Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah tidak

dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu (Widjaja, 200 1). Kejang

demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan

ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lumbantobing, 1995). Dari

pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejang demam adalah

kondisi tubuh anak yang tidak dapat menahan demam pada peningkatan suhu

tubuh yang disebabkan oleh karena proses ekstrakranial.

B. Etiologi

Menurut Randle-Short (1994) kejang demam dapat disebabkan oleh:

a. Demam tinggi. Demam dapat disebabkan oleh karena tonsilitis, faringitis,

otitis media, gastroentritis, bronkitis, bronchopneumonia, morbili, varisela,

demam berdarah, dan lain-lain.

b. Efek produk toksik dari mikroorganisme (kuman dan otak) terhadap otak.

c. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

d. Perubahan cairan dan elektrolit.

e. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:

ƒ Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60%

kasus.

Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak lengkap.


ƒ Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan

perinatal tinggi

ƒ Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga

tinggi, tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.

C. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi

dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+)

dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (N+) dan elektrolit lainnya kecuali ion

klorida (Cl). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan yang

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam dan di luar sel,

maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran

dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan

energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membran itu sendiri karena penyakit atau

keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10 - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat

20%.

Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai

65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya

mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi

difusi dari ion kalium i ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat

terjadi pelepasan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas

keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang

disebut “Neurotransmitter” dan terjadilah kejang.

D. Manifestasi Klinis

Menurut Arif Mansjoer (2000), kejang demam umumnya berlangsung

singkat, yaitu berupa serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral.

Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan

disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului

dengan kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang

dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti dengan

sendirinya. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun

untuk sementara waktu, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak

terbangun dan sadar kembali tanpa ada defisit neurologis. Kejang dapat diikuti
dengan hemiparesis sementara. (Todd’s hemiparesis) yang berlangsung

selama beberapa jam hingga beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat

diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung

lama lebih sering terjadi pada kelang demam yang pertama.


E. Pathway Infeksi ekstrakranial oleh virus dan bakteri
Peningkatan suhu Peningkatan kebutuhan O2 dan ebergi untuk
Demam
tubuh kontraksi otot skelet

Pelepasan
Muatan Listrik
Keseimbangan potensial
Membrane sel terganggu

Peningkatan kepekaan sel


Hospitalisasi saraf
Ketidakseimbangan
Kejang Kurang pengetahuan Pemompaan Na+ dan K+ dalam sel
perawatan

Penatalaksanaan
Cemas
Prosedur Invansif Gangguan transport Na+ dan K+

Resti Infeksi
Gangguan Persyarafan otak
Pengurangan kosentrasi
Vasokontriksi pembuluh darah otak Na+ dan K+
Relaksasi lidah Gangguan Kontraksi Otot
Anoxia
Lidah Jatuh ke Belakang
Kerusakan sel otak Kelemahan Fisik Resti Cedera
Potensial epilepsy
spontan
Kerusakan lobus Potensial epilepsy
temporalis yang lama spontan

Ngastiyah, 1997
F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:

1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG

abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya

epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini

pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang

sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,

terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih

kecil seringkali gejala meningitis fidak jelas sehingga. harus dilakukan

lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan

untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.

G. Konsep Tumbuh Kembang dan Hospitalisasi pada Anak

Istilah tumbuh kembang lebih dikaitkan dengan pertumbuhan organ,

serta merupakan aspek fisik interaksi tersebut. Sedangkan istilah kembang

lebih dikaitkan dengan aspek psikososial.

Menurut Sigmun Freud pada tumbuh kembang awal masa sekolah

(512 tahun) merupakan masa pertumbuhan relatif mantap, yang kemudian

akan berakhir dengan suatu percepatan tumbuh sekitar umur 10 tahun pada
anak perempuan dan 12 tahun pada anak laki-laki. Penambahan berat badan

usia ini lebih kurang 205 kg dan tinggi badan kira-kira 5 cm per tahun.

Pertumbuhan lingkar kepala berjalan lambat, yaitu dari 50 cm menjadi 52-53

cm. Pada akhir masa pertumbuhan ini sebenarnya lingkar kepala telah

mencapai ukuran kepala orang dewasa (Markum, 199 1).

Menurut Eric Erickson, masa ini disebut dengan masa berkarya vs

rasa rendah diri. Masa antara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai

memasuki dunia sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha untuk

merebut perhatian dan penghargaan atas hasil karyanya. Ia belajar untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai

tumbuh dan ia mulai senang untuk belajar bersama. Rasa rendah diri akan

timbul bila anak merasa dirinya kurang kemampuan dibandingkan dengan

teman-temannya (Markum, 199 1).

Pertumbuhan berat anak (11-14 tahun) adalah 46 kg dan tinggi badan

157 cm. Karakteristik primer wanita adalah pembesaran organ genital eksterna

dan interna, perubahan endometrium dan cairan vagina, ovulasi dan menarche

(sekitar usia 12-13 tahun), karakteristik sekunder yang nampak adalah

pembesaran buah dada, pertumbuhan tulang, dasar metabolik basal, perubahan

bentuk pinggul, pubis, dan tumbuhnya rambut pada ketiak, meningkatnya

lemak dalam dada, pantat dan paha serta kulit menjadi halus dan lembut

(Cindy Smith, 1988).


H. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan relaksasi

lidah dan refleks sekunder terhadap gangguan inervasi otot (Carpenito,

2000).

Tujuan : Pasien dapat mcmpertahankan ventilasi dan oksigenasi yang

kontinyu.

Intervensi:

a. Baringkan pasien ditempat yang datar dan berikan sudip lidah

b. Kendurkan pakaian terutama pada daerah yang mengganggu

pernafasan

c. Setelah kejang usai, baringkan dengan posisi kepala miring ke salah

satu sisi atau angkat dagu anak ke atas dan ke depan dengan kepala

mendongak ke belakang dan jangan memasukkan makanan atau

minuman ke dalam mulut pasien selama pasien belum sadar

d. Obeservasi kejang dan karakteristiknya, yang meliputi: durasi, area,

kondisi pre dan post kejang, aktifitas motorik involunter dan

inkontinensia

e. Ajarkan keluarga untuk berespon saat anak kejang

f. Lakukan penghisapan yang sesuai dengan indikasi

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi ekstrakranial

(Ngastiyah, 1997).

Tujuan: Suhu tubuh normal dan dapat dipertahankan sesuai dengan

derajat panas yang sesuai dengan usianya


Intervensi:

a. Lakukan kompres hangat / dingin dan hindari kompres dingin bila

anak menggigil

b. Berikan antibiotik sesuai program

c. Berikan antipiretik dan antikonvulsan sesuai program

d. Bed minum banyak yaitu 200 cc per hari sesuai kebutuhan

e. Pantau intake dan output

f. Kaji keadaaan bedcover apakah terialu hangat untuk aktivitas yang

direncakan

g. Beritahukan tentang tanda-tanda peningkatan suhu pada keluarga

h. Pasang / gunakan kipas angin, AC, mandi dingin atau lakukan kompres

3. Resiko tinggi cedera: trauma berhubungan dengan perubahan status

kesadaran dan aktivitas kejang (Tucker, 1999).

Tujuan: Cedera tidak terjadi

Intervensi:

Untuk perawatan pre-konvulsi:

a. Berikan bantalan pada tempat tidur

b. Pertahankan tempat tidur pada posisi yang rendah

c. Bila pasien tirah baring, tingkatkan pagar tempat tidur dan berikan

bantalan

d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi adanya luka


Untuk perawatan saat kejang:

a. Tempatkan pasien pada tempat yang datar, longgarkan pakaian dan

jauhkan benda-benda yang rnembahayakan paien seperti mainan keras

b. Miringkan kepala anak pada salah satu sisi

c. Catat frekuensi, waktu, tingkat kesadaran, lama kejang dan bagian

tubuh yang terlibat bangkitan kejang.

d. Bila mungkin berikan privasi pada pasien

e. Berikan obat sesuai program

Untuk perawatan post-kejang:

a. Kaji atau pantau kondisi pasien setelah kejang

b. Pertahankan jalan nafas tetap efektif

c. Kaji kondisi pasien terhadap adanya cedera dan lakukan pemeriksaan

pada daerah mulut

d. Periksa tanda-tanda vital dan status neurologis segera setelah kejang

e. Kaji terhadap perubahan kesadaran, malaise, mual muntah, nyeri dan

aspirasi

f. Beri dukungan emosional bila memungkinkan

g. Informasikan pada keluarga tentang status kesadaran dan lakukan

reorientasi bila perlu

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan kejang demam

berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan

penatalaksanaan di rumah (Tucker, 1999).


Tujuan: pengetahuan keluarga tentang kejang demam dan perawatannya

bertambah.

Intervensi:

a. Bantu pasien dan keluarga untuk mengenali aura, tipe kejang dan

urutan tindakan yang harus dilakukan

b. Observasi dan catat perilaku yang diperlihatkan pada fase praiktal dan

fase iktal

c. Instruksikan pada keluarga tentang sifat dan kelainan dari kejang, serta

perlunya bersikap positif terhadap usaha terapi

d. Jelaskan pentingnya bisa mengenali aura, tipe kejang dan urutan

tindakan yang harus dilakukan

e. Jelaskan perlunya mengidenfifikasi dan menghindari rangsangan

kejang yang dapat menstimuli aktivitas kejang

f. Tekankan pentingnya minum obat yang sesuai dengan anjuran

g. Jelaskan tentang patofisiologi dan pengobatan yang perlu dilakukan

h. Tinjau pentingnya kebersihan dan perawatan mulut.

Anda mungkin juga menyukai

  • Materi Wajib Dikuasai PDF
    Materi Wajib Dikuasai PDF
    Dokumen67 halaman
    Materi Wajib Dikuasai PDF
    Haqqul Mubin
    Belum ada peringkat
  • 009 - Berita Acara Persidangan MKEK PDF
    009 - Berita Acara Persidangan MKEK PDF
    Dokumen3 halaman
    009 - Berita Acara Persidangan MKEK PDF
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Leaflet TB Paru
    Leaflet TB Paru
    Dokumen3 halaman
    Leaflet TB Paru
    OviAmoi
    100% (4)
  • Format Anak Unitri
    Format Anak Unitri
    Dokumen6 halaman
    Format Anak Unitri
    Dacxa Groham
    Belum ada peringkat
  • Materi Wajib Dikuasai
    Materi Wajib Dikuasai
    Dokumen175 halaman
    Materi Wajib Dikuasai
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Keluarga Aminullah
    Asuhan Keperawatan Keluarga Aminullah
    Dokumen12 halaman
    Asuhan Keperawatan Keluarga Aminullah
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • LP Melena
    LP Melena
    Dokumen21 halaman
    LP Melena
    Bagas Andreas
    Belum ada peringkat
  • W.O.C Sinusitis
    W.O.C Sinusitis
    Dokumen2 halaman
    W.O.C Sinusitis
    Mega Astari
    100% (2)
  • Poa Melati
    Poa Melati
    Dokumen10 halaman
    Poa Melati
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • ADHF
    ADHF
    Dokumen12 halaman
    ADHF
    Ukhtie Fidhi Cii-uchil
    Belum ada peringkat
  • INTOKSIKASI
    INTOKSIKASI
    Dokumen12 halaman
    INTOKSIKASI
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Method
    Method
    Dokumen7 halaman
    Method
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • INTOKSIKASI
    INTOKSIKASI
    Dokumen12 halaman
    INTOKSIKASI
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Cover DAW
    Cover DAW
    Dokumen2 halaman
    Cover DAW
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Gambar
    Gambar
    Dokumen2 halaman
    Gambar
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Sab 7b
    Sab 7b
    Dokumen17 halaman
    Sab 7b
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Time Schedule
    Time Schedule
    Dokumen2 halaman
    Time Schedule
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen22 halaman
    A
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Ai
    Format Pengkajian Ai
    Dokumen11 halaman
    Format Pengkajian Ai
    erlina ariese
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Cover DAK
    Cover DAK
    Dokumen2 halaman
    Cover DAK
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen69 halaman
    Bab 1
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • CoVer
    CoVer
    Dokumen1 halaman
    CoVer
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • KatPen DLL
    KatPen DLL
    Dokumen6 halaman
    KatPen DLL
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Material
    Material
    Dokumen18 halaman
    Material
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Maen
    Maen
    Dokumen2 halaman
    Maen
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Sudah Di Susun
    Sudah Di Susun
    Dokumen17 halaman
    Sudah Di Susun
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Sudah Di Susun
    Sudah Di Susun
    Dokumen17 halaman
    Sudah Di Susun
    Amin Roy
    Belum ada peringkat
  • Name
    Name
    Dokumen2 halaman
    Name
    Amin Roy
    Belum ada peringkat