Anda di halaman 1dari 10

Kebijakan Daerah Dalam Program Pengentasan Kemiskinan Dalam

Rangka Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Berdasarkan Undang


Undang No 13 Tahun 2011
di Kabupaten Demak

Sri Kusriyah, Dina Aulia


Dosen Fakultas Hukum UNISSULA
srikusriyah@unissula.ac.id

Abstract
Efforts to prosper the poor to this day is still partial scattered in various provisions of
legislation, so it is necessary a law that specifically regulate the poor. This research is a descriptive
empirical research specifications of the data collection techniques that are exposure, aims To
obtain a complete picture of the legal situation prevailing in a particular place. A descriptive
study is intended to provide as much data as possible about humans, circumstances or other
symptoms. Data analysis techniques using quantitative data analysis methods.
Based on the results of research and analysis that has been done can be concluded that
the strategic policy of the region in poverty alleviation programs based on Law No. 13 of 2011
on Fakir Poor in Demak District is still very minimal because new in 2013 is being discussed on
the Draft of Regional Regulation on Poverty Reduction, Obstacles faced in the implementation
of poverty alleviation programs based on Law No. 13 of 2011 on the Poor in Demak Regency
is the lack of regulations that support poverty alleviation and the lack of budget APBD..
Keywords: Poverty Alleviation Program, Act No 13 Th 2011, Draft, Demak

Abstrak
Upaya mensejahterakan fakir miskin sampai saat ini masih bersifat parsial yang tersebar
di berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan, sehingga diperlukan adanya undang
undang yang secara khusus mengatur fakir miskin Penelitian ini merupakan spesifikasi penelitian
hukum empiris yang bersifat deskriptif yaitu tehnik pengumpulan data yang bersifat pemaparan,
bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat
tertentu. Suatu penelitian diskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Tehnik analisis data menggunakan metode
analisis data kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
strategis kebijakan daerah dalam program pengentasan kemiskinan berdasarkan Undang Undang
No 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin di Kabupaten Demak masih sangat minim karena
baru di tahun 2013 sedang dilakukan pembahasan mengenai Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Penanggulangan Kemiskinan, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program
pengentasan kemiskinan berdasarkan Undang Undang No 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin
di Kabupaten Demak adalah kurangnya regulasi yang mendukung pengentasan kemiskinan
dan minimnya APBD.
Kata kunci: Program pengentasan kemiskinan, UU No 13 Th 2011, Raperda, Kabupaten Demak

