memiliki
pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan orang dengan tingkat pendidikan tamat SMA
atau Sarjana. Tetapi, sebaliknya, seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi sekalipun
belum tentu memiliki pengetahuan gizi yang cukup jika ia jarang mendapatkan informasi
mengenai gizi, baik melalui media iklan, penyuluhan, dan lain sebagainya. Tetapi, perlu
diingat bahwa rendah-tingginya pendidikan seseorang juga turut menentukan mudah tidaknya
orang tersebut dalam menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.
Berdasarkan hal ini, kita dapat menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat. Di samping
itu, dilihat dari segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan dapat
mengambil tindakan secepatnya (Apriadji, 1986).
Pengetahuan gizi sangat penting, dengan adanya pengetahuan tentang zat gizi maka
seseorang dengan mudah mengetahui status gizi mereka. Zat gizi yang cukup dapat dipenuhi
oleh seseorang sesuai dengan makanan yang dikonsumsi yang diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan. Pengetahuan gizi dapat memberikan perbaikan gizi pada
individu maupun masyarakat (Suhardjo, 1989).
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Makanan Anak
Pemilihan bahan makanan ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu sebagai
berikut :
1. Pengetahuan orang tua mengenai makanan yang bergizi
Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka
pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat

17
mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak,
sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi.
Menurut Suhardjo (1989), bila orang tua memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu
untuk memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi (Suhardjo, 1989).
2. Pendidikan orang tua
Peranan orang tua sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anaknya.
Pendidikan orang tua sangat menentukan dalam pilihan makanan dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarganya lainnya. Pendidikan gizi ibu bertujuan
meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan
bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan orang tuanya tinggi
(Agoes, 2003).
3. Pendapatan keluarga
Pendapatan salah satu faktor dalam menentukan kualitas dan kuantitas
makanan.Tingkat pendapatan ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli dengan
tambahan uang tersebut. Orang miskin membelanjakan sebagian pendapatan tambahan untuk
makanan sedangkan orang kaya jauh lebih rendah (Agoes, 2003).
4. Jumlah anggota keluarga
Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan Suhardjo (2003)
mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada
masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi
dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan
semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya
cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian
tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar (Suhardjo, 2003).

18
BAB III

METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat


1. Waktu
Praktikum ini dilakukan pada Rabu tanggal 2 November 2016 pada pukul 08.00
WIB.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan praktikum ini adalah di TK A Kelas A1 AL
MUSLIMUN NURUL ISLAM.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan injak digital
b. Microtoise
c. Formulir untuk mencatat hasil pengukuran
2. Bahan
a. Lakban putih
b. Gunting atau cutter
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang menjadi target dalam praktikum ini adalah semua anak yang berusia
antara 4-5 tahun.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam praktikum ini adalah anak TK A Kelas A1 AL
MUSLIMUN NURUL ISLAM.
D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Data Umur
Data umur murid diperoleh dengan cara menghitung selisih antara tanggal
pengumpulan data yaitu pada tanggal 02 November 2016 (02-11-2016) dengan tanggal lahir
sampel murid TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM.
b. Data Berat Badan

19
Data berat badan murid diperoleh dari hasil penimbangan berat badan TK A
Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM yang diukur dengan menggunakan timbangan
injak digital.
c. Data Tinggi Badan
Data tinggi badan murid diperoleh dari hasil pengukuran tinggi badan murid TK
A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL ISLAM yang diukur dengan menggunakan mikrotoa.
d. Data Status Gizi
Data status gizi diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Z-
Score, sebagai berikut :
 Jika angka individu > nilai median :
Angka Individu−Nilai Median
Z-Score =
Nilai(+1SD)−Nilai Median

 Jika angka individu < nilai median :


Angka Individu−Nilai Median
Z-Score =
Nilai Median−Nilai (−1SD)
Dengan kategori indeks, sebagai berikut :
1. Status Gizi Menurut Indeks BB/U
Berat Badan Sangat Lebih (Obesitas) = >3 SD
Berat Badan Lebih (over weight) = >2 SD sampai dengan 3 SD
Berat Badan Normal = -2 SD sampai dengan 2 SD
Berat Badan Kurang (under weight) = <-2 SD sampai dengan -3 SD
Berat Badan Sangat Kurang (severe under weight) = <-3 SD
2. Status Gizi Menurut Indeks (TB/U)
Normal = ≥ -2 SD
Pendek (stunted) = < -2 SD sampai dengan -3 SD
Sangat Pendek = < -3 SD
3. Status Gizi Menurut Indeks BB/TB
Sangat Gemuk (obesitas) = > 3 SD
Gemuk (under weight) = 2 SD sampai dengan 3 SD
Resiko Gemuk = > 1 SD sampai dengan < 2 SD
Normal = -2 SD sampai dengan 1 SD
Kurus (wasted) = < -2SD sampai dengan -3 SD
Sangat Kurus (servere wasted) = < -3 SD
4. Status Gizi Menurut Indeks IMT/U

