Anda di halaman 1dari 2

Isbal

Isbal karena sombong merupakan dosa


Allah berfirman: "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekalian tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan setinggi
gunung". (Al-Isra')
"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". (Luqman: 18)
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang menjulurkan pakaiannya (sampai menutupi mata
kaki) karena sombong, maka Allah tidak akan memandangnya pada hari kiamat". (Muttafaq 'alaih, dari
Ibnu Umar)
"Siapa yang menjulurkan (memanjangkan) kainnya karena sombong, maka Allah tidak akan
memandangnya (pada hari kiamat)" (Hadits shahih riwayat Ahmad, Abu Dawud dari hadits Abu Sa'id).
Dari Abu Dzar, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Ada tiga (golongan manusia) yang tidak diajak bicara
oleh Allah pada hari kiamat, tidak dipuji dan akan mendapat siksaan yang pedih (yaitu): Orang yang
memanjangkan (isbal) kainnya, tukang ungkit (apa yang telah diberikan) yakni orang yang setiap kali
memberi sesuatu kemudian mengungkit-ungkitnya dan orang yang menawarkan barang dagangannya
dengan sumpah palsu". (Hadits shahih, oleh Muslim, Ahmad, Ashabu as-Sunan, dll.)

Isbal bukan karena sombong


Pertama: Ancaman neraka bagi orang yang musbil, sekalipun bukan karena sombong,
1. Hadits dari Ibnu Abbas, riwayat marfu' (sampai kepada Nabi):
"Setiap kain yang melewati dua mata kaki, maka (mata kaki itu) di neraka" (Shahih al-Jami' no. 4532).
2. Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau berkata:
"Kain yang (menutupi) sampai bawah mata kaki, maka (mata kaki itu) di neraka" (Hadits shahih oleh
Bukhari).
3. Dari 'Aisyah, dari Nabi, beliau bersabda:
"Kain yang sampai menutupi bawah mata kaki, maka (mata kaki itu) di neraka (Hadits shahih oleh
Ahmad).
Kedua: Perintah mengangkat (meniggikan/ memendekkan) kain:
Dari Amr bin Syarid, ia berkata: Rasulullahmelihat dari kejauhan seseorang yang menjulurkan kainnya
(hingga menutupi mata kaki), kemudian beliau bersegera sambil berlari-lari kecil menuju kepadanya, lalu
bersabda:"Angkat (tinggikan)lah kainmu, dan takutlah kepada Allah". (Dikeluarkan oleh Ahmad serta
lainnya. Dan hadits ini serta dengan persyaratan Bukhari - Muslim).
Hadits ini memperlihatkan betapa bersemangatnya Rasulullahketika hendak menegur seseorang yang
musbil pakaiannya.
Menurut kaidah bahwa, pada asalnya perintah itu menunjukkan wajib, berdasarkan firman Allah :
"Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah (kekafiran) atau
ditimpa azab yang pedih". (an-Nur: 63).
Ketiga: Larangan isbal secara mutlak.
1. Dari Mughirah bin Syu'bah, ia mengatakan: Rasulullahbersabda:
"Wahai Sufyan bin Sahl, jangan musbil, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
musbil". (Hadits yang dihasankan syaikh al-Albani).
2. Dari Jabir Saliim, sesungguhnya Rasulullahbersabda kepadanya:
"...Hati-hatilah, jangan sekali-kali kamu menjulurkan kain (hingga menutupi mata kaki), karena
sesungguhnya menjulurkan kain (hingga menutupi mata kaki) merupakan pangkal kesombongan yang
tidak disukai Allah". (Silsilah hadits ash-Ashahihah no. 770).
Menurut kaidah bahwa pada asalnya suatu larangan menunjukkan pengharaman, berdasarkan sabda
Rasulullah: "Apabila aku perintahkan kamu dengan suatu perintah, maka datangi (patuhi)lah perintah itu
semaksimal kamu mampu, dan apabila aku larang kamu terhadap sesuatu, maka jauhilah larangan
itu".(Hadits Muttafaq 'alaih).
Keempat: Bahwa umat diperintahkan untuk beruswah (mengambil suri teladan Nabi)
Allah berfirman: "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat". (Al-Ahzab: 21).
Dalam hal ini, Nabi sebagai manusia yang paling bertakwa dan sebagai insan pilihan, pakaiannya
adalah setengah betis. (HR. Ahmad dan Tirmidzi sanadnya shahih).
Kelima: Bahwa memanjangkan pakaian hingga menutupi mata kaki merupakan pangkal dan
jalan bagi terjadinya kesombongan. Padahal salah satu tujuan datangnya syari'at Islam adalah
menutup setiap jalan menuju perkara-perkara haram. Segala cara/ sarana yang digunakan menuju
perkara haram, kedudukan hukumnya sama dengan perkara haram itu sendiri.
Al-Hafizh Ibnu Hajar -Rahimahullah- dalam Fathul Bari mengatakan: "Sesungguhnya isbal pasti akan
berbentuk menjulurkan pakaian (hingga menutup mata kaki), sedangkan menjulurkan pakaian pasti
membawa konsekuensi pada kesombongan, sekalipun pelakunya tidak bermaksud sombong. Ini
didukung dengan riwayat Ibnu Umar yang marfu' (terangkat sampai) kepada Nabi , bahwa beliau
bersabda:
"...Hati-hatilah kamu, jangan sekali-kali kamu memanjangkan kain (hingga menutup mata kaki),
sesungguhnya memanjangkan kain merupakan pangkal kesombongan" (Hadits shahih dalam Fathul
Bari).
Isbal dalam Shalat
Dalam al-Qaul al-Mubin fi Akhtha' al-Mushallin, dapat disimpulkan bahwa shalatnya orang yang
berisbal tetap sah, hanya saja ia berbuat kemaksiatan. Syaikh Bin Baz -Rahimahullah- berfatwa tentang
sahnya shalat dibelakang imam yang musbil. Wallahu a'lam.

Bagaimana dengan kaos kaki


Memakai kaos kaki bukan termasuk isbal, sebab isbal ialah memanjangkan pakaian (celana, sarung,
gamis) yang dipakai dari atas. Wallahu a'lam.

Anda mungkin juga menyukai