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No.3 September - Desember 2015 319
A. PENDAHULUAN air dan kekayaan alam dipergunakan untuk
Perkembangan ekonomi suatu negara, sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sedangkan
kedudukan dan peranan hukum tentu dapat Pasal 34 mengatakan, fakir miskin dan anak-
dianggap sangat penting. Tujuan akhir dari anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
legal policy di bidang ekonomi di atas sejalan Demikian juga Pembukaan UUD 1945, tujuan
dengan tujuan negara. Harold J. Laski, negara ini didirikan adalah untuk memajukan
sebagaimana dikutip oleh Miriam Budiardjo, kesejahetraan umum4.
mengungkapkan bahwa tujuan negara adalah UUD 1945 setelah perubahan (tahun
untuk menciptakan keadaan di masyarakat 2002), Bab XIV berjudul Perekonomian
dapat mencapai keinginan-keinginan mereka Nasional dan Kesejahteraan Sosial, yang
secara maksimal1. Pemerintah, sebagai terdiri dari dua pasal, yaitu Pasal 33 dan
bagian dari organisasi negara, yang bijak Pasal 34. Pasal 33 lebih menekankan pada
selalu menjaga fokusnya pada pemenuhan Perekonomian Nasional dan Pasal 34 lebih
kesejahteraan rakyat sebagaimana juga menekankan Kesejahteraan Sosial. Meskipun
dijadikan sebagai tuntutan masyarakat. mengesankan pandangan peran perekonomian
diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi yang lebih besar, semangat kebersamaan
teknis, yang kita inginkan adalah pertumbuhan dan asas kekeluargaan tetap menjadi ciri
ekonomi yang berkesinambungan disertai perekonomian Indonesia. Pasal 34 yang
dengan stabilitas ekonomi yang mantap2. sangat bermakna adalah dicantumkannya
Tujuan akhir pembangunan nasional cita-cita untuk melakukan pengentasan,
adalah “mewujudkan keadilan sosial bagi perlindungan kepada masyarakat miskin dan
seluruh rakyat Indonesia”. Karena ini gelandangan, Pasal 34 ayat 1 “Fakir miskin
merupakan sila terakhir pancasila, maka dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh
kita selalu menekankan bahwa setiap upaya negara” disamping itu juga mengembangkan
pembangunan harus selalu merupakan sistem jaminan sosial (Pasal 34 ayat 2),
upaya pengamalan pancasila. Mengamalkan yang berbunyi: “Negara mengembangkan
pancasila sebagai ideology bangsa berarti sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
bahwa setiap sila harus dapat kita amalkan dan memberdayakan masyarakat yang lemah
yaitu: sila pertama dan kedua sebagai landasan dan tidak mampu sesuai dengan martabat
moralnya, sila ketiga dan sila keempat sebagai kemanusiaan”. Selanjutnya dikatakan, baik
cara atau metode kerjanya, dan sila kelima dalam Pasal 33 maupun Pasal 34, bahwa
sebagai tujuan akhir dari pengamalannya3. ketentuan lebih lanjut akan diatur didalam
Indonesia adalah negara Undang -Undang ( Pasal 33 ayat 5 dan Pasal
kesejahteraan. Hal ini nampak dari cita-cita 34 ayat 4 ).
yang terkandung didalam UUD 1945. UUD Landasan hukum bagi upaya
1945 sebelum dilakukan perubahan, Bab XIV mensejahterakan fakir miskin sampai saat ini
berjudul Kesejahteraan Sosial, yang terdiri dari masih bersifat parsial yang tersebar di berbagai
Pasal 33 dan 34. Pasal 33 menggambarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
pengelolaan perekonomian sebagai usaha sehingga diperlukan adanya undang undang
bersama atas asas kekeluargaan. Cabang yang secara khusus mengatur fakir miskin.
perekonomian yang menguasai hajat hidup Dengan adanya undang-undang yang secara
orang banyak dikuasai oleh negara, bumi dan khusus mengatur fakir miskin, diharapkan
1 Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT memberikan pengaturan yang bersifat
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 55. komprehensif dalam upaya mensejahterakan
2 Budiono, 2009, Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?: fakir miskin yang lebih terencana, terarah,
Kumpulan Esai Ekonomi, Kepustakaan Populer dan berkelanjutan. Materi pokok yang diatur
Gramedia, Jakarta.hlm.28.
dalam Undang-Undang ini, antara lain Hak
3 Mahkamah Konstitusi, 2010, Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sekretaris dan Tanggung Jawab, Penanganan Fakir
jendral dan kepaniteraan MKRI, Jakarta, hlm.4. 4 Ibid.

