Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………....1-2

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………......3

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..6

2.1 Pengertian masuk angin ............................................................................ 6

2.1.1 Penyebab masuk angin ...................................................................... 6

2.1.2 Gejala Masuk angin........................................................................... 7

2.1.3 Masuk Angin Hanya istilah ............................................................... 7

2.1.4 Masuk angin adalah sihir .................................................................. 8

2.1.5 masuk angin adalah sugesti…………………………………………8

2.1.6 Angin duduk ...................................................................................... 9

2.2 Pengertian Kerokan ........................................................................... 9

2.2.1 Efek Kerokan ……………………………………………………10

2.2.2 Manfaat Kerokan ............................................................................. 11

2.2.3 Cara Kerja Kerokan......................................................................... 12

2.2.4 Mitos Kerokan……………………………………………………..13

2.2.5 Pendapat Masyarakat Tentang Kerokan…………………………15

2.3 Konsep DasarNyeri……………………………………………17

2.3.1 DefinisiNyeri………………………………………………………17

1
2.3.2 Fisiologi Nyer…………………………………………………17

2.3.3 Klasifikasi Nyer…………………………………………………19

2.3.4 Teori Nyeri………………………………………………………21

2.3.5 Faktor Yang Mempengaharui Nyeri………………………………22

2.4 Proses Keperawatan Nyeri………………………………………23

2.4.1 Pengkajian Nyeri…………………………………………………23

BAB 3 Konsep Kesehatan Dan Pengobatan Masuk Angin………………27-30

BAB 4 PENUTUP ................................................................................................ 31

4.1 Kesimpulan..................................................................................................31

4.2 Saran…………………………………………………………………31-32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerokan adalah suatu pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan
dan menggeserkan mata uang logam pada tubuh berulang-ulang dengan cairan
yang licin sehingga terjadi warna merah. Pengobatan ini dipercaya bermanfaat
untuk keadaan yang oleh masyarakat awam disebut “masuk angin”yang ditandai
dengan perut kembung, hidung berair, pegal linu, nyeri kepala dan
sebagainya.Pengobatan tradisional ini menggunakan semacam benda tumpul
seperti koin, batu giok, gundu, potongan jahe, potongan bawang, atau benda
tumpul lainnya yang digunakan untuk menggosok bagian punggung. Selain benda
tumpul, kerokan ini juga di barengi dengan mengoleskan cairan licin seperti
minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, atau lotion di permukaan kulit yang
akan di kerok. Cairan licin ini digunakan agar tidak terjadi iritasi atau lecet pada
kulit yang dikerok. (Deimon, 2013)
Hasil survei pada 390 responden di kota Solo menunjukkan bahwa masih
banyak masyarakat (87%) dari golongan bawah sampai bangsawan yang
memanfaatkan dan merasakan kegunaan pengobatan ini. Kerokan tidak hanya
populer di indonesia, tetapi juga sering di lakukan oleh orang-orang di negara asia
lainnya, seperti di Vietnam menyebut kerokan sebagai "cao giodi", sedangkan di
Kamboja menyebutnya "goh kyol", bahkan di China yang terkenal dengan
akupunturnya menyebut kerokan dengan sebutan "gua sua", namun bedanya orang
China memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam
seperti yang umumnya dipakai oleh orang indonesia. (Deimon, 2013).
Kerokan ini pun dipercaya sebagai bukti nyata dalam perwujutan ilmu
Einstein (E=MC2) yang menerangkan bahwa energi muncul karena pergesekan
dua benda. Jika permukaan tubuh kita digosok-gosokan dengan tangan atau benda
tumpul dengan cepat, maka suhu panas dalan tubuh akan meningkat. Karena
meningkatnya panas dalam tubuh, maka akan terjadilah perlebaran pembuluh
darah sehingga oksigenasi menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali
lancar dan rasa sakit ditubuhpun mereda. (Deimon, 2013)

3
Angin yang masuk ke badan umumnya mengakibatkan badan terasa pegal,
nyeri, terkadang orang Jawa sendiri menyebutnya dengan “greges”. Kerokan
berarti menggesekkan benda tumpul pada permukaan kulit ini meyebabkan
pembuluh darah melebar karena jika menggesekkan benda tumpul di permukaan
kulit kita dengan cepat akan menimbulkan panas dan panas itu yang menyebabkan
oksigenasi. Dan juga terjadi inflamasi, inflamasi ini yang menyebabkan peredaran
darah lancar dan yang membuat rasa nyeri atau pegal ini sedikit berkurang. Tubuh
menjadi lebih ringan dan yang di anggap masyarakat ini sembuh. (Indah, 2011).
Masuk angin sendiri dapat dipicu karena telat makan. Karena telat makan
mengakibatkan kadar gula dalam darah rendah. Orang-orang biasanya memberi
pertolongan pertama dengan memberi teh manis hangat. Namun, sebagian orang
juga ada yang langsung melakukan kerokan. Padahal kerokan sendiri sebenarnya
memperbesar pori-pori. Pada prinsipnya kerokan itu memasukkan sesuatu zat
kedalam tubuh kedalam pori-pori. (kompas.com, 2012)
Ketika kerokan pinggiran uang logam saat terjadi pengerokan menggores
permukaan kulit. Kondisi ini yang membuat panas tubuh berangsur turun ketika
pengerokan pingiran uang logam seperti pemijatan. Hal ini yang membuat rasa
nyeri dan pegal berangsur hilang jika di sertai dengan istirahat yang cukup. Gejala
masuk angin sendiri juga sama dengan gejala jantung. Seperti pusing, mual,dada
terasa sakit, demam. Jadi,kadang kita dengar orang masuk angin kemudian
meninggal setelah kerokan. Masuk angin ini bukan termasuk penyakit melainkan
gejala. (Masyoel, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:

1. Benarkah kerokan merupakan cara yang efektif untuk menyembuhkan


masuk angin?
2. Mengapa sampai saat ini masyarakat masih percaya bahwa kerokan dapat
menyembuhkan masuk angin?
3. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai kerokan?

4
4. Apa alasan masyarakat menggunakan metode kerokan untuk
menyembuhkan masuk angin?
5. Apakah kerokan itu memiliki dampak positif atau negatif bagi kesehatan
seseorang?

1.1 Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan yang


ingin dicapai. Tujuan pembuatan makalah ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikososial dan budaya dalam


keperawatan
2. Mengetahui pandangan masyarakat terhadap metode kerokan dalam upaya
menyembuhkan masuk angin
3. Dapat mengetahui apakah metode kerokan ini benar-benar efektif untuk
menyembuhkan masuk angin

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Masuk Angin


Angin lewat pori-pori kulit di bagian tubuh yang terkena dingin atau
angin. Angin itu merusak keseimbangan badan dan menyebabkan rasa sakit.
Kebanyakan berpendapat bahwa angin disimpan di lambung. Namun ada juga
yang menganggap masuk angin sebagai penyakit usus dan dikatakan bahwa angin
disimpan di usus. Selain dari teori tesebut, ada yang mengatakan bahwa kelebihan
angin ada di dalam saluran darah. Angin itu menghalangi aliran darah melalui
pembuluh darah. Sebenarnya, angin bisa berada di mana saja di dalam tubuh, di
bahu, leher atau pinggang. Hal yang jelas bahwa rasa sakit timbul di bagian tubuh
yang mengandung angin.