20
Sangat Gemuk (obesitas) = > 3SD
Gemuk (over weight) = 2 SD sampai dengan < 2 SD
Resiko Gemuk = >1 SD sampai dengan <2SD
Normal = -2 SD sampai dengan 1 SD
Kurus (wasted) =< -2 SD sampai dengan -3 SD
Sangat Kurus (severe wasted) = <-3 SD
2. Data Sekunder
a. Data Nama Lengkap
Data nama lengkap murid diperoleh dari data atau arsip murid TK A Kelas A1
AL MUSLIMUN NURUL ISLAM.
b. Data Jenis Kelamin
Data jenis kelamin murid diperoleh dari data atau arsip murid TK A Kelas A1 AL
MUSLIMUN NURUL ISLAM.
c. Data Tanggal Lahir
Data jenis kelamin murid diperoleh dari data atau arsip murid TK A Kelas A1 AL
MUSLIMUN NURUL ISLAM.
E. Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sampel
1. Umur
Umur sampel berkisar antara 52 bulan sampai dengan 72 bulan dengan rata-rata 58,9
bulan.
jumlah umur 1178 bulan
 Rata-rata Umur = jumlah murid = = 𝟓𝟖, 𝟗 𝐛𝐮𝐥𝐚𝐧
20 orang

2. Jenis Kelamin
Dari data sampel yang telah diperoleh di TK A Kelas A1 AL MUSLIMUN NURUL
ISLAM diketahui bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki sama banyak
dengan sampel yang berjenis kelamin perempuan yang dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2
Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 10 50
Perempuan 10 50
Jumlah 20 100

3. Berat Badan
Berat badan sampel berkisar antara 12,7 kg sampai dengan 29,9 kg dengan rata-rata
17,67 kg.
jumlah berat badan 353,4 kg
 Rata-rata Berat Badan = = 20 orang = 𝟏𝟕, 𝟔𝟕 𝐤𝐠
jumlah murid

4. Tinggi Badan
Tinggi badan sampel berkisar antara 98,1 cm sampai dengan 120,2 cm dengan rata-
rata 106,48 cm.
jumlah tinggi badan 2129,6 cm
 Rata-rata Tinggi Badan = = = 𝟏𝟎𝟔, 𝟒𝟖 𝐜𝐦
jumlah murid 20

22
B. Status Gizi
1. Status gizi anak berdasarkan indeks berat badan menurut umur dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3

Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur

Kategori N %
Berat Badan Sangat Kurang 0 0
Berat Badan Kurang 2 10
Berat Badan Normal 16 80
Berat Badan Lebih 1 5
Berat Badan Sangat Lebih 1 5
Total 20 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa status gizi anak murid TK A Kelas A1 Al
Muslimun Nurul Islam berdasarkan indeks berta badan menurut umur lebih banyak berstatus
berat badan normal yaitu sebanyak 80% dengan jumlah anak berjumlah 16 orang, terdapat
pula anak yang berstatus berat badan kurang yaitu sebanyak 10% dengan jumlah anak yang
berjumlah 2 orang. Sedangkan anak yang berstatus berat badan lebih dan berat badan sangat
lebih masing-masing sebanyak 5% yaitu masing-masing berjumlah 1 orang anak.
2. Status gizi anak berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4
Kategori Status Gizi Berdasarkan Indeks Tinggi Badan Menurut Umur

N %
Kategori
Sangat Pendek 0 0
Pendek 0 0
Normal 20 100
Total 20 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa status gizi anak murid TK A Kelas A1 Al
Muslimun Nurul Islam berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur semua anak murid
berstatus normal yaitu sebanyak 100% dengan jumlah anak berjumlah 20 orang anak.

