Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN MUSYAWARAH MASYARAKAT RUKUN WARGA

PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS RUKUN WARGA 19


DESA HAURPANGGUNG KEC. TAROGONG KIDUL KAB. GARUT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase keperawatan komunitas

Disusun oleh:
Gelombang 3

Asri Nurkarimah 220112180077


Helpika Windiany 220112180041
Wiwin Yudiah 220112180139
Yulian Mutiara Agustin 220112180079

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan yang berjudul
“Laporan Praktik Keperawatan Komunitas Rukun Warga 19 Desa Haurpanggung
Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh Program
Profesi Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran pada stase
keperawatan komunitas. Dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, yaitu :
1. Nina Sumarni, S.Sos., S.Kep., Ners., M.Kes selaku dosen pembimbing mata
kuliah pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Iwan Shalahuddin SKM., S.Kep., M.MKes selaku dosen pembimbing mata
kuliah pada Stase Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Ketua RW 19 dan ketua RT 01, 02, 03, dan 04 serta para kader yang telah
membantu kami dalam proses pengumpulan data.
4. Teman-teman Program Profesi Ners Angkatan XXXVI gelombang 3 Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
5. Warga RW 19 Desa Haurpanggung yang telah menyisihkan waktunya untuk
pengkajian dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh kami.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi
maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kami sangat terbuka terhadap kritik dan
saran membangun yang dapat digunakan dalam perbaikan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak baik penulis, RW 19 Desa
Haurpanggung, UPT Puskesmas Haurpanggung, Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran, dan khususnya dalam bidang keperawatan.

Garut, 21 April 2019


BAB I
PENDAHULUAN

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan profesional


berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko
tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif (Kholifah & Widagdo, 2016). Sasaran keperawatan dengan basis
komunitas merupakan seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok,
beresiko tinggi, termasuk kelompok atau penduduk masyarakat yang tinggal di daerah
kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau dengan pelayanan
kesehatan. Selain itu, keperawatan berbasis komunitas berfokus pada individu yang
berorientasi pada keluarga, dimana dibentuk pengembangan dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan masyarakt itu sendiri. Perawat komunitas yang bekerja diluar
rumah sakit, tetap dapat berkegiatan meliputi manajemen kasus, pendidikan pasien,
advokasi individu dan keluarga, serta pendekatan interdisipliner (WHO,2010).
Asuhan keperawatan komunitas bersifat komprehensif (menyeluruh) tentang
kebutuhan populasi dan keterlibatan aktif dari komunitas itu sendiri yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup. Tiga fungsi inti keperawatan komunitas telah
diusulkan sebagai sarana untuk menggambarkan pekerjaan dan fungsi dari perawat
komunitas. Hal tersebut meliputi; penilaian (pengumpulan rutin, analisis dan berbagi
informasi tentang kondisi kesehatan, risiko dan sumber daya di masyarakat);
pengembangan kebijakan (penggunaan informasi yang dikumpulkan selama penilaian
untuk mengembangkan kebijakan kesehatan lokal); dan jaminan (ketersediaan layanan
kesehatan yang diperlukan di seluruh masyarakat). Pengumpulan informasi dari
populasi komunitas dilakukan dengan metode yang melibatkan anggota masyarakat
baik dalam pengumpulan informasi maupun melakukan pengambilan keputusan
terkait. Keterlibatan yang dimaksud berupa kerja sama dalam kemitraan dengan
penduduk setempat, dimana masyarakat mengambil tindakan untuk mengidentifikasi
masalah dan berpartisipasi dalam mengatasi masalah. Intervensi keperawatan
komunitas secara tradisional telah diakui oleh pengaturan pemberian layanan, seperti
sekolah, kunjungan rumah dan klinik imunisasi. Untuk beralih dari orientasi
pengaturan layanan ke orientasi hasil kesehatan populasi, intervensi layanan langsung
dan tidak langsung yang meningkatkan kesehatan masyarakat harus dirancang dan
dijelaskan (Chilton, et al, 2013).
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dilakukan di Desa Haurpanggung
Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Wilayah tersebut terdiri dari 20 rukun
warga salah satunya RW 19, yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga yaitu RT 1, 2, 3, dan
4. Berdasarkan hasil observasi komunitas yang telah dilakukan di Desa Haurpanggung
Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut diwilayah RW 19 didapatkan hasil
bahwa wilayah RW 19 merupakan wilayah padat penduduk dengan ukuran rumah yang
beragam, dimana tiap rumah memiliki jarak yang berdekatan satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa warga RW 19
Desa Haurpanggung, mengakui bahwa kesehatan merupakan hal yang penting.
Namun, sebagian besar warga memiliki kebiasaan hidup yang kurang sehat, seperti
kurangnya aktivitas fisik (olahraga dan senam), kebiasaan makan makanan yang tidak
sehat, kebiasaan merokok, dan anak sekolah jajan sembarangan. Berdasarkan kondisi
tersebut, mahasiswa keperawatan profesi Ners Universitas Padjadjaran melakukan
survey mawas diri lebih lanjut untuk mengetahui masalah kesehatan secara spesifik.
Hasil pengumpulan data tersebut perlu diidentifikasi dan divalidasi oleh masyarakat
secara bersama-sama untuk mengetahui masalah kesehatan melalui kegiatan MMRW
(Musyawarah Masyarakat Rukun Warga) sehingga diharapkan masyarakat memiliki
kesadaran akan pentingnya kesehatan dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kesehatan dan lingkungan disekitarnya melalui pemberdayaan masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan diri maupun lingkungan secara optimal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan MMRW Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong
Kidul Kabupaten Garut diharapkan masyarakat dapat mengenal masalah kesehatan
di lingkungannya serta berpartisipasi aktif dalam upaya peningkatan kesehatan
melalui pemberdayaan masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan MMRW diharapkan:
1. Terbina hubungan saling percaya masyarakat RW 19 dengan mahasiswa
keperawatan UNPAD.
2. Masyarakat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang aktual
diwilayah RW 19 Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul
Kabupaten Garut.
3. Masyarakat dapat menciptakan solusi atas permasalahan kesehatan yang
ada dan berkontribusi terhadap kegiatan-kegiatan dalam upaya peningkatan
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN

2.1 Pengkajian Komunitas


2.1.1 Data Umum
A. Pengkajian Data Inti
1. Batasan Komunitas
Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul tersebar atas 20 Rukun Warga
yang salah satunya adalah RW 19. RW 19 terdiri dari 4 Rukun Tetangga yaitu RT 1, 2,
3, dan 4. Wilayah RW 19 Desa Haurpanggung merupakan wilayah padat penduduk
dengan ukuran rumah yang beragam. Batas wilayah RW 19 sebelah utara berbatasan
dengan RW 13, wilayah timur berbatasan dengan sungai Cimanuk, wilayah selatan
berbatasan dengan sungai Cimanuk dan RW 10, dan wilayah barat berbatasan dengan
RW 05.
2. Nilai dan Keyakinan yang Dianut Masyarakat
Warga RW 19 tidak menganut nilai kepercayaan atau adat tertentu yang
berhubungan dengan kesehatan dikarenakan Desa Haurpanggung merupakan wilayah
perkotaan yang dekat dengan terminal dan pasar. Nilai dan keyakinan yang dianut oleh
masyarakat Desa Haurpanggung lebih didasari oleh nilai keagamaan atau norma yang
berlaku di masyarakat. Masyarakat setempat tidak menganut nilai kepercayaan atau
adat tertentu yang bertolak belakang dengan ajaran agama Islam. Namun beberapa
warga masih menganut kepercayaan sunda ngawitan.
3. Agama
Masyarakat RW 19 Desa Haurpanggung sebagian besar beragama Islam,
namun ada beberapa keluarga yang beragama Kristen/Katolik. Tempat ibadah yang ada
di RW 19 bagi yang beragama Islam terdapat tempat beribadah yaitu masjid yang
terletak di RT 01 dan di RT 03. Selain itu tidak terdapat tempat ibadah lain yang dapat
digunakan, sehingga bagi masyarakat yang menganut agama lain harus beribadah ke
luar wilayah RW 19.
4. Demografi
RW 19 merupakan wilayah padat penduduk. Luas RW 19 kurang lebih 2.928
hektar. RW 19 terdiri dari 4 RT, yaitu RT 1, 2, 3, dan 4. Dari pendataan yang telah
dilakukan dari tanggal 11-16 April 2019, diketahui bahwa Kepala Keluarga yang
bermukim di RW 19 Desa Haurpanggung berjumlah 122 KK dengan jumlah total
penduduk sebanyak 479 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 246 orang dan
perempuan sebanyak 233 orang. Jenis keluarga yang ada pada RW 19 merupakan jenis
keluarga dengan extend family dan nuclear family. Sebagian kecil penduduk
merupakan warga pendatang dari berbagai daerah. Rata-rata pendidikan terakhir warga
yang paling banyak yaitu SD, diikuti dengan pendidikan SMP dan SMA. Berdasarkan
usia anggota masyarakat yang terbanyak berada pada rentang usia produktif, yaitu usia
19-44 tahun, kemudian diikuti oleh rentang usia 6-12 tahun tahun atau yang biasa
disebut usia anak sekolah.
5. Statistik Vital
Dari keseluruhan masyarakat di RW 19 didapatkan sebanyak 72 orang memiliki
penyakit tidak menular (PTM). Status kesehatan PTM terbanyak merupakan penyakit
tidak menular yaitu hipertensi sebanyak 17 orang, diikuti dengan gastritis sebanyak 9
orang.
B. Pengkajian Data Subsistem Komunitas
1. Lingkungan Fisik
Jenis perumahan yang ada di RW 19 merupakan pemukiman padat penduduk
dimana tiap rumah memiliki jarak yang berdekatan satu sama lain. Hal ini
mempengaruhi masuknya sinar matahari kedalam masing-masing rumah dan
meningkatkan kelembaban udara di lingkungan rumah dan sebagian besar masyarakat
di wilayah RW 19 tidak memiliki pekarangan rumah.
Sumber utama air bersih warga RW 19 berasal dari PDAM, namun ada pula
warga yang menggunakan sumur timba dan sumur bor. Sumber air menurut warga
tidak berbau dan tidak berasa, namun terdapat beberapa sumber air yang berwarna.
Warga sering menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari, konsumsi air
untuk masak dan minum namun beberapa warga juga ada yang memilih untuk
menggunakan air kemasan/galon untuk keperluan masak dan minum.
Saluran pembuangan air yang digunakan warga yaitu septic tank namun
sebagian besar warga tidak memiliki septic tank, sehingga pembuangan diturunkan
langsung ke saluran yang menuju ke sungai cimanuk dengan rata-rata jarak lebih dari
10 meter.
Warga RW 19 tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara, sebagian
warga membuang sampah langsung ke TPS yang berada dipasar dan warga yang berada
dekat sungai cimanuk melakukan pembuangan sampah dengan cara dibakar. TPS pasar
berlokasi di pinggir jalan yang kemudian akan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA), warga tidak menggunakan jasa petugas untuk membuang sampah yang
dijadwalkan diambil setiap 3-4 kali seminggu namun warga membuang sampah secara
mandiri ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS pasar) setiap hari.
2. Pelayanan Kesehatan
Distribusi pelayanan kesehatan yang digunakan penduduk RW 19 Desa
haurpanggung adalah sebagai berikut:
a. Puskesmas Haurpanggung terletak di jalan Guntur Melati KM 80, Kecamatan
Tarogong Kidul dengan jarak kurang dari 5 km dari RW 19. Sebagai Puskesmas
utama bagi warga RW 19 Desa Haurpanggung, Puskesmas Haurpanggung
berjarak cukup dekat sehingga warga bisa berjalan kaki untuk mengakses fasilitas
kesehatan.
b. Klinik Baiturrahman merupakan klinik utama yang berjarak cukup jauh namun
mudah diakses oleh warga RW 19 yang terletak di jalan merdeka No. 217
Kecamatan Tarogong Kidul. Klinik Baiturrahman merupakan pelayanan
kesehatan tingkat 3 yang sering dikunjungi oleh warga RW 19 yang memiliki
BPJS dengan fasilitas kesehatan 1 Klinik Baiturrahman .
c. Tempat pengobatan dan pemeriksaan kesehatan lainnya yaitu Rumah Sakit Dr
Slamet Garut, Rumah Sakit Nurhayati, Klinik Pataruman, maupun rumah sakit lain
yang disukai oleh masyarakat RW 19.
3. Sosial dan Ekonomi
Sebagian besar masyarakat RW 19 berstatus pelajar, diikuti Ibu Rumah Tangga
dan wiraswasta. Sebagian besar warga memiliki status sosial ekonomi menengah
kebawah dan memiliki pekerjaan tidak tetap dengan rata-rata pendapatan 1-3 juta setiap
bulannya.
4. Keamanan dan Transportasi
Wilayah RW 19 menurut keterangan warga merupakan daerah yang aman dan
nyaman untuk ditinggali, jarang ada kejahatan muncul di daerah tersebut. Wilayah RW
19 tidak memiliki pos kamling atau pos kemanan keliling yang bisa dilibatkan dalam
pengendalian keamanan wilayah. Alat transportasi yang digunakan masyarakat RW 19
sebagian besar berupa sepeda motor dan angkutan umum.
5. Politik dan Pemerintahan
Susunan kepengurusan RW 19 sudah tersusun dengan tepat, diantaranya ketua
RW, Wakil RW, Sekretaris RW, bendahara RW dan juga dibantu oleh perangkat RT
juga Kader. Selain itu, bila ada keperluan terkait dengan sistem pemerintahan atau yang
berkaitan dengan sistem pemerintahan atau yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat maka ketua RW 19 akan mengumpulkan RT dan Kader, kemudian akan
diadakan musyawarah untuk mencari solusi penyelesaian masalah yang kemudian akan
disebarkan ke setiap KK oleh Kader dan perangkat RT. Pemberdayaan masyarakat
seperti Karang Taruna di wilayah RW 19 dalam keadaan tidak aktif.
6. Pendidikan
Wilayah RW 19 tidak memiliki sarana pendidikan formal, namun memiliki
sarana pendidikan informal terkait kerohanian atau biasa masyarakat sebut madrasah
yang terletak di wilayah RT 01.
7. Komunikasi
Pola komunikasi yang terdapat di wilayah RW 19 Desa Haurpanggung
menggunakan Bahasa Sunda. Komunikasi antar warga dilakukan dengan dua arah.
Menurut ketua RW 19 bila dalam lingkungan masyarakat terdapat masalah maka tokoh
agama dan ketua RT akan bermusyawarah mendiskusikan masalah yang terjadi.
8. Rekreasi
Berdasarkan salah satu masyarakat RW 19 Desa Haurpanggung sebagian
warga mendapatkan rekreasi melalui televisi, kumpul bersama keluarga atau jalan-
jalan keluar seperti Car Free Day setiap minggu dan juga memancing.
9. Persepsi Masyarakat terhadap Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara dan survey yang telah dilakukan terhadap warga
RW 19 Desa Haurpanggung, masyarakat mengakui bahwa kesehatan merupakan hal
yang penting. Warga RW 19 sebagian besar memiliki Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), namun banyak juga yang belum mempunyai Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Alasan warga yang tidak memiliki JKN beragam, mulai dari dipersulitnya saat
pembuatan kartu JKN, merasa tidak memerlukan JKN dan ada pula yang merasa
terbebani dengan iuran bulanan JKN. Selain itu pula banyak keluarga yang mempunyai
kebiasaan hidup yang kurang sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik (olahraga dan
senam), kebiasaan makan makanan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, anak sekolah
jajan sembarangan, serta tidak mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Permasalahan lain dalam penanganan sampah, sebagian besar warga memiliki
tempat sampah terbuka di lingkungan rumah, bahkan masih ada warga yang tidak
memiliki tempat sampah. Selain tempat sampah, limbah rumah tangga juga tidak
dilakukan pemilahan antara sampah basah dan sampah kering dan masalah
pembuangan akhir tinja yaitu sebagian besar langsung ke sungai cimanuk
2.1.2 DATA KHUSUS
A. Data Kependudukan
Mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan XXXVI Gelombang 3 Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran di RW 19 Desa Haurpanggung selama 6 hari
mulai tanggal 11-16 Maret 2019 telah melakukan pengkajian keluarga kepada 122 KK
dan 479 jiwa.
1. Data Demografi Penduduk RW 19 Desa Haurpanggung
Distribusi frekuensi jenis kelamin dan usia penduduk RW 19 Desa
Haurpanggung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi di RW 19 Desa
Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=479 jiwa)
Karakteristik Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia
0-28 Hari 1 0.2
1-12 Bulan 9 1.9
1-5 Tahun 34 7.1
6-12 Tahun 80 16.7
13-18 Tahun 67 14.0
19-44 Tahun 197 41.1
45-59 Tahun 77 16.1
60-69 Tahun 12 2.5
≥ 70 Tahun 2 0.4
Jenis Kelamin
Perempuan 246 51.4
Laki-laki 233 48.6
Suku
Sunda 471 98.3
Jawa 2 0.4
Lainnya 6 1.2
Agama
Islam 471 98.3
Kristen 4 0.8
Katolik 4 0.8
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2 1.3
Belum Sekolah 54 11.3
Belum Tamat Sekolah 68 14.2
SD 122 25.5
SMP 99 20.7
SMA 121 25.3
Perguruan Tinggi 9 1.9
Pekerjaan
Tidak Bekerja 62 12.9
Belum Bekerja 36 7.5
Mengurus rumah tangga 101 21.1
Pelajar 126 26.3
TNI/Polri 1 0.2
BUMN 2 0.4
PNS 2 0.4
Karyawan Swasta 29 6.1
Wiraswasta 78 16.3
Buruh 40 8.4
Pensiunan 2 0.4
Berdasaran tabel penduduk diatas, dapat diketahui bahwa komposisi penduduk
terbanyak adalah dewasa pada rentang usia 19-44 tahun sebanyak 197 penduduk
(41,1%). Penduduk RW 19 Desa Haurpanggung yang menganut agama Islam
berjumlah 471 jiwa (98.3%), sedangkan yang menganut agama Kristen berjumlah 4
jiwa (0.8%) dan agama Katolik juga berjumlah 4 jiwa (0,8%). Sebagian besar warga
bersuku Sunda berjumlah 471 jiwa (98,3%), diikuti Suku Jawa berjumlah 2 jiwa
(0,4%), dan suku lainnya berjumlah 5 jiwa (1,0%). Jenis pekerjaan yang bervariatif.
Sebagian besar pekerjaan adalah dengan status pelajar sebanyak 126 jiwa (26,3%), IRT
sebanyak 101 jiwa (21,1%), dan wiraswasta yang berjumlah 78 jiwa (16,3%), dan
pekerjaan paling sedikit yaitu pensiunan sebanyak 2 jiwa (0,4%).
Sebagian besar jenjang pendidikan pada warga RW 19 Desa Haurpanggung
berada pada tingkat SD yaitu sebanyak 122 jiwa (25,5%). Status imunisasi yang paling
banyak adalah pada imunisasi lengkap sebanyak 278 jiwa (58,0%) sementara yang
tidak diimunisasi sebanyak 37 jiwa (7,.7%) namun ada juga yang tidak terkaji karena
lupa atau tidak tahu diimunisasi atau tidak semasa kecil sebanyak 36 jiwa (7,5%).
Diagram 2.2 Distribusi frekuensi jumlah penyakit dalam 3 bulan terakhir di RW
19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=72 jiwa)

PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR


25

20

15

10

Tabel 2.2 diketahui bahwa warga dengan sakit terbanyak yang dialami warga
adalah penyakit ISPA sebanyak 21 jiwa (27,3%) diikuti dengan hipertensi 17 jiwa
(22,08%) dan gastritis 9 jiwa (11,69%).

Tabel 2.3 Distribusi frekuensi Tekanan Darah di RW 19 Desa Haurpanggung


pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=337 jiwa)
Karakteristik Penyakit Frekuensi (f) Persentase (%)
Tekanan Darah
Rendah (<100 mmHg) 14 4.2
Normal (100-139 mmHg) 296 87.8
Grade 1 (140-160 mmHg) 17 5.0
Grade 2 (161-180 mmHg) 4 1.2
Grade 3 (181-200 mmHg) 4 1.2
Grade 4 (>200 mmHg) 2 0.6
Tabel 2.3 diketahui saat masa pengkajian ditemukan bahwa status hipertensi
paling banyak dalam batas normal/tidak hipertensi 296 jiwa (87,8%) diikuti hipertensi
pada grade 1 yaitu sebanyak 17 jiwa (5,0%). Pada grade hipertensi 4 adalah yang paling
sedikit sebanyak 2 jiwa (0,6%).

B. Data Kesehatan Lingkungan


Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan : RW 19
Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n = 122 rumah)
Karakteristik Penyakit Frekuensi (f) Persentase (%)
Kepadatan Hunian
Mencukupi ≥8 m2 per orang 101 82.8
Padat <8 m2 21 17.2
Status Kepemilikan Rumah
Sewa 24 19.7
Milik sendiri 86 70.5
Menumpang 6 4.9
Rumah dinas 6 4.9
Kondisi Rumah
Permanen 121 99.2
Semi permanen 1 0.8
Ventilasi Rumah
Mencukupi 66 54.1
Tidak mencukupi 56 45.9

Lantai
Tanah 3 2.5
Semen 10 8.2
Ubin 109 89.3
Vektor Sekitar Rumah 34 27.9
Tikus 76 62.3
Nyamuk 11 9.0
Kecoa 1 0.8
Lalat
Kelembaban 59 48.4
Tidak lembab 56 45.9
Lembab 7 5.7
Berjamur
Tabel 2.4 menunjukkan kepadatan hunian mencukupi sebanyak 101 keluarga
(82.8%) dan sebanyak 21 keluarga (17.2%) kepadatan huniannya tergolong padat.
Sebagian besar rumah penduduk berstatus milik sendiri sebayak 86 keluarga (70.5%),
sedangkan sebanyak 6 keluarga (4.9%) status kepemilikan rumahnya menumpang di
kerabat atau orang tua. Sebanyak 121 keluarga (99.2%) memiliki rumah yang besifat
pemanen. Dari ventilasinya, sebanyak 66 keluarga (54.1%) ventilasinya mencukupi
dan sebanyak 56 keluarga (45.9%) memiliki ventilasi yang tidak mencukupi. Sebagian
besar rumah penduduk RW 19 Desa Haurpanggung telah menggunakan ubin dengan
jumlah 109 keluarga (89.3%), sedangkan sebagian kecil sebesar 3 keluarga (2.5%)
kondisi lantai rumahnya hanya dari tanah. Jenis vektor sebagian besar adalah nyamuk
sebanyak 76 keluarga (62.3%). Sebanyak 59 keluarga (48.4%) kondisi rumahnya tidak
lembab dan sebanyak 56 keluarga (45.9%) kondisi rumahnya lembab.

Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan : di RW 19


Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 rumah)
Karakteristik Penyakit Frekuensi (f) Persentase (%)
Kebersihan Rumah
Bersih 102 83.6
Berdebu 20 16.4
Pencahayaan
Terang 48 39.3
Kurang terang 72 59.0
Tidak ada cahaya masuk 2 1.6
Genangan Air
Ada 4 3.3
Tidak ada 118 96.7
Lubang Asap Dapur
Ada 49 40.2
Tidak ada 73 59.8
Tempat Cuci Tangan
Ada 119 97.5
Tidak ada 3 2.5
Kebisingan
Ada 5 4.1
Tidak ada 117 95.9
Dari tabel 2.5 diatas, hasil survey lapangan menunjukkan bahwa sebanyak 102
keluarga (83.6%) kondisi rumahnya dalam keadaan bersih, sedangkan sebanyak 20
keluarga (16.4%) kondisi rumahnya berdebu/kotor. Sebagian besar pencahayaan
rumah penduduk RW 19 Desa Haurpanggung dalam kategori terang sebanyak 48
keluarga (39.3%) dan sebagian kecil tidak ada cahaya masuk sebanyak 2 keluarga
(1.6%). Sebanyak 118 keluarga (96.7%) tidak ada tempat air tergenang dan sebanyak
4 keluarga (3.3%) terdapat air tergenang. Sebanyak 49 keluarga (40.2%) memiliki
lubang asap di dapur dan sebanyak 73 keluarga (59.8 %) tidak memiliki lubang asap di
dapur. Sebanyak 119 keluarga (97.5%) memiliki tempat cuci tangan di rumahnya dan
sebanyak 3 keluarga (2.5%) tidak memiliki tempat cuci tangan di rumahnya. Sebanyak
117 keluarga (95.9%) tidak merasakan kebisingan di dalam rumah dan sebanyak 5
keluarga (4.1%) merasakan kebisingan di dalam rumah.
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:
Pembuangan Air Limbah di RW 19 Desa Haurpanggung pada
tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 keluarga)
Karakteristik Penyakit Frekuensi (f) Persentase (%)
Jamban keluarga
Ya 119 97.5
Tidak 3 2.5
Status kepemilikan jamban
Milik pribadi 119 97.5
Umum 3 2.5
Tempat pembuangan air tinja
Sungai/selokan 89 73.0
Kolam 21 17.2
Septic tank 12 9.8
Jarak pembuangan tinja
<10 m 52 42.6
≥10 m 70 57.4
Tempat pembuangan air limbah
kamar mandi
Sungai/selokan 106 86.9
Sarana pembuangan khusus 16 13.1
Tempat pembuangan air limbah
dapur
Sungai/selokan 106 86.9
Sarana pembuangan khusus 16 13.1

Berdasarkan tabel 2.6 diatas, diperoleh hasil bahwa sebanyak 119 keluarga
(97,5%) memiliki jamban dan sebanyak 3 keluarga (2,5%) tidak memiliki jamban.
Sebanyak 119 keluarga (97,5%) memiliki jamban pribadi dan sebanyak 3 keluarga
(2,5%) menggunakan jamban umum. Pembuangan akhir tinja penduduk RW 19 Desa
Haurpanggung sebagian besar dengan jumlah 89 keluarga (73.0%) langsung dialirkan
ke sungai cimanuk dan 21 keluarga (17,2%) dibuang ke kolam, sementara 12 keluarga
(9.8%) menggunakan septic tank. Sebanyak 70 keluarga (57.4%) memiliki jarak
sumber air dan tempat pembuangan akhir tinja ≥10 m2 dan sebanyak 52 keluarga
(42.6%) memiliki jarak antara sumber air bersih dan tempat pembuangan akhir tinja
<10 m2. Sebanyak 106 keluarga (86,9%) tempat pembuangan akhir limbah kamar
mandi dialirkan ke sungai atau selokan dan sebanyak 16 keluarga (13,1%) tempat
pembuangan limbah kamar mandi menuju sarana pembuangan khusus, sebagian besar
keluarga tempat pembuangan limbah cuci dapur menuju sungai/selokan sebanyak 106
keluarga (86,9%), sedangkan 16 keluarga (13,1) memiliki sarana pembuangan khusus
untuk limbah cuci dapur.

Tabel 2.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan : di


RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019
(n=122 keluarga)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Pemilahan sampah rumah tangga
Melakukan pemilahan 0 0
Tidak melakukan 122 100
Kondisi tempat sampah di rumah
Tidak ada 4 3.3
Ada terbuka 86 70.5
Ada tertutup 32 26.2
Penanganan sampah rumah tangga
Dibuang sendiri ke TPS 106 86.9
Dibuan ke sungai 7 5.7
Ditimbun 2 1.6
Dibakar sendiri 7 5.7
Waktu pengambilan/pengolahan
sampah perminggu
perminggu
1x/minggu 2 1.6
2x/minggu 3 2.5
3x/minggu 25 20.5
> 3x/minggu 92 75.4
Berdasarkan tabel 2.7 diatas, sebanyak 122 keluarga (100%) tidak melakukan
pemilahan sampah. Sebagian besar kondisi tempat sampah warga RW 19 Desa
Haurpanggung memiliki tempat sampah terbuka sebanyak 86 keluarga (70.5%),
sedangkan sebagian kecil keluarga tidak memiliki tempat pembuangan sampah
dirumah sebanyak 4 keluarga (3.3%). Sebagian besar warga RW 19 melakukan
penanganan sampah rumah tangga dengan dibuang ke tempat pembuangan sementara
untuk diangkat petugas sebanyak 106 keluarga (86.9%), sedangkan sebanyak 7
keluarga (5.7%) masing-masing melakukan penanganan sampah rumah tangga dengan
dibakar sendiri dan dibuang ke sungai. Sebagian besar keluarga melakukan
pengambilan/pengolahan sampah >3x/minggu sebanyak 92 keluarga (75.4%),
sedangkan sebagian kecil keluarga atau sebanyak 2 keluarga (1.6%) membuang
sampah 1x/minggu.

Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kesehatan Lingkungan:


Sumber Air Bersih RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal
11 – 16 April 2019 (n=122 Rumah)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Sumber air bersih
Sumur bor 27 22.1
Sumur timba 27 22.1
PDAM 64 52.5
Lainnya 4 3.3
Kualitas sumber air
Berasa 1 0.8
Berwarna 36 29.5
Tidak berbau,berasa,berwarna 85 69.7
Air minum utama keluarga
Air yang dimasak 35 28.7
Air isi ulang/galon 87 71.3
Bak penampungan air terbuka
Ya 51 41.8
Tidak 71 58.2
Pengurasan tempat
penampungan
Tidak pernah dilakukan 2 1.6
< 3 hari 56 45.9
> 3 hari 64 52.5
Tabel 2.8 menunjukkan hasil bahwa sebagian besar penduduk menggunakan
air bersih berasal dari PDAM sebanyak 64 keluarga (52.5%), sumur timba dan sumur
bor masing-masing sebanyak 27 keluarga (22.1%). Mayoritas sebanyak 85 keluarga
(69,7%) kualitas air penduduk RW 19 Desa Haurpanggung tidak berwarna, tak berasa
dan tak berbau, berwarna, sedangkan sebanyak 36 keluarga (29,5%) mengeluhkan
airnya berwarna dan 1 keluarga (0,8%) berasa. Sebagian kecil penduduk menggunakan
air minum yang dimasak sebanyak 35 keluarga (28,7%) dan sebagian besar penduduk
yang menggunakan air minum isi ulang/galon sebanyak 87 keluarga (71,3%).
Bak penampungan air terbuka di RW 19 sebanyak 71 keluarga (58,2%) tidak
memiliki bak penampungan air terbuka dan sebanyak 51 keluarga (41,8%) memiliki
bak penampungan terbuka. Dalam waktu pengurasan, sebagian besar waktu kuras
tempat penampungan air >3 hari sebanyak 64 keluarga (52.5%), sedangkan sebagian
kecil penduduk tidak melakukan pengurasan sebanyak 2 keluarga (1.6%).
Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pencegahan Demam Berdarah RW
19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 Rumah)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Pemakaian Bubuk Abatte
Ya 17 13.9
Tidak 105 86.1
Obat Nyamuk
Ya 51 41.8
Tidak 71 58.2
Kelambu
Ya 1 0.8
Tidak 121 99.2
Ikan Pemangsa Jentik Nyamuk
Ya 1 0.8
Tidak 121 99.2
Tanaman pengusir nyamuk
Ya 1 0.8
Tidak 121 99.2
Pengaturan Cahaya
Ya 51 41.8
Tidak 71 58.2
Menghindari menggantung baju
Ya 65 53.3
Tidak 57 46.7
Berdasarkan tabel 2.9 dapat dilihat penanganan demam berdarah yang
terbanyak adalah dengan menggunakan obat nyamuk sebanyak 51 keluarga (41,8%)
dan paling sedikit yaitu dengan cara menggunakan ikan pemangsa, tanaman pengusir
nyamuk, dan kelambu sebanyak 1 keluarga (0.8%).
C. Data Sosial Dan Ekonomi
Tabel 2.10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sosial Ekonomi : RW 19 Desa
Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 keluarga)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Penghasilan keluarga per bulan
<1 juta 22 18.0
1-3 juta 57 46.7
3-5 juta 29 23.8
>5 juta 14 11.5
Keseimbangan pendapatan dan
pengeluaran
Pendapatan < pengeluaran 71 58.2
Pendapatan = pengeluaran 35 28.7
Pendapatan > pengeluaran 16 13.1
Tabungan khusus keluarga
Tidak 87 71.3
Ya 35 28.7
Berdasarkan tabel 2.10, sebagian besar keluarga memiliki penghasilan dalam
satu bulan di rentang 1-3 juta berjumlah 57 keluarga (46.7%), sedangkan sebagian kecil
keluarga memiliki pendapatan dalam satu bulan lebih dari >5 juta berjumlah 14
keluarga (11.5%). Sebagian besar keluarga yang memiliki pendapatan lebih sedikit
dibanding pengeluaran berjumlah 71 keluarga (58,2%). Sebanyak 87 keluarga (71.3%)
tidak memiliki tabungan, dan sebanyak 35 keluarga (28.7%) memiliki tabungan
keluarga.
D. Upaya Pencarian Pelayanan Kesehatan
Tabel 2.11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Upaya Pencarian
Kesehatan di RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11
– 16 April 2019 (n=122 keluarga)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Pengobatan keluarga yang sakit
Tenaga kesehatan 102 91.8
Tradisional 1 0.8
Diobati sendiri 9 7.4
Jarak rumah munuju pelayanan
kesehatan
<5 km 110 90.2
≥5 km 12 9.8
Akses menuju pelayanan kesehatan
Jalan kaki 66 54.1
Transportasi umum 17 13.9
Transportasi pribadi 39 32.0
Jaminan kesehatan
Ya 95 77.9
Tidak 27 22.1
Berdasarkan tabel 2.11 sebagian besar warga memilih diobati oleh tenaga
kesehatan bila ada anggota keluarganya yang sakit sebanyak 102 keluarga (91.8%).
Sebanyak 110 keluarga (90.2%) memiliki jarak menuju palayanan kesehatan sejauh
kurang dari 5 kilometer, dan sejumlah 12 keluarga (9.8%) memiliki jarak lebih dari 5
kilometer untuk menuju pelayanan kesehatan terdekat. Sebagian besar masyarakat
yang menggunakan jalan kaki untuk akses menuju pelayanan kesehatan sebanyak 66
keluarga (54.1%), sedangkan sebagian kecil warga memilih transportasi umum untuk
menuju pelayanan kesehatan berjumlah 17 keluarga (13.9%). Warga yag memiliki
jaminan kesehatan diantaranya 95 keluarga (77,9%) memiliki jaminan kesehatan
nasional sedangkan sebanyak 27 keluarga (22,1%) belum memiliki jaminan kesehatan.
E. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Tabel 2.12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Sadar Gizi di RW 19
Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 )
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Menimbang BB (Berat Badan) rutin
minimal 1 bulan sekali
Ya 27 22.1
Tidak 95 77.9
Konsumsi menu gizi seimbang setiap
hari (nasi, sayur, ikan, telur, tahu,
tempe, susu, buah-buahan)
Ya 102 83.6
Tidak 20 16.4
Menggunakan garam ber Yodium
Ya 121 99.2
Tidak 1 0.8
Berdasarkan tabel 2.12, didapatkan data bahwa mayoritas keluarga tidak
melakukan pemantauan penambahan berat badan secara rutin setiap bulan berjumlah
95 keluarga (77.9%). Keluarga yang menyediakan makanan bergizi seimbang setiap
hari sebanyak 102 keluarga (83.6%), sedangkan sebanyak 20 keluarga (16.4%) tidak
menyediakan makanan bergizi seimbang setiap hari. Berdasarkan data tabel yang sama,
didapatkan hasil bahwa sebanyak 121 keluarga (99.2%) menggunakan garam
beryodium dalam masakannya, sementara 1 keluarga tidak menggunakan garam
beryodium (0.8%).
Tabel 2.13 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Sadar Gizi yang
Memiliki Bayi 6-12 Bulan, Balita 1-5 Tahun, dan termasuk Ibu
Nifas di RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April
2019 (n=44)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Konsumsi suplemen makanan (Vit. A,
Vit. A, Fe, dll)
Ya 34 77.2
Tidak 10 22.7
Pada Tabel 2.13, ditunjukkan bahwa keluarga yang mengkonsumsi suplemen
multivitamin sebanyak 34 keluarga (77,2%) dan tidak mengonsumsi sebanyak 10
keluarga (22,7%).