2.1.1 Penyebab Masuk Angin


Biasanya badan manusia bisa menahan masuk angin bila dalam keadaan
sehat. Namun, bila badan sedang kurang sehat, baik secara fisik maupun mental,
menyebabkan mudah terkena masuk angin. Selain itu terdapat faktor-faktor
tertentu yang mempercepat terjadinya masuk angin. Faktor-faktor itu adalah:
1. Pergantian Musim
Perubahan cuaca membuat badan lebih peka terhadap penyakit.
2. Badan mengalami perubahan suhu yang ekstrim.
Biasanya badan penderita merasa kedinginan dan ini sering terjadi dalam keadaan
sebagai berikut:
• Mengendarai motor pada malam hari tanpa menggunakan jaket
• Kehujanan
• Saat tidur punggung menempel dinding dingin
• Minum es pada malam atau pagi hari
• Mandi setelah bekerja
Kepercayaan ini adalah waktu mandi tenaga yang dipakai untuk kerja tadi masih
dikeluarkan. Bila terkena air dingin, pori-pori kulit mengkerut dan tenaganya
tidak bisa keluar, itu menyebabkan masuk angin

6
3. Badan terkena angin kencang
Misalnya, naik kendaraan dengan cepat atau berpergian jauh.
4. Terlambat makan.
Bila perut kosong, lebih mudah masuk angin.
5. Salah makan
6. Kecapekan.
Orang yang sering bergadang atau stres, lebih cenderung terkena masuk angin.

2.1.2 Gejala Masuk Angin


Gejalanya masuk angin banyak sekali dan sangat tergantung pada
individual. Oleh karena angin disimpan di lambung, perut menjadi kembung dan
terasa sakit dan mual, hingga muntah. Sering buang angin, sendawa atau kentut,
termasuk tanda masuk angin. Bila bisa buang angin, itu berarti masuk angin tidak
bertingkat parah. Namun bila kesusahan buang angin, masuk angin tergolong
parah. Ada juga orang yang mengalami diare saat terkena masuk angin. Sering
dikatakan bahwa ketika masuk angin badan terasa tidak enak, capek atau pegal-
pegal. Orang yang masuk angin juga sering merasa pusing dan badan meriang.
Masuk angin sering diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai 'the
common cold'. Tapi gejala masuk angin tidak termasuk pilek atau batuk yang
merupakan tanda-tanda 'the common cold'.

2.1.3 Masuk Angin adalah 'Hanya Istilah'


Masuk angin sebenarnya merupakan kumpulan gejala yang secara
subyektif disampaikan oleh penderita sebagai pusing, mual, kembung, badan
meriang dan lain-lainnya. Masuk angin' dianggap sebagai hanya istilah untuk
menggambarkan gejala yang timbul. Misal, saat kembung, terasa seperti ada angin
di dalam perut.
Konsep masuk angin yang tradisional ditolak sebagai pikiran Jawa kuno.
Dikatakan tidak masuk akal bahwa angin bisa masuk ke dalam tubuh dan
disimpan. Namun, kebanyakan orang yang berpendapat begitu, waktu ditanya,
"Angin masuk tubuh lewat mana?", mereka menjawab, "lewat pori-pori".
Jawabannya menunjukkan bahwa walaupun banyak orang menolak konsep masuk

7
angin dan mencari keterangan yang lebih modern, kepercayaan lama telah berurat
berakar dalam masyarakat dan susah dihilangkan.
Menurut konsep masuk angin ini, penyebab masuk angin sama, seperti
kena dingin atau angin kencang. Namun rasa sakit timbul bukan karena ada angin
di dalam tubuh tetapi karena peredaran darah kurang lancar. Fungsi darah adalah
mengantarkan semua kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk
tubuh, serta menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lainnya. Apabila
peredaran darah tidak lancar, maka organ tubuh akan terhambat mendapatkan
makanan dan bahan kotoran terlambat dibuang. Lama kelamaan kotoran itu
mengendap di dalam saluran darah, sehingga fungsi organ yang bersangkutan
terganggu oleh kekurangan darah dan makanan, terjadilah penyakit.
Ada beberapa teori mengenai penyebab terhalangannya peredaran darah
itu. Ada yang bilang waktu badan kena dingin, saraf darah mengkerut sampai
darahnya tidak bisa mengalir dengan lancar, kecapekan jantungnya tidak kuat
memompa darah melalui pembuluh darah.

2.1.4 Masuk Angin adalah Hasil Sihir.


Ada penyakit yang terlihat dan terasa seperti masuk angin tapi dalam
kenyataan merupakan hal lain. Masuk angin ini adalah hasil sihir. Penderita
dikirim kutukan oleh dukun santet. Perutnya menjadi kembung, sakit, mual dan
orangnya mengalami kesusahan membuang angin. Biasannya mirip penyakit
masuk angin dengan tingkat yang parah. Penyembuhannya tidak bisa melalui
pengobatan biasa seperti kerokan atau pijat. Penderita harus dibawa ke dukun
yang mempraktekkan ilmu putih.

2.1.5 Masuk Angin adalah 'Sugesti'.


Ada beberapa pendapat yang percaya bahwa masuk angin merupakan
suatu sugesti dan kenyataannya tidak ada. Pendapat ini sering disampaikan dalam
lingkaran medis. Dalam ilmu kedokteran tidak ada penyakit yang bernama 'masuk
angin'. Dokter cenderung menjelaskan masuk angin sebagai 'the common cold'.
Namun gejala-gejala 'the common cold' sangat berbeda dari gejala-gejala masuk
angin. Ada juga yang menganjurkan bahwa masuk angin sebenarnya adalah sakit

8
maag. Namun ada yang mengatakan bahwa masuk angin adalah sugesti yang
dipakai sebagai alat pengendalian sosial.Pada ibu-ibu menjadikannya alasan untuk
menyuruh anak cucu mereka. Misal, saat anak ingin main ke rumah temannya
pada malam hari, ibu bisa melarang karena bermain pada malam hari
menyebabkan masuk angin.

2.1.6 Angin Duduk


Angin Duduk adalah tingkat masuk angin yang paling parah. Angin duduk
bisa menyebabkan kematian. Disebutkan angin duduk karena anginnya yang
berada dalam badan sangat susah diusir, jadi seperti anginnya duduk dalam tubuh.
Siapapun bisa terkena angin duduk , namun biasanya menyerang orang yang
berusia lanjut atau mempunyai kesehatan fragil dan sering sakit.
Menurut para dokter di Rumah Sakit Saiful Anwar, angin duduk adalah
istilah Orang Jawa. Mereka berpendapat bahwa angin duduk sebenarnya adalah
serangan jantung. Oleh karena penderita biasanya merasa badannya tidak enak,
berkeringat dingin dan lemas.