23
3. Status gizi anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5
Kategori Status Gizi
Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Kategori N %
Sangat Kurus 1 5
Kurus 1 5
Normal 12 60
Resiko Gemuk 2 10
Gemuk 2 10
Sangat Gemuk 2 10
Total 20 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa status gizi anak murid TK A Kelas A1 Al
Muslimun Nurul Islam berdasarkan indeks tinggi badan menurut tinggi badan lebih banyak
berstatus normal yaitu 60% dengan jumlah anak berjumlah 12 orang, terdapat pula anak yang
berstatus kurus dan sangat kurus yang masing-masing sebanyak 5% yaitu masing-masing
berjumlah 1 orang anak. Sedangkan anak yang berstatus gemuk dan sangat gemuk masing-
masing sebanyak 10% yaitu masing-masing berjumlah 2 orang anak.
4. Status gizi anak berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 6
Kategori Status Gizi
Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
Kategori N %
Sangat Kurang 1 5
Kurang 1 5
Normal 12 60
Resiko Lebih 3 15
Lebih 1 5
Sangat Lebih 2 10
Total 20 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa status gizi anak murid TK A Kelas A1 Al
Muslimun Nurul Islam berdasarkan indeks tinggi badan menurut tinggi badan lebih banyak
berstatus normal yaitu 60% dengan jumlah anak berjumlah 12 orang, sedangkan yang paling
sedikit berstatus sangat kurang, kurang dan lebih yang masing-masing sebanyak 5% dengan
jumlah anak masing-masing berjumlah 1 orang. Sisanya berstatus resiko lebih sebanyak 15%
dengan jumlah anak berjumlah 3 orang dan berstatus sangat lebih sebanyak 10% dengan
jumlah anak berjumlah 2 orang anak.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Didapatkan umur sampel anak di TK AL MUSLIMUN NURUL ISLAM ruangan A
adalah berkisar umur 52 bulan sampai dengan umur 72 bulan dengan selisih umur
adalah 20 bulan.
2. Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur diperoleh
anak yang berstatus berat badan kurang sebanyak 10% dengan jumlah anak
sebanyak 2 orang, anak yang berstatus berat badan normal sebanyak 80% dengan
jumlah anak sebanyak 16 orang, anak yang berstatus berat badan lebih sebanyak 5%
dengan jumlah anak sebanyak 1 orang dan anak yang berstatus berat badan sangat
lebih sebanyak 5% dengan jumlah anak sebanyak 1 orang.
3. Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur diperoleh
status gizi normal sebanyak 100 % dengan jumlah anak sebanyak 20 orang.
4. Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan
diperoleh anak yang berstatus sangat kurus sebanyak 5% dengan jumlah anak
sebanyak 1 orang, anak yang berstatus kurus sebanyak 5% dengan jumlah anak
sebanyak 1 orang, anak yang berstatus normal sebanyak 60% dengan jumlah anak
sebanyak 12 orang, anak yang berstatus resiko gemuk sebanyak 10% dengan jumlah
anak sebanyak 2 orang, anak yang berstatus gemuk sebanyak 10% dengan jumlah
anak sebanyak 2 orang dan anak yang berstatus sangat gemuk sebanyak 10% dengan
jumlah anak sebanyak 2 orang.
5. Dari perhitungan z-score berdasarkan indeks Indeks Massa Tubuh menurut Umur
diperoleh anak yang berstatus sangat kurang sebanyak 5% dengan jumlah anak
sebanyak 1 orang, anak yang berstatus kurang sebanyak 5% dengan jumlah anak
sebanyak 1 orang, anak yang berstatus normal sebanyak 60% dengan jumlah anak
sebanyak 12 orang, anak yang berstatus resiko lebih sebanyak 15% dengan jumlah
anak sebanyak 3 orang, anak yang berstatus lebih sebanyak 5% dengan jumlah anak
sebanyak 1 orang dan anak yang berstatus sangat lebih sebanyak 10% dengan
jumlah anak sebanyak 2 orang.

25
B. Saran
1. Diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat dilakukan pengukuran antropometri dan
penilaian status gizi bagi anak murid dilakukan secara rutin agar status gizi dan
kesehatan anak murid dapat dipantau dengan baik.
2. Kepada peneliti selanjutnya sangat diharapkan untuk dapat meningkatkan
keakuratan pengambilan data yang dapat dilakukan dengan lebih teliti pada saat
pengukuran dan pengambilan data sehingga tingkat kesalahannya kecil.

26
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Agoes dan Poppy. 2003. Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Balita. Jakarta : Puspa
Swara.
Apriadji, Wied Harry. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Aprillia, Bondika Ariandani. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan
Jajanan pada Anak Sekolah Dasar [Artikel Penelitian]. Semarang : Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Baliwati, Y. F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Swadaya.

Brown, Judith E. et al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. USA : Wadsworth.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Djunaedi, H. 2001. Gizi Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas, dalam Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia Tahun.

Gunanti, I. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Sayuran Pada Anak Pra
Sekolah. Skripsi Sarjana Jurusan Gizi, Universitas Airlangga. Surabaya.

Harinda, Loraine. 2012. Proporsi dan Status Gizi pada Anak Prasekolah dengan Kesulitan
Makan di Semarang (Studi Kasus di Kelurahan Tandang dan Sendangguwo) [KTI].
Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Hartono, Andy. 2000. Antropometri. Yogyakarta : PT. Citra Aji Prama.

Hartriyanti, Y. & Triyanti. (2007). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Jelliffe, DB. 1966. Assesment of the Nutritional Status of the Community. New York : WHO.

Krummel D. A dan Penny M. Kris Etherton. 1996. Nutrition In Women Health. Becoming a
Woman : Nutrition in Adolescence. Maryland : Aspen Publishers, Inc Gaithrsburg.

Matondang, Masitah. 2007. Status Gizi dan Pola Makan Pada Anak Taman Kanak-kanak Di
Yayasan Muslimat R.A Al-Ittihadiyah Medan Tahun 2007 [SKRIPSI]. Medan :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

27
Narendra, MB. 2006. Pengukuran antropometri pada penyimpangan tumbuh kembang anak.
Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Nix, S. 2005. William’s Basic Nutrition & Diet Therapy Twelfth Edition. USA : Elsevier
Mosby Inc.

Reksodikusumo, S. 1989. Penilaian Status Gizi Antropometri. Jakarta: Bagian Proyek


Pendidikan Akademi Gizi.

Riyadi, H. 2001. Metodologi Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor : Diktat
Jururusan Gizi Mayarakat dan sumber Daya Keluarga fakultas Pertanian IPB.

Santoso, Soegoeng dkk . 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : ECG.

Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : ECG.

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Suswanti, Ika. 2013. Faktor yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji
Pada Mahasiswa [SKRIPSI]. Jakarta : Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah.

Suyono, S. 1986. Hubungan Timbal Balik antara Kegemukan dengan berbagai Penyakit.
Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.

Wardlaw G & Hampl J. 2007. Perspective in Nutrition Seventh Edition. New York : McGraw
Hill.

____. 2008. WHO Reference 2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan WHO.

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Food Weighing
    Laporan Food Weighing
    Dokumen16 halaman
    Laporan Food Weighing
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Practek Itp 1
    Practek Itp 1
    Dokumen22 halaman
    Practek Itp 1
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • 5 6300731316883161134
    5 6300731316883161134
    Dokumen9 halaman
    5 6300731316883161134
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen5 halaman
    Sap
    Deviiana Pramastyya P
    Belum ada peringkat
  • Peradilan
    Peradilan
    Dokumen22 halaman
    Peradilan
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Form UJI HEDONIK
    Form UJI HEDONIK
    Dokumen1 halaman
    Form UJI HEDONIK
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Form Uji Hedonik
    Form Uji Hedonik
    Dokumen19 halaman
    Form Uji Hedonik
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Tabel 2
    Tabel 2
    Dokumen3 halaman
    Tabel 2
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen5 halaman
    Sap
    Deviiana Pramastyya P
    Belum ada peringkat
  • Analisis Data PPG
    Analisis Data PPG
    Dokumen26 halaman
    Analisis Data PPG
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Dokumen1 halaman
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar, Daftar Isi
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar, Daftar Isi
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Peradilan
    Peradilan
    Dokumen22 halaman
    Peradilan
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Dokumen1 halaman
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • 3001 5961 1 PB PDF
    3001 5961 1 PB PDF
    Dokumen6 halaman
    3001 5961 1 PB PDF
    Makiya
    Belum ada peringkat
  • PMS PDF
    PMS PDF
    Dokumen23 halaman
    PMS PDF
    Aya Sarah Monica S
    Belum ada peringkat
  • Surat
    Surat
    Dokumen1 halaman
    Surat
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Tabel 2
    Tabel 2
    Dokumen3 halaman
    Tabel 2
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Thea Eksperimen
    Thea Eksperimen
    Dokumen8 halaman
    Thea Eksperimen
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Tabel 1
    Tabel 1
    Dokumen1 halaman
    Tabel 1
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Sap
    Sap
    Dokumen5 halaman
    Sap
    Deviiana Pramastyya P
    Belum ada peringkat
  • Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Dokumen1 halaman
    Soal Quis Mata Kuliah Biokimia
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Tabel 2
    Tabel 2
    Dokumen3 halaman
    Tabel 2
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen5 halaman
    Bab 5
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    LP Hipertensi
    Theana Priscilla
    Belum ada peringkat