Jurnal Pembaharuan Hukum


320 Volume II No.3 September - Desember 2015
Miskin, Tugas dan Wewenang, Sumber berbentuk angka tetapi berupa kata-kata.
Daya, Koordinasi dan Pengawasan, Peran Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
SertaMasyarakat, dan Ketentuan Pidana. dimaksudkan untuk memberikan data yang
Konstitusi Indonesia Pasal 34 ayat seteliti mungkin tentang manusia, keadaan,
(1) kemudian diterjemahkan dengan di atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah
undangkannya Undang Undang No 13 Tahun terutama untuk mempertegas hipotesa-
2011 Tentang Fakir Miskin, untuk mendukung hipotesa, agar dapat memperkuat teori-teori
hal itu sebelumnya sudah dibentuk Undang- lama, atau di dalam kerangka menyusun
Undang Sistem Jaminan Nasional. Pasal 34 teori-teori baru5.
ayat (2) memang menyebutkan kewajiban Metode pendekatan yang digunakan
Negara untuk mengembangkan sistem dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. sosiologis yaitu penelitian yang menekankan
Kewajiban ini yang kemudian diterjemahkan pada gejala yang timbul dalam masyarakat
dalam undang-undang No.40 Tahun 2004 dengan penelitian terhadap data primer di
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional lapangan yang dilakukan dengan melihat
(SJSN). gejala yang timbul dalam objek penelitian,
Kabupaten Demak yang berbatasan atau terhadap kenyataan yang ada dalam
dengan Kota Semarang ternyata mempunyai masyarakat.6 Dalam hal ini terkait dengan
tingkat kemiskinan yang cukup besar yaitu kebijakan daerah dalam program pengentasan
23,5 % dibanding dengan Kota Semarang kemiskinan berdasarkan Undang Undang
hanya 5,26 %. Tingkat Kemiskinan ini masih No 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin di
di bawah rata-rata Jawa Tengah 20,43%. Kabupaten Demak, dan kendala dalam
Keluarga pra sejahtera di Kabupaten Demak pengentasan kemiskinan berdasarkan Undang
juga tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 48,80 Undang No 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin
%, di atas rata-rata Jawa Tengah 33,33% di Kabupaten Demak. Di dalam penelitian ini,
pada tahun 2008. Tingkat pengeluaran Jenis dan sumber data yang digunakan adalah
perkapita Kabupaten Demak tersatat sebesar sumber data yang sudah ada sebelumnya
Rp.630.100,- dibawah rata-rata Jawa Tengah mengenai kebijakan pengentasan kemiskinan
sebesar Rp.633.600,- Berdasarkan uraian dan juga data lapangan, yang Penulis bagi
yang dikemukakan diatas, maka penulis menjadi sumber data primer dan sumber
tertarik untuk merumuskan masalah dalam data sekunder.
usulan penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah langkah strategis C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kebijakan daerah dalam program 1. Langkah Strategis Kebijakan Daerah
pengentasan kemiskinan berdasarkan Dalam Program Pengentasan
Undang-Undang No.13 Tahun 2011 Kemiskinan Berdasarkan Undang-
tentang Fakir Miskin di Kabupaten Undang No.13 Tahun 2011 Tentang
Demak? Fakir Miskin Di Kabupaten Demak
2. Apakah kendala yang dihadapi dalam Undang-Undang Nomor 32
program pengentasan kemiskinan Tahun 2004 dan Perubahannya tentang
berdasarkan Undang-Undang No.13 Pemerintahan Daerah ditegaskan
Tahun 2011 tentang Fakir Miskin di bahwa penyelenggaraan desentralisasi
Kabupaten Demak? mensyaratkan pembagian urusan
pemerintahan antara pemerintah pusat
B. METODE PENELITIAN dengan daerah otonom. Pembagian
Sifat penelitian yang digunakan dalam urusan pemerintahan tersebut didasarkan
penulisan ini adalah penelitian deskriptif 5 Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum,