2.2 Pengertian Kerokan


Kerokan adalah suatu pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan
dan menggeserkan mata uang logam pada tubuh berulang-ulang dengan cairan
yang licin sehingga terjadi warna merah. Pengobatan tradisional ini menggunakan
semacam benda tumpul seperti koin, batu giok, gundu, potongan jahe, potongan
bawang, atau benda tumpul lainnya yang digunakan untuk menggosok bagian
punggung. Selain benda tumpul, kerokan ini juga di barengi dengan mengoleskan
cairan licin seperti minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, atau lotion di
permukaan kulit yang akan di kerok. Cairan licin ini digunakan agar tidak terjadi
iritasi atau lecet pada kulit yang dikerok. (Deimon, 2013).

2.2.1 Efek Kerokan


Selama ini kerokan masih banyak di lakukan masyarakat, namun pada
dunia medis ini tidak di sarankan. Sebenarnya kerokan sendiri juga mempunyai

9
efek positif dan efek negatif. Efek positif sendiri baik bagi tubuh. Walaupun
kerokan termasuk ampuh dalam mengusir gejala masuk angin, namun terdapat
bahaya yang tidak kita sadari yang bisa membuat badan menjadi lebih sakit.
Bahaya ini memang tidak langsung berdampak pada tubuh kita melainkan akan
kita rasakan dikemudian hari.
a. Efek Positif
1. Tidak merusak
Dengan terlalu sering kerokan muncul anggapan kulit rusak,pori-
pori melebar,pembuluh darah pecah. Tetapi menurut penelitian
yang ada dengan kerokan tidak ada kulit yang rusak ataupun
pembuluh darah yang pecah. Tetapi terjadi pori-pori yang melebar.
Melebarnya pori-pori ini justru membuat aliran darah lancar dan
suplai oksigen dalam darah jadi meningkat. Sehingga kulit ari juga
akan terlepas seperti halnya saat luluran.
2. Meningkatkan Endorfin
Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa kadar endorfin
orang-orang yang dikerok naik signifikan. Dengan adanya
peningkatan endorfin ini membuat mereka nyaman, rasa sakit
hilang, lebih segar, dan bersemangat. Selain itu kerokan
menyebabkan kadar prostaglandin atau yang menyebabkan pegal-
pegal pada tubuh menjadi turun. Prostaglandin adalah senyawa
asam lemak yang antara lain berfungsi menstimulasi kontraksi
rahim dan otot polos lain serta mampu menurunkan tekanan darah,
mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh, dan memengaruhi
kerja sejumlah hormon. (sahabathawa.com, 2013)
b. Efek Negatif
1. Mengakibatkan kontraksi dini pada rahim.
Pada ibu hamil sangat dilarang melakukan kerokan karena bisa
mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat
Prostaglandin Saat dikerok akan terjadi Infamasi. Apabila tubuh
menolak reaksi Inflamasi ini ,maka maka mediator anti Inflamasi
akan mengeluarkan suatu zat yang disebut “Cytokines” yang

10
merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Zat
Cytokines ini akan memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa
menyebabkan tersebut.
2. Masuknya bakteri dan virus
Ketika mengerok atau mengerik tubuh, maka pori-pori kulit akan
terbuka lebar, nah pada saat pori-pori terbuka dan membesar akan
memudahkan angin masuk kembali ke tubuh dengan membawa
bakteri dan virus kedalam tubuh. Efeknya tidak akan terasa secara
langsung tetapi sebagian besar orang akan merasa ketagihan saat
dikerok dan pasti akan melakukannya lagi saat dia terserang masuk
angin. Ketika seseorang sering kerokan maka pori pori kulit yang
melebar akan mempermudah masuknya bakteri dan virus.
(sahabathawa.com, 2013)

Masuk angin memang bukan penyakit berbahaya. Namun, bila sudah parah, virus
mudah masuk tubuh. Untuk pencegahan bisa diatasi salah satunya dengan
kerokan. Kebanyakan orang Eropa mengatasi gejala flu (common cold) seperti
pegal linu, perut kembung, batuk-pilek, pusing, sakit kepala, demam, meriang, dll.

2.2.2 Manfaat Kerokan


Kerokan diyakini dapat meningkatkan aliran darah di permukaan kulit
yang dapat mempermudah pengeluaran angin jahat. Semakin merah tubuh yang di
kerok di percaya semakin banyak pula angin yang mengendap di dalam tubuh.
Namun, pada dunia medis kerokan merupakan metode yang membuka atau
melebarkan pembuluh darah kulit dan membuat darah mengalir kembali setelah
sebelumnya menguncup akibat terpapar hawa dingin. Dan warna merah sendiri
setelah kerokan itu terjadi akibat pembuluh kapiler di bawah kulit pecah. Orang
yang sering melakukan kerokan, akan kecanduan karena ketika kerokan tubuh
mengeluarkan hormon endorfin yang bisa mengurangi nyeri otot. Saat kerokan
pun ada teknik seperti pemijatan. Hal ini dapat memperpanjang otot-otot yang
semula memendek karena peradangan. Itulah yang dapat mengurangi rasa pegal.
(neomisteri.com, 2012)

11
Dengan cara itu saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan
rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki titik-titik meridian pada tubuh.
Arus peredaran darah yang lancar juga dapat membuat imunitas tubuh meningkat.
Pada taraf normal kerokan penderita masuk angin akan merasa nyaman karena
telas melepaskan hormon endorfin. Prinsip kerokan sebenarnya tidak jauh beda
dengan akupuntur yang menancapkan jarum pada tubuh. Prinsip kerokan adalah
meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok, peningkatan energi
ini dilakukan melalui perangsangan kulit tubuh bagian luar. Dengan kerokan itu
akan menipiskan kulit dan mendekatkan pembuluh-pembuluh darah kecil dengan
udara dipermukaan tubuh. Maka kekurangan zat asam dapat dipenuhi di udara
yang memang mengandung zat asam dan kelebihan zat asam arang dapat dibuang.
(indah, 2011)

2.2.3Cara Kerja Kerokan

Proses terapi kerokan cukup sederhana, yakni membuat suatu reaksi inflamasi
atau radang yang mengakibatkan melebarnya pembuluh darah. Bagian tubuh yang
dikerok biasanya adalah punggung, leher belakang, dada, lengan dan kadang
tungkai atas. Di punggung dilakukan di sisi kanan dan kiri tulang belakang dari
atas ke bawah, ke-mudian menyamping dari tengah ke tepi, di bagian leher
belakang dilakukan dari atas ke bawah dan di daerah dada dilakukan dari tengah
ke tepi. Dengan dikerok, terjadilah pelebaran pembuluh darah yang akan
melancarkan aliran darah. Jika aliran darah lancar maka lebih banyak oksigen dan
nutrisi masuk untuk jaringan otot. Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal dapat
segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan. Selain itu, juga terjadi
rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling dalam pembuluh darah)
yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). Zat ini
merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah
satunya adalah beta endorfin. Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL-1 beta,
Clq, dan beta endorfin, sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Penyebab rasa
nyeri adalah PGE2 sehingga jika kadar PGE2 diturunkan maka nyeri akan
berkurang. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, badan terasa segar
dan nyaman. kadar endorfin orang-orang yang dikerok naik signifikan.

