Anda di halaman 1dari 220

101-200

101 A. DD dengan perdarahan


• An. Denggi 8 tahun, demam 4 hari
• Pusing, mual, muntah, sulit makan
• Mimisan
• PF: rumple leed (+)
• Lab: Hb 12 Ht 37, trombosit 101.000, leukosit
5500  belum ada kebocoran plasma/
hemokonsentrasi

• Diagnosis?
Panduan WHO
Demam Dengue
• Demam tinggi mendadak
• Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
• Nyeri kepala
• Nyeri retro orbita
• Nyeri otot dan tulang
• Ruam kulit
• Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
• Leukopenia
• Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif
• Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma
(hemokonsentrasi, efusi pleura, asites, hipoproteinemia)

Sumber : WHO SEARO


Kriteria DBD
1. Klinis
• Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
– Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
• Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
– uji bendung positif
– petekie, ekimosis, purpura
– perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
– hematemesis dan atau melena
• Pembesaran hati
• Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba,
penyempitan tekanan nadi (20 mmHg), hipotensi sampai tidak
terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time
memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Kriteria DBD
2. Laboratorium
• Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)
• Adanya kebocoran plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
– Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
– Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi
cairan
– Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

• Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria


laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit) cukup
untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Jawaban Lainnya
• B. DBD derajat I  belum ada hemokonsentrasi,
trombosit > 100.000, meski rumple leed (+)
• C. DBD derajat II  belum ada hemokonsentrasi,
trombosit > 100.000, meski perdarahan spontan (+)
• D. DBD derajat III  belum ada hemokonsentrasi,
trombosit > 100.000, TTV pasien masih normal
• E. DBD derjat IV  belum ada hemokonsentrasi,
trombosit > 100.000, TTV pasien
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
101 A. DD dengan perdarahan
102 A. Akalasia

• Tn. Marcel 25 tahun, sulit menelan


• Kadang nyeri ulu hati, mulut asam
• PF: normal
• Radiologi: dilatasi esofagus

• Diagnosis?
Akalasia
• Definisi: kelainan motilitas • Diagnosis: barium
esofagus primer dengan swallow  Bird’s beak
karakteristik tidak adanya appearance, dilatasi
gerakan peristaltik esofagus
esofagus, dan terganggunya • Tatalaksana: mengurangi
relaksasi lower esophageal gejala dengan
sphincter (LES) ketika mengurangi hambatan
menelan aliran akibat LES yang
• Gejala hipertensif & sulit
• Disfagia (paling sering) relaksasi
• Regurgitasi • CCB, nitrat  mengurangi
• Nyeri dada tekanan LES
• Heartburn • Injeksi botulinum 
memblok asetilkolin
• Penurunan BB
• Bedah
GERD
Jawaban Lainnya
• B. GERD  tidak ditemukan dilatasi esofagus
• C. Divertikulum Zenker  diverticulum di mukosa
faring (di atas upper esophageal sphincter), bisa
asimptomatik, bisa bergejala (disfagia, regurgitasi,
batuk, halitosis, infeksi)
• D. Atresia esofagus  gambaran NGT tergulung
saat dilakukan foto toraks
• E. Barret esophagus  komplikasi GERD, pre-
malignansi
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

102 A. Akalasia
103 A. Sirosis hepatis dekompensata

104 E. Cherry red spot


• Ny. Lara 50 tahun muntah darah sejak 1 hari
yang lalu
• Selama 3 bulan terakhir: perut membsar
• Selama 6 bulan: badan kuning
• Konsumsi alcohol +
• PF: distensi abdomen, spider nevi, shifting
dullness (+), hepar tidak teraba

• Diagnosis?
Sirosis Hepatis
• Fibrosis dan nodul regeneratif hepar
• Tanda: hipertensi portal, ensefalopati hepatik,
varises esofagus, hipoalbuminemia
• Penyebab:
• Alkohol
• Obat-obatan (seperti asetaminofen)
• Hepatitis kronis (B, C)
• Penyakit hepar lain( Wilson, amiloidosis)
• Penyakit sistemik lain (gagal jantung kongesntif,
tromobsis vena hepatik, dan lain-lain)
HIPERTENSI PORTA  BYPASS ke vena
gastrik sinistra  varises esofagus
Sirosis: Kompensata vs Dekompensata

• Sirosis dengan gejala klinis (-)/


Kompensata asimptomatik
• Sering disebut: sirosis hati laten

• Sirosis dengan gejala klinis(+): asites,


Dekompensata varises esofagus, ikterus, ensefalopati
• Sering disebut: sirosis hati aktif

http://www.hepatitisc.uw.edu/go/evaluation-staging-monitoring/evaluation-
prognosis-cirrhosis/core-concept/all
http://www.hepatitisc.uw.edu/go/evaluation-staging-monitoring/evaluation-
prognosis-cirrhosis/core-concept/all
Pemeriksaan radiologi sirosis hepatis

Endoskopi (paling
dianjurkan): cherry red
spot (biasanya karena
impending bleeding)

Endoskopi (paling
dianjurkan): varises esofagus
Barium meal: filling defect
berbentuk serpiginosa
multipel menunjukkan
varises esofagus
Mallory-Weiss Tear
Mallory-Weiss syndrome
• Laserasi mukosa longitudinal di esofagus distal
• Akibat muntah hebat atau batuk hebat
• Patogenesis belum jelas: mengejan, batuk, kejang,
trauma dada
• Faktor risiko: hernia hiatus (>40% penderita MW
syndrome memiliki hernia hiatus), alkohol, usia tua
• Manifestasi klinis: nyeri epigastrium, muntah darah
(robek vena esofagus atau pleksus arteri)
• Diagnosis: endoskopi, umumnya robekan mulai dari
hernia hiatus ke atas (esofagus) atau bawah (kardia
lambung)
Hernia hiatus
• Diagnosis umumnya karena
kebetulan
• Definisi umum: herniasi
elemen kavitas abdomen
melalui celah diafragma yang
dilalui esofagus
• Tipe 1 : sliding hiatal hernia
• Tipe 2,3,4: paraesofageal
hiatal hernia
• Faktor risiko: gemuk, hamil,
tekanan abdominal tinggi
• Gejala: menyerupai GERD
Jawaban Lainnya
• B. Sirosis hepatis kompensata  gejala klinik (-)
• C. Hepatitis B kronik  tidak ada keterangan
riwayat hep B atau uji serologis hep B
• D. Hepatoma  pada PF hepar harusnya teraba,
keras, berdungkul-dungkul, dan peningkatan AFP
• E. Mallory Weiss syndrome  ruptur Mallory
Weiss, pasien sering asimptomatik lalu muntah
darah mendadak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

103 A. Sirosis hepatis dekompensata


Jawaban lain: Radiologis

Endoskopi: cobble stone


appearance  Chron’s disease
Barium meal: mouse tail/ rat tail
appearance  akalasia
Barium: string sign
 hipertrofi
stenosis pilorus

USG: acoustic shadow


 batu empedu, batu
saluran kemih

Barium: string sign


 Chron’s disease
Jawaban Lainnya
• A. Cobblestone appearance  endoskopi, pada
Chron’s disease
• B. Mousetail appearance  barium meal, pada
akalasia
• C. Acoustic shadow  USG, pada batu empedu/
batu saluran kemih
• D. String sign  Barium meal, pada hipertrofi
stenosis pilorus, atau Chron’s disease
Jadi, yang ditemukan pada
penunjang pasien ini adalah…
104 E. Cherry red spot
105 E. Polisitemia vera

• Ny. Hilma 35 tahun, sering pusing


• Wajah dan telapak tangan gatal dan merah
• PF: limpa schuffner 3
• Lab: Hb 19,7, leukosit 13.000, trombosit
498.000

• Diagnosis?
Polisitemia Vera  kelainan
mieloproliferatif
• Tanda dan gejala biasanya berhubungan
dengan hiperviskositas darah :
- Pandangan kabur, sakit kepala, mudah lelah
- Muka kemerahan (pletora)
- Gatal (berhubungan dengan overproduksi
histamin)
- Sering disertai splenomegali

medscape
Diagnosis menurut PVSG
Kriteria A:
- Peningkatan massa sel darah merah ( > 36 mL/kg pada pria, > 32
mL/kg pada wanita)
- Saturasi oksigen normal (> 92%)
- Splenomegali
Kriteria B:
- Trombositosis
- Leukositosis
- Peningkatan leukosit alkalin fosfatase (>100)
- Serum vit B12 >900 atau binding capacity >2200

- Kriteria diagnostik: 3 kriteria A atau A1 + A2+ salah satu B


medscape
Diagnosis menurut WHO
Major WHO criteria:
• Hemoglobin >18.5 g/dL in men and >16.5 g/dL in women,
or other evidence of increased red blood cell volume
• Presence of JAK2 V617F or other functionally similar
mutation, such asJAK2 exon 12 mutation
Minor WHO criteria:
• Bone marrow biopsy showing hypercellularity for age with
trilineage growth (panmyelosis) with prominent erythroid,
granulocytic, and megakaryocytic proliferation
• Serum erythropoietin level below the reference range for
normal
• Endogenous erythroid colony formation in vitro
2 mayor + 1 minor ATAU 1
mayor + 2 minor medscape
http://images.netdoctor.co.uk/uka
__603910000_treatmentpv_300.gi
f
Jawaban Lainnya
• A. Trombositosis esensial
 hanya trombosit yang
meningkat
• B. Leukemia 
leukostasis, bleeding,
mudah infeksi
• C. Methemoglobinemia
 gangguan melepas O2
ke jaringan, sianosis
• D. Multipel myeloma 
OLD CRAB, lesi litik tulang
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
105 E. Polisitemia vera
106 E. Hidroksikluruokuin
• Nn. Minah 20 tahun, nyeri sendi bahu, siku,
lutut, pergelangan kaki sejak 4 bulan
• Rambut sering rontok dan demam
• Kemerahan kedua pipi

• Diagnosis: SLE
• Terapi terbaik?
SLE
Test Description
Screening test; sensitivity
ANA 95%; not diagnostic without IgG/IgM variants measured
clinical features with ELISA are among the
antiphospholipid antibodies
High specificity; Anticardiolipin used to screen for
Anti-dsDNA sensitivity only 70%; level is antiphospholipid antibody
variable based on disease syndrome and pertinent in
activity SLE diagnosis
Most specific antibody for SLE; Multiple tests (eg, direct
Anti-Sm
only 30-40% sensitivity Russell viper venom test) to
Present in 15% of patients with screen for inhibitors in the
Lupus anticoagulant
SLE and other connective- clotting cascade in
Anti-SSA (Ro) or Anti-SSB (La) tissue diseases such as Sjögren antiphospholipid antibody
syndrome; associated syndrome
with neonatal lupus Coombs test–positive
Uncommon antibodies that Direct Coombs test anemia to denote
may correlate with risk for CNS antibodies on RBCs
disease, including increased Drug-induced lupus ANA
Anti-ribosomal P hazards of psychosis in a large antibodies are often of this
inception cohort, although the type (eg, with
exact role in clinical diagnosis is procainamide or
debated[90] Anti-histone
hydralazine; p-ANCA–
Included with anti-Sm, SSA, and positive in minocycline-
SSB in the ENA profile; may induced drug-induced
Anti-RNP indicate mixed connective- lupus)
tissue disease with overlap
SLE, scleroderma, and myositis
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011
Tatalaksana: SLE ringan
• Penghilang nyeri seperti paracetamol 3 x 500 mg, bila
diperlukan.
• Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS)
• Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-300
mg/hari) (1 tablet klorokuin 250 mg mengandung 150
mg klorokuin basa)
• Alternatif klorokuinadalah kortikosteroid
• Kortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari
atau yang setara.
• Tabir surya: Gunakan tabir surya topikal dengan sun
protection factor sekurang-kurangnya 15 (SPF 15)
• Glukokortikoid topikal untuk mengatasi ruam (gunakan
preparat dengan potensi ringan)

Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011
Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2011
Jawaban Lainnya
• A. Sulfasalazine  DMARD, dapat digunakan pada
SLE, namun lebih utama pada RA
• B. Vitamin A  tidak tepat
• C. Eritromisin  antibiotik, tidak tepat
• E. NSAID  dapat digunakan sebagai pilihan terapi
pada pasien ini, namun bukan pilihan pengontrol
penyakit SLE
Jadi, terapi pasien ini adalah…
106 E. Hidroksikloroukin
107 B. Anti-CCP
• Ny. Solji 56 tahun nyeri di jari-jari tangan
kanan-kiri setiap pagi
• Nyeri sekitar 2 jam
• Lab: LED meningkat

• Diagnosis: RA
• Pemeriksaan lain yang dianjurkan?
Rheumatoid Artritis
• Kriteria diagnostik :
- Kaku pagi hari 1 jam
- Poliartritis (> 3 sendi)
- Artritis pada sendi tangan
- Artritis simetris
- Nodul rheumatoid
- Rheumatoid faktor (+)
- Gambaran radiologi  kerusakan kartilage oleh panus

KRITERIA 1-4 minimal 6 minggu.

TATA LAKSANA
• Inisial: NSAID dan/atau glukokortikoid
• DMARD diberikan dalam tiga bulan bila peradangan terus menerus
Lab Studies
• Inflammatory markers: Erythrocyte sedimentation rate
(ESR) or CRP level
• Complete blood count (CBC) and metabolic panel
• Liver function tests and assessment of renal function
with serum creatinine levels
• Antinuclear antibody (ANA) testing
• Rheumatoid factor (RF) and anti–cyclic citrullinated
peptide (CCP) antibody
• Additional studies: Total protein, albumin, fibrinogen,
ferritin, D-dimer, angiotensin-converting enzyme (ACE),
antistreptolysin 0 (AS0), anti-DNAse B, urinalysis
Rheumatoid Arthritis - PF
Rheumatoid Arthritis

Studies of anti-CCP antibodies suggest a sensitivity and


specificity equal to or better than those of RF, with an
increased frequency of positive results in early RA; the
presence of both anti-CCP antibodies and RF is highly
specific for RA.
Tatalaksana
• Nonfarmakologis: edukasi, istirahat, latihan, terapi
okupasi dan fisik, konseling nutrisi, mencegah
komorbiditas lain
• Farmakologis: bergantung derajat kesakitan dan
keinginan pasien, dipilih kombinasi antiinflamasi
(NSAID-glukokortikoid sistemik atau intraarticular) dan
DMARD
• Untuk mengatasi nyeri secara akut: NSAID
• Untuk tatalaksana jangka panjang: DMARD (disease-
modifying artritis rheumatoid drugs) terpilih
• Monitoring: secara rutin mengevaluasi aktivitas penyakit
dan skrining toksisitas obat
• Aktivitas penyakit melalui protein reaktan akut atau
penanda inflamasi lain
Jawaban Lainnya
• A. ANA  SLE
• C. ALP  alkalin fosfatase; jika meningkat bisa pada
sirosis hepatis, obstruksi empedu
• D. AFP  alfa fetoprotein; tumor marker hepatoma
• E. anti-dsDNA  SLE
Jadi, pemeriksaan lain pasien ini
adalah…
107 B. Anti-CCP
108 C. Thalassemia beta mayor

• An. Denada 5 tahun lemas 6 bulan


• Pucat 1 tahun terakhir, ada riwayat transfusi
• PF: hepatosplenomegaly
• Lab: Hb 6,8, HbA2 dan HbF meningkat

• Diagnosis?
Thalassemia
• Adalah gangguan genetik sel darah merah berupa
abnormalitas formasi Hb.
• Dewasa normal:
• HbA (A2Β2) 95%
• HbA2 (α2 δ2) 2-3.5%
• HbF (α2 γ2) < 2%
• Gen pengatur produksi globin:
• Kromosom 16 (alpha globin: "α")
• Kromosom 11 (beta: "β", gamma: "γ", and delta: "δ" genes)
• Thalasemia:
• Mutasi / delesi gen pengatur produksi globin  penurunan
produksi rantai globin dan rasio Hb abnormal (α:non-α). 
penurunan sintesis Hb
Thalassemia Alfa
• Mengenai gen HBA1 dan HBA2
• Sehingga: produksi rantai beta berlebihan  karena
tidak stabil, akhirnya membentuk tetramer bernama
HbH
• Dibagi menjadi:
• Silent carrier: asimptomatik
• α thalassemia trait: asimptomatik, abnormal apus darah
tepi, HbF meningkat, HbA2 normal
• HbH disease: anemia hemolitik kronik --> pucat,
ikteris/anemia neonatal, hepatosplenomegali,
gallstones, dst
• α thalassemia major (Hydrops fetalis)  meninggal
dalam uterus atau segera setelah lahir
Thalassemia Beta
• Terjadi karena defek pada globin beta
• Mutasi pada gen HBB atau kromosom 11  defek HbA
• Keparahan penyakit bergantung pada apakah defek parsial
(masih ada sebagian globin β) atau keseluruhan (tidak ada
globin β sama sekali)
• Dibagi menjadi:
• Silent carrier: asimptomatik
• β thalassemia trait/minor: anemia ringan, elektroforesis
ditemukan peningkatan HbA2, HBF, atau keduanya
• β thalassemia intermedia: anemia, intermediate severity
• β thalassemia major (Cooley anemia): transfusion dependent
anemia
• Splenomegali, gangguan pertumbuhan, deformitas tulang
• Gejala Thalassemia mayor muncul di antara bulan ke 6 -12 saat
produksi rantai gamma berkurang dan normalnya diganti rantai
globin beta untuk membentuk HbA (a2b2)
Thalassemia
• Gejala klinis:
• Pucat kronis
• Hepato-splenomegali
• Ikterik
• Short stature
• Facies Cooley
Apusan darah tepi:
• Hiperpigmentasi Mikrositik, hipokrom,
• Riwayat keluarga (+) anisopoikilositosis, sel target (+),
eritrosit muda (+)

PP untuk menegakkan diagnosis:


Elektroforesis Hb
Thalassemia
• Tatalaksana: transfusi • Agen kelasi besi diberikan
• Hb pre-transfusi: 8 g/dl; target jika:
Hb: 12-13 g/dl • Ferritin serum>1.000 ng/ml
• Komplikasi dari tatalaksana: • Saturasi transferin>55%
• Hemokromatosis akibat • 10-20 kali transfusi PRC
transfusi berulang • Menerima transfusi darah
• Komplikasi ini muncul di akhir sebanyak 1 liter
dekade 1 atau awal dekade 2 • Jenis-jenis agen kelasi besi:
• Iron overload terjadi di • Subkutan = Deferoksamin
jantung, liver, organ endokrin, • Oral = Deferipron dan
dan tulang Deferasirox
http://www.aafp.org/afp/2009/
0815/p339.html
Beberapa Kelainan Morfologi
Eritrosit
• Thalassemia: sel target, berinti, basophilic stipping
dan leukosit imatur
• Defisiensi G6PD: bite cells
• Anemia defisiensi besi: sel pensil
• Leukemia: leukositosis abnormal dan sel blast
Jawaban Lainnya
• A. Thalassemia alfa mayor  hydrops fetalis
• B. Thalassemia alfa minor  biasa asimptomatik,
kelainan morfologi eritrosit, HbA2 normal
• D. Thalassemia beta minor  anemia ringan
• E. sickle cell disease  abnormalitas pada protein
HbS pada eritrosit, sehingga bentuknya menjadi
seperti bulan sabit
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
108 C. Thalassemia beta mayor
109 C. Leukoplakia
• Tn. Alba 50 tahun, bercak putih di mulut sejak 2
bulan
• Sulit dibersihkan, kebiasaan merokok
• PF: TTV noral, bercak hipopigmentasi, multiple,
diskret, tepi irregular
• KOH negatif

• Diagnosis?
Leukoplakia Oral

• Nama lain: leukoplasia, leukokeratosis, idiopathic


keratosis, idhiopatic white patch
• Adalah kondisi keratosis berbentuk plak putih pada
membran mukosa rongga mulut
• Gejala: biasa asimptomatik, terkadang nyeri atau tidak
nyaman, morfologi berupa plak putih yang tidak dapat
diangkat
• DD/ candidosis oral/ oral thrush  plak putih
pseudomembran dapat diangkat
• Faktor risiko: sering pada perokok dan pengonsumsi
alkohol
• berkembang menjadi oral cancer
Leukoplakia Oral (2)
• Pemeriksaan penunjang
• Biopsi/histologi: gambaran keratinosit dari sediaan mukosa
buccal
• Tatalaksana
• Tidak ada tatalaksana khusus
• Hindari rokok dan alkohol
• Beberapa studi:
• NSAID, antimikotik, karotenoid  belum membuktikan bisa
mencegah keganasan
• Vitamin C, vitamin E  antioksidan
• Prognosis
• Baik
• Transformasi leukoplakia tidak pernah lebih dari 1% per tahun
Oral thrush
• Kandidiasis = penyakit infeksi akibat Candida
albicans atau spesies Candida lainnya
• Kandidiasis mukosa oral:
• Kandidiasis pseudomembran akut = oral thrush
Bercak berwarna putih tebal (pseudomembran)
pada mukosa lidah, palatum, buccal, dan/atau
gusi yang berkonfluens maupun diskret.
• Kandidiasis atrofik akut
• Kandidiasis atrofik kronis
• Keilosis akibat Candida

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI; Panduan


pelayanan medis PERDOSKI 2011
• Pada membran mukosa
• Sering terjadi pada bayi atau
penggunaan kortikosteroid
inhalasi pasien asma,perokok
• Mengorek lesi menyebabkan
eritem dan perdarahan di
dasarnya
• Terapi : Nistatin suspensi oral
• 4-6 ml (400.000-600.000 iu), 4 x /
hari sesudah makan
• Harus ditahan di mulut beberapa
menit sebelum ditelan
• Dosis untuk bayi 2 ml (200.000
iu), 4 x / hari - Perlu 10-14 hari
untuk kasus akut atau beberapa Sumber : emedicine :
bulan untuk kasus kronis nystatin dosing
Jenis-jenis
Pilihan : Nistatin, preparat azol
Jawaban Lainnya
• A. Stomatitis inflamasi
membrane mukosa atau bibir, bisa
disertai ulkus oral. Biasa karena Leukodema
defisiensi nutrisi, seperti besi,
vitamin B9, vitamin B12
• B. Leukodema  mukosa
berwarna biru-keabuan
• D. Oral thrush  plak putih dapat
diangkat, KOH (+)
• E. Liken planus  inflamasi kronik Liken planus
mukosa mulut, kulit, dan kuku
• Gejala 6P: planar, purple, polygonal,
pruritic, papul, plak
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
109 C. Leukoplakia
110 E. Doksisiklin
• Ny. Budi Pekerti 27 tahun, mata kuning sejak 4
hari
• PF: sklera ikterik, hepatomegaly
• Lab: bilirubin total 2,5, bilirubin direk 1,5,
mikroorganisme spirochaeta

• Diagnosis: leptospirosis
• Terapi?
Leptospirosis
• Infeksi yang disebabkan oleh Leptospira.

Sumber: Harrison
Leptospirosis
• Leptospirosis adalah zoonosis yg
disebabkan L. Interrogans . Penyakit
ini harus dicurigai pada pasien yg
berkontak dgn air, tanah, atau
lumpur yg terkontaminasi urin
binatang.
• Merupakan pathogen ordo
spirochaeta, yang fleksibel, tipis,
disertai spiral halus, berflagel,
bergerak aktif
• Gejala klinis leptospirosis: demam,
menggigil, sakit kepala, mual,
muntah, nyeri abdomen, nyeri otot
betis, ikterus, hepatomegali,
anoreksia, fotofobia, gagal ginjal.
• Pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap

Sumber : PPM Penyakit Dalam RSCM


Manifestasi Klinis
• Manifestasi klinis dari • Pemeriksaan Penunjang
leptospirosis adalah: yang dapat dilakukan
• Sakit kepala untuk menegakkan
• Demam leptospirosis:
• Ikterik • Kultur darah (dalam 7-14
• Rigors hari setelah terpajan)
• Nyeri otot (betis) • Microscopic
• Mual dan muntah Agglutination Testing
• Diare (MAT)
• Batuk
• Faringitis
• Konjungtivitis
• Nonpruritic skin rash
Sumber: Medscape
Sumber: Medscape
Tata Laksana Leptospirosis

Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg

Berat : injeksi penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV

Sumber : PPM Penyakit Dalam RSCM


Tatalaksana Leptospirosis
• Sebagian besar kasus self limiting, dengan
keparahan mild-moderate
• Antibiotik terbukti mengurangi lama sakit dan
mencegah progresivitas menjadi leptospirosis berat
• Leptospirosis berat: perdarahan, uveitis, ARDS,
gagal ginjal
Jawaban Lainnya
• A. Suportif  tidak tepat
• B. Cotrimoxazole  kurang tepat
• C. Penicilin  pada kasus berat
• D. Eritromisin  kurang tepat
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
110 E. Doksisiklin
115 A. Pembedahan segera
• By. Toto 5 hari muntah bening, kadang
disertai susu
• BBL 2700 gram (ada sedikit revisi
dibandingkan di soal)
• NGT tertahan

• Diagnosis: Atresia esofagus


• Tatalaksana
ATRESIA ESOFAGUS (AE)

DEFEK KONGENITAL:
TIDAK ADA HUBUNGAN ESOFAGUS BAGIAN
PROXIMAL DAN DISTAL
• CURIGA AE:
• Ibu polihidramnion
• Dominan bayi liur banyak dan sering
tersedak saat minum
• TIPE atresia esofagus tersering: Atresia
esofagus + fistula distal transesofageal
(+86%) sehingga terdapat udara dalam
saluran cerna, namun berasal dari saluran
napas.

• DIAGNOSIS: Foto polos x-ray: coiled


nasogastric tube (NGT tergulung)
• TATALAKSANA: bedah emergensi
Indikasi bedah
Waterston (1962)
• Kategori A  Immediate primary repair
• BBL > 2,5 kg, kondisi baik
• Kategori B  Delayed repair
• BBL 1,8-2,5 kg, kondisi baik
• ATAU BBL > 2,5 kg dengan pneumonia dan anomali kongenital sedang
• Kategori C  Staged repair
• BBL < 1,8 kg, kondisi baik
• ATAU BBL >1,8 kg dengan pneumonia berat dan anomaly kongenital berat

Spitz (1994)
• Grup I: BBL >1,5 kg + major cardiac disease (+)
•  Immediate primary repair
• Grup II: BBL <1,5 kg ATAU major cardiac disease
•  Delayed repair
• Grup III: BBL <1,5 kg DAN major cardiac isease
•  Staged repair Sumber:
Medscape
Jawaban Lainnya
• B. Beri ASI sedikit demi sedikit  kurang tepat
• C. Puasa  kurang tepat
• D. Laparotomi eksplorasi  bukan tindkan
pembedahan yang tepat
• E. Barium meal  tidak tepat
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
115 A. Pembedahan segera
D. Sudah memiliki kekebalan
111 dari infeksi sebelumnya

• An. Momon 5 tahun, datang dengan uji


serologis hepB
• Riwayat imunisasi tidak jelas
• Ibu: riwayat kuning sebelum hamil
• Lab: HbsAg (-), anti-HBs (+), anti-HBc (+)

• Diagnosis?
Serologi hepatitis B
Imunitas terhadap Hep B
• Dosis: 0,1,6 bulan
• Imunitas terjadi jika pada pasien sudah terdapat anti-
Hbs sehingga yang diperlukan adalah menenangkan
pasien.
• HBIG (pasif imunitas) dan vaksin Hep B (aktif imunitas)
hanya diberikan pada pasien yang tidak diketahui status
imunitasnya terhadap Hep B setelah pajanan.
• Pasif imunitas sebaiknya diberikan dalam 24 jam
setelah pajanan.
• Status HBsAg pasien tidak diperlukan karena sudah
kebal.
Jawaban Lainnya
• A. Infeksi hepatitis B akut  HBsAg (+) IgM Anti-
HBc (+) Anti-HBs (-)
• B. Infeksi hepatitis B kronis  HBsAg (+) IgG Anti-
HBc (+) Anti-HBs (-)
• C. Window period  HBsAg (-), IgM Anti-HBc (+),
Anti-HBs (-)
• E. Sudah memiliki kekebalan dari imunisasi 
harusnya anti-HBc tidak (+), hanya anti-HBs (+)
Jadi, interpretasi pasien ini adalah…
D. Sudah memiliki kekebalan
112 dari infeksi sebelumnya
113 E. Sukralfat

• Tn. Tommy 39 tahun, BAB hitam 2 bulan


• Nyeri, mual, kembung
• BB turun hingga 10 kg 3 bulan terakhir
• Pekerja sibuk, jarang makan teratur

• Diagnosis: Ulkus gaster


• Obat yang meningkatkan faktor defensif?
Ulkus gaster
• Definisi: gambaran bulat/semibulat ukuran >5mm
kedalaman submucosa pada mukosa lambung
akibat terputusnya integritas mukosa lambung.
• Penyebab: faktor agresif >>> faktor defensif
• Faktor agresif
• Endogen: HCl, pepsin, garam empedu
• Eksogen: obat-obatan (NSAID), alkohol, bakteri (H. pylori)
• Faktor defensif
• Pre-epitel: mukus bikarbonat
• Epitel: sel-sel, prostaglandin, growth factor
• Post-epitel: aliran darah
Tatalaksana
• Non-Medikamentosa • Sukralfat  membentuk lapisan
• Istirahat pelindung di dasar tukak, sintesis
PG, growth factor, sekresi
• Diet: hindari makanan bikarbonat dan mukus,
mengandung meningkatkan daya pertahanan
asam/merangsang mukosa
pembentukan asam • PG  mengurangi asam
• Kurangi rokok dan alcohol lambung, menambah sekresi
• Hindari NSAID mucus, bikarbonat, dan aliran
darah
• Medikamentosa • ARH2  mengurangi asam
• Bismuth  mekanisme lambent
kerja belum jelas, • PPI  mengurangi asam
kemungkinan melindungi lambung
mukosa dengan berikatan
dg pepsin, sekresi PG,
bikarbonat, mukus
Jawaban Lainnya
• A. Domperidon  prokinetik, bukan faktor defensif
• B. Ranitidin  antagonis reseptor H2, menurunkan
faktor agresif
• C. OMZ  PPI, menurunkan faktor agresif
• D. Antasida  menurunkan faktor agresif
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

113 E. Sukralfat
114 B. Chron’s disease
• Tn. Boy 36 tahun, BAB keras-diare, disertai
darah
• Nyeri perut seperti kram, kembung
• BB turun
• PF: pucat, papil lidah atrofi, abdomen distensi,
nyeri tekan (+)
• Radiologi: string sign
• Endoskopi: lesi ileum hingga kolon tak berpola

• Diagnosis?
Inflammatory Bowel Disease
• penyakit idiopatik yang
menimbulkan reaksi
kekebalan tubuh
(autoimun) terhadap
saluran ususnya sendiri
sehingga terjadi inflamasi
• Ada 2 jenis utama dari IBD,
yaitu kolitis ulseratif dan
penyakit Crohn.

Sumber : konsensus
IBD, emedicine
Sumber : konsensus
Karakteristik radiologis
• Skip lesion
• Chron’s disease
Barium: string sign
 Chron’s disease
Jawaban Lainnya
• A. UC  dominan diare berdarah, ditemukan lead
pipe
• C. Karsinoma kolon  diare berdarah, ditemukan
apple core atau filling defect
• D. IBS  perubahan pola BAB, tidak ditemukan
kelainan organik, dipengaruhi stress
• E. Ca caput pancreas  painless obstructive
jaundice
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

114 B. Chron’s disease


115 A. Eritromisin PO
• An. Banu 1 tahun, batuk terus-menerus 1
minggu
• Muntah tiap batuk
• PF: suhu febris, bercak merah konjungtiva
bulbi

• Diagnosis: Pertusis
• Tatalaksana?
Pertusis
• Etiologi: Bordetella pertusis

http://www.cdc.gov/pertussis/images/pertussis-timeline.jpg
• Diagnosis: klinis!
• Penunjang
• Tatalaksana
Perawatan penunjang
• Antibiotik: azitromisin 10 • Hindarkan sejauh mungkin segala
mg/kgBB selama 5 hari, tindakan yang dapat merangsang
eritromisin oral (12.5 terjadinya batuk
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) • Jangan memberi penekan batuk,
selama 10 hari atau jenis obat sedatif, mukolitik atau
antihistamin.
makrolid lainnya.
• Obat antitusif dapat diberikan
• Oksigen: bila pernah terjadi bila batuk amat sangat
sianosis atau berhenti napas mengganggu.
atau batuk paroksismal berat. • Jika anak demam (≥ 39º C) yang
dianggap dapat menyebabkan
• Tatalaksana jalan napas: distres, berikan parasetamol.
Selama batuk paroksismal, • Beri ASI atau cairan per oral. Jika
letakkan anak dengan posisi anak tidak bisa minum, pasang
kepala lebih rendah dalam pipa nasogastrik dan berikan
posisi telungkup, atau miring, makanan cair porsi kecil tetapi
untuk mencegah aspirasi sering untuk memenuhi
kebutuhan harian anak.
muntahan dan membantu
pengeluaran sekret.

PPM IDAI, Jilid 2


Jawaban Lainnya
• B. Amoxicilin  bukan pilihan utama
• C. Doksisiklin  bukan pilihan utama
• D. Cotrimoxazole  alternatif
• E. Ceftriaxone IV  bukan pilihan utama
Jadi, terapi pasien ini adalah…

115 A. Eritromisin
D. 1 mg/kgBB/hari besi
116 elemental

• Rekomendasi pemberian suplementasi besi


untuk anak sehat?

Rekomendasi IDAI, 2011


Kesimpulan rekomendasi
suplementasi besi anak?
• Rekomendasi 1
• Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas
usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun
• Rekomendasi 2 sesuai tabel di slide sebelumnya
• Rekomendasi 3
• Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi
secara massal.
• Rekomendasi 4
• Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun
dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil
pemeriksaan ditemukan anmia, dicari penyebab dan bila perlu
dirujuk.
• Rekomendasi 5
• tentang komitmen dan kebijakan pemerintah

Rekomendasi IDAI, 2011


Jadi, jawbannya adalah…
D. 1 mg/kgBB/hari besi
116 elemental
117 D. Invaginasi
• An. Hanum, muntah terus-menerus
• Kembung dan menangis, tidak kentut atau
BAB, diare 5x dengan darah dan lendir
• PF: distensi abdomen, massa seperti sosis,
metallic sound (+)
• Penunjang: gambaran seperti sosis

• Diagnosis?
• Diagnosis • Tatalaksana
• Paling sering umur 6 bulan-1 • Barium enema
tahun • Diagnosis: gambaran
meniskus.
• Gambaran klinis: • Tekanan cairan barium akan
• Awal: kolik yang sangat mereduksi intususepsi.
• Reduksi berhasil bila
hebat disertai muntah. beberapa bagian usus halus
Anak menangis telah terisi barium/udara.
kesakitan. • Pasang NGT
• Lebih lanjut: kepucatan • Resusitasi cairan.
pada telapak tangan, • Antibiotik jika ada tanda
perut kembung, tinja infeksi (demam, peritonitis)
berlendir bercampur • Lakukan PEMERIKSAAN
ULANG SEGERA oleh dokter
darah (currant jelly bedah.
stool) dan dehidrasi. • Pembedahan jika reduksi
• Palpasi abdomen teraba dengan enema gagal.
• Jika terdapat bagian usus
massa seperti sosis. yang iskemi atau mati, reseksi
• Ultrasonografi: tampak perlu dilakukan.
tanda donat/pseudo-kidney. Buku Saku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, WHO
Coil Spring
Jawaban Lainnya
• A. Divertikulum Meckel  diverticulum kongenital,
biasa di usus halus
• B. Ileus meconium  tidak ada
• C. Ileus paralitik  tidak ada metallic sound
• E. Hirschprung  BAB menyemprot, gambaran
megakolon
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

117 D. Invaginasi
118 A. Metronidazole
• An. Foya 10 tahun, diare cair 3 hari
• Diare 4x/hari, lendir, darah, bau busuk
• Mual, muntah, nyeri perut
• Nafsu makan turun, KU baik
• PF: abdomen distensi, BU meningkat
• Lab: organisme memakan eritrosit

• Tatalaksana?
Disentri amoeba
Gambaran Klinis
Disentri
• Klinis:
• Nyeri perut
• Diare
• Demam
• Turun berat badan
• Gejala gradual
• Hematologi: leukositosis, anemia ringan, ALP
meningkat
• Mikroskopik tinja segar: trofozoit yang menelan
eritrosit, leukosit lebih sedikit dibanding infeksi
shigella, eritrosit banyak, occult blood test (+)
• Tatalaksana: metronidazole
Emedicine Amebic hepatic
abscess
Kista Amoeba
Jawaban Lainnya
• B. Doksisiklin  bukan terapi
• C. Albendazole  bukan terapi
• D. Kotrimoksazole  pada disentri basiler
• E. Sefiksim  bukan terapi
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

118 A. Metronidazole
C. Omeprazole + Amoksisilin
119 + klaritromisin

• Tn. Hebring 30 tahun, kembung 1 tahun


• Muntah dan nyeri perut
• Antasida, tidak membaik
• PF: nyeri epigastrium
• Mikroskop: bakteri spiral, berflagel

• Dx: Gastritis kronik ec infeksi H. pylori


• Tatalaksana?
Dispepsia akibat infeksi H pylori
• Di Indonesia, 90-100% pasien dengan ulkus
peptikum yang tidak memiliki riwayat penggunaan
obat OAINS adalah akibat infeksi Hp
• 20-40% dyspepsia fungsional adalah akibat infeksi
Hp
• Diagnosis dapat dilakukan melalui endoskopi
(kultur, histologi, rapid urease) dan secara tidak
langsung (urea breath test – gold standard, tes
tinja dan urine)
• Sebelum pemeriksaan harus bebas PPI dan antibiotik 2
minggu
H.pylori
• Bakteri batang, tidak membentuk spora, gram
negatif, berbentuk spiral atau membentuk kurva,
memiliki flagel, motil, aerobik
• Menginfeksi lapisan mukosa dan membentuk ulkus
Tatalaksana H pylori
Jawaban Lainnya
• A. OMZ + Amox + metronidazole  regimen salah
• B. Lansoprazole + Amox + metronidazole 
regimen salah
• D. Lansoprazole + klaritromisin + bismuth 
regimen salah
• E. Lansoprazole + klaritromisin + metronidazole 
regimen salah
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
C. Omeprazole + amoksisilin
119 + klaritromisin
120 D. Labiopalatognatoschisis

• By. Magneto 4 hari, kelainan sejak lahir


berupa celah di bibir, rahang atas, dan
langit-langit
• Sulit mengisap ASI, sering tersedak

• Diagnosis?
Labiopalatognatoschisis
• Labioschisis = Cleft lip, terdapat celah di bibir

• Palatoschisis = Terdapat celah langit-langit pasien


sehingga terdapat hubungan antara hidung dan mulut.

• Gnathoschisis = cleft jaw  a congenital facial anomaly


of the jaw resulting from failure of fusion of the
mandibular prominences.
Labioschisis Labio-gnatoschisis

Palatoschisis Labio-gnato-palatoschisis
Jawaban Lainnya
• A. Labioschisis  celah pada bibir
• B. Labiognatoschisis  celah pada bibir dan rahang
• C. Labiopalatoschisis  celah pada bibir + palatum
• E. Gnatopalatoschisis  celah pada rahang +
palatum
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

120 D. Labiopalatognatoschisis
D. Intoleransi laktosa
121 sekunder
• An. Aidan 2 tahun, mencret 6-7x/hari, perut
distensi, diare menyemprot, kemerahan
sekitar anus
• BAB berbau asam
• Riwayat dirawat di RS karena diare
• PF: eritema natum (+)

• Diagnosis?
Laktase <<  laktosa tidak dicerna 
fermentasi oleh bakteri  gejala
kembung, diare asam, eritema anal
CLINITEST  menilai ada tidaknya
karbohidrat pereduksi (laktosa)
Alergi Susu Sapi vs Intoleransi Laktosa
Lactose Intolerance
• Intolernasi laktosa adalah ketidakmampuan
mencerna laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
akibat kurang enzim lactase di duodenum
• Gejala berupa BAB cair, kembung, nyeri, banyak
buang gas, mual, dan borborigmi
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan eritema natum

Sumber: medscape
Intoleransi laktosa primer
• Merupakan bentuk intoleransi laktosa paling umum
• Pada awal kehidupan memiliki lactase dalam
jumlah banyak, penting bagi balita karena sumber
energi utamanya adalah susu
• Saat anak-anak mengganti sumber makanan dari
susu ke makanan lain, produksi lactase berkurang,
tapi cukup tinggi untuk mencerna produk susu, tapi
pada penderita intoleransi primer, produksi lactase
berkurang signifikan sehingga sulit mencerna
produk susu
Sumber: www.nhs.uk
Intoleransi laktosa sekunder
• Kekurangan lactase akibat masalah di usus,
biasanya sekunder dari:
• Gastroenteritis
• Celiac disease
• Crohn’s disease
• Ulcerative colitis
• Kemoterapi
• Antibiotik yang lama

Sumber: www.nhs.uk
Intoleransi laktosa kongenital
• Kondisi langka, ditemukan pada bayi baru lahir
• Diturunkan secara resesif autosomal, sehingga bayi
tidak memproduksi lactase
• Gagal tumbung kembang sejak lahir

Sumber: www.nhs.uk
Jawaban Lainnya
• A. Diare et causa virus  diare tanpa lendir dan
darah, pasien ini berdarah
• B. Alergi susu sapi  ada gejala alergi lain:
dermatitis, asma
• C. Intoleransi laktosa primer  tidak ada riwayat
diare sebelumnya, biasa karena kurang produksi
lactase
• E. Hirschprung  ada gambaran megakolon
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
D. Intoleransi laktosa
121 sekunder
122 A. Minggu I
• An. Telolet, usia 1 tahun, demam sejak 8
hari, terutama sore hari
• Tidak BAB 3 hari
• PF: suhu demam, coated tongue (+)

• Diagnosis: Demam tifoid


• Kapan pemeriksaan gold standard?
Demam tifoid
• Gejala khas: stepwise fever • Minggu kedua
pattern  pola demam • Gejala di atas meningkat, dapat
dimana suhu akan turun di ditemukan splenomegali.
• Bradikardi relatif, dicrotic pulse
pagi dan suhu semakin tinggi (double beat, the second beat
dari hari ke hari. weaker than the first)
• Minggu pertama: • Minggu ketiga
• Gejala gastrointestinal • takipnue, distensi perut, diare
hijau-kuning (pea soup
(nyeriperut, konstipasi), diarrhea), dapat masuk thypoid
batuk, sakit kepala. state(apatis, confusion,
psychosis), dapat terjadi
• Akhir minggu pertama: perforasi usus dan peritonitis
suhu masuk fase plateau • Minggu keempat
(39-400C), muncul rose • jika individu tersebut bertahan,
spot (salmon-colored, gejala akan membaik
blanching, truncal,
maculopapules)
Pemeriksaan Tifoid
• Tubex test  Minggu pertama
• Widal  Minggu kedua
• Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau Anti-O
1/320 atau anti-H 1/640
• Typhi dot IgM IgG
• Kultur
• Aspirat sumsum tulang  terlalu invasif.
• Darah  minggu 1
• Feses  minggu 2,3
• Urin  minggu 3,4
Bahan sediaan Penunjang
Tatalaksana Demam Tifoid Anak-
Anak
• Kloramfenikol sampai saat ini masih merupakan
obat pilihan pertama kasus demam tifoid pada
anak
• WHO: obat ini dimasukkan sebagai obat alternative atau
lini kedua (Lini pertamanya adalah fluorokuinolon,
khususnya pada orang dewasa)
• Kelelebihan kloramfenikol:
• Efikasinya baik (demam turun rata-rata hari ke 4-5
setelah pengobatan dimulai)  demam turun lebih
cepat
• Mudah didapat
• Harganya yang murah.
Pilihan Tatalaksana Demam Tifoid,
Anak

PPM IDAI, Jilid 1, 2009


Jawaban Lainnya
• B. Minggu II  serum (antibodi), feses
• C. Minggu III  feses
• D. Minggu IV  urin
• E. Hari I  kurang tepat
Jadi, pemeriksaan pasien ini adalah…

122 A. Minggu I
123 B. Gizi buruk marasmus
D. ReSoMal 5 ml/kgBB
124 PO/NGT tiap 30 menit
• An. Alghazali 6 bulan, muntah 1 hari
• Muntah 10x, setengah gelas
• BB tidak naik
• Imunisasi belum lengkap
• ASI sampai 2 bulan
• PF: ubun-ubun & amta cekung, iga gambang,
lengan dan tungkai atrofi, bokong kendur

• Diagnosis?
• Tatalaksana awal?
Gizi Buruk – Diagnosis
• Diagnosis gizi buruk ditegakkan atas dasar klinis dan atau antoprometri
1. Terlihat sangat kurus dan atau edema
2. Antropometri
a. Anak usia <5 tahun (WHO): z-score BB/TB < -3,00 SD
b. Anak dengan organomegali: LLA < 11,5 cm atau LLA/U < 70%
• Klasifikasi
• Kwashiorkor: edema pada kedua punggung kaki, rambut kemerahan
dan mudah dicabut, kurang aktif, rewel, cengeng, pengurusan otot,
crazy pavement dermatosis
• Marasmus: wajah seperti orang tua, kulit terlihat longgar, iga
gambang, baggy pants, kulit paha berkeriput
• Tipe Campuran

• Perhatikan: edema punggung kaki bilateral; sedangkan ascites dapat


saja merupakan organomegali.
Gizi Buruk – Klasifikasi
• Kwashiorkor: • Marasmus:
• Perubahan mental sampai • Penampilan wajah seperti orang
tua, terlihat sangat kurus
apatis • Perubahan mental, cengeng
• Anemia • Kulit kering, dingin dan
• Perubahan warna dan tekstur mengendor, keriput
rambut, mudah dicabut/rontok • Lemak subkutan menghilang
hingga turgor kulit berkurang
• Gangguan sistem • Otot atrofi sehingga kontur
gastrointestinal tulang terlihat jelas
• Kadang-kadang terdapat
• Pembesaran hati (dermatosis) bradikardia
• Atrofi otot • Tekanan darah lebih rendah
dibandigkan anak sehat yang
• Edema simetris pada kedua sebaya
punggung kaki, dapat sampai
seluruh tubuh
• Tipe Campuran
Kwashiorkor vs
Marasmus
BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK, BUKU 1, KEMENKES RI
BAGAN TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK, BUKU 1, KEMENKES RI
Tatalaksana hipoglikemia

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2009


Tatalaksana hipotermia

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2009


Tatalaksana dehidrasi

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2009


Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO. 2009
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…
D. ReSoMal 5 ml/kgBB
124 PO/NGT tiap 30 menit
D. Oralit per NGT 20
125 cc/kgBB/jam
• An. Diana 1 tahun, BAB cair 2 hari lalu
• Frek diare 12 x/hari, tidak ada darah atau lendir,
muntah tiap minum
• PF: napas kussmaul, mata dan ubun-ubun
cekung, turgor lambat
• Pemasangan infus gagal, jarak tempuh ke RS 12
jam

• Diagnosis: Diare akut dehidrasi berat


• Tatalaksana selanjutnya?
Penilaian
Derajat
dehidrasi diare
akut anak
(WHO)
• Kategori :
• Kat A untuk diare tanpa dehidrasi
• Kat B untuk diare dengan dehidrasi
ringan sedang (tanda dehidrasi > 2)
• Kat C untuk diare dengan dehidrasi
berat
• Dosis Zinc menurut usia:
• Di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10 mg)
per hari selama 10 hari
• 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari
selama 10 hari

• Pemberian Makan
• ASI tetap diberikan
• Meskipun nafsu makan anak belum
membaik, pemberian makan tetap
diupayakan pada anak berumur 6 bulan
atau lebih
Jadi, tatalaksana pasien ini adalah…

125 D. Oralit per NGT 20 cc/kgBB/jam


126 C. Plasenta akreta

• Wanita hamil 32 minggu datang untuk ANC


• Riwayat SC + 2x
• TTV dalam batas normal
• Ditemukan plasenta uterus anterior dengan
gambaran swiss cheese appearance

• Diagnosis yang tepat adalah….


Plasenta akreta
• Merupakan implantasi abnormal plasenta, dimana vili
plasenta melekat pada myometrium atau menembus
desidua basalis dan Nitabuch Layer
• Plasenta inkreta  bila implantasi plasenta ,terjadi
penetrasi pada myometrium
• Plasenta perkreta  bila terjadi penembusan melewati
myometrium dan perimetrium

• Idealnya, gejala plasenta akreta muncul dalam upaya kelahiran


plasenta. Walaupun diagnosis seharusnya dapat dilakukan dari
USG saat pasien asimptomatik, sebelum muncul perdarahan
misalnya
Risk factors
• Faktor resiko utama  riwayat SC
• Bila menderita plasenta previa, frekuensi plasenta
akreta meningkat
• Belum pernah SC  1 to 5 %
• SC 1x  11 - 25 %
• SC 2X  35 - 40%
• SC 3x - 40 – 50 %
• SC 4x  50 to 67 percent
• First line diagnosis  USG

Sumber : UpToDate.com
Gambaran swiss cheese
appearance

Sonolucent areas throughout placenta that vary in size and shape and give
placenta “Swiss cheese” appearance
Jawaban Lainnya
• A. Plasenta previa  tidak ada gambaran swiss
cheese appearance pada USG
• B. Solutio plasenta  perdarahan berwarna
kecoklatan, nyeri perut, perut tegang
• D. Plasenta letak rendah  implantasi plasenta
kurang dari 2 cm dari OUI
• E. Vasa previa  pembuluh darah menutupi OUI,
nyeri perut minimal, keluar air campur darah
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

126 C. Plasenta akreta


B. Kompresi bimanual
127 interna

• Post partum anak ke 4 dengan perdarahan aktif


• Oksitosin IM dan masase fundus  sudah
diberikan
• Terpasang infus RL juga.
• TD 100/70 mmHg, nadi 100x/menit
• Plasenta lahir lengkap, tidak ada laserasi
• Kontraksi lembek  curiga ATONIA

• Tindakan yang tepat ??


Haemorragic Postpartum (HPP)

• Tone: Atonia uteri kontraksi uterus lemah.


Tatalaksana: uterotonika (oxytocin, metergin)
• Tissue: Sisa plasenta  jaringan plasenta tidak lengkap.
Th/ kuret
• Tear: Laserasi jalan lahir  darahnya merah segar
• Thrombocyte: Gangguan koagulasi  HELLP
Th/ kompresi bimanual, balon, ligasi arteri hipogastrik,
histerektomi
Hemorrhagic Post Partum
Sumber : post partum hemorrhage treatment, WHO
Jawaban Lainnya
• A. Memasang tampon uterus  bila pemberian
uterotonika dan Kompresi gagal
• C. B Lynch suture  bila tindakan kompresi dan
tampon gagal
• D. Kompresi bimanual eksterna  bila kompresi
bimanual interna tidak berhasil
• E. Ligasi arteri uterine  bila tindakan kompresi
dan tampon gagal
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
B. Kompresi bimanual
127 interna
A. Hiperemesis
128 gravidarum derajat 1

• Usia kehamilan 8 minggu, mual muntah


• Tidak bisa makan dan minum
• Lemas
• TD 90/60mmHg, nadi 100x/menit,

• Diagnosis yang tepat ?


• Pemeriksaan yang positif ?

129 C. Keton
Hiperemesis gravidarum
• Terjadi hingga usia 20 minggu; keadaan yang berat dapat
membuat dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit,
ketosis  hiperemis gravidarum

• Diagnosis hiperemesis gravidarum


• Mual dan muntah hebat
• BB turun >5% dari BB sebelum hamil
• Ketonuria
• Dehidrasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Keluhan mual muntah disebabkan oleh kenaikan kadar


hCG dimana pada trimester I kadar hCG dapat mencapai
100 mIU/ml
Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. Kemenkes RI.
Hiperemesis gravidarum
• Klasifikasi secara klinis
• Tingkat I
• Muntah terus menerus, intoleransi makanan, BB menurun
• PF : nadi hingga 100x/menit, TD sistolik menurun, mata
cekung, lidah kering, turgor berkurang, UO normal
• Tingkat II
• Haus hebat, suhu meningkat subfebris , nadi 101-140x/menit,
TD sistolik <80mmHg, apatis kulit pucat, lidah kotor, ikterik,
nafas bau aseton, bilirubin + dalam urin
• Tingkat III
• Gangguan kesadaran delirium hingga koma, muntah
berkurang atau berhenti, ikterik, sianosis, gangguan jantung ,
proteinuria
Tatalaksana – Antiemetik
Jawaban Lainnya
• B. Hiperemesis gravidarum derajat 2  Haus hebat,
suhu meningkat subfebris , nadi 100-140x/menit,
TD sistolik <80mmHg, apatis , napas bau aseton
• C. Hiperemesis gravidarum derajat 3  gangguan
kesadaran delirium hingga koma
• D. Hiperemesis gravidarum derajat 4  tidak ada
• E. Hiperemesis gravidarum derajat 5  tidak ada
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…
A. Hiperemesis
128 gravidarum derajat 1
Jadi, pemeriksaan yang positif
adalah…
129
C. Keton
130 C. Kista dermoid ovarium

• Keywords:
• Ny. Rara 29 tahun, nyeri perut kiri bawah
• PF: massa perut kiri bawah
• USG: massa berambut
• Operasi  massa kistik 5 x 5 cm, ada gigi
dan rambut
Kistadenoma A type of cystic adenoma. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan
berbagala (lobulated) dan umumnya multitokular dan odematosa; lokular yang
mengandung mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya.

Kista ovarium Tumor serosa dapat membesar sehingga memenuhi ruang abdomen, tetapi lebih kecil
serosa dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar
pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat
karena bercampur darah.

Teratoma cystic tumors composed of well-differentiated derivations from at least two of the
ovarium three germ cell layers (ectoderm, mesoderm, and endoderm). The gross pathologic
appearance of mature cystic teratomas is characteristic. The tumors are unilocular and
are filled with sebaceous material, Squamous epithelium lines the wall of the cyst, and
compressed, often hyalinized ovarian stroma covers the external surface. Hair follicles,
skin glands, muscle, and other tissues lie within the wall.

Mioma uteri Tumor jinak otot rahim. Tampak massa hipoekoik di dalam dinding rahim

Ca jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim. USG:shows a central
endometrium mass replacing the endometrial stripe, with hyperechoic and hypoechoic regions.
Jadi, diagnosis pasien ini adalah…

130 C. Kista dermoid ovarium

Anda mungkin juga menyukai