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, UI-Press, Jakarta, hlm.10.
dimana data yang diperoleh nantinya tidak 6 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 52

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No.3 September - Desember 2015 321
pada pemikiran bahwa selalu terdapat Adapun Kabupaten Demak Berbatasan
berbagai urusan pemerintahan yang dengan Kabupaten Kudus, Kabupaten
sepenuhnya menjadi kewenangan Jepara, Kabupaten Grobogan dan Kota
pemerintah pusat. Urusan pemerintahan Semarang, meskipun berbatasan dengan
tersebut menyangkut terjaminnya Kota Semarang ternyata Kabupaten
kelangsungan hidup bangsa dan negara Demak mempunyai tingkat kemiskinan
secara keseluruhan, yakni urusan yang cukup besar yaitu 23,5 % dibanding
pemerintahan yang terdiri dari: Politik Luar dengan Kota Semarang hanya 5,26 %.
Negeri, Pertahanan, Keamanan, Moneter, Tingkat Kemiskinan ini masih di bawah
Yustisi, Agama. Di samping itu terdapat rata-rata Jawa Tengah 20,43%. Keluarga
bagian urusan pemerintah yang bersifat pra sejahtera di Kabupaten Demak juga
concurrent, yaitu urusan pemerintahan tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 48,80
yang metode penanganannya dalam %, di atas rata-rata Jawa Tengah 33,33%
bagian atau bidang tertentu dapat pada tahun 2008. Tingkat pengeluaran
dilaksanakan bersama antara pemerintah per kapita Kabupaten Demak tersatat
pusat dan pemerintah daerah. sebesar Rp.630.100, dibawah rata-rata
Untuk mewujudkan pembagian Jawa Tengah sebesar Rp.633,600.
kewenangan yang concurrent secara Kemiskinan merupakan sebuah
proporsional antar pemerintah pusat, mata rantai yang saling berkaitan banyak
provinsi, kabupaten/kota, maka kriteria sekali faktor yang mempengaruhi
yang dapat digunakan antara lain munculnya kemiskinan baik faktor
meliputi: eksternalitas, akuntabilitas, pendidikan, kesehatan, dan pendapatan
dan efisiensi dengan mempertimbangkan berikut ini gambaran rantai penyebab
keserasian hubungan pengelolaan urusan kemiskinan yang menyebabkan seseorang
pemerintahan antar tingkat pemerintahan. tidak dapat mendapatkan fasilitas untuk
Kriteria eksternalitas adalah pendekatan memenuhi kelayak kehidupan untuk
dalam pembagian urusan pemerintahan individu, sehingga memerlukan bantuan
dengan mempertimbangkan dampak yang baik dari pemerintah, masyarakat atau
timbul dalam penyelenggaraan urusan dunia usaha agar warga miskin mampu
pemerintahan tersebut. Apabila dampak berdiri untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang ditimbulkan bersifat lokal, maka mereka dengan layak.
urusan pemerintahan tersebut menjadi Kebijakan penanggulangan
kewenangan kabupaten/kota. Apabila kemiskinan berdasarkan Peraturan
bersifat regional menjadi kewenangan Presiden No 15 Tahun 2010 dapat di
provinsi dan apabila bersifat nasional jabarkan sebagai berikut:
menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Kesejahteraan masyarakat Arah Kebijakan Penaggulangan
Berpedoman pada
RPJPNas
adalah urusan wajib pemerintah daerah Kemiskinan (Pasal 2)
Berpedoman Pada RPJP
yang diamanatkan oleh konstitusi, Daerah
kesejahteraan berkaitan dengan
Mengurangi beban
kemiskinan yang keberadaanya selalu Strategi Percepatan pengeluaran Masyrakat
ditekan dan dikurangi. Kabupaten Demak Penanggulangan kemiskinan miskin
(Pasal 3)
merupakan salah satu kabupaten di Pesisir Meningkatkan kamampuan
dan pendapatan Masy Miskin
Utara Pulau Jawa yang dibagi dalam
14 kecamatan yaitu kecamatan Demak, Mengembangkan usaha mikro
Dempet, Kebonagung, Wonosalam,
Gajah, Guntur, Karanganyar, Mijen, Mensinergikan kebijakan