12
Peningkatan endorfin membuat mereka nyaman, rasa sakit hilang, lebih segar, dan
bersemangat. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan
memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh
secara ringan, antara 0,5-1oC. Interleukin menggambarkan adanya reaksi
peradangan tidak signifikan. Maka setelah dikerok, badan kita terasa lebih hangat.
Kadar prostaglandin turun. Di sisi lain, zat ini menyebabkan nyeri otot. Penurunan
kadar prostaglandin membuat nyeri otot berkurang. Prinsip kerokan tak beda jauh
dengan akupuntur yang menancapkan jarum dalam tubuh. Prinsip kerokan adalah
meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi
ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan cara ini, saraf
penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan
efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh. Nah, pada gilirannya,
arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga
meningkat.

2.2.4 Bagaimana Mitos Tentang Keerokan dan Masuk Angin yang Ada di
Masyarakat

Ada beberapa mitos kesehatan di sekitar kita yang diyakini kebenaranya


oleh masyarakat umum. Diantaranya adalah mitos masuk angin dan juga kerokan.
Masuk angin sering diasosiasikan dengan kehujanan, begadang (kurang tidur),
tugas malam, ataupun perubahan musin (cuaca). Kerokan identik dengan usaha
untuk ”mengeluarkan angin” dari dalam tubuh.

Mitos masuk angin memang ada benarnya, namun ada pula salahnya.
Misalnya, banyak orang yang beranggapan bahwa kehujanan bisa menyebabkan
masuk angin, demam, batuk, pilek, dan badan linu-linu. Padahal itu semua adalah
gejala khas dari infeksi influenza. Apakah ada hubunganya air hujan dengan virus
influenza? Apakah di balik baju yang basah terdapat segerombolan virus yang
siap menyerang? Tentu saja tidak. Lalu ketika kita kehujanan sering beberapa
diantara kita merasakan perut kembung, kemudian melilit dan akhirnya
mengalami diare. Apakah air hujan juga membawa bakteri perut? Apakah baju

13
basah membuat bakteri jahat merembes menembus kulit dan otot? Tentu saja
tidak. Mengapa banyak orang yang sakit setelah kehujanan? Apakah kita pernah
berfikir bahwa para atlet renang yang hampir 8 jam sehari berada di kolam renang
sering masuk angin? Padahal pada saat kita sendiri berekreasi ke pantai atau
berenang di kolam renang tetap segar bugar.

Sebenarnya itu semua tergantung dengan prasangka kita. Prasangka adalah


dugaan atau persepsi kita. Bila Allah saja wujud dan keberadaan-Nya tergantung
kepada cara kita memahami dan memaknainya, apalagi sebuah fenomena dalam
kehidupan. Persepsi kita adalah bentuk lain dari doa. Saat tubuh kita
kehujanan,lalu kita merasa sengsara dan menganggap akan sakit, maka
kemungkinan besar kita akan sakit.

Dari informasi yang ditanamkan ke dalam benak kita, yang datang dari
pengetahuan yang kita terima sebagai sebuah budaya, budaya tersebut kemudian
akan diwariskan secara turun-temurun. Lalu kita kemudian meyakininya sebagai
kebenaran. Keyakinan bahwa kehujanan akan membuat sakit diterima dan
menciptakan teror kecemasan di otak ketika kita mengalaminya. Saat cemas itulah
terjadi peningkatan kadar hormonkortisol, sehingga sistem pertahanan tubuh
menjadi lemah. Kondisi ini memudahkan kuman atau virus yang tidak diundang
masuk dan mengganggu sistem tubuh kita. Tanpa disadari, ketakutan dan
kecemasan kita telah mengundang virus-virus tersebut untuk ”berpesta”. Kuman-
kuman penyebab bibit penyakit tersebut bisa datang dari lingkungan sekitar, dari
orang lain yang kita jumpai, atau bahkan dari antrian virus di sekitar lubang
hidung kita yang menunggu giliran untuk masuk.

Dan sampai saat ini, masyarakat masih percaya bahwa kerokan efektif
untuk mengobati masuk angin. Menggosokkan koin pada badan (umumnya di
leher atau di punggung ) yang sudah dilumuri balsem, diyakini dapat
menghilangkan masuk angin di badan. Banyak orang yang merasa harus kerokan
bila badanya terasa tidak enak,meriang, pegal-pegal atau mau terjangkit flu.

Kerokan telah menjadi tradisi sosial di masyarakat, bahkan sudah


merupakan suatu budaya. Berbagai mitos sering kita dengar mengenai kerokan.

14
Kebanyakan orang beranggapan angin yang ada di dalam tubuh dapat dikeluarkan
dari dalam tubuh,antara lain dengan kerokan. Kendati demikian,banyak orang
yang tidak mengenal cara kerjanya.

Apakah kerokan memang benar-benar bermanfaat mengobati masuk


angin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Didik Tamtomo, dosen FK UNS
yang menjadikan kerokan sebagai bahan penelitian gelar doktor di FK Unair,
secara alamiah, praktik pengobatan ini terbukti mampu mengobati gejala masuk
angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga). Kerokan
adalah upaya untuk meningkatkan temperatur dan energi pada daerah yang
dikerok. Efek kerokan, seperti kata Dr. Handrawan Nadesul,seorang akupunturis
klinik, adalah mengembangnya pembuluh darah kulit yang semula menguncup
akibat terpapar dingin atau kurang gerak, sehingga darah kembali mengalir deras.
Dengan kata lain, kerokan bukan untuk mengeluarkan angin, seperti anggapan
orang-orang selama ini namun untuk memanaskan urat saraf dan saluran
darahnya. Karena angin yang membebalkan tubuh, rangsangan panas bertindak
menetralkan efek angin tersebut. Kerokan bermanfaat untuk merusak jaringan
tubuh di bawah kulit. Kerusakan tersebut menaikkan imunitas, karena ada
kerusakan jaringan tubuh. Tetapi mekanisasi imunisasi yang ditinggalkan itu
mungkin saja membantu mekanisasi imunitas terhadap virus atau bakteria.
Kerokan membuat tubuh melepaskan rasa sakit.

2.2.5 Bagaimana Pendapat Masyarakat Mengenai Kerokan

Sekarang ini, banyak orang yang mengatakan bahwa pengobatan penyakit


masuk angin dengan cara kerokan sudah kuno atau ketinggalan zaman. Tetapi
tidak sedikit pula orang-orang yang masih mempercayai menggunakan metode
kerokan guna menyembuhkan masuk angin. Ada beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi pola pikir mereka tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dari sudut pandang orang awam yang kurang mengetahui dunia pengobatan,
bukan suatu hal yang penting untuk mengetahui dasar ilmiah dari pengobatan.
2. Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan highcost medicine
yang terkadang hanya terjangkau oleh sebagian kelompok masyarakat saja.

15
Obat-obat yang diproduksi oleh kedokteran modern tersebut, juga tidak selalu
efektif dalam menyembuhkan setiap penyakit masuk angin yang diderita oleh
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap obat-obatan modern
3. Pengobatan dengan cara kerokan masih banyak digunakan oleh sebagian besar
masyarakat, bukan hanya karena kurangnya fasilitas kesehatan yang
terjangkau oleh masyarakat, tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial
budaya dari masyarakat tersebut. Seperti kita ketahui, bahwa budaya kerokan
merupakan peninggalan dari nenek moyang terdahulu.
4. Adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis, yaitu penyakit yang hanya
dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang dapat disembuhkan dengan
cara pengobatan tradisional (misalnya kerokan)
5. Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan dengan cara kerokan, baik
secara psikologis maupun sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan
pengobatan modern.
Meskipun kerokan adalah metode yang murah dan mudah
dilakukan,golongan masyarakat tertentu dan juga dokter ada yang menentang cara
pengobatan tradisional ini dengan alasan akan timbul nyeri dan kerusakan
permukaan kulit. Selain itu, jika terjadi kerusakan jaringan tubuh akibat kerokan,
dikhawatirkan dapat menambah beban tubuh sehingga penyakit menjadi lebih
parah.

Padahal, secara teknis, kerokan yang dilakukan dengan benar tidakakan


menyebabkan rasa sakit. Alat bantu kerokan (uang logam,koin atau alat bantu
khusus kerokan) wajib tumpul agar tidak melukai kulit. Ada baiknya dibantu
dengan minyak ataupun balsem yang fungsinya selain menghangatkan juga untuk
melicinkan kulit sehingga kulit tidak lecet.

16
2.3 Konsep Dasar Nyeri
2.3.1 Defenisi Nyeri
International Association for Study of Pain (1979) mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual maupun
potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan, sedangkan
menurut Curton (1983), nyeri merupakan suatu produksi mekanisme bagi tubuh,
timbul ketika jaringan rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk
menghilangkan nyeri (Prasetyo, 2010).
2.3.1.1 Definisi Secara Psikologis
Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri yaitu,
bersifat subjektif, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, dan bersifat tidak berkesudahan (Prasetyo, 2010).
2.3.1.2 Definisi Keperawatan
Nyeri merupakan apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya
(Smeltzer & Bare, 2002). Definisi ini menempatkan seorang pasien sebagai
seorang yang ahli di bidang nyeri, karena hanya pasien yang tahu seperti apa nyeri
yang dirasakan (Prasetyo, 2010).

2.3.2 Fisiologi Nyeri


Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat
pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan
korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
nyeri (Potter & Perry, 2005; McNair, 1990).

17
2.3.3 Klasifikasi Nyeri
Menurut Hidayat 2009, nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu
lamanya serangan.
1. Nyeri berdasarkan tempatnya:
a. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa.
b. Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau
pada organ-organ tubuh visceral.
c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan
daerah asal nyeri.
d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf
pusat, spinal cord, batang otak, talamus.
2. Nyeri berdasarkan sifatnya: a. Incedental pain, yaitu nyeri yang timbul
sewaktu-waktu lalu menghilang.

b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
c. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul
lagi.
3. Nyeri berdasarkan berat ringannya: a. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan
intensitas rendah

b. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

c. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi


4. Nyeri berdasarkan waktu lamamnya serangan : a. Nyeri akut, yaitu nyeri yang
dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber
dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.

18
Karakteristik : Nyeri akut.
Tujuan : Memperingatkan klien terhadap adanya cedera / masalah.
Awitan : Mendadak.
Durasi dan intensitas : Durasi singkat (dari beberapa detik sampai 6 bulan), ringan
sampai berat.

19
Respon otonom : Frekuensi jantung meningkat, volume sekuncup meningkat,
tekanan darah meningkat, dilatasi pupil meningkat, tegangan otot meningkat,
motilitas gastrointestinal meningkat, respon otonom, respon psikologis
Respon psikologis : Anxietas
Contoh : Nyeri bedah, trauma
b. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Karakteristik : Nyeri kronik
Tujuan : Memberikan alasan pada klien untuk mencari informasi berkaitan dengan
perawatan dirinya
Awitan : Terus menerus
Durasi dan intensitas : Durasi lama (6 bulan / lebih), ringan sampai berat
Respon otonom : Tidak terdapat respon otonom, vital sign dalam batas normal
Respon psikologis : Depresi, keputusasaan, mudah tersinggung dan menarik diri
Contoh : Nyeri kanker, arthritis, neuralgia terminal

2.3.4 Teori Nyeri


Barbara C. Long (1989) dalam Hidayat (2009), mengungkapkan terdapat
beberapa teori tentang terjadinya rangasangan nyeri, diantaranya, yaitu:
1. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangasangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord)
melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke
tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di
korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar gangglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang
merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi sel T.

20
3. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangasangan pada serat saraf
besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan
tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebablan
hantaran rangasangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung
merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam
medulla spinalis melalui serat eferendan reaksinya memengaruhi aktivitas
substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang
aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori Transmisi dan Inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-implus saraf,
sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang
spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif oleh implus-implus pada
serabut- serabut besar yang memblok implus-implus pada serabut lamban dan
endogen opiate sistem supresif .

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri


Menurut Prasetyo (2010), terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadapa nyeri,
diantaranya:
1. Usia
Usia merupakan variabel yang paling penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu.
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon
terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa seorang anak
laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak
perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.

21
3. Kebudayaan
Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah
nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien berespon
terhadap nyeri.
4. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan
nyeri yang berat.
6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri.
7. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan
seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga akan
menimbulkan ansietas.
8. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan
menurunkan kemampuan koping individu.
9. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman tentang
nyeri.

2.4 Proses Keperawatan dan Nyeri


2.4.1 Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan
mempermudah di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan
(Prasetyo, 2010).
Yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut dalah :

22
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).

2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.

3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam
keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya mengurangi kecemasan
klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap
nyeri.

23
Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa komponen yang
harus diperhatikan :
1. Karakteristik nyeri ( Metode P, Q, R, S, T)
a. Faktor pencetus ( P : Provocate)
Mengakaji tentang penyebab atau stimulus- stimulus nyeri pada klien, dalam hal
ini juga dapat melakukan observasi bagian- bagian tubuh yang mengalami cedera.
Menanyakan pada klien perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.
b. Kualitas (Q : Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien,
seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dimana tiap-tiap
klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka meminta klien untuk menunjukkan semua
bagian / daerah dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih
spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dan titik
yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan
bersifat difus (menyebar).
d. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling
subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia
rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Skala nyeri numerik (0-10) :

24
skala nyeri analog visual (VAS) :
Skala nyeri wajah :
e. Durasi (T: Time)
Menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, danrangkaiian nyeri.
Menanyakan “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri
dirasakan?” (Prasetyo, 2010).
2. Respon perilaku
Respon perilaku klien terhadap nyeri dapat mencakup penyataan verbal, vokal,
ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, ataupun perubahan
respon terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat menangis,
merintih, merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal, atau menarik
diri (Smeltzer & Bare, 2002).
3. Respon afektif
Respon ini bervariasi sesuai situasi, derajat, durasi, interpretasi, dan faktor lain.
Perawat perlu mengeksplor perasaan ansietas, takut, kelelahan, depresi, dan
kegagalan klien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
4. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan kita
Klien yang setiap hari merasakan nyeri akan mengalami gangguan dalam kegiatan
sehari-harinya. Pengkajian pada perubahan aktivitas ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan klien dalam berpartisipasi terhadap kegiatan sehari-hari,
sehingga perawat mengetahui sejauh mana ia dapat membantu aktivitas yang
dilakukan oleh pasien (Prasetyo, 2010).
5. Persepsi klien terhadap nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri, bagaimana
klien dapat menghubungkan antara nyeri yang ia rasakan dengan proses penyakit
atau hal lain dalam diri maupun lingkungan disekitar klien (Prasetyo, 2010).
6. Mekanisme adaptasi klien teradap nyeri
Tiap individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi terhadap nyeri.
Dalam hal ini, perawat perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasanya selalu
dilakukan klien untuk menurunkan rasa nyeri yang ia rasakan. Apabila cara yang
dilakukan oleh klien tersebut efektif, maka perawat dapat memasukkannya dalam
rencana tindakan (Prasetyo, 2010)

25
BAB 3

KONSEP KESEHATAN DAN PENGOBATAN DI JAWA DAN


HUBUNGANNYA DENGAN MASUK ANGIN.

Konsep kesehatan suatu masyarakat ditentukan oleh kebudayaan


masyarakat itu. Kebudayaan itu terdiri dari berbagai faktor seperti kepercayaan
agama, kebiasaan sosial dan kekuatan ekonomi suatu komunitas. Jadi supaya ada
pengertian konsep kesehatan Jawa, kebudayaan Jawa harus dilihat duiu. Bab ini
mempertimbangkan pengaruh kepercayaan animisme, Islam, budaya Cina dan
Barat pada masyarakat Jawa dan konsep kesehatan yang muncul dari proses
sejarah itu. Kemudian konsep kesehatan itu akan dihubungkan dengan konsep
masuk angin. Masyarakat Jawa duLu adalah masyarakat animistik. Dipercaya
bahwa semua benda dan binatang mempunyai jiwa dan kekuatan ajaib. Kekuatan
alam adalah hasil makluk makluk halus. Nasib manusia ditentukan oleh kondisi
alam itujadi nasib ditentukan oleh roh-roh yang menghuni alam itu. Hubungan
antara dunia empiris sama 'alam gaib' sangat erat sehingga tidak bisa dipisahkan
satu dari yang lain

Diantara dunia manusia dan dunia spiritual ada keserasian yang harus
dilestarikan. Keseimbangan itu, dalam masyarakat Jawa disebutkan rukun. Rukun
itu tergantung pada hubungan manusia dengan makluk halus yang menghuni
lingkungan hidup di sekitarnya. Supaya kerukunan itu terjaga, manusia harus
berhubungan baik dengan makluk halus melalui sesajian dan doa-doa. Islam juga
memperbolehkan pemakaian ilmu orang pintar seperti tenaga dalam, sepanjang
orang ituyakin pada Allah. Sholat bisa mencegah dan menyembuhkan penyakit.
Sholat merawat kesehatan secara ilsik, spiritual, mental dan moral. Kemampuan
sholat untuk mengobati penyakit berdasarkan pada keyakinan.

Dari pengobatan di atas, bisa mendapatkan gambaran konsep kesehatan

yang mempengaruhi masyarakat Jawa. Pada zaman itu dipercaya bahwa penyakit
disebabkan oleh makluk halus yang suka mengganggu manusia. Pencegah dan
penyembuhan penyakit meliputi tindakan untuk menyenangkan makluk itu.
Tindakan itu bisa dilakukan sendiri tapi kalau penyakit parah, yang sakit biasanya

26
dibawa ke dukun. Dukun itu adalah orang pintar dalam pengetahuan alam gaib.
Dia bisa berkomunikasi dengan dunia gaib dan penghuninya. Dia tahu ramuan
jamu yang mujarab. Biasanya memakai jampi-jampi yang efektif untuk mengusir
roh yang sedang menganggu penderita. Dukun itu juga minta tolong dengan
makluk halus yang baik untuk menyembuhan orang. Sampai saat ini kemampuan
dukun untuk menyembuhkan orang masih dipercaya oleh rakyat.

Konsep masuk angin punya akar dalam kepercayaan kuno. Konsep bahwa
penyakit bisa disebabkan oleh unsur alami punya akar dalam kepercayaan
animisme. Semua unsur alam dikendali oleh roh atau 'makluk halus'. Jadi kalau
'kemasukan angin', bukan angin sendiri yang menyebabkan penyakit tapi malah
angin yang diperintah oleh roh. Konsep masuk angin yang tradisional, yaitu
kepercayaan bahwa angin masuk ke dalam tubuh, punya kesamaan dengan
kesurupan. Angin berbentuk transien, memang berada dan bisa dirasakan tapi
tidak bisa dilihat atau disentuh. Begitu juga bentuknya makluk halus. Angin
masuk ke dalam badan secara sama dengan roh masuk ke dalam tubuh manusia
dan mengganggu kesehatan. Untuk masuk angin, sering dikatakan bahwa angin

harus 'diusir' sebelum bisa sembuh. Kata 'mengusir' menyiratkan proses


pengusiran roh dari tubuh. Namun itu masalaludan sekarang masuk angin tidak
dikaitkan dengan mahkluk halus.

Lama-lama kepercayaan Jawa didominasi oleh agama Islam. Akan tetapi,


kepercayaan lama belum hilang dan masyarakat masih cenderung percaya pada
hal mistik. Dukun masih ada tetapi cara penyembuhan sering memakai keyakinan
agama Islam. Dukun itu sekarang memakai doa-doa dari Al Qur'an daripada
jampi-jampi Jawa kuno. Roh dan makluk halus digantikan dengan jin dan syetan.
Masih ada kepercayaan bahwa dunia spiritual dan dunia manusia sangat berkait.
Jin dan syetan tinggal di dunia paralel dengan dunia kita. Jadi mereka bisa berada
pada tempat yang sama dengan lata tetapi tidak bisa dilihat oleh manusia.
Walaupun jin dan syaitan bisa menyakiti manusia, itu adalah akibat sihir atau
kesurupan. Penyakit biasa seperti masuk angin dianggap sebagai ciptaan Allah

dan bukan akibat gangguan makluk halus.

27
Ada dua kepercayaan yang berbeda dalam agama Islam mengenai konsep
penyakit. Ada yang menganggap penyakit sebagai cobaan atau hukuman Allah,
sebagai penghapus dosa dan sebagai pahala di kemudian hari. Aliran pemikiran
ini percaya bahwa meninggal dari penyakit adalah kematian syahid.15 Jadi
sebaiknya penderita berserah diri pada takdir Allah dan sabar menerima cobaan.
Semakin menderita, semakin besar pahalanya. Pikiran ini menyampaikan
kesimpulan bahwa pengobatan berada dalam tangan Allah saja dan manusia tidak
boleh mencari pengobatan dengan dokter atau ahli pengobatan lain. Kalau Allah
ingin menyembuhkan penderita, dia akan menjadi sembuh. Pemikiran tersebut
merupakan pendapat minoritas. Di Indonesia, rata-rata dipercaya bahwa walaupun
penyakit adalah ciptaan Allah, Allah lebih senang dengan manusia dalam keadaan
sehat. Kesehatan adalah suatu berkah. Makanya manusia harus berusaha untuk
merawat kesehatan dan cari pengobatan untuk mengatasi penyakit.

Apakah pengobatan melawan takdirAllah?

Pengobatan itu adalah bagian dari takdir Allah.

Jadi, pengetahuan manusia tentang obat adalah wahyu dari Allah. Hal
yang menyembuhkan adalah obat, tetapi obat itu hanya bisa menyembuhkan
karena takdir Allah. Banyak pengobat altematif menerangkan kemampuan
penyembuhan melalui pemakaian jimat, mantra dan obat lain. Menurut peraturan
Islam boleh percaya pada kemanjuran obat itu. Namun, tidak boleh punya
keyakinan pada hal itu, hanya bisa yakin pada kekuatan Allah. Keyakinan atau
doa sendiri bisa berfungsi sebagai obat dan penyembuhan itu tidak dianggap suatu
mukjizat, tapi sebagai dampak alamiah saja.Konsep kesehatan Islam adalah suatu
konsep 'holistic' atau 'lahir-batin'. Kedua sisi spiritual dan sisi fisik diperhatikan.
Kesembuhan fisik melalui pengobatan modern memerlukan keyakinan spiritual.
Dengan hanya keyakinan itu juga bisa sembuh. Konsep kesehatan dan pengobatan
batin itu memang ada dalam masyarakat Jawa.

Beberapa pendapat mengungkapkan alasan kemanjuran suatu obat adalah


sugesti. Maksudnya, orang yang diobati percaya bahwa obat tertentu akan
menyembuhkan dan itu alasan kemanjuran obat itu. Konsep kesehatan ini juga

28
menjelaskan alasan banyak orang suka diobati oleh dukun atau kyai. Masyarakat
Jawa masih percaya pada kekuatan batin. Ketrampilan dukun berasal dari
kekuatan batin dia.

Jawa terpengaruh oleh kebudayaan Cina yang dibawa imigran Cina yang
merantau ke Indonesia mulai sebelum zaman kolonial. Oleh karena itu ada
sebagian dari persepsi kesehatan orang Jawa yang miripdengan pemikiran Cina.
Konsep kesehatan Cina berdasarkan pada pemahaman bahwa setiap orang terdiri
dari dua tenaga lawan -yin dan yang. Di dalam tubuh sehat kedua tenaga itu
seimbang. Setiap orang juga punya 'Qi' atau tenaga dalam. Qi mengalir melalui
badan seperti darah, kalau aliran Qi dihalangi, keseimbangan ying dan yang
dirusakkan dan badannya menjadi sakit. Penyembuhan badan terjadi waktu aliran
Qi dipulihkan dan ketidakseimbangan yin dan yang dibenahi. Biasannya Qi bisa
tahan penyakit. Tetapi daya tahannya bisa dilemahkan oleh unsur-unsur alami
yang disebutkan 'pathogen'. Unsur itu adalah; angin, panas, lembab, kering dan
dingin. Kalau badannya mengalami kelebihan suatu elemen, aliran Qi diganggu
dan penyakit timbul.

Menurut pandangan Cina, angin bisa masuk ke dalam tubuh dan


menyebabkan penyakit. Angin masuk badan lewat pintu akupunktur dan meniup
melalui badan. Angin itu memacetkan saluran Qi dan menghalangi alirannya.
Anggapan bahwa angin bisa masuk ke dalam tubuh dan mengganggu aliran Qi

mencerminkan dua konsep masuk angin. Bahwa angin bisa berada di dalam tubuh
adalah konsep masuk angin yang tradisional. Konsep Qi punya kesamaan dengan
teori aliran darah yang dipakai untuk menjelaskan konsep modern masuk angin.
Kalau aliran Qi kurang lancar, badan bisa menjadi sakit, kalau aliran darah kurang
lancar, orang bisa masuk angin. Dalam pemahaman Cina, unsur angin
menyebabkan penyakit yang sifatnya berubah-ubah, seperti sifat angin sendiri.
Misalnya demam, pusing dan berkeringat, beberapa gejala yang juga adalah gejala
masuk angin. Penyembuhan badan memerlukan pengusiran angin dari badan.
Proses itu meliputi melawan unsur yang menyebabkan ketidakseimbangan badan
dengan unsur lawan. Misalnya, kalau terkena angin dingin, badannya harus
diberikan panas. Cara mengobati masuk angin di Jawa sama, masuk angin sering

29
terjadi kalau badannya kena angin dingin, ciri pengobatan masuk angin selalu
menghangatkan badan. Pengobatan Cina yang lain untuk menyembuhkan
penyakit adalah akupunktur. Menurut konsep penyembuhan Cina, badan manusia
mampu menyembuhkan hanya membutuhkan stimulasi yang layak supaya badan
menanggapi. Akupunktur sesuai dengan konsep penyembuhan ini. Akupunktur
mengerjakan untuk memulihkan aliran Qi. Ada titik akupunktur di seluruh badan
dan kalau ditekan menimbulkan stimulasi efektif untuk badan menyembuhkan
diri. Biasanya titik itu ditembus dengan jarum, dipijat atau diberikan stimulasi lain
seperti panas.

Konsep di balik pengobatan tradisional masuk angin seperti kerok, kop


dan pijat punya kesamaan dengan akupunktur. Pengobatan tersebut juga memakai
titik tertentu di tubuh yang harus ditekan untuk memperlancar aliran darah atau
Qi. Mungkin kemanjuran kerok atau kop dapat dijelaskan sesuai dengan teknik
akupunktur. Contohnya, gerakan coin atau penyedotan kop pada permukaan kulit
memberikan titik akupunktur stimulasi yang dibutuhkan. Kebudayaan Barat
masuk ke Jawa dengan kedatangan Belanda. Orang Belanda membawa ilmu
kedokteran dan farmasi ke Indonesia. Sekarang ilmu itu mendominasikan sektor
kesehatan negeri. Ilmu medis Barat dipelajari di fakultas kedokteran di seluruh
Jawa, menghasilkan dokter dan perawat yang memberikan diagnosis dan obat
sesuai dengan konsep kesehatan dan pengobatan Barat.

Konsep kesehatan Barat sangat berakar dalam ilmu sains. Makanya


pengobatan Barat mengutamakan sisi fisik dan cenderung mengabaikan sisi
spiritual. Pemikiran Barat terhadap penyakit adalah 'kalau tidak bisa dilihat, tidak
tampak.' Badan menjadi sakit karena bakteri, virus atau parasit menyerang badan
dan organ vitalnya. Tidak ada kepercayaan pada hal mistik seperti sihir, jin dan
segala macam. Untuk menyembuhkan badan, bakteri atau virus itu harus dibasmi
dengan obat yang mengandung antibiotik atau kimia lain. Konsep penyembuhan
ini sering disebut, 'a pill for every ill'.

Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa pengobatan adalah kewajiban.


Tidak bisa sembuh tanpa minum obat. Kalau sakit, saya dipaksa minum
bermacam-macam obat sampai sembuh. Pola pikiran itu mirip dengan 'a pill for

30
every ill', yaitu, penyakit harus dibasmi dengan obat. Badan tidak mampu
menyembuhkan diri, misalnya, melalui istirahatdan makan. Masuk angin tidak ada
dalam ilmu kedokteran karena ilmu itu asli dari dunia Barat dan dalam dunia itu
tidak bisa kemasukan angin. Tetapi diakui bahwa faktor-faktor seperti angin,
dingin dan kecapekan bisa menyebabkan penyakit. Misalnya istilah, 'caught in
adraft' - 'kena angin' atau 'catch a cold* - 'kedinginan'. Perbedaan antara konsep
kesehatan Barat dan Jawa adalah pemahaman tentang alasan tubuh menjadi sakit.
Menurut pemikiran Jawa, penyakit timbul karena ada angin di dalam tubuh atau
peredaran darah yang kurang lancar. Kalau pandangan Barat, tubuh manusia
terkena faktor yang melemahkan sistem imun badan dan membiarkan bakteri dan
virus masuk. Namun, walaupun masuk angin tidak diajari di fakultas kedokteran,
banyak dokter Jawa mencampur-adukkan pengetahuan ilmiah dengan
kepercayaan rakyat.

31
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kerokan adalah suatu pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan
dan menggeserkan mata uang logam pada tubuh berulang-ulang dengan
cairan yang licin sehingga terjadi warna merah. Pengobatan ini dipercaya
bermanfaat untuk keadaan yang oleh masyarakat awam disebut “masuk
angin”.
Hasil survei pada 390 responden di kota Solo menunjukkan bahwa masih
banyak masyarakat (87%) dari golongan bawah sampai bangsawan yang
memanfaatkan dan merasakan kegunaan pengobatan ini.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Didik Tamtomo, dosen FK UNS
secara alamiah, praktik pengobatan ini terbukti mampu mengobati gejala
masuk angin atau sindroma dingin yang memiliki gejala nyeri otot (mialga).
Kerokan adalah upaya untuk meningkatkan temperatur dan energi pada
daerah yang dikerok. Efek kerokan adalah mengembangnya pembuluh darah
kulit yang semula menguncup akibat terpapar dingin atau kurang gerak,
sehingga darah kembali mengalir deras. Dengan kata lain, kerokan bukan
untuk mengeluarkan angin, namun untuk memanaskan urat saraf dan saluran
darahnya.

4.2 SARAN
Selama ini kerokan masih banyak di lakukan masyarakat, namun pada dunia
medis ini tidak di sarankan. Sebenarnya kerokan sendiri juga mempunyai
efek positif dan efek negatif.
a. Efek Positif
1. Tidak merusak
menurut penelitian kerokan tidak ada kulit yang rusak ataupun pembuluh
darah yang pecah. Tetapi terjadi pori-pori yang melebar. Melebarnya
pori-pori ini justru membuat aliran darah lancar dan suplai oksigen dalam

32
darah jadi meningkat. Sehingga kulit ari juga akan terlepas seperti halnya
saat luluran.

2. Meningkatkan Endorfin
Dalam sebuah penelitian menyebutkan kadar endorfin orang-orang yang
dikerok naik signifikan sehinnga membuat mereka nyaman, rasa sakit
hilang, lebih segar, dan bersemangat. Selain itu kerokan menyebabkan
kadar prostaglandin atau yang menyebabkan pegal-pegal pada tubuh
menjadi turun. Prostaglandin adalah senyawa asam lemak yang antara
lain berfungsi menstimulasi kontraksi rahim dan otot polos lain serta
mampu menurunkan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung,
suhu tubuh, dan memengaruhi kerja sejumlah hormon.
(sahabathawa.com, 2013)
b. Efek Negatif
1. Mengakibatkan kontraksi dini pada rahim.
Pada ibu hamil sangat dilarang melakukan kerokan karena bisa
mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat
Prostaglandin
2. Masuknya bakteri dan virus
Ketika mengerok tubuh, maka pori-pori kulit akan terbuka lebar, nah
pada saat pori-pori terbuka dan membesar akan memudahkan angin
masuk kembali ke tubuh dengan membawa bakteri dan virus kedalam
tubuh.. Ketika seseorang sering kerokan maka pori pori kulit yang
melebar akan mempermudah masuknya bakteri dan virus.
(sahabathawa.com, 2013)
Masuk angin memang bukan penyakit berbahaya. Namun, bila
sudah parah, virus mudah masuk tubuh. Untuk pencegahan sebaiknya
sedini mungkin memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat.

33
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20095/chapter%2011.pd?s
equence=4
https://eprints.uns.ac.id/707/1/dg_01.pdf

Deimon. (2013). “Khasiat dan Efek Samping Kerokan Ketika Masuk Angin”
diunduh dari (http://deimon.pun.bz/khasiat-dan-efek-samping-kerokanketika.
xhtml.....pada Maret 2019

Tamtoma,DG ( 2008), Gambaran histopatologi kulit dan pengobatan tradisional,


diunduh dari.( https://eprints.uns.ac.id/707/1/dg_01.pdf ) pada Maret 2019

Buku :
Prasetyo, S.N, 2010 Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta, Graha Ilmu
Internet :
Kompas, (2012) “ Inilah yang terjadi masuk angin lalu di Kerokan “ diunduh dari
(http://forum.kompas.com/kesehatan/219768-inilah-yang-terjadi-saatanda-
masuk-angin-dan-lalu-kerokan.html), pada September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai