Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPON TUMBUHAN TERHADAP RANGSANGAN DAN EKOFISIOLOGI


(GERAK TUMBUHAN, FOTOPERIODE, VERNALISASI DAN RESPONS
TERHADAP STRESS LINGKUNGAN)
Hari : Rabu Tanggal : 29 Mei 2019

Dosen Pembimbing : Dr. Junairiah, S.Si., M.Kes.


Disusun Oleh :
Mochammad Ilham (081711433022)

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fisiologi tumbuhan adalah suatu ilmu yang mempelajari peristiwa yang terdapat dalam
tumbuhan hidup. Fisiologi tumbuhan adalah ilmu yang dikaitkan dengan proses, fungsi, dan
respon tumbuhan terhadap perubahan lingkungan, serta pertumbuhan dan perkembangan
akibat adanya respon tersebut. Misalnya, proses yang terjadi di dalam tumbuhan :, Absrobsi
zat-zat hara, fotosintesis, respirasi, pembentukan biji, pengaturan fitohormon, pembuangan zat
racun dll. Adapun fungsi yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah aktivitas alamiah yang
terjadi pada organisme hidup, apakah termasuk senyawa kimia, sel, jaringan organ, dan lain-
lain. Sedangkan respon yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah kegiatan tumbuhan
yang diakibatkan adanya proses dan fungsi yang berlangsung di dalam tubuh tumbuhan hidup
dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar.

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan


tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses
fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya dan
temperatur.

Kondisi lingkungan yang terlalu minimum dan maksimum dapat menyebabkan stress
bagi tanaman. Stress/cekaman tanaman merupakan suatu kondisi lingkungan yang dapat
memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tanaman.
Kondisi ini jika terus berlangsung dalam waktu yang lama dan telah mencapai batas toleransi
suatu kehidupan, maka organism tersebut akan mati.

Berdasarkan berbagai pengaruh dari faktor lingkungan tumbuhan memiliki berbagai


macam jenis respon diantaranya gerak, fotoperiode, vernalisasi dan respon stress terhadap
lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa itu gerak tumbuhan, fotoperiode, vernilisasi dan respon stress tumbuhan terhadap
lingkungan? Jelaskan !
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Gerak Tumbuhan

Gerak tanaman dapat dibedakan berdasarkan bagian apa yang bergerak dan faktor-faktor
yang mempengaruhi gerak tersebut, diantaranya :

(1) Gerak endonom, autonom, atau spontan terjadi jika suatu tanaman mengadakan gerak
dengan tanpa dipengaruh luar. Contoh : mengalirnya sitoplasma daun Elodea.
(2) Gerak etionom atau paratonis adalah gerak berupa reaksi terhadap rangsangan dari
luar. Gerak etionom dapat dibagi menjadi :
a. Gerak taksis, yaitu gerak berpindahnya seluruh tubuh tumbuhan dan arahnya
menuju rangsangan, jenis gerak taksis yaitu :
- Fototaksis, yaitu gerak tumbuhan yang memungkinkan berpindah tempat
dikarenakan adanya rangsangan. Contohnya gerak flagella Euglena menuju
sinar.
- Kemotaksis adalah gerak tumbuhan yang memungkinkan tumbuhan berpindah
tempat yang di sebabkan rangsangan berupa zat kimia. Contoh gerak
spermatozoid lumut dan paku ke sukrosa atau asam malat dari ovum.
- Galvanotaksis adalah gerak pada tumbuhan yang disebabkan oleh pengaruh
arus listrik. Contoh : Gerak Volvox globator (Algae hijau berkoloni) menuju
ke tempat yang bermuatan listrik.
b. Gerak tropisme, yaitu gerak organ atau sebagian tanaman yang arahnya menuju
atau menjauhi sumber rangsangan. Macam-macam gerak tropisme yaitu :
- Fototropisme, karena rangsangan cahaya. Contoh gerak ujung batang menuju
sinar matahari.
- Kemotropi, karena rangsangan zat kimia. Contohnya gerak ujung kecambah
menuju zat kimia.
- Hidrotropi, karena rangsangan air. Contoh gerak ujung akar menuju sumber
air.
- Geotropi, karena rangsangan gravitasi. Contoh gerak ujung akar menuju pusat
bumi.
- Tigmotropi, karena adanya respon suhu.
- Galvanotropi, karena adanya respon terhadap listrik
- Reotropi, karena adanya respon terhadap aliran air.
- Traumatropi, karena adanya respon terhadap luka.
c. Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh rangsangan dari luar,
tetapi gerakan ini tidak mempunyai arah. Atau bisa juga dikatakan bahwa gerak
nasti merupakan gerak pada tubuh tumbuhan yang arah gerakannya tidak
ditentukan oleh posisi rangsangan. Gerak nasti disebabkan oleh perubahan
turgoradalah tekanan air pada dinding sel. Jenis gerak nasti yaitu :
- Gerak tigmonasti adalah gerak pada tubuh tumbuhan yang disebabkan oleh
rangsangan sentuhan. Misalnya pada tumbuhan sikejut (Mimosa pudica).
- Gerak niktimasi adalah gerak tidur pada bagian tubuh tumbuhan yang
dipangaruhi oleh gelap. Contohnya adalah dengan memperhatikan gerak
merunduknya daun-daun anggota famili Leguminosae pada sore hari dan tegak
lagi pada pagi hari.
- Gerak fotonasi adalah gerak pada bagian tumbuhan karena adanya pengaruh
rangsangan berupa sinar matahari. Contohnya mekarnya bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa) pada sore hari.
- Gerak nasti kompleks adalah gerak membuka dan menutupnya stomata.
Mekanisme gerak ini dipengaruhi oleh cahaya, unsur kimia, terutama kalium,
suhu, dan air.

2.2. Fotoperiode

Fotoperiode merupakan rasio relatif antara panjang waktu penyinaran matahari pada
siang dengan malam hari. Fotoperiodisme ialah tanggapan perkembangan tumbuhan terhadap
fotoperiode. Pengaruh respon tersebut dapat pada pertumbuhan vegetatif dan reproduktif.
Pertumbuhan vegetatif yang dipengaruhi oleh fotoperiode ialah pembentukan bulb dan umbi,
pembentukan cabang, bentuk daun, pembentukan pigmen, pembentukan rambut,
perkembangan akar, dormansi biji dan kematian. Pertumbuhan reproduktif tanaman yang
dipengaruhi oleh fotoperiode ialah pembentukan bunga, buah dan biji. Fotoperiodisitas atau
panjang hari dan didefinisikan sebagai panjang atau lamanya siang hari dihitung mulai dari
matahari terbit sampai terbenam. Panjang hari tidak terpengaruh oleh keadaan awan karena
pada lama penyinaran bisa berkurang bila matahari tertutup awan, tetapi panjang hari tetap.
Panjang hari berubah secara beraturan sepanjang tahun sesuai dengan deklinasi matahari dan
berbeda pada setiap tempat menurut garis lintang. Pada daerah katulistiwa, panjang hari
sekitar 12 jam, semakin jauh dari equator panjang hari dapat lebih atau kurang sesuai dengan
pergerakan matahari. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin lama tanaman
mendapatkan pencahayaan matahari, semakin intensif proses fotosintesis, sehingga hasil akan
tinggi. Akan tetapi fenomena ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa tanaman
memerlukan lama penyinaran yang berbeda untuk mendorong fase pembungaan.

Fotoperiodisitas tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah cadangan makanan yang


dihasilkan oleh suatu tanaman, tetapi juga menentukan waktu pembungaan pada banyak
tanaman.

2.3. Vernilisasi

Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum


mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi diperlukan
pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon terhadap suhu dingin
ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan terjadi atau pembungaan tidak akan
terjadi. Lamanya periode dingin haruslah beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung
sepesiesnya. Spesies semusim pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan
dari daerah beriklim sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji,
umbi, dan kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim sedang membutuhkan
stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk
mematahkan dormansi. Jadi vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu keadaan
tumbuhan seperti musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai respon terhadap
hari-hari yang panjang selama musim semi.

Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah, seperti
kekeringan atau temperatur tinggi (30-35̊C) selama periode beberapa hari. Pada percobaan
yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia musim dingin yang
divernalisasi dan dipertahankan biji dalam keadaan kering menyebabkan proses devernalisasi
(penghilangan vernalisasi). Percobaan yang dilakukan Lysenko itu tidak berlaku di mana
saja, mungkin karena telah tersedia kultivar tipe musim semi yang teradaptasi. Vernalisasi
pada rumput-rumputan tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks, selain dingin, juga
diperlukan beberapa fotoperiode pendek. Contohnya pada rumput orchard, penggalakan
pembungaan terjadi secara alamiah, dan diperlukan suhu ingin untuk menggalakkan
pembungaan pada sepesies-sepesies tersebut
2.4. Respon Stress Tumbuhan Terhadap Lingkungan

Cekaman (stress) pada tumbuhan didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan
yang berpengaruh buruk terhadap tanaman. Cekaman dapat juga diartikan sebagai kondisi
lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan, reproduksi, dan
kelangsungan hidup tumbuhan. Cekaman terjadi karena adanya perubahan yang menyimpang
dari proses fisiologi yang dihasilkan dari satu atau kombinasi faktor-faktor biologi dan
lingkungan. Cekaman dapat terjadi melalui beberapa sumber yang ada di lingkungan. Pada
umumnya cekaman lingkungan pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1)
Cekaman biotik, terdiri dari: (a) Kompetisi intra spesies dan antar spesies, (b) Infeksi oleh
herbivora, hama dan penyakit, dan (2) Cekaman abiotik berupa: (a) Suhu, (b) Air (kelebihan
dan kekurangan), (c) Cahaya, (d) Unsur Hara, dan (e) Salinitas.
1. Cekaman Biotik
a. Intra Spesies dan Antar Spesies
Cekaman intra dan antar spesies merupakan cekaman yang diartikan sebagai suatu kompetisi
antara sesama spesies atau berbeda spesies. Contoh yang terjadi pada antar spesies, yaitu pada
tanaman jagung yang ditanam pada satu bedeng. Jagung yang ditanam pada satu bedeng ini
akan mengalami suatu kompetisi dalam memperoleh unsur abiotik (suhu, air, zat hara, dll).
b. Infeksi oleh Herbivora, Hama, dan Penyakit
Komponen biotik yang dapat menjadi cekaman bagi kehidupan makhluk hidup dapat berupa
herbivora, parasit/patogen, dan predator. Herbivora adalah suatu cekaman yang dihadapi
tumbuhan dalam setiap ekosistem. Tumbuhan menghadapi herbivora yang begitu banyak baik
dengan pertahanan fisik, seperti duri, maupun pertahanan kimia.
2. Cekaman Abiotik
a. Respon Terhadap Cekaman Suhu
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi
kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi
kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat
tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es.
b. Respon Terhadap Cekaman Air
Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman
tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain
akan punah tanpa air.
c. Respon Terhadap Cekaman Cahaya
Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis
tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai
tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis
lainnya. Ada tanaman yang tahan ( mampu tumbuh ) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau
sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi
cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
d. Respon Terhadap Cekaman Zat Hara dalam Tanah
Kurangnya ketersediaan unsur hara esensial dari jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman,
maka tanaman akan terganggu metabolismenya yang secara visual dapat dilihat dari
penyimpangan-penyimpangan pada pertumbuhannya. Gejala kekurangan unsur hara ini dapat
berupa pertumbuhan akar, batang atau daun yang terhambat (kerdil) dan khlorosis atau nekrosis
pada berbagai organ tumbuhan. Gejala yang ditampakkan tanaman karena kurang suatu unsur
hara dapat menjadi petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan. Suatu tumbuhan
dikatakan kekurangan (defisiensi) unsur hara tertentu apabila pertumbuhan terhambat yakni
hanya mencapai 80% dari pertumbuhan maksimum walaupun semua unsur hara esensial
lainnya tersedia berkecukupan.

e. Respon Terhadap Cekaman Salinitas


Cekaman garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam
terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada
tanah salin. Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat
konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang
menimbulkan stres tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang
terlarut dalam air (Sipayung, 2006). Stres akibat kelebihan Na+ dapat mempengaruhi beberapa
proses fisiologi dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan tanaman.
BAB 3
KESIMPULAN

Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan


tanaman, yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Lingkungan dapat
menimbulkan respon bagi tanaman dalam menanggapi rangsangan dari lingkungan. Respon
juga dapa berupa stres dari tanaman. Respon tanaman ada beberapa macam diantaranya gerak,
fotoperiode, vernalisasi dan respon stress terhadap lingkungan.

Gerak pada tanaman dapat dibedakan menjadi gerak endonom dan etionom (gerak
taksis, tropisme dan nasti). Fotoperiode merupakan rasio relatif antara panjang waktu
penyinaran matahari pada siang dengan malam hari. Vernalisasi merupakan induksi
pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum mulai perbungaan. Sedangkan Cekaman
(stress) pada tumbuhan didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang
berpengaruh buruk terhadap tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dwijoseputro, D.,1978, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Li, dkk., 2010, Effect Of 5- Azac On Vernalization And Flower Ball Development In Broccoli
( Brassica Oleracea Var. Italica), Journal Bot, 42(3): 1889-1893.

Saliybury, Ross. 1996. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Sasmitamihardja, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


FMIPA-ITB, Bandung.

Sinaga, S. 2000. Asam Absisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap Cekaman
Kekeringan.

Sugito, Y. 1994. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.

Anda mungkin juga menyukai