Sayung, Mranggen, Karangawen,


Karangtengah, Bonang dan Wedung.

Jurnal Pembaharuan Hukum


322 Volume II No.3 September - Desember 2015
Pengentasan kemiskinan 3. Program-program Penang-
dilakukan dengan kerjasama lintas gulangan Kemiskinan Klaster III
sektor dan lintas kementerian oleh a. Kredit Usaha Rakyat
karena itu dibentuk TNP2K (Tim Nasional (KUR)
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) b. Kredit Usaha Bersama
kelembagaannya berdasarkan Perpres (KUBE)
No.15 tahun 2010 tentang percepatan Pemerintah Daerah Kabupaten
penanggulangan kemiskinan, dengan Demak dalam usaha pengentasan
keanggotaan 10 Kementerian dan 2 kemiskinan masih mengadopsi dan
Kepala Lembaga serta anggota non menjalankan kebijakan pemerintah
pemerintah lainnya. Ditindaklanjuti pusat, baru tahun ini melakukan
oleh Permendagri No.42 Tahun 2010 inovasi dan tindakan nyata untuk
tentang pembentukan tim koordinasi mengurangi kemiskinan diantaranya
penanggulangan kemiskinan provinsi dengan aksi percepatan Pronangkis
dan kabupaten atau kota. SK Gubernur (Program Penanggulangan Kemiskinan)
Jawa Tengah No 414.2/131/2010 berdasarkan dukungan kebijakan (RPJMD)
Tentang Pembentukan Tim koordinasi Kab. Demak 2011-2016) dengan arah
penanggulangan kemiskinan (TKPP) kebijakan sebagai berikut:
Provinsi Jawa Tengah. SK Bupati 1. Kebijakan peningkatan kualitas
Demak No. 412.6/120/2010 tanggal sumber daya manusia.
14 April 2010 tentang Pembentukan 2. Kebijakan terkait ketahanan pangan
Tim Koordinasi dan Sekretariat Tim dan ekonomi kerakyatan.
Koordinasi Penaggulangan Kemiskinan 3. Kebijakan terkait Investasi dan
Daerah (TKPKD) Kabupaten Demak. kesempatan kerja.
Kebijakan penangulangan 4. Kebijakan terkait pemberdayaan
pengentasan kemiskinan di Kabupaten perempuan, perlindungan anak,
Demak masih berorientasi dan menginduk dan pengendalian pertumbuhan
kepada kebijakan pemerintah pusat yaitu penduduk.
dengan menerapkan empat klaster 5. Kebijakan terkait dengan kualitas
pengentasan kemiskinan yaitu sebagai infrastruktur ekonomi dan soial.
berikut: 6. Kebijakan terkait pembangunan
1. Program-program Penang- pedesaan dan pengembangan
gulangan Kemiskinan Klaster I kawasan strategis
a. Program Keluarga Dukungan kelembagaan
Harapan (PKH) Pembentukan Tim Koordinasi
b. Bantuan Operasional Penaggulangan Kemiskinan
Sekolah (BOS) Kabupaten Demak SK Bupati Demak
c. Beasiswa Siswa Miskin No.412.6/120/2010; Tgl. 14 April
(BSM) 2010, Ketua: Wakil Bupati, Sekretaris:
d. Jamkesmas (sekarang Kepala Bappeda, Bappeda bertugas
di Reduksi dalam BPJS sebagai pendamping, fasilitasi, monev
Kesehatan) supporting program dari SKPD-SKPD
e. Beras Miskin (Raskin) terkait atas capaian kinerja terindikasi
2. Program-program Penang- penanggulangan kemiskinan. Dukungan
gulangan Kemiskinan Klaster II kemitraan melalui sinergi program kegiatan
a. Program Nasional Gerbang Madu (Gerakan Pembangunan
Pemberdayaan Masyarakat Desa Terpadu).
Masyarakat (PNPM) Secara garis besar kebijakan

