Anda di halaman 1dari 9

Analisis Mengenai Mekanisme Transportasi dan Persebaran

Butir Mineral Berat di Daerah Jabungan


Santhi Widyastuti
Departemen Teknik Geologi Universitas Diponegoro
santhiwidyastuti@gmail.com

Abstrak
Sungai Jabungan merupakan salah satu sungai besar yang ada di Tembalang, Semarang. Pada
Sungai Jabungan ini memiliki keterdapatan mineral berat yang melimpah. Dari mineral berat tersebut
akan dilakukan analisis mengenai mekanisme transportasinya yang dapat mempengaruhi persebaran butir
dari mineral berat. Metode yang dilakukan yaitu melakukan pengambilan data langsung di lapangan yang
kemudian diamati di dalam laboratium dan juga studi pustaka. Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa
mineral yang mendominasi adalah magnetit, diikuti oleh apatit. Banyaknya mineral berat magnetit
dijumpai pada daerah tepi sungai sehingga diinterpretasikan jika mekanisme transportasi berupa saltasi.
Dimana mineral berat tersebut akan mengendap atau turun ke dasar pada arus yang sangat rendah.

Kata Kunci : Jabungan, Transportasi, Persebaran, Magnetit, Suspensi

I. Pendahuluan kg/m3), tetapi pendapat umum batas ini adalah


Jabungan merupakan sebuah kelurahan di 2800 kg/m3 (Breniinkmeyer, 1978).
wilayah kecamatan Banyumanik, Kota Mineral berat dapat dikelompokkan ke
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan dalam 4 bagian:
Jabungan memiliki kondisi lahan yang relatif 1. Mineral Opak
terjal dan memiliki daerah dataran rendah Memiliki berat jenis yang sangat tinggi
yang merupakan daerah dataran aluvial pantai disebabkan kandungan unsur besinya
dan sungai. Dataran rendah membentang contoh mineral opak:
sejajar garis pantai Laut Jawa, dengan lebar 1. Magnetit dan Ilmenit, bernilai ekonomis
2,5 km – 10 km, dengan 10 m di sebagai endapan placer. Stabil pada
atas permukaan air laut. Daerah ini kondisi oksidasi, tetapi mudah larut pada
membentuk kawasan luapan banjir pada sisi lingkungan reduksi. Magnetit dapat
sungai dengan aluvial hidromorf yang berupa berubah menjadi hematit atau limonit,
kerikil, pasir, lanau dan lempung. Pada daerah sedangkan untuk ilmenit biasanya
di sungai Jabungan ini juga terdapat mineral berubah menjadi leucoxen, sphane,
berat yang cukup melimpah. anatase, atau mineral titanium
Berdasarkan hal tersebut dilakukan 2. Hematit dan limonit, terbentuk dari
analisis di sungai Jabungan untuk menentukan alterasi
mekanisme transport dan persebaran butir 3. Pirit, berkembang saat kondisi asam
mineral berat sehingga dapat diketahui pula 4. Leucoxen
kuat arus yang membawa mineral berat yang 2. Mineral Mika
ada di sungai Jabungan tersebut. Umunya mineral ini tidak diperhitungkan
II. Studi Pustaka dalam studi mineral berat karena bentuknya
Mineral adalah suatu padatan homogen yang sangat berbedadan ternyata tidak
yang terdapat di alam, terbentuk secara membenam saat dilarutkan dengan
alamiah oleh proses anorganik. Mempunyai bromoform
komposisi kimia dan pada batasan -batasan 3. Kelompok Ultra-Stabil
tertentu serta memiliki susunan atom-atom Zirkon, turmalin, rutil memiliki sifat fisik
yang teratur, yaitu bentuk-bentuk geometris sangat keras dan inert, serta bisa bertahan
beraturan. Sedangkan secara umum yang oleh beberapa kali reworking.
dimaksud dengan pengertian mineral berat 4. Kelompok Meta-Stabil
adalah mineral-mineral dengan berat jenis
lebih besar dari berat jenis kuarsa (2650
1. Olivin, Hanya terjadi di daerah kemiringan lereng antara 50 - 70%,
beriklim kering, mudah teralterasi dan ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl.
melimpah pada batuan beku Luas penyebarannya sekitar 2,26
2. Garnet, berasal dari plutonik, pegmatit km (0,58%) dari seluruh daerah
dan batuan metamorf, jika melimpah Semarang.
berarti berasal dari batuan metamorf. e. Perbukitan Berlereng Curam; Satuan
3. Apatit, stabilitas menengah, morfologi ini umumnya merupakan
menunjukkan sumber dari batuan tebing sungai dengan lereng yang curam,
volkanik, tetapi bisa juga terdapat mempunyai kemiringan >70%,
pada batuan plutonik asam dan basa ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl.
4. Epidot, klinozonisit, dan zoisit Luas penyebarannya sekitar 6,45
5. Kianit, silimanit, andalusit, staurolit, km (1,65%) dari seluruh daerah
berasal dari batuan sumber metamorf Semarang.
Berikut adalah stratigrafi dari daerah
III. Geologi Regional Semarang:
Kota Semarang memiliki ketinggian a. . Aluvium merupakan endapan aluvium
beragam, yaitu antara 0,75 – 348 m di atas pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
permukaan laut, dengan topografi terdiri atas litologinya terdiri dari lempung, lanau
daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan dan pasir dan campuran diantaranya
dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% mencapai ketebalan 50 m atau lebih.
– 45%. Terletak diantara daerah rendah dan Endapan sungai dan danau terdiri dari
daerah tinggi. Morfologi daerah antara ini, kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan
umumnya berupa daerah perbukitan dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit,
kelerengan yang sedang hingga terjal.
batu lempung dan sedikit batu pasir.
a. Perbukitan Berlereng Landai; Satuan
morfologi ini merupakan kaki dan b. Formasi Kerek Perselingan batu
punggungan perbukitan, mempunyai lempung, napal, batu pasir tufaan,
bentuk permukaan bergelombang landai konglomerat, breksi volkanik dan batu
dengan kemiringan lereng 10 - 15 % gamping. Batu lempung kelabu muda -
dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m tua, gampingan, sebagian bersisipan
dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km dengan batu lanau atau batu pasir,
(18,84%) dari seluruh daerah Semarang. mengandung fosil foram, moluska dan
b. Perbukitan Berlereng Agak Terjal; koral-koral koloni. Lapisan tipis
Satuan morfologi ini merupakan lereng konglomerat terdapat dalam batu
dan puncak perbukitan dengan lereng lempung di K. Kripik dan di dalam
yang agak terjal, mempunyai kemiringan batupasir. Batu gamping umumnya
lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat
berlapis, kristallin dan pasiran,
antara 25 - 445 m dpl. Luas
mempunyai ketebalan total lebih dari 400
penyebarannya sekitar 57,91 km (14,8%)
dari seluruh daerah Semarang. m.
c. Perbukitan Berlereng Terjal; Satuan IV. Metodologi Penelitian
morfologi ini merupakan lereng dan
Metode penelitian yang digunakan
puncak perbukitan dengan lereng yang dalam analisis mekanisme transpotasi dan
terjal, mempunyai kemiringan lereng persebaran butir yaitu berupa
antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara pengambilan data langsung di lapangan.
40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya Dimana terdapat beberapa titik dalam
sekitar 17,47 km (4,47%) dari seluruh pengambilan data tersebut. Titik yang
daerah Semarang. pertama berada di dekat sungai
d. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal; sedangkan titik yang kedua berada cukup
Satuan morfologi ini merupakan lereng
jauh dari sungai. Hal ini dilakukan untuk
bukit dan tebing sungai dengan lereng mengetahui perebedaan komposisi
yang sangat terjal, mempunyai jumlah mineral beratnya. Setelah data
diperoleh dari lapangan kemudian ketujuh berwarna agak kemerahan,
mineral berat yang telah diambil dijemur transparansi translucent dan kilap intan,
hingga kering. Setelah kering di bawa ke diinterpretasikan sebagai mineral garnet yang
dalam lab untuk melakukan analisis masuk dalam klasifikasi mineral ultra stabil
kendungan mineral beratnya. Hal pertama dengan komposisi sebanyak 3 butir. Mineral
yang dilakukan menimbang massa yang kedelapan berwarna biru tuan,
mineral berat setelah itu dicampur dengan tranparansi translucent, dan kilap kaca,
larutan bromoform hingga larutan diinterpretasikan sebagai mineral kyanit yang
berwarna keruh setelah itu mineral masuk dalam klasifikasi metastabil dengan
tersebut dikeringkan dengan oven komposisi sebanyak 67 butir. Mineral yang
kemudian dilakukan picking. Picking kesembilan berwarna hitam, transparansi
dilakukan di dalam lab menggunakan translucent dan kilap kaca, diinterpretasikan
mikroskop untuk membedakan jenis sebagai mineral zoisit yang masuk dalam
mineral berat berdasarkan klasifikasi mineral metastabil dengan
transparansinya. Kemudian mencatat data komposisi sebanyak 2 butir. Dan yang
yang diperoleh dan mengolahnya. terakhira adalah mineral yang berwarna abu-
Pengolahan data juga dilakukan dengan abu, transparansi translucent dan kilap kaca,
mempertimbangkan beberapa referensi. diinterpretasikan sebagai mineral andalusit
yang masuk klasifikasi mineral metastabil
V. Hasil dan Analisis dengan komposisi hanya 1 butir.
Pada pengamatan mikroskop yang
dilakukan ditemukan berbagai macam VI. Pembahasan
mineral. Mineral yang pertama berwarna Pada data lapangan yang
hitam dengan kilap sublogam (sub metallic) diperoleh terdapat bebrabgai macam
hingga kilap logam, memiliki transparansi mineral berat pada sungai Jabungan yaitu
opaq diinterpretasikan merupakan mineral mineral ilmenit, magnetit, hematit,
ilmenit yang merupakan mineral opaq dengan zircon, piroksen, apatit, garnet, kyanit,
jumlah sebanyak 3 butir. Mineral yang kedua ziosit dan andalusit. Keterdapatn mineral
berwarna hitam, opaq, dan memiliki kilap yang paling melimpah adalah mineral
magnetit, diinterpretasikan sebagai mineral berat magnetit yaitu sekitar 39% dari
magnetit yang masuk dalam klasifikasi total keselurahan kemudian diikuti
mineral opaq dengan komposisi sebanyak 117 mineral apatit dengan presentase 26 %
butir. Mineral yang ketiga berwarna abu-abu dari keseluruhan mineral berat yang ada
perak, dan kilap Submetallic Luster, pada data. Berdasarkan hal tersebut
diinterpretasikan sebagai mineral hematit yang mekanisme transportasi dari mineral
masuk dalam klasifikasi mineral opaq dengan berat ini berupa saltasi. Saltasi adalah
komposisi sebanyak 22 butir. Mineral yang salah satu transportasi butir dengan cara
keempat berwarna coklat kemerah-merahan, melompat karena ukuran butir yang
transparansi translucent dan kilap intan, sedang. Mineral berat pada Sungai
diinterpretasikan sebagai mineral zircon yang Jabungan ini memiliki ukuran butir
masuk dalam klasifikasi mineral ultrastabil berupa pasir sehingga mekanisme
dengan komposisi sebanyak 3 butir. Mineral transpotasinya berupa saltasi. Persebaran
yang kelima berwarna hitam, transparansi butir dari mineral berat pada Sungai
opaq dan kilap kaca, diinterpretasikan sebagai Jabungan ini paling banyak terdapat di
mineral piroksen yang masuk dalam tepi sungai sehingga dapat
klasifikasi mineral metastabil dengan diinterpretasikan jika kuat arus yang
komposisi sebanyak 2 butir. Mineral yang dapat membawa mineral berat ini cukup
keenam berwarna agak kehijauan, transparansi rendah. Sedangkan pada bagian dekat
translucent dan kilap kaca, diinterpretasikan dengan arus sungai persebarannya sedikit
sebagai mineral apatit yang masuk dalam dikarenakan mineral berat tersebut tidak
klasifikasi mineral metastabil dengan dapat terdeposisi melainkan terus terbawa
komposisi sebanyak 78 butir. Mineral yang oleh arus hinggga daerah hilir.
VII. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan data yang diperoleh
mekanisme yang mempengaruhi
transportasi dari mineral berat ini berupa
saltasi dengan mineral berat paling
dominan adalah magnetit. Kandungan
mineral berat yang paling banyak
terdapat pada tepi sungai yang
menandakan jika arus yang membawanya
cukup rendah.

Saran
Sebaiknya praktikan berhati-hati
bersungguh-sungguh saat di lapangan.

Daftar Pustaka
 https://www.academia.edu/33421332/GE
OLOGI_REGIONAL_2.1_Keadaan_Um
um_Wilayah_Semarang
 https://semarangterkini.wordpress.com/2
017/02/24/kelurahan-jabungan-
kecamatan-banyumanik-kota-semarang/
 Aryanto, Noor Cahyo D., Kurnio,
Hananto., Suparka, Emmy.
2013. Karakteristik Mineral Berat &
Logam Tanah Jarang. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Kelautan
 https://id.scribd.com/document/36354788
3/Geologi-Regional-Jabungan
 http://www.geologinesia.com/2016/06/mi
neral-ilmenit-genesa-komposisi-
kimia.html
 https://www.academia.edu/8964704/Sifat
_Fisik_Hematit_dan_Magnetit
 https://id.wikipedia.org/wiki/Apatit
 https://id.wikipedia.org/wiki/Kyanit
LAMPIRAN
Data Mineral Berat dan Frekuensinya

Mineral Frekuensi Presentasi


Ilmenit 3 1%
Magnetit 117 39%
Hematit 22 7,3%
Zircon 3 1%
Piroksen 2 0,67%
Apatit 78 26%
Garnet 5 1,67%
Kyanit 67 22,3%
Zoisit 2 0,67%
Andalusit 1 0,3%
Jumlah 300 99,91%

Gambar Mineral Berat saat Pengamatan


Histogram

Presentase Keterdapatan Mineral Berat di Jabungan


45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Data saat latihan praktikum

Anda mungkin juga menyukai