Tabel 2.14 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Sadar Gizi yang


Memiliki Aanak Usia <2 Tahun di RW 19 Desa Haurpanggung
pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=5)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Memberikan ASI eksklusif 6 bulan
Ya 5 100
Tidak 0 0
Pada tabel 2.14, didapatkan data bahwa seluruhnya yaitu 5 keluarga (100%)
memberikan ASI eksklusif pada anggota keluarganya yang berusia<2 tahun.
F. Keluarga Mandiri
Tabel 2.15 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga mandiri di RW 19 Desa
Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=122 keluarga)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
KM 2 (kriteria 1-5) 74 60.7
KM 3 (kriteria 1-6) 45 36.9
KM 4 (kriteria 1-7) 3 2.5
Berdasarkan tabel 2.15 diatas, keluarga mandiri keluarga di RW 19
mayoritas pada kategori keluarga mandiri 2 yaitu menerima petugas
kesehatan, menerima pelayanan kesehatan, keluarga tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas
kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
anjuran sebanyak 74 keluarga (60.7%) dan minoritas pada kategori keluarga
mandiri 4 sebanyak 3 keluarga (2.5%).

G. Kesehatan Ibu
1. Ibu Hamil
Berdasarkan survei dan wawancara yang telah dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners Angkatan XXXVI Gelombang 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran di RW 19 Desa Haurpanggung selama tanggal 11-16 April
2019, telah didapatkan hasil ada 4 ibu hamil di RW 19 Desa Haurpanggung. Berikut
ini distribusi frekuensi dari kesehatan ibu :
Tabel 2.16 Distribusi Frekuensi Urutan Kehamilan, Usia Kehamilan, Jarak
Kehamilan, dan Pemeriksaan Kehamilan di RW 19 Desa
Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=4)
Urutan Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
1–3 2 50.0
≥4 2 50.0
Total 4 100.0
Usia Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
0 – 3 bulan 1 25.0
>3 – 6 bulan 1 25.0
>6 – 9 bulan 2 50.0
Total 4 100.0
Jarak Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
<2 tahun 1 25.0
≥2 tahun 3 75.0
Total 4 100.0
Pemeriksaan Kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
Puskesmas 2 50.0
Praktik dokter 2 50.0
Total 4 100.0

Berdasarkan tabel 2.16 didapatkan data bahwa sebanyak 2 jiwa (50%)


merupakan kehamilan anak ke 1-3 dan 2 lainnya lebih dari atau sama dengan kehamilan
ke-4. Pada tabel yang sama menunjukkan bahwa sebanyak 1 jiwa (25%) sedang
mengandung di usia kehamilan 0-3 bulan, sedangkan sebanyak 1 jiwa (25%) sedang
mengandung di usia kehamilan >3-6 bulan dan 2 jiwa (50%) mengandung lebih dari 6-
9 bulan.
Jarak kehamilan ibu saat ini dengan kehamilan sebelumnya sebanyak 3 jiwa
(75%) berjarak lebih atau sama dengan 2 tahun, sedangkan sebanyak 1 jiwa (25%)
berjarak 0-2 tahun. Pada tabel yang sama menunjukkan hasil bahwa sebanyak 2 jiwa
(50%) melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas, sedangkan sebanyak 2 jiwa
(50%) melakukan pemeriksaan kehamilan di praktik dokter.
Tabel 2.17 Distribusi Frekuensi Konsumsi Tablet Besi dan Keaktifan Membaca
Buku KIA pada Ibu Hamil di RW 19 Desa Haurpanggung pada
tanggal 11 – 16 April 2019 (n=4)
Konsumsi Tablet Besi Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 2 50

Tidak 2 50

Total 4 100

Status Imunisasi TT Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak lengkap 4 100%

Total 100.0

Keaktifan Membaca Frekuensi (f) Persentase (%)


Buku KIA

Ya 2 50

Tidak 2 50

Total 4 100

Buku KIA penting Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 3 75

Tidak 1 25

Total 4 100
Berdasarkan tabel 2.17, didapatkan hasil sebanyak 2 jiwa (50%)
mengkonsumsi tablet besi, sedangkan sebanyak 2 jiwa (50%) tidak mengkonsumsi
tablet besi. Berdasarkan hasil Survey lapangan, didapatkan data bahwa seluruh ibu
hamil yang berada di wilayah RW 19 Haur Panggung sebanyak 4 jiwa (100%)
mendapatkan imunisasi TT secara belum. Hal ini memerlukan pengkajian lebih lanjut
mengenai imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah RW 19. Ibu hamil yang ada di RW
19 seluruhnya memiliki buku KIA. Dari total 4 jiwa yang memiliki buku KIA, 2 ibu
(50%) mengatakan rajin membaca buku KIA yang diberikan. Menurut ibu hamil di
RW 19 yang menganggap buku KIA itu penting sebanyak 3 ibu (75%).

Tabel 2.18 Distribusi Frekuensi Pantangan Saat Hamil, Keluhan Saat Hamil di
RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=4)
Pantangan Saat Hamil Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 0 0

Tidak 4 100

Total 4 100

Pentingnya Kelas Ibu Hamil Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 1 33.3

Tidak 3 66,7

Total 4 100.0

Pengetahuan Ibu Terkait Bahaya Frekuensi (f) Persentase (%)


Kehamilan

Ya 4 50.0

Tidak 0 50.0
Total 4 100.0

Rencana Tempat Melahirkan Frekuensi (f) Persentase (%)

bidan 4 100

Total 4 100

Berdasarkan tabel 2.18, sebanyak 4 jiwa (100%) tidak memiliki pantangan


nutrisi selama hamil. Berdasarkan tabel yang sama menunjukkan hasil bahwa sebanyak
1 jiwa (33.3%) mengatakan bahwa penting untuk mengikuti kelas hamil, sedangkan
sebanyak 3 jiwa (66.7) menyatakan tidak penting untuk mengikuti kelas hamil.
Pengetahuan mengenai bahaya kehamilan terdapat 4 jiwa (100%) yang mengetahui
bahaya kehamilan. Semua ibu hamil di RW 19 berencana melahirkan di bidan yakni
sebanyak 4 jiwa (100%).

Tabel 2.19 Distribusi Frekuensi Keluhan Saat Hamil di RW 19 Desa


Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=4)

KELUHAN SAAT HAMIL


1
0.9
0.8
0.7 anemia
0.6 penurunan nafsu makan
0.5 sakit kepala hebat
0.4 5L
0.3 muntah terus menerus
0.2
0.1
0
Bumil 1 Bumil 2 Bumil 3 Bumill 4
Berdasarkan diagram 2.19 diatas menunjukkan beberapa keluhan yang dialami
oleh setiap ibu hamil. Dari jumlah total 4 ibu hamil keluhan dirasakan selama proses
kehamilan, dimana keluhan tersebut diantaranya anemia yang dirasakan oleh 1 jiwa
(25%), keluhan 5L (lemah, lesu, lunglai, lelah, dan letih) selama hamil 3 jiwa (75%),
nyeri kepala hebat 2 jiwa (50%), penurunan nafsu makan 2 jiwa (50%), dan mengalami
muntah terus menerus 1 jiwa (25%). Keluhan tertinggi yang dirasakan oleh 3 dari 4 ibu
hamil adalah 5L (lemah, lesu, lunglai, lelah, dan letih).

2. Ibu Nifas
Tabel 2.20 Distribusi Frekuensi Pantangan Saat Hamil, Keluhan Saat Hamil di
RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=1)
Keluhan selama masa nifas Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak ada 1 100

Perdarahan 0 0

Total 1 100

Ibu memberikan ASI Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 1 100

Tidak 0 0

ASI tidak Lancar Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 0 0

Tidak 1 100

Total 1 100.0

Puting Lecet Frekuensi (f) Persentase (%)


Ya 0 0

Tidak 1 100.0

Total 1 100.0

Nyeri Menyusui Frekuensi (f) Persentase (%)

tidak 1 100

Bengkak Frekuensi (f) Persentase (%)

tidak 1 100

Puting tidak menonjol Frekuensi (f) Persentase (%)

tidak 1 100

Bayi tidak mau menyusui Frekuensi (f) Persentase (%)

tidak 1 100

Melakukan perawatan payudara Frekuensi (f) Persentase (%)

tidak 1 100

Alasan tidak melakukan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak tahu manfaatnya 1 100

Berdasarkan tabel 2.20 ibu nifas di RW 19 berjumlah 1 orang ibu (100%), ibu
tidak memiliki keluhan selama masa nifas, pada banyinya selaku memberikan ASI,
ASI ibu lancar. Selama menyusui tidak ada keluhan puting lecet, nyeri, bengkak,
puting tidak menonjol, bayi tidak menyusui. Ibu tidak melakukan perawatan payudara
karena tidak mengetahui manfaatnya.
A. Data Kesehatan Bayi dan Balita
Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang telah dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners Gelombang 3 yang dilakukan pada 122 KK dari tanggal 11-16
April 2019 didapatkan hasil bahwa terdapat 1 neonatus, 9 bayi yang berusia kurang
dari 1 tahun, dan 34 balita di RW 19 Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul
Kabupaten Garut.

H. Data Kesehatan Bayi dan Balita


Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang telah dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners Gelombang 3 yang dilakukan pada 122 KK dari tanggal 11-16
April 2019 didapatkan hasil bahwa terdapat 1neonates, 9 bayi yang berusia kurang dari
1 tahun, dan 34 balita di RW 19 Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul
Kabupaten Garut.
1. Neonatus (0-28 hari)
Tabel 2.21 Distribusi Frekuensi Neonatus di RW 19 Desa Haurpanggung pada
tanggal 11 – 16 April 2019 (n=1)

Pemeriksaan neonatus Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak pernah 1 100

BB Lahir Frekuensi (f) Persentase (%)

2500-3800 1 100

Penolong Persalinan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tenaga kesehatan 1 100

Imunisasi HB0 Frekuensi (f) Persentase (%)

ya 1 100
Berdasarkan tabel 2.21 diatas, terdapat 1 orang neonatis di RW 19. Selama
lahir, bayi nbelum diperiksa, BB lahir berkisar 2500-3800 gram, penolong kesehatan
adalah tenaga kesehatan, dan telah diberikan imunisasi HB0.
2. Bayi (0-1 tahun)
Distribusi frekuensi bayi mendapat vitamin A, ASI eksklusif,mulai pemberian
MPASI, dan bayi mendapat imunisasi dasar lengkap adalah sebagai berikut :
Tabel 2.22 Distribusi Frekuensi Bayi Mendapat Vitamin A, ASI Eksklusif,dan
Mulai Pemberian MPASI, Jenis MPASI dan Bayi Mendapatkan
Imunisasi Dasar Lengkap RW 19 Desa Haur Panggung (n=9)

Bayi Mendapat Frekuensi (f) Persentase (%)


Vitamin A

Ya 8 88.9

Tidak 1 11.1

Total 9 100.0

ASI Eksklusif Frekuensi (f) Persentase (%)

Ya 7 77.8

Tidak 2 22.2

Total 9 100.0

Pemberian MPASI Frekuensi (f) Persentase (%)

Belum diberikan 1 11.1

<6 bulan 1 11.1

>6 bulan 7 77.8

Total 9 100.0
Jenis MPASI Frekuensi (f) Persentase (%)

Belum diberikan 1 11.1

Bubur nasi / tepung 5 55.6

Bubur daging/ikan 1 11.1

Bubur sayur 2 22.2

Total 9 100.0

Bayi Mendapatkan Frekuensi (f) Persentase (%)


Imunisasi Dasar
Lengkap

Ya 8 88.9

Tidak 1 11.1

Total 9 100.0

Berdasarkan tabel 2.22 didapatkan data bahwa 8 jiwa (88,9%) mendapatkan


vitamin A dan 1 jiwa tidak mendapatkan vitamin A dikarenakan belum cukup umur.
Pada tabel yang sama menunjukkan bahwa hampir semua dengan jumlah 7 jiwa
(77.8%) mendapat ASI ekslusif sementara 1 jiwa (22.2%) tidak diberikan ASI ekslusif
karena keluhan fisiologis. Pemberian MPASI dilakukan pada usia >6 bulan sebanyak
7 jiwa, sedangkan 1 jiwa telah diberikan MPASI sejak usia <6 bulan dan 1 jiwa belum
saatnya diberikan MPASI.
Pentingnya pengetahuan ibu terkait waktu pemberian makanan pendamping
ASI sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan bayi. Jenis MPASI yang diberikan
oleh ibu pada bayi di RW 19 yaitu sebanyak 1 jiwa (11.1%) diberikan bubur
daging/ikan, 2 jiwa (22,2%) diberikan bubur sayur, dan 5 lainnya (55.6%) diberikan
bubur nasi atau tepung. Tabel diatas juga menjelaskan bahwa hampir seluruh bayi yaitu
8 jiwa (88,9%) mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sementara 1 jiwa (11,1%) tidak
mendapatkan imunisasi lengkap.
3. Balita 1-5 tahun
Tabel 2.23 Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita Terpantau Tiap Bulan,
Lama Pemberian ASI, dan Balita Rutin Pemeriksaan di Posyandu di
RW 19 Desa Haupanggung (n=34)
Perkembangan Balita Terpantau Frekuensi (f) Persentase (%)
Tiap Bulan

Ya 16 47,1

Tidak 18 52,9

Total 34 100,0

Lama Pemberian ASI Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak di beri ASI 0 0

6-12 bulan 15 44,1

1-2 tahun 19 55,9

Total 34 100,0

Balita Rutin Pemeriksaan Di Frekuensi (f) Persentase (%)


Posyandu

Ya 26 76,5

Tidak 8 23,5

Total 34 100,0

Status Gizi Balita Frekuensi (f) Persentase (%)


tidak ada KMS 1 2,9

Pita kuning diatas garus merah 1 2,9

pita hijau 32 94,1

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 2.23, dapat diketahui bahwa warga sebanyak 16 jiwa (47.1%)
melakukan pemeriksaan perkembangan balita setiap bulan, dan sebanyak 18 jiwa
(52,9%) tidak melakukan pemantauan perkembangan balita. Pada tabel yang sama
menunjukkan bahwa sebanyak 15 jiwa (44.1%) telah diberikan ASI hingga usia 6-12
bulan, sedangkan sebanyak 19 jiwa (55.9%) diberikan ASI hingga usia 1-2 tahun.
Sebanyak 26 jiwa (76.5%) rutin di periksa di Posyandu, sedangkan sebanyak 8
jiwa(23.5%) tidak rutin di periksa di posyandu. Kurangnya kesadaran untuk
memeriksakan anaknya di posyandu menjadi perhatian khusus agar tumbuh kembang
anak tetap terpantau. Pada tabel juga disebutkan bahwa balita sebanyak 32 jiwa
(94.1%) berada di garis pita hijau namun sebanyak 1 jiwa (2.9%) malah tidak memiliki
buku KMS, hal tersebut sebaiknya menjadi perhatian kepada tenaga kesehatan untuk
memberikan buku KMS secara merata agar pertumbuhan balita dapat
terdokumentasikan dengan baik.

Tabel 2.24 Distribusi Frekuensi Skrining Stunting Balita <2 Tahun di RW 19 Desa
Haurpanggung pada tanggal 11 – 16 April 2019 (n=5)

BB/U Frekuensi (f) Persentase (%)

gizi baik 5 100.0


Total 5 100.0

PB/U Frekuensi (f) Persentase (%)

normal 5 100.0
Total 5 100.0
BB/PB Frekuensi (f) Persentase (%)

normal 5 100%
Total 5 100.0

Berdasarkan tabel 2.24 menunjukkan bahwa status gizi anak berdasarkan BB/U
pada usia balita yang berada di RW 19 Desa Haupanggung yaitu semua anak 5 orang
(100%) memiliki gizi baik, PB/U normal, dan BB/PB normal.

I. Data Kesehatan Usia Sekolah


Distribusi frekuensi kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan jajan sembarangan,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah dari
kamar mandi, dan kebiasaan sikat gigi sebelum tidur pada anak usia sekolah di RW 19
Desa Haur Panggung adalah sebagai berikut:
Tabel 2.25 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Sarapan Pagi, Kebiasaan Jajan
Sembarangan, Kebiasaan Cuci Tangan Tangan Sebelum Makan,
Kebiasaan Cuci Tangan Setelah dari Toilet, dan Kebiasaan
Menggosok Gigi Sebelum Tidur pada Anak Usia Sekolah Di RW 19
Desa Haur Panggung (n=80)

Kebiasaan Frekuensi (f) Persentase (%)


Sarapan Pagi

ya 39 48.8

tidak 41 51.3

Total 80 100.0
Kebiasaan Jajan Frekuensi (f) Persentase (%)
Sembarangan

ya 56 70.0

tidak 24 30.0

Total 80 100.0

Cuci Tangan Frekuensi (f) Persentase (%)


Sebelum Makan

ya 46 57.5

tidak 34 42.5

Total 80 100.0

Cuci Tangan Frekuensi (f) Persentase (%)


Setelah dari
Toilet

ya 78 97.5

tidak 2 2.5

Total 80 100,.0

Kebiasaan Gosok Frekuensi (f) Persentase (%)


Gigi

ya 25 31.3

tidak 55 68.8

Total 80 100.0
Berdasarkan tabel 2.25, menunjukkan hasil bahwa sebanyak 39 jiwa (48.8%)
sudah membiasakan dirinya untuk sarapan pagi, namun masih terdapat anak yang tidak
membiasakan untuk sarapan pagi yakni sebanyak 41 jiwa (51.3%). Pada tabel yang
sama menunjukkan hasil bahwa sebanyak 56 jiwa (70%) masih memiliki kebiasaan
jajan sembarangan, dan hanya terdapat 24 jiwa (30%) yang tidak memiliki kebiasaan
jajan sembarangan.
Sebanyak 46 jiwa (57.5%) memiliki kebiasaan cuci tangan sebelum makan,
dan 34 jiwa (42.5%) yang masih memiliki kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan.
Sebanyak 78 jiwa (97.5%) sudah memiliki kebiasaan cuci tangan setelah dari toilet,
namun masih terdapat 2 jiwa (2.5%) yang belum memiliki kebiasaan cuci tangan
setelah dari toilet. Pada tabel di atas menunjukkan bahwa anak yang belum memiliki
kebiasaan gosok gigi sebelum tidur sebanyak 55jiwa (68.8%) dan anak yang memiliki
kebiasaan sikat gigi sebelum tidur yakni sebanyak 25 jiwa (31.3%).

K. Data Kesehatan Remaja


Distribusi frekuensi pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual,
HIV AIDS, kesehatan reproduksi, dan NAPZA adalah sebagai berikut:
Diagram 2.26 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit
Menular Seksualdi RW 19 Desa Haurpanggung pada tanggal 11
– 16 April 2019 (n=67)

Pengetahuan PMS

100.00%

50.00%

0.00%
Baik : 54 cukup baik : 13

Berdasarkan diagram 2.26 menunjukan hasil bahwa sebanyak 54 jiwa (80,6%)


memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit menular seksual dan sebanyak 13
jiwa (19,4%) memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang penyakit menular
seksual.

Diagram 2.27 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang HIV AIDS di


RW 19 Desa Haurpanggung (n=67)

Pengetahuan HIV/AIDS

100.00%

50.00%

0.00%
Baik : 57 Cukup baik : 10

Berdasarkan Diagram 2.27 menunjukkan bahwa sebanyak 57 jiwa (85,1%)


memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS, sebanyak 10 jiwa (19,4%)
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang HIV/AIDS.

Diagram 2.28 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan


Reproduksidi RW 19 Desa Haur Panggung (n=67)

Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi

80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Baik : 50 Kurang : 17
Berdasarkan diagram 2.28 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 50 jiwa (74,6%)
memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi,sebanyak 17 jiwa
(25,4%) memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan reproduksi.

Diagram 2.29 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang NAPZA di RW


19 Desa Haur Panggung (n=67)

Pengetahuan NAPZA

100.00%

50.00%

0.00%
Baik : 58 Kurang : 9

Berdasarkan diagram 2.29 didapatkan hasil bahwa sebanyak 58 jiwa (86,6%)


memiliki pengetahuan yang baik tentang NAPZA, sebanyak 9 jiwa (13,4%)
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang NAPZA.

L. Kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS)


Distribusi frekuensi pengguna KB pada pasangan usia subur, alasan tidak
menggunakan KB, jenis KB, dan keluhan yang dirasakan selama menggunakan KB
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.30 Distribusi Frekuensi Pasangan Usia Subur yang Menggunakan KB
di RW 19 Desa Haur Panggung (n=92)

Sales

18%

82%

Ya : 75 Tidak : 17

Berdasarkan diagram 2.30 didapatkan jumlah pasangan usia subur yang


menggunakan KB adalah 75 jiwa (82%), sedangkan yang tidak menggunakan KB
adalah 17 jiwa (18%).

Diagram 2.31 Distribusi Frekuensi Alasan Pasangan Usia Subur Tidak


Menggunakan KB di RW 19 Desa Haur Panggung (n=17)

Alasan tidak menggunakan KB

40.00%

20.00%

0.00%
Tidak Mau : 6 Lainnya : 5 Tidak Mampu : 6
Berdasarkan diagram 2.31 menunjukkan bahwa sebagian besar alasan tidak
menggunakan KB pada pasangan usia subur adalah tidak mau dan tidak mampu dengan
jumlah masing-masing yaitu sebanyak 6 jiwa (35,3%), sedangkan sebagian kecil alasan
tidak menggunakan KB yaitu karena alasan lain sebanyak 5 jiwa (29,4%).

Diagram 2.32 Distribusi Frekuensi Jenis KB yang digunakan Pasangan Usia


Subur di RW 19 Desa Haurpanggung (n=75)

Jenis KB
60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Kondom : Pil : 13 Suntik : IUD : 12 Implant : Steril : 2
0 39 9

Berdasarkan diagram 2.32 didapatkan jumlah KB yang paling banyak


digunakan yaitu Suntik sebanyak 39 jiwa (52%), Pil sebanyak 13 (17,3%), IUD
sebanyak 12 jiwa (16%), Implant sebanyak 9 jiwa (12%), dan Steril sebanyak 2 jiwa
(2,7%).
Tabel 2.33 Distribusi Frekuensi Keluhan Yang Dirasakan Selama Menggunakan
KB di RW 19 Desa Haurpanggung (n=75)

SALES
ya : 8 tidak : 67

11%

89%

Berdasarkan diagram 2.33 didapatkan jumlah pasangan usia subur mengalami


keluhan setelah penggunaan KB dengan jumlah 8 jiwa (11%) dan 67 jiwa (89%) tidak
memiliki keluhan setelah dilakukan pemasangan KB.
Tabel 2.34 Distribusi Frekuensi Keluhan Yang Dirasakan Selama Menggunakan
KB di RW 19 Desa Haurpanggung (n=8)

Sales

37%

63%

pusing : 3 haid terganggu 5

Berdasarkan tabel 2.34 menunjukkan diantara 75 jiwa yang menggunakan KB,


8 jiwa (37%) diantaranya memiliki keluhan pusing sebanyak 3 jiwa (37%) dan haid
terganggu sebanyak 5 jiwa (63%).

M. Kesehatan Lansia
Distribusi frekuensi usia lansia, pemeriksaan kesehatan lansia di
posbindu/pelayanan kesehatan, kebermanfaatan posbindu bagi lansia, adalah
sebagai berikut:
Diagram 2.35 Distribusi Frekuensi Usia Lansia di RW 19 Desa Haurpanggung
(n=31)

Usia Lansia

100%

50%

0%
60-69 th: 12 70-79 th : 2

Berdasarkan diagram 2.35 sebagian besar usia dari lansia yang bermukim di
RW 3 Desa Haur Panggung berada direntang usia 60-69 tahun yaitu sebanyak 12 jiwa
(85,7%), dan lansia berada direntang usia 70-79 tahun sebanyak 2 jiwa (14,3%).

Diagram 2.36 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kesehatan Lansia di Posbindu/


Pelayanan Kesehatan di RW 19 Desa Haur Panggung (n=14)

Pemeriksaan Kesehatan
Rutin

100.00%

50.00%

0.00%
Ya : 5 Tidak : 19

Berdasarkan diagram 2.36 menunjukkan hasil bahwa sebanyak 9 jiwa (64,3%)


tidak melakukan pemeriksaan kesehatan lansia dan sebanyak 5 jiwa (35,7%)
melakukan pemeriksaan kesehatan lansia.
Diagram 2.37 Distribusi Frekuensi Kebermanfaatan Posbindu Bagi Lansia di RW
19 Desa Haur Panggung (n=14)

Pendapat Lansia Tentang


Kebermanfaatan Posbindu

100.0%
50.0%
0.0%
Ya : 13 Tidak : 1

Berdasarkan diagram 2.37 hasil menunjukkan bahwa sebanyak 13 jiwa (92,9%)


merasa posbindu tidak bermanfaat dan sebanyak 1 jiwa (7,1%) merasa posbindu
bermanfaat.

Diagram 2.38 Distribusi Frekuensi Penyakit Pada Lansia di RW 19 Desa Haur


Panggung (n=14)

Penyakit Pada Lansia


60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

Berdasarkan diagram 2.38 didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia


menderita penyakit gastritis sebanyak 8 jiwa (57,20%), sebanyak 6 jiwa (42,90%)
memiliki penyakit hipertensi, dan sebanyak 5 jiwa (35,70%) memiliki penyakit Artritis.
Diagram 2.39 Distribusi Frekuensi Kemandirian Lansia di RW 19 Desa Haur
Panggung (n=14)

Kemandirian Lansia

100.0%

50.0%

0.0%
Mandiri : 13 Ketergantungan
Sebagian : 1

Diagram 2.39 menunjukkan sebagian besar lansia memiliki tingkat


kemandirian dengan kategori mandiri sebanyak 13 jiwa (92,9%) dan hanya 1 jiwa
(7,1%) yang memiliki tingkat kemandirian dengan kategori ketergantungan sebagian.

N. Data Kesehatan Jiwa


Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang telah dilakukan oleh Mahasiswa
Program Profesi Ners Gelombang III Angkatan XXXVI yang dilakukan pada 122 KK
dari tanggal 10-18 April 2019 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat individu yang
memiliki gangguan kejiwaan di RW 19 Desa Haur Panggung Kecamatan Tarogong
Kidul Kabupaten Garut.

O. Data Kemandirian Keluarga


Berikut ini merupakan hasil dari pengkajian yang dilakukan oleh Mahasiswa
PPN 36 UNPAD dari tanggal 11-16 April 2019 di RW 19 Desa Haur Panggung terkait
kemandirian keluarga:
Diagram 2.40 Distribusi Frekuensi Kemandirian Keluarga di RW 19 Desa Haur
Panggung (n=122)

Tingkat 3
2%

Tingkat 2
37%

Tingkat 1
61%

Kemandirian Keluarga
Berdasarkan diagram 2.40, menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yang
berada di wilayah RW 3Desa Haur Panggung tingkat kemandirian keluarganya berada
pada tingkat 1, yaitu sebanyak 74 keluarga (61%), sebanyak 45 keluarga (37%) berada
pada tingkat 2, sebanyak 3 keluarga (4,8%) berada pada tingkat 3. Berdasarkan data
tersebut, tingkat kemandirian keluarga terbanyak berada pada tingkat 2, artinya
keluarga tersebut menerima petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai
rencana keperawatan keluarga, keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran,
dan melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.
Tabel 2.41 Distribusi Frekuensi Skrinning Gejala Tuberkulosis di RW 19 Desa
Haur Panggung (n=479)
Batuk produktif > 3 Frekuensi (Fx) %
minggu
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Batuk berdahak Frekuensi (Fx) %
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Penurunan berat Frekuensi (Fx) %
badan
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Demam, kedinginan Frekuensi (Fx) %
atau keringat malam
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Kelelahan Frekuensi (Fx) %
Ya 24 5,0
Tidak 455 95
Total 479 100
Nyeri dada Frekuensi (Fx) %
Ya 1 0,2
Tidak 478 99,8
Total 479 100
Kontak dengan Frekuensi (Fx) %
penderita TBC
Ya 1 0,2
Tidak 478 99,8
Total 479 100
Memiliki masalah Frekuensi (Fx) %
medis atau sedang
minum obat
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Pemeriksaan dahak Frekuensi (Fx) %
Ya 1 0,2
Tidak 478 99,8
Total 479 100
Riwayat Frekuensi (Fx) %
Merokok 105 21,9
Pernah Mengalami TB 2 0,4
Pernah mendapat Frekuensi (Fx) %
pengobatan TB
Ya 2 0,4
Tidak 477 99,6
Total 479 100
Napas pendek terus Frekuensi (Fx) %
menerus
Ya 0 0
Tidak 479 100
Total 479 100
Berdasarkan tabel 2.41 didapatkan data bahwa tidak warga yang mengalami
batuk produktif > 3 minggu, batuk berdahak, mengalami penurunan berat badan,
mengalami nyeri dada.Sebanyak 1 jiwa (0.2%) mengaku pernah kontak dengan
penderita TB, tidak ada warga yang mengaku memiliki masalah medis atau sedang
mengkonsumsi obat yang menekan sistem imun, sebanyak 1 jiwa (0,2%) pernah
melakukan pemeriksaan dahak, sebanyak pernah mengalami TB, sebanyak 2 jiwa
(0,4%) pernah mendapat pengobatan TB dan tidak ada warga yang mengalami napas
pendek terus-menerus.

Diagram 2.42 Distribusi Frekuensi Skrinning Hipertensi di RW 19 Desa


Haurpanggung (n=337)

MERASA BERAT DITENGKUK


233
250

200

150

100 71

31
50
2

0
tidak pernah kadang-kadang sering selalu

Berdasarkan diagram 2.42 Gejala hipertensi yang paling sering di alami adalah
berat tengkuk sebanyak 7,3% dan yang paling banyak tidak dirasakan gejala
hipertensinya adalah telinga berdenging yaitu 89%.
Diagram 2.43 Distribusi Frekuensi Skrining Hipertensi di RW 19 Desa
Haurpanggung (n=337)

MERASA PUSING

350

300

250

200

150

100

50

0
tidak pernah kadang-kadang sering selalu

Berdasarkan diagram 2.43 didapatkan hasil bahwa sebagian besar kadang-


kadang mengalami pusing sebanyak 116 jiwa (36,6%) dan kadang- kadang mengalami
rasa berat ditengkuk sebanyak 72 jiwa (22,7%)
Diagram 2.44 Distribusi Frekuensi Penanganan Gejala Hipertensi di RW 19 Desa
Haurpanggung (n=337)

PENANGANAN GEJALA HIPERTENSI

140

120

100

80

60

40

20

0
tidak ada gejala didiamkan beli obat pergi ke menggunakan
HT warung pelayanan obat tradisional
kesehatan

Berdasarkan diagram 2.44 menunjukkan penanganan yang sering dilakukan


saat gejala hipertensi muncul yaitu didiamkan sebanyak 163 jiwa (51,4%).

Tabel 2.45 Distribusi Frekuensi Konsumsi Asin, Manis, Pedas di RW 19 Desa


Haurpanggung (n=337)
Makan makanan asin Frekuensi (Fx) %
Ya 253 75.1
Tidak 84 24.9
Total 337 100 .0
Makan makanan Frekuensi (Fx) %
manis
Ya 236 70.0
Tidak 101 30.0
Total 337 100.0
Makan makanan Frekuensi (Fx) %
pedas
Ya 162 48.1
Tidak 175 51.9
Total 337 100.0
Berdasarkan Diagram 2.45 didapatkan hasil bahwa konsumsi makanan yang
paling banyak yaitu asin sebanyak 253 jiwa (75,1%), diikuti konsumsi makanan manis
sebanyak 236 jiwa (70,0%) dan konsumsi makanan pedas sebanyak 162 jiwa (48,1%).

Diagram 2.46 Distribusi Frekuensi Jumlah Makan dalam Sehari di RW 19 Desa


Haurpanggung (n=379)

MAKAN DALAM SEHARI


275
300

250

200

150

100 41
17
50 4

0
1/2 piring satu piring penuh satu piring tidak >1 piring
penuh

Diagram 2.46 menunjukkan bahwa dalam sehari sebanyak 275 jiwa (81,6%)
makan satu piring penuh dalam sehari.
Tabel 2.47 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sehari-hari di RW 19 Desa
Haurpanggung (n=337)
Konsumsi kue, roti, Frekuensi (Fx) %
biscuit, makanan
berlemak, santan,
jeroan, dan tetelan
Tidak terkaji 1 3
Ya 98 29.1
Tidak 238 70.6
Total 337 100 .0
Konsumsi Alkohol Frekuensi (Fx) %
Ya 3 9
Tidak 334 99.1
Total 337 100.0
Konsumsi Kopi Frekuensi (Fx) %
Ya 173 51.3
Tidak 164 48.7
Total 337 100.0
Berdasarkan tabel 2.47 menunjukkan sebanyak 98 jiwa (29,1%) sering
mengkonsumsi jeroan, santen, dan makanan berlemak, sebanyak 173 jiwa (51,3%)
mengkonsumsi kopi, sementara sebagian kecil mengkonsumsi alkohol sebanyak 3 jiwa
(9%).
Diagram 2.48 Distribusi Frekuensi Perokok di RW 19 Desa Haurpanggung
(n=337)

PEROKOK
157

160 139

140
120
100
80
60 39

40
2
20
0
tidak terkaji ya tidak terpapar

Berdasarkan diagram 2.48 didapatkan hasil bahwa sebanyak 139 jiwa (41,2%)
adalah perokok dan sebanyak 39 jiwa (11,6%) terpapar asap rokok.

Diagram 2.49 Distribusi Frekuensi Jumlah Olahraga di RW 19 Desa


Haurpanggung (n=337)

JUMLAH OLAHRAGA

250 210
200
123
150

100

50

0 4

tidak olahraga
1-3 kali
>3-5 kali
Berdasarkan diagram 2.49 didapatkan hasil bahwa sebagian besar masyarakat
melakukan olahraga sebanyak 1-3x dalam seminggu yaitu sebanyak 210 orang
(62,3%).

Diagram 2.50 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Hipertensi di RW 19 Desa


Haurpanggung (n=337)

SUMBER INFORMASI HIPERTENSI

109
120
100 85
79
80
60 45
40 19
20
0
tidak media cetak media sosial media penyuluhan
ada/tidak elektronik
tahu

Sales

Berdasarkan diagram 2.50 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat


yang dilakukan skrining hipertensi (usia ≥15 tahun) tidak tahu/mendapatkan informasi
tentang hipertensi, yakni dengan jumlah 79 orang (23,4%). Sedangkan 258 orang
sisanya telah mendapatkan informasi diantaranya melalui media cetak sebanyak 19
orang (5.6%), media sosial sebanyak 45 orang (13,4%), media elektronik sebanyak 85
orang (25,2%), dan melalui penyuluhan sebanyak 109 orang (32,3%). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa informasi yang paling banyak didapatkan oleh masyarakat tentang
hipertensi adalah melalui penyuluhan.
Diagram 2.51 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi di RW 19 Desa
Haurpanggung (n=337)

FREKUENSI PENDERITA HIPERTENSI


277
300
250
200
150
100 32
50 17
2 2
0
tidak pernah grade I grade II grade III grade IV
mengalami
TD tinggi

Berdasarkan Diagram 2.51 menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang mengalami


hipertensi dengan kategori hipertensi grade I sebanyak 32 orang (9,5%), grade II
sebanyak 17 orang (5,0%), grade III dan grade III masing-masing sebanyak 2 orang
(0,6%). Maka, dapat terlihat bahwa penderita hipertensi terbanyak menunjukkan
sebagian besar berada pada kategori grade I.
a. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1 DS : Kurangnya kesadaran warga dalam Kurang optimalnya perilaku
- Menurut wawancara dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan hidup bersih dan sehat
warga limbah yang mengalir sehat
dari TPS mengalir ke
pemukiman warga dan
terkadang menyebabkan banjir
- Mayoritas kepala keluarga
perokok aktif
DO :
- 100% di RW 19 Desa
haurpanggung tidak ada
pemilahan sampah
- Sampah dibuang di TPS 86 %
- Sampah dibuang ke sungai 6,7%
- Sampah di bakar 5,7%
- Tidak cucitangana 10%
- Jajan sembarangan 14,3 %
- Gosok gigi sebelum tidur 27
oran9 atau 48,2 %
- Warga yang merokok 127 orang
(55,3%)
- Warga yang tidak beraktivitas
minimal 30 menit per hari
adalah 55,3 %
2 DS : Kurangnya kesadaran warga dalam Resiko timbulnya penyakit di
- Menurut penuturan warga, pencegahan penyakit DBD lingkungan warga RW 19
warga pernah terjangkit DBD terhadap penyakit DBD
pasca banjir
DO :
- Vektor terbanyak di RW 19
adalah nyamuk sebesar 62,3%
- Pencahayaan ruangan di warga
rata-rata pada pencahayaan yang
kurang terang sebesar 59%
- Di rumah warga, terdapat temtap
sampah terbuka sebanyak 70,5
%
- 3,3% terdapat genangan air di
rumah warga
- Kebiasaan menggantung baju 65
%
3 DS : Tidak efektifnya kegiatan Posbindu dan Resiko terjadinya peningkatan
- Menurut penuturan kader
posbindu RW 19 tidak berjalan kurangnya kesadaran lansia tentang penyakit degeneratif pada
dengan rutin. pentingnya mendapatkan informasi lansia di lingkungan RW 19
DO :
- direntang usia 60-69 tahun yaitu kesehatan. Desa haur panggung
sebanyak 12 jiwa (85,7%), dan
lansia berada direntang usia 70-
79 tahun sebanyak 2 jiwa
(14,3%).
- sebanyak 19 jiwa (64,3%) tidak
melakukan pemeriksaan
kesehatan lansia.
- 13 jiwa (92,9%) merasa
posbindu bermanfaat dan
sebanyak 1 jiwa (7,1%) merasa
posbindu tidak bermanfaat.
- Lansia mengidap gastritis
sebanyak 8 jiwa (57,20%),
Hipertensi sebanyak 6 jiwa
(42,90%), dan sebanyak 5 jiwa
(35,70%) memiliki penyakit
Artritis.
- Lansia dengan kategori mandiri
sebanyak 13 jiwa (92,9%) dan
hanya 1 jiwa (7,1%) yang
memiliki tingkat kemandirian
dengan kategori ketergantungan
sebagian.

4 DS : Ketidak tahuan warga mengenai masalah Defisiensi kesehatan


- Berdasarkan hasil wawancara kesehatan khususnya penyakit hipertensi komunitas di RW 12 Desa
beberapa keluarga mengatakan Haurpanggung (Hipertensi)
bahwa anggota keluarganya yang
mengalami hipertensi tidak
mengonsumsi obat secara teratur dan
jarang pergi ke tenaga kesehatan
DO :
- Sebesar 7,3% warga mengalami berat
ditengkuk. sebagian besar kadang-
kadang mengalami pusing sebanyak
116 jiwa (36,6%) dan kadang-
kadang mengalami rasa berat
ditengkuk sebanyak 72 jiwa (22,7%).
- Sebanyak 51,4% warga melakukan
penanganan saat gejala hipertensi
muncul yaitu didiamkan sebanyak
163 jiwa (51,4%).
- Sebanyak 253 jiwa (75.1%) warga
mengkonsumsi makanan asin

5 DS : Kurangnya pengetahuan akan pentingnya Resiko penurunan kesehatan


menjaga kebersihan gigi pada usia sekolah gigi pada anak usia sekolah di
DO : RW 19 Desa Haurpanggung
- anak yang belum memiliki
kebiasaan gosok gigi sebelum
tidur sebanyak 27jiwa (48.2%)
2.2 Prioritas

Kemampuan
Kesadaran Motivasi petugas Percepatan
Konsekuensi
masyarakat masyarakat kesehatan untuk Ketersediaan penyelesaian
jika masalah
No. Masalah akan dalam mempengaruhi keahlian masalah Total
tidak
adanya menyelesaikan dalam yang relevan yang dapat
terselesaikan
masalah masalah penyelesaian dicapai
masalah
Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria : Kriteria :
*tinggi *tinggi *tinggi *tinggi *tinggi *tinggi
*sedang *sedang *sedang *sedang *sedang *sedang
*rendah *rendah *rendah *rendah *rendah *rendah
Bobot 5 Bobot 10 Bobot 5 Bobot 7 Bobot 8 Bobot 8
Kurang
optimalnya 2/3 x 5 = 2/3 x 10 = 6,7 2/3 x 5 = 3,3 2/3 x 7 = 4,7 3/3 x 8 = 8 2/3 x 8 = 5,3 31,3
1. perilaku hidup 3,3
bersih dan sehat

2. Resiko
timbulnya 2/3 x 5 = 2/3 x 10 = 6,7 2/3 x 5 = 3,3 1/3 x 7 = 2,3 3/3 x 8 = 8 2/3 x 8 = 5,3 28,9
penyakit di 3,3
lingkungan
warga RW 19
terhadap
penyakit DBD
3. Resiko
2/3 x 5 = 2/3 x 10 = 6,7 2/3 x 5 = 3,3 1/3 x 7 = 2,3 3/3 x 8 = 8 2/3 x 8 = 5,3 28,9
terjadinya
3,3
peningkatan
penyakit
degeneratif
pada lansia di
lingkungan RW
19 Desa haur
panggung

4. Defisiensi 2/3 x 5 = 1/3 x 10 = 3,3 1/3 x 5 = 1,7 2/3 x 7 = 4,7 2/3 x 8 = 5,3 2/3 x 8 = 5,3 23,6
3,3
kesehatan
komunitas di
RW 12 Desa
Haurpanggung
(Hipertensi)

5. Resiko 2/3 x 5 = 1/3 x 10 = 3,3 1/3 x 5 = 1,7 3/3 x 7 =7 1/3 x 8 = 2,7 2/3 x 8 = 5,3 23,3
penurunan 3,3
kesehatan gigi
pada anak usia
sekolah di RW
19 Desa
Haurpanggung
2.3 Diagnosa
Setelah dilakukan analisa data hasil pengkajian situasi pada masyarakat di
wilayah RW 19 Desa Haurpanggung, dapat disimpulkan terdapat beberapa masalah
keperawatan sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan dengan kurangnya
kesadaran warga dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Resiko timbulnya penyakit di lingkungan warga RW 19 terhadap penyakit Demam
Berdarah berhubungan dengan kurangnya kesadaran warga dalam pencegahan
penyakit Demam Berdarah
3. Resiko terjadinya peningkatan penyakit degeneratif pada lansia di lingkungan RW
19 Desa Haurpanggung berhubungan dengan tidak efektifnya kegiatan Posbindu
dan kurangnya kesadaran lansia tentang pentingnya mendapatkan informasi
kesehatan.
4. Defisiensi kesehatan komunitas di RW 12 Desa Haurpanggung (Hipertensi)
berhubungan dengan ketidaktahuan warga mengenai masalah kesehatan hipertensi
5. Resiko penurunan kesehatan gigi pada anak usia sekolah di RW 19 Desa
Haurpanggung berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan pentingnya
menjaga kebersihan gigi pada usia
Penanggung
Indikator
Aktifitas

Standar/
Outcome

Evaluasi

Kriteria
Strategi

Tempat
Tujuan

Output/

Teknik

Waktu
Jawab

Biaya
Dx.

1 Setelah - Mahasiswa - Mahasiswa - Masyarakat - Melakukan Ibu Diah Ming Lapangan Sumber - Persiapan
dilakukan melibatkan melaksanakan dapat observasi selaku gu ke- RT 04 RW keuangan dan
tindakan dan kegiatan mengungkap dan ketua 4 19 Desa kegiatan perencan
keperawatan bekerjasam pendidikan kan harapan pengukura kader bulan Haurpangg berasal dari aan
komunitas a dengan kesehatan dan n jumlah RW 19 April ung pihak berlangsu
selama 1x45 RW, RT, disertai dengan hambatan partisipasi dan 2019 mahasiswa ng
menit dan setiap forum diskusi yang dialami masyarakat Helpika PPN 36 dengan
perilaku kader RW mengenai dalam terhadap Windian gelombang lancar
hidup bersih 19 untuk permasalahan- menjaga kegiatan y selaku 3 yang - Koordina
dan sehat melakukan permasalahan perilaku penyuluha PJ bertugas di si dengan
meningkat penyuluhan kesehatan hidup bersih n perilaku kelompo wilayah pihak
dengan tentang masyarakat dan sehat hidup k RW 19 RW 19 terkait,
kriteria hasil perilaku terutama - Masyarakat bersih dan Desa yaitu
: hidup tentang aktif dalam sehat Haurpangg pihak
- Meningkat bersih dan perilaku hidup memberikan ung RW, RT,
kan sehat di bersih dan solusi kader,
kesadaran RW 19 sehat terhadap warga,
masyaraka Desa permasalaha dan
t RW 19 Haurpangg n- penanggu
terkait ung permasalaha ng jawab
pentingnya - Mahasiswa n yang - Pelaksana
pemilahan melibatkan dialami an
dan dan tentang kegiatan
pengelolaa bekerjasam perilaku berjalan
n sampah a dengan hidup bersih lancar
sebagai pihak dan sehat - Peserta
upaya puskesmas - Masyarakat yang
dalam dalam menunjukka hadir
pembentuk pembuatan n dalam
an bank media peningkatan kegiatan
sampah penyuluhan kesadaran minimal
- Meningkat perilaku 60% dari
kan hidup bersih total
kesadaran dan sehat penduduk
masyaraka - Masyarak
t RW 19 at aktif
tentang dan
pentingnya antusias
menjaga selama
kebersihan kegiatan
tangan berlangsu
dengan ng
cuci tangan - Peningkat
mengguna an
kan sabun pengetah
dan air uan
bersih masyarak
- Meningkat at
kan
kesadaran
anak
melalui
orang
tuanya
dalam
menjaga
dan
merawat
kebersihan
mulut
dengan
gosok gigi
2x/hari
- Meningkat
kan
kesadaran
masyaraka
t RW 19
tentang
bahaya dan
perilaku
merokok
- Meningkat
kan
kesadaran
masyaraka
t RW 19
terkait
manfaat
melakukan
aktifitas
fisik
minimal 30
menit
setiap hari
2 Setelah - Mahasiswa - Mahasiswa - Masyarakat - Melakukan Ibu Evi Ming Lapangan Sumber - Persiapan
dilakukan melibatkan melaksanakan dapat evaluasi selaku gu ke- RT 04 RW keuangan dan
tindakan dan kegiatan mengemuka pertanyaan kader 1 19 Desa kegiatan perencan
keperawatan bekerjasam pendidikan kan cara setelah RW 19 bulan Haurpangg berasal dari aan
pemberian
komunitas a dengan kesehatan pencegahan dan Mei ung pihak berlangsu
pendidikan
selama 1x30 RW, RT, terkait penyakit kesehatan Wiwin 2019 mahasiswa ng
menit dan setiap pencegahan demam tentang Yudiah PPN 36 dengan
diharapkan kader RW penyakit berdarah cara selaku PJ gelombang lancar
penyakit 19 untuk demam - Masyarakat pencegaha kelompo 3 yang - Koordina
demam melakukan berdarah dapat n penyakit k RW 19 bertugas di si dengan
berdarah penyuluhan - Mahasiswa menggunaka demam wilayah pihak
dapat tentang berkoordinasi n dan berdarah RW 19 terkait,
dicegah pencegahan dengan memanfaatk - Melakukan Desa yaitu
observasi
dengan penyakit puskesmas an bubuk perilaku Haurpangg pihak
kriteria hasil demam Haurpanggung abate secara masyarakat ung RW, RT,
: berdarah di dalam tepat di terkait cara kader,
- Vector yang RW 19 pemberian lingkungan pencegaha warga,
n demam
menyebabka Desa bubuk abate rumah berdarah di
dan
n penyakit Haurpangg untuk sebagai lingkungan penanggu
demam ung masyarakat upaya rumahnya ng jawab
berdarah di - Mahasiswa - Mahasiswa pencegahan - Melakukan - Pelaksana
lingkungan melibatkan bekerjasama demam observasi an
masyarakat dan dengan pihak berdarah keaktifan kegiatan
dapat bekerjasam puskesmas - Masyarakat masyarakat berjalan
berkurang a dengan dalam mampu dalam lancar
- Kesadaran pihak mempraktikan membuat memanfaat - Peserta
kan
masyarakat puskesmas pembuatan alat yang
teknologi
akan bahaya terkait teknologi tepat teknologi tepat guna hadir
tersebarnya kegiatan guna perangkap tepat guna perangkap dalam
vector di penyuluhan nyamuk perangkap nyamuk kegiatan
lingkungan pencegahan nyamuk minimal
sekitar demam yang telah 60% dari
- Masyarakat berdarah diperagakan total
dapat dan penduduk
memahami menggunaka - Masyarak
cara n alat at aktif
pencegahan tersebut di dan
demam lingkungan antusias
berdarah di rumah selama
lingkungann kegiatan
ya berlangsu
ng
- Peningkat
an
pengetah
uan
masyarak
at
3 Setelah - Mahasiswa - Mahasiswa - Masyarakat - Melakukan Ibu Ming Posyandu Sumber - Persiapan
dilakukan melibatkan melaksanakan memahami evaluasi Nunung gu ke- RT 01 RW keuangan dan
tindakan dan kegiatan pentingnya pertanyaan selaku 4 19 Desa kegiatan perencan
keperawatan bekerjasam pendidikan fasilitas setelah kader bulan Haurpangg berasal dari aan
pemberian
komunitas a dengan kesehatan posbindu pendidikan
RW 19 April ung pihak berlangsu
selama 1x30 kader RW terkait penyakit - Masyarakat kesehatan dan Asri 2019 mahasiswa ng
menit 19 untuk degenerative dapat tentang Nurkarim PPN 36 dengan
diharapkan melakukan pada kategori memanfaatk posbindu ah selaku gelombang lancar
dengan penyuluhan lanjut usia an fasilitas - Melakukan PJ 3 yang - Koordina
kriteria hasil tentang - Mahasiswa kesehatan observasi kelompo bertugas di si dengan
: posbindu di berkoordinasi posbindu keaktifan k RW 19 wilayah pihak
- Masyarakat RW 19 dengan kader sebagai masyarakat RW 19 terkait,
terpapar Desa RW 19 tentang upaya dalam Desa yaitu
memanfaat
dengan Haurpangg pentingnya meningkatka Haurpangg pihak
kan
informasi ung memanfaatkan n kualitas fasilitas ung RW, RT,
mengenai - Mahasiswa pelayanan hidup lansia kesehatan kader,
posbindu melibatkan posbindu - Kader RW posbindu warga,
- Masyarakat dan - Mahasiswa 19 yang dan
menyadari bekerjasam bekerjasama telah penanggu
tentang a dengan dengan pihak diberikan ng jawab
pentingnya pihak puskesmas pelatihan - Pelaksana
posbindu puskesmas dalam pelatihan dapat an
- Masyarakat terkait kader sebagai memberdaya kegiatan
dapat rutin pelatihan upaya kan berjalan
menghadiri kader meningkatkan masyarakat lancar
posbindu sebagai kualitas dalam - Peserta
upaya pelayanan program yang
peningkata posbindu rutin hadir
n pelayanan posbindu dalam
posbindu sebagai kegiatan
upaya minimal
peningkatan usia pra
kesehatan lansia
lansia (45-60
tahun)
dan lansia
(>60
tahun)
- Masyarak
at
terpapar
dan rutin
mengikut
i program
posbindu
4 Setelah - Mahasiswa - Mahasiswa - Masyarakat - Melakukan Ibu Susan Ming Lapangan Sumber - Persiapan
dilakukan melibatkan melaksanakan dapat evaluasi selaku gu ke- RT 03 RW keuangan dan
tindakan dan kegiatan menyebutka dengan kader 4 19 Desa kegiatan perencan
keperawatan bekerjasam pendidikan n cara pengukura RW 19 bulan Haurpangg berasal dari aan
n tekanan
komunitas a dengan kesehatan pencegahan dan April ung pihak berlangsu
darah
selama 1x30 kader RW terkait penyakit dan setiap 1 Yulian 2019 mahasiswa ng
menit 19 untuk tidak menular manajemen minggu selaku PJ PPN 36 dengan
diharapkan melakukan yaitu hipertensi sekali kelompo gelombang lancar
dengan penyuluhan hipertensi, cara - Masyarakat - Melakukan k RW 19 3 yang - Koordina
kriteria hasil tentang pencegahannya berperan observasi bertugas di si dengan
: hipertensi , dan aktif dalam keaktifan wilayah pihak
- Pengetahua di RW 19 manajemennya kegiatan masyarakat RW 19 terkait,
n dan Desa - Mahasiswa dan senam dalam Desa yaitu
kegiatan
kesadaran Haurpangg masyarakat sebagai senam anti
Haurpangg pihak
masyarakat ung RW 19 pencegahan hipertensi ung RW, RT,
RW 19 - Mahasiswa melaksanakan hipertensi kader,
tentang melibatkan kegiatan senam secara warga,
pencegahan dan anti hipertensi berkala dan
dan bekerjasam sebagai penanggu
manajemen a dengan alternatif ng jawab
hipertensi pihak pencegahan - Pelaksana
mengalami puskesmas hipertensi an
peningkatan untuk kegiatan
- Masyarakat melaksanak berjalan
dapat aktif an kegiatan lancar
melakukan senam - Peserta
kegiatan sebagai 60%
senam upaya hadir
pencegahan pencegahan dalam
hipertensi hipertensi kegiatan
senam
anti
hipertensi
5 Setelah - Mahasiswa - Mahasiswa - Anak usia - Melakukan Ibu Nur Ming Lapangan Sumber - Persiapan
dilakukan melibatkan melaksanakan sekolah evaluasi selaku gu ke- RT 04 RW keuangan dan
tindakan dan kegiatan mampu pertanyaan kader 1 19 Desa kegiatan perencan
keperawatan bekerjasam pendidikan mempraktik setelah RW 19 bulan Haurpangg berasal dari aan
pemberian
komunitas a dengan kesehatan kan tata cara dan Mei ung pihak berlangsu
pendidikan
selama 1x45 puskesmas terkait menggosok kesehatan Yulian 2019 mahasiswa ng
menit dan kader kesehatan gigi gigi dengan tentang selaku PJ PPN 36 dengan
diharapkan untuk - Mahasiswa benar kesehatan kelompo gelombang lancar
kesehatan melakukan melibatkan gigi k RW 19 3 yang - Koordina
gigi pada penyuluhan anak usia - Melakukan bertugas di si dengan
anak usia tentang sekolah dalam observasi wilayah pihak
sekolah di kesehatan mendemonstras perilaku RW 19 terkait,
RW 19 Desa gigi pada ikan cara anak usia Desa yaitu
sekolah
Haurpanggu anak usia menggosok terkait cara
Haurpangg pihak
ng sekolah gigi dengan menggoso ung RW, RT,
meningkat - Mahasiswa benar k gigi kader,
dengan melibatkan dengan warga,
kriteria hasil dan benar dan
: bekerjasam penanggu
- Tidak a dengan ng jawab
adanya kader RW - Pelaksana
keluhan 19 dalam an
sakit gigi demonstras kegiatan
pada anak i cara berjalan
usia sekolah menggosok lancar
di RW 19 gigi dengan - Peserta
Desa benar yang
Haurpanggu hadir
ng dalam
- Anak usia kegiatan
sekolah minimal
mampu 60% anak
melakukan usia
cara sekolah
menggosok - Anak usia
gigi dengan sekolah
benar aktif dan
antusias
selama
kegiatan
berlangsu
ng
- Terdapat
peningkat
an pola
kebiasaan
menggos
ok gigi
sebelum
tidur
khususny
a pada
anak usia
sekolah

Anda mungkin juga menyukai