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No.3 September - Desember 2015 323
penanganan kemiskinan di Kabupaten setiap Rp 1 peningkatan pendapatan
Demak tergolong masih sangat minim sektor pertanian akan menyebabkan
hal ini terbukti dari baru adanya raperda peningkatan pendapatan sektor non
di tahun 2013, dan selama ini hanya pertanian.
menginduk dari kebijakan program Potensi lain yang dimiliki
pengentasan kemiskinan secara nasional. Kabupaten Demak selain bertumpu
Segala kemampuan dan potensi daerah pada sektor pertanian ada juga sektor
harus dikembangkan dan disinergikan wisata yang harus dikelola dengan baik
baik sektor agraris, ekonomi usaha diantaranya wisata religi Masjid agung
kecil dan sektor pariwisata yang ada Demak, Makam Sunan Kalijaga yang
di Kabupaten Demak. berada di Kadilangu, jika potensi itu bisa
Kaitan pertumbuhan sektor dikelola dengan baik maka secara otomatis
pertanian dengan penurunan tingkat masyarakat disekitar objek wisata tersebut
kemiskinan antara lain terjadi melalui mampu mendapatkan pendapatan yang
pertumbuhan produktivitas. Khusus cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
tanaman pangan, pertumbuhan tingkat hidup yang layak.
produktivitas total bersumber dari
pertumbuhan penggunaan masukan, 2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Program
yaitu pupuk, benih, dan tenaga kerja. Pengentasan Kemiskinan Berdasarkan
Pertumbuhan produktivitas padi Undang-Undang No.13 Tahun 2011
yang mencapai rata-rata 3,29% per Tentang Fakir Miskin Di Kabupaten
tahun pada periode 1970-1980 menjadi Demak
penyebabutama tingginya penurunan Kegagalan program
tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi penanggulangan kemiskinan dikarenakan
tinggi lebih efektif mengatasi kemiskinan adanya kendala dan hambatan dalam
bila disertai dengan pemerataan penanganan kemiskinan antara lain:
pendapatan yang lebih baik. Pada saat ini, 1. Kurang Maksimalnya Kenerja DPRD.
walaupun pertumbuhan ekonomi cukup DPRD dengan fungsi
tinggi, distribusi pendapatan menunjukkan yang dimiliki seharusnya mampu
gejala yang semakin timpang. Selain memproteksi masyarakat melalui
kontribusi langsung dalam bentuk regulasi, dengan fungsi anggaran,
pertumbuhan PDB. DPRD dapat mengalokasikan
Sektor pertanian juga berperan anggaran yang berpihak kepada
secara tidak langsung dalam pengentasan masarakat miskin melalui program-
kemiskinan melalui keterkaitannya progran strategi disetiap SKPD.
dengan pertumbuhan sektor-sektor Demikian juga dengan fungsi
nonpertanian (forward and backward pengawasan, DPRD memiliki
linkages). Pertumbuhan sektor pertanian kekuasaan untuk melakukan
mendorong perluasan kesempatan kerja pengawasan atas kebijakan
dan peningkatan pendapatan sektor-sektor pemerintah. Karena itu fungsi-
lainnya, yang pada akhirnya berdampak fungsi DPRD ini harusnya diarahkan
pada penurunan tingkat kemiskinan. kepada pemenuhan hak-hak bagi
Keterkaitan antara sektor pertanian masyarakat miskin dan bagaimana
dan sektor nonpertanian terjadi melalui pemerintah memberikan kemudahan
kegiatan produksi, konsumsi, dan pasar bagi mereka untuk hidup lebih layak.
input. Berdasarkan analisis di beberapa Karena kompleksitasnya penanganan
negara Asia, multiplier pendapatan sektor masalah kemiskinan, maka tidak
pertanian terhadap sektor non pertanian hanya persoalan teknis belaka yang
sekitar 1,6-1,8 % yang berarti bahwa harus diurus oleh masing-masing

Jurnal Pembaharuan Hukum


324 Volume II No.3 September - Desember 2015
SKPD bedasarkan sektor dan bidang jelas, latar belakang kehidupan
masing-masing, akan tetapi ini ekonomi keluarga masing-masing
sangat terkait dengan kebijakan dan konstituennya, memiliki struktur Partai
komitmen para penentu kebijakan di Politik hingga tingkat Kecamatan
daerah, khususnya pihak pemerintah dan bahkan Desa/Kelurahan. Ini
daerah dalam hal ini walikota dan semua adalah potensi yang dimiliki
bupati bersama dengan anggota untuk mengukur sejauh mana
DPRD. masyarakat sebuah wilayah dapat
Penanganan masalah diketahui tingkat kesejahteraannya
kemiskinan tidak bisa dilakukan oleh anggota DPRD. Belum lagi
secara parsial-parsial. Misalnya pendataan-pendataan yang dilakukan
dalam anggaran SKPD tertentu oleh pemerintah terkait dengan
yang hanya sekedar mencantumkan program yang berkaitan dengan
program yang mengarah pada pengentasan kemiskinan serta
pengentasan kemiskinan yang komitmen masing-masing SKPD
dalam implementasinya juga hanya dalam mengintegrasikan program
dilakukan dan dikerjakan oleh SKPD mereka dalam upaya pengentasan
yang bersangkutan. Perlu ada kemiskinan. Jika semua komponen
sinergitas sebuah program unggulan dan stakeholder dapat mensinergikan
yang tujuannya mengarah pada diri untuk masalah ini, maka tidak
pengentasan kemiskinan, dengan menjadi sulit kemiskinan tersebut
mengarahkan semua SKPD untuk dapat dientaskan.
mengintegrasikan programnya DPRD memiliki fungsi
pada program tersebut dan harus budgeting, legislating dan controlling.
mendapat dukungan semua pihak Dalam menjalankan fungsi tersebut,
termasuk Bupati/Walikota dan DPRD. dipertegas dalam undang-undang
DPRD dengan 3 fungsi bahwa fungsi tersebut dijalankan
utamanya dapat mendorong atau dalam kerangka representasi rakyat
memperkuat gagasan ini dengan yang diwakilinya di kabupaten/
melahirkan sebuah regulasi, kota (pasal 343 ayat 2). Dapat
pengalokasian anggaran yang dikatakan, bila anggota DPRD
cukup dan pengawasan terhadap memandang bahwa masyarakat di
kebijakan pemerintah daerah dan daerahnya banyak yang hidup serba
segala implementasi kebijakan yang kekurangan, gizi buruk, penyakit
mengarahkan pemerintah daerah mewabah, kelaparan masih ada
dalam pengentasan kemiskinan di antara penduduk di daerahnya,
dan pemenuhan hak-hak mereka maka anggota DPRD dengan fungsi-
sebagai warga negara. Jika anggota fungsi DPRD yang dimiliki mampu
DPRD memiliki kerangka pikir mengambil langkah-langkah strategis
tentang pengentasan kemiskinan untuk penanganannya. Bisa melalui
dan memaksimalkan peran dan PERDA dalam penanganannya,
fungsinya di DPRD dengan sumber kebijakan pemerintah lainnya yang
daya yang dimiliki, maka kemiskinan harus didorong oleh anggota DPRD
tidak lagi sebagai hiasan yang dan sebagainya. Banyak hal yang
dipertontonkan dan penanganannya dapat dilakukan oleh anggota DPRD
sekedar wacana, akan tetapi hal terkait dengan keberadaannya
ini dengan nyata dapat terwujud. sebagai wakil rakyat untuk membantu
DPRD sebagai representasi masyarakat miskin keluar dari
wakil rakyat memiliki konstituen yang kehidupan yang selama ini melilitnya.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No.3 September - Desember 2015 325
Hanya saja tidak semua anggota (Musyawarah Perencanaan
DPRD paham akan hal ini. Bila Pembangunan) di daerah
melihat tugas dan wewenang anggota pemilihannya yang dilaksanakan
DPRD berdasarkan undang-undang, oleh eksekutif melalui panitia-panitia
sebenarnya anggota DPRD bisa yang dibentuk di desa/kelurahan,
dengan cerdas memanfaatkannya kecamatan hingga ke kabupaten/
dalam upaya percepatan pengentasan kota. Dengan demikian, anggota
kemiskinan di daerahnya. Dalam DPRD memiliki data based kebutuhan
konteks pengentasan kemiskinan masyarakat di tingkat bawah yang
di daerah dapat dilakukan dengan pada saat pembahasan anggaran
memaksimalkan tugas-tugasnya dapat disingkronisasikan dengan apa
serta wewenang yang dimiliki. yang diaspirasikan oleh masyarakat.
Agenda masyarakat yang Anggota DPRD dapat mencocokkan
dapat ditangkap oleh anggota DPRD usulan aspirasi masyarakat dengan
masuk sebagai agenda DPRD lebih usulan draf Rancangan Anggaran
mempercepat proses dari sebuah Pendapatan Belanja Daerah
gejala sosial yang harus ditangani (RAPBD) yang disusun oleh
melalui sebuah regulasi. Kebutuhan BAPPEDA. Demikian halnya pada
penanganan yang diagendakan oleh saat pembahasan RAPBD, anggota
masyarakat dan menjadi gayung DPRD dapat mempertanyakan
bersambut oleh DPRD dapat aspirasi masyarakat lewat
mensinergikan kualitas produk Musrenbang tersebut kepada dinas
PERDA yang digagas baik oleh yang terkait. Dalam pembahasan
pemerintah daerah maupun yang anggaran dengan SKPD terkait,
menjadi hak inisiatif anggota DPRD. anggota DPRD dapat memilah-
Demikian halnya pada konsultasi milah program yang diusulkan oleh
publik untuk pembahasan drafnya SKPD. Pada tahapan ini anggota
maupun pada saat sosialisasi setelah DPRD dapat mengusulkan program
penetapan. Relatif tidak menimbulkan yang terkait dengan pengentasan
resistensi jika Badan Legislasi DPRD kemiskinan atau program untuk
sudah dapat memetakan kondisi kepentingan masyarakat rentang
masyarakat yang membutuhkan atau yang berkebutuhan khusus.
penanganan secara khusus melalui Untuk menangkap ruh keberpihakan
sebuah regulasi, ketimbang DPRD anggota DPRD terkait dengan fungsi
bekerja sendiri, menetapkan Perda budgeting dalam pengentasan
yang harus dibentuk dalam waktu kemiskinan, beberapa hal yang
periode tertentu tanpa melakukan dapat dilakukan oleh anggota DPRD,
kajian atas kondisi sosial msyarakat. antara lain:
Pada tingkatan pembahasan pun, • Pemangkasan anggaran
anggota DPRD tidak terlalu sulit untuk untuk program yang tidak
menghadirkan kelompok kepentingan berdampak langsung bagi
pada saat rapat dengar pendapat kepentingan masyarakat atau
atau hearing publik terkait dengan publik. Misalnya perjalanan
perda yang dibahas Pada fungsi dinas, makan dan minum, ATK
budgeting, DRD dapat menjalankan dan anggaran pada kelompok
tugas dan wewenangnya sejak belanja tidak langsung;
dari perencanaan pembangunan • Melakukan relokasi anggaran
dengan turut serta hadir dalam terkait dengan program-
setiap pelaksanaan Musrenbang program yang dinilai tidak

Jurnal Pembaharuan Hukum


326 Volume II No.3 September - Desember 2015
efektif dan cenderung perusahaan khususnya perusahaan
memboroskan kas daerah yang memanfaatkan sumber daya
dalam pelaksanaan alam untuk mengeluarkan dana
implementasinya; tanggung jawab sosial perusahaan.
• Mengusulkan program Dengan peraturan ini, diharapkan
kepada SKPD-SKPD sektor swasta terutama sektor atau
untuk memprogramkan industri yang menggunakan sumber
kegiatan yang terkait dengan daya alam dalam menjalankan
pengentasan kemiskinan atau usahanya agar dapat lebih
kepentingan publik yang meningkatkan perannya dalam
masing-masing kegiatan mengatasi permasalahan sosial
tersebut bersentuhan seperti kemiskinan dan pengangguran
langsung dengan SKPD melalui kebijakan dana tanggung
yang bersangkutan; jawab sosial perusahaan terhadap
• M e n s i n g k r o n i s a s i k a n karyawannya atau yang biasa
program-program antar satu disebut dengan Corporate Social
SKPD dengan SKPD yang Responsibility (CSR).
lain untuk sebuah program CSR atau Corporate Social
pengentasan kemiskinan Responsibility adalah merupakan
yang terintegrasi ke dalam komitmen perusahaan untuk
program kegiatan setiap bertanggung jawab secara social
SKPD. dan lingkungan terhadap dampak
Ketika anggaran men- yang timbul akibat beroperasinya
cerminkan keberpihakan pada perusahaan disuatu daerah. Tanggung
kelompok masyarakat miskin dan jawab sosial perusahaan saat ini
kelompok rentan lainnya atau telah menjadi istilah yang kerap kita
kelompok yang berkebutuhan khusus, dengar dalam suatu perusahaan,
maka percepatan pengntasan walaupun banyak perdebatan tentang
kemiskinan dapat segera terwujud. definisinya di antara para ilmuan,
Artinya, komitmen anggota DPRD prktisi maupun akademisi. Hal ini
untuk memaksimalkan fungsi disebabkan karena CST adalah
budgeting dengan mendorong konsep atau istilah yang berasal dari
keberpihakan anggaran tersebut luar, permasalaha utamanya memang
kepada kepentingan masyarakat adalah memberikan pemaknaan atau
miskin dapat mempercepat arti yang sesuai dengan pemahaman
pemenuhan hak-hak bagi masyarakat orang Indonesia, karena kebanyakan
miskin. hal atau istilah dari luar biasanya
2. Minimnya Peran Swasta Dan Dunia disalah artikan oleh masyarakat
Usaha indonesia, sehingga tujuan konsep
Dalam usaha untuk yang seharusnya malah melenceng
mengurangi kemiskinan, peran sektor dan berbeda dengan tujuan awalnya.
swasta juga sangat dibutuhkan, Peran pemerintah,
oleh karena itu, pemerintah telah sektor swasta dan masyarakat
mengambil inisiatif untuk mendorong sangat dibutuhkan dalam
peran pihak swasta dengan usaha mengurangi kemiskinan,
diterbitkannya UU No. 40 tahun sehingga konsep pembangunan
2007 tentang Perseroan Terbatas partisipatif bisa terealisasikan
dan UU No 25 tahun 2007 tentang dalam kehidupan berbangsa
Penanaman Modal yang mewajibkan dan bernegara. Pembangunan

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No.3 September - Desember 2015 327
partisipatif merupakan Perencanaan menginduk kepada kebijakan
pembangunan partisipatif merupakan Pemerintah.
pola pendekatan perencanaan 2. Kendala yang menghambat
pembangunan yang melibatkan pengentasan kemiskinan di
peran serta masyarakat pada Kabupaten Demak ialah Kurang
umumnya bukan saja sebagai maksimalnya fungsi DPRD baik
obyek tetapi sekaligus sebagai fungsi legislasi, fungsi anggaran,
subyek pembangunan, sehingga fungsi pengawasan dan minimnya
nuansa yang dikembangkan dalam peran serta swasta dan dunia
perencanaan pembangunan benar- usaha.
benar dari bawah (bottom-up). 2. Saran
1. Segera dilakukan pengesahan
Raperda penaggulangan
D. PENUTUP kemiskinan daerah menjadi Perda.
1. Kesimpulan Sinergi dan koordinasi antar
Berdasarkan hasil penelitian SKPD harus dijalankan dengan
yang telah dilakukan, penulis menarik baik untuk keberhasilan program
kesimpulan bahwa: pengentasan kemiskinan.
1. Tingkat kemiskinan di Kabupaten 2. Peningkatan APBD diharapkan
Demak masih tergolong tinggi sebagai upaya percepatan
dibanding dengan Kabupaten penanggulangan kemiskinan
di sekitar Kabupaten Demak. serta peran serta swasta dan
Penanganan Kemiskinan di dunia usaha dengan program
Kabupaten Demak masih CSR dikelola dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

• Buku-Buku:
Abdurrahman muliansyah, 2010, Bingkai Demokrasi, Ar-Ruzz, Yogyakarta;
Budiono, 2009, Ekonomi Indonesia, Mau ke Mana?: Kumpulan Esai Ekonomi, Kepustakaan
Populer Gramedia, Jakarta;
Hendra Esmara, 1986, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta;
Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta;
Soerjono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta;
Sumitro Djodjohadikusumo 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.
: LP3ES, Jakarta;

• Peraturan perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar 1945
Undang- Undang No.13 Tahun 2011 Tentang penagganan Fakir Miskin
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan perubahannya
Undang- undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Jurnal Pembaharuan Hukum


328 Volume II No.3 September - Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai