Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Kementerian Perhubungan

Departemen Perhubungan telah ada sejak Periode awal Kemerdekaan Indonesia yang
dibentuk berdasarkan periode Kabinet Republik Indonesia :

1. Kabinet Presidensiil : 2 September 1945 s.d. 14 November 1945


o Menteri Perhubungan adalah Abikusno Tjokrosujono.
2. Kabinet Sjahrir ke I : 14 Nopember 1945 s.d. 12 Maret 1946
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Abdulkarim.
3. Kabinet Sjahrir ke II : 12 Maret 1945 s.d. 2 Oktober 1946
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Abdulkarim
o Menteri Muda Perhubungan adalah Ir. Djuanda
4. Kabinet Sjarir ke III : 2 Oktober 1946 s.d. 3 Juli 1947
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
o Menteri Muda Perhubungan adalah Ir. Djuanda
o Menteri Muda Perhubungan adalah Setiadjid
5. Kabinet Amir Sjarifudin ke I : 3 Juli 1947 s.d. 20 Januari 1948
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
6. Kabinet Amir Sjarifudin ke II : 11 Nopember 1947 s.d. 20 Januari 1948
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
7. Kabinet Hatta ke I (Kabinet Presidensiil) : 20 Januari 1948 s.d. 4 Agustus 1948
8. Kabinet Darurat : 19 Desember 1948 s.d. 13 Juli 1949
o Menteri Perhubungan dan mewakili kemakmuran adalah Ir. Indratjaj
9. Kabinet Hatta k II (Kabinet Presidensiil) : 4 Agustus 1949 s.d. 20 Desember 1949
o Menteri Perhubungan adalah Ir. H. Laoh
10. Kabinaet Susanto (Kabinet Peralihan) : 20 Desember 1949 s.d. 21 Januari 1950 Tidak
ada Menterinya
11. Kabinet Halim (Republik Indonesia Jogya-Jakarta) : 21 Januari 1950 s.d. 6 September
1950
o Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan adalah Ir. Sitompul
12. Kabinet Republik Indonesia Serikat Pertama dan Terakhir : 20 Desember 1949 s.d. 6
September 1950
o Menteri Perhubungan adalah Mr. Wilopo
13. Kabinet Natsir (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke I) : 6 September 1950 s.d.
27 April 1951
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
14. Kabinet Sukiman (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke II) 27 April 1951 s.d. 3
April 1952
15. Kabinet Wilopo (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke III) 3 April 1952 s.d.1
Agustus 1953
o Menteri Perhubungan adalah Ir. Djuanda
16. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke I (Kabinet Republik Indonesia ke IV): 1 Agustus 1953
s.d. 12 Agustus 1955
o Menteri Perhubungan adalah Abikusno Tjokrosujoso
o Mulai tanggal 19 Nopember 1954 Mr. Abikusno Tjokrosujoso meletakkan
jabatan sebagai Menteri Perhubungan ad interim dan diganti oleh
o DR. A. K Gani dengan Keppres No. 227 tahun 1954 tangal 18 Nopember 1954
17. Kabinet Burhanuddin Harahap (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke V): 12
Agustus 1955 s.d. 24 Maret 1956
o Menteri Perhubungan adalah F. Laoh
o Menteri Muda Perhubungan adalah Asrarudin
18. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke II (Kabinet Rep. Indonesia Kesatuan ke VI): 24 Maret
1956 s.d. 9 April 1957
o Menteri Perhubungan adalah H. Sjuchjar Tedjasukmana
o Menteri Muda Perhubungan adalah A. Be. De Rozari, terhitung tangal 9
Januari 1967 diberhentikan dengan hormat dari jabatannya.
 Program Kementerian Perhubungan jaman itu adalah :
 Memperlengkapi alat-alat transport untuk daerah yang
menghasilkan produksi banyak, sehinga tercapai imbangan
yang baik antar produksi dan konsumsi dengan mengutamakan
rehabilitasi jalan-jalan di luar jawa.
 Memajukan dan mengawasi pelayaran nasional serta
melindungi terhadap persaingan asing.
19. Kabinet Djuanda ? Kabinet Karya (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke VII): 9
April 1957 s.d. 10 Juli 1959
o Menteri Perhubungan adalah Mr. Sukardan
20. Kabinet Republik Indonesia (sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959) dengan periode :
o Kabinet Kerja I : 10 Juli 1959 s.d. 18 Februari 1960
 Menteri Muda Perhubungan Laut adalah Ir. Abdul Mutholib
Danunungrat
 Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos Telegrap dan Telepon
adalah Jend. Mayor Djatikusumo
 Menteri Muda Perhubunga Udara adalah Kol . Udara R. Iskandar
o Kabinet Kerja II : 18 Februari 1960 s.d. 6 Maret 1962
 Menteri Perhubungan Darat dan Pos Telegrapdan Telepon, Pariwisata
adalah Mayor Jend . Djatikusumo
 Menteri Perhubungan Laut adalah Ir. Abdul Mutholib Danunungrat
 Menteri Perhubunga Udara adalah Kol . Udara R. Iskandar
o Kabinet Kerja III : 6 Maret 1962 s.d. 13 November 1963
 Menteri Perhubungan Darat dan Pos Telekomunikasi dan Pariwisata
adalah Letjen Djatikusumo
 Menteri Muda Perhubungan Laut adalah Ir. Abdul Mutholib
Danunungrat
 Menteri Muda Perhubungan Darat dan Pos Telegrap dan Telepon,
Pariwisata adalah Letnan Jend. Mayor Djatikusumo
 Menteri Muda Perhubunga Udara adalah Kol . Udara R. Iskandar
o Kabinet Kerja IV : 13 November 1963 s.d. 27 Agustus 1964
 Menteri Perhubungan Darat dan Pos Telekomunikasi dan Pariwisata
adalah Letjen Hidayat
 Menteri Perhubungan Laut adalah Brigadir Jenderal KKO Ali Sadikin
 Menteri Perhubunga Udara adalah Laksamana Muda Udara Iskandar
o Kabinet Dwikora : 27 Agustus 1964 s.d. 1965
 Menteri Perhubungan Darat : Letjen Hidayat
 Menteri Perhubungan Udara : Partono (baru mulai 2 April 1965)

21. Kabinet Sesudah Orde Lama yaitu :


o Kabinet Dwikora yang disempurnakan : 24 Februari 1966 s.d. 28 Maret 1966
 Menteri Perhubungan Udara: Partono
 Menteri Perhubungan Laut : Mayjen KKO Ali Sadikin
o • Kabinet Dwikora yan disempurnakan : 27 Maret 1966 s.d. 25 Juli 1966
 Kementerian Perhubungan dengan Menteri : Laksamana Muda Laut
Jatidjan
 Kementerian Perhubungan mempunyai :
 Departemen Perhubungan Darat : Brigjen Utoyo Utomo
 Departemen Perhubungan Udara : Partono
o Kabinet Ampera : 25 Juli 1966 s.d. 17 Oktober 1967
 Departemen Perhubungan
 Menteri Perhubungan : Sutopo
 Menteri Maritim : Laksamana Muda Laut Jatidjan
22. Kabinet Pembangunan (Orde Baru) :
o Kabinet Pembangunan I : 6 Juni 1968 s.d. 28 Maret 1973
 Menteri Perhubungan : Drs. Frans Seda
o Kabinet Pembangunan II : 28 Maret 1973 s.d. 28 Maret 1978
 Menteri Perhubungan : Prof. DR. Emil Salim
o Kabinet Pembangunan III : 29 Maret 1978 s.d. 15 Maret 1983
 Menteri Perhubungan : Roesmin Nuryadin
o Kabinet Pembangunan IV : 19 Maret 1983 s.d. Maret 1988
 Menteri Perhubungan : Roesmin Nuryadin
 Pada saat itu Departemen Perhubungan mempunyai Direktorat
Perhubungan Darat, Direktorat Perhubungan Laut, Direktorat
Perhubungan Udara dan mempunyai Kaperwahub dan Kanwil-Kanwil.
o Kabinet Pembangunan V : 1988 s.d. 1993
 Menteri Perhubungan : Ir. Azwar Anas
 Departemen Perhubungan membawahi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, Laut dan Udara serta dihapus Kaperwahub dan
digabung menjadi Kanwil ? Kanwil Perhubungan di setiap propinsi.
o Kabinet Pembangunan VI : 1993 s.d. 1998
 Menteri Perhubungan : DR. Haryanto Dhanutirto
o Kabinet Pembangunan VIII : Menteri Perhubungan Giri Suseno (Maret - Mei
1998)
23. Kabinet Reformasi : Menteri Perhubungan Giri Suseno (Mei 1998 - Oktober 1999)
24. Kabinet Persatuan Nasional (26 Oktober1999 – 09 Agustus 2001)
o Menteri Perhubungan : Letnan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar
25. Kabinet Gotong Royong (10 Agustus 2001 – 21 Oktober 2004)
o Menteri Perhubungan : Letnan Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar.
26. Kabinet Indonesia Bersatu (21 Oktober 2004 – 22 Oktober 2009)
o Menteri Perhubungan : Ir. Hatta Rajasa (21 Oktober 2004 – 09 Mei 2007)
o Menteri Perhubungan : Ir. Jusman Syafii Djamal ( 09 Mei 2007 – 22 Oktober
2009)
27. Kabinet Indonesia Bersatu II ( 22 Oktober 2009 – 20 Oktober 2014)
o Menteri Perhubungan : Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi (22
Oktober 2009 – 19 Oktober 2011)
o Menteri Perhubungan : Letnan Jenderal TNI (Purn) Evert Ernest Mangindaan
(19 Oktober 2011 – 01 Oktober 2014)
28. Kabinet Kerja (27 Oktober 2014 – 27 Juli 2016)
o Menteri Perhubungan : Ignasius Jonan
29. Kabinet Kerja (27 Juli 2016 – Sekarang)
o Menteri Perhubungan : Budi Karya Sumadi

Visi dan Misi Kementerian Perhubungan

Visi

Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan perhubungan yang handal, berdaya saing dan


memberikan nilai tambah;

Misi

 Mempertahankan tingkat jasa pelayanan sarana dan prasarana perhubungan;


 Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di bidang sarana dan
prasarana perhubungan;
 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa perhubungan;
 Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan memberikan nilai
tambah;

Tugas dan Fungsi


Tugas Pokok

Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang


perhubungan.

 Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang


perhubungan;
 Pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perhubungan;
 Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Departemen
Perhubungan;
 Pengawasan dan pelaksanaan tugas dibidang perhubungan;
 Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi
bidang perhubungan kepada Presiden;
Struktur Organisasi Kementerian Perhubungan

Menteri Perhubungan : Budi Karya Sumadi

Inspektur Jenderal : Wahyu Satrio Utomo

Sekretaris Jenderal : Djoko Sasono

Dirjen. Perhub. Darat : Budi Setiyadi

Dirjen. Perhub. Laut : Ir. R. Agus Purn

Dirjen. Perhub. Udara : Dr. Ir. Agus Sasono

Dirjen. Perkeretaapian : Ir. Zulfikri

Aviation Security

TARGET PENGAMANAN

1. Keselamatan pesawat udara

2. Keselamatan awak pesawat

3. Keselamatan penumpang

4. Keselamatan personil di darat

5. Keselamatan pemakaian jasa bandara

6. Keamanan fasilitas penunjang operasi penerbangan

7. Keamanan dan ketertiban lingkungan kerja Bandar udara


A. Pengendalian Keamanan Terhadap Orang Dan Barang Yang Di Angkut
Pesawat Udara

1. Pemeriksaan penumpang dan bagasi kabin

2. Penumpang transit dan transfer

3. Pemeriksaan orang, personil udara, pegawai, beserta barang bawaan

4. Prosedur pemeriksaan khusus

5. Pengecualian pemeriksaan keamanan

6. Penaganan penumpang yang membawa senjata dan alat-alat berbahaya

7. Penumpang dalam status tahanan, penumpang dalam pengawasan, penumpang khusus dan
penumpang haji

8. Bagasi tercatat

9. Kargo dan pos

10. Pemeriksaan dan pelaporan ( check-in penumpang )

B. Perlindungan Bandar Udara Dan Fasilitas Navigasi Penerbangan

1. Pengendalian jalan masuk – persyaratan umum unit penyelenggara Bandar udara, badan
usaha Bandar udara wajib menjamin behwa untuk masuk ke daerah keamanan terbatas

2. pengendalian jalan masuk orang penumpang di izinkan memasuki daerah keamanan


terbatas, daerah steril atau daerah sisi udara apabila mereka memeliki dan memperlihatkan
untuk diperiksa

3. Pengendalian jalan masuk – kendaraan bermotor kendaraan bermotor yang diizinkan


masuk kedalam keamanan terbatas.
C. Perlindungan Bandar Udara, Pesawat Udara Dan Fasilitas Navigasi
Penerbangan

1. Perlindungan pesawat udara tanggung jawab badan usaha angkutan udara yang
mengoperasikan pesawat udara bertanggung jawab atas keamanan pesawat udara

2. Fasilitas nafigasi dan objek vital setiap unit penyelenggara Bandar udara dan badan usaha
Bandar udara wajib melindungi keamanan fasilitas navigasi dan objek vital

PENGAMANAN BANDAR UDARA

1. Bandar udara adalah suatu daerah tertentu di darat atau di air termasuk gedung-gedung
instalansi peralatan yang berbeda diwilayah tersebut, yang disediakan untuk melayani
kedatangan, keberangkatan, pergerakan lainnya yang dilakukan pesawat terbang diwilayah
tersebut.

PENGAMANAN

1. Pengamanan adalah gabungan upaya dan sumber daya manusia serta material yang
dimaksudkan untuk melindungi obyek tertentu dari tindakan gangguan melawan hokum

ANCAMAN DALAM PENERBANGAN

1. Pembajakan pesawat udara

2. Sabotase terhadap pesawat udara

3. Sabotase terhadap Bandar udara

4. Teror terhadap Bandar udara

TANGGUNG JAWAB PENGAMANAN

1. Memberikan perlindungan secara menyeluruh

2. Pengawasan dalam batas wilayah kekuasaannya

3. Pemeriksaan terhadap apa yang perlu diperiksa

4. Patroli di daerah yang dianggap rawan pengamanan


5. Melakukan tindakan pencegahan tindak kejahatan

JENIS-JENIS GANGGUAN / TINDAKAN MELAWAN HUKUM DI BANDARA

1. Huru hara, demontrasi

2. Teror terhadap Bandar udara

3. Penyusupan dan sabotase dibandara

4. Sabotase terhadap pesawat udara

5. Pembajakan, atau gangguan lain yang membahayakan keselamatan penerbangan ( tenak


dan layangan )

MELAKUKAN PENGAWASAN / PENGENDALIAN, PENJAGAAN, PENGAMATAN,


PATROLI DIDAERAH BATAS BANDAR UDARA ( PERIMETER )

1. Menjaga instalasi atau bangunan penting seperti : VIP

2. Gedung listrik, tempat penampungan / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara (
lampu landasan, stasiun pemancar / penerimaan DVOR, NDB, dll )fasilitas bahan bakar
minyak pesawat udara dan lain-lain

3. Mengumpulkan dan meneruskan / menyebarkan informasi yang berhubungan dengan


masalah pengamanan penerbangan

4. Melakukan penyelidikan kejadian-kejadian / pelanggaran yang terjadi dibandara udara dan


melaporkan kepada komandan / pimpinan suatu pengamanan Bandar udara / komite Bandar
udara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNGKINAN TERJADINYA


ANCAMAN DIBANDARA

1. Permasalahan politik yang berkembang di daerah, situasi dan kondisi didalam maupun
sekitar bandara.

2. Masih adanya kelompok-kelompok ekstrim di dalam dan diluar negeri yang cendrung
menggunakan cara-cara terror untuk mencapai tujuannya.
3. Adanya kesenjangan social, kurangnya kesadaran hukum serta rasa memiliki, cendrung
melemahkan daya tangkal masyarakat baik didalam maupun diluar lingkungan bandara.

4. Belum tuntasnya penguasaan teknologi canggih yang berkembang sangat cepat dan
cendrung menyalah gunakan teknologi tersebut untuk tujuan yang negative.

SISTIM DAN LANGKAH PENGAMANAN

1. Pre emptive adalah melakukan segala usaha kegiatan untuk mengurangi atau meniadakan
kondisi yang kurang menguntungkan dan factor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan ( AGHT )

2. Preventif adalah melakukan segala usaha pencegahan terhadap segala bentuk AGHT yang
mungkin timbul di wilayah Bandar.

3. SSS

4. Represif adalah melakukan penindakan terhadap AGHT diwilayah bandara sesuai dengan
ketentuan dan hukum yang berlaku.

TUJUAN PELAKSANAAN AVSEC

1. Menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan efesiensi penerbangan


sipil dari tindakan melawan hukum.

2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, penumpang, para petugas didarat,
masyarakat dan instalasi di Bandar udara dan tindakan melawan hukum.

3. Memberikan perlindungan perusahaan angkutan udara.

4. Memenuhi standar dan rekomendasi internasional.

· PERATURAN PENGAMANAN

· PENERBANGAN SIPIL

· DIKLAT BASIC AVIATION SECURITY

· KANTOR OTORITAS

· BANDAR UDARA WILAYAH II 2012


PERATURAN INTERNASIONAL

ANNEX 17 ICAO

1. Safeguarding

2. International civil

3. Aviation against acts

4. Of uniawful interference

5. Document 8973 security manual

6. Annex 18 ICAO the safe

7. Transfor of dangerous goods by air

8. Docent 9284 – AN / 905 : technical instruction


UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 334

1. Orang perseorangan, kargo dan pos yang akan memasuki daerah atau tiket pesawat udara
bagi penumpang pesawat udara dan dilakukan pemeriksaan keamanan.

2. Keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh petugas yang berkopeten
dibidang keamanan penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 335

1. Terhadap penumpang, personil pesawat udara bagasi kargo, dan pos yang akan diangkut
harus dilakukan pemeriksaan dan memenuhi persyaratan keamanan penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 336

1. Kantong diplomatic tidak boleh diperiksakan, kecuali atas permintaan dari instansi yang
berwenang di bidang hubungan negeri dan pertahanan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 335

1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib meleporkan dan menyerahkannya
kepada badan usaha angkutan udara yang akan mengangkut penumpang tersebut.

2. Badan usaha angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas
keamanan senjata yang diterima sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya
dibandara tujuan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL 334

1. Setiap orang dilarang melakukan tindakan melawan hukum (Acts of unlawful interference
) yang membahayakan keselamatan penerbangan dan angkutan udara berupa :

a. Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang atay yang sedang didarat.

b. Menyandara orang didalam pesawat udara, atau dibandara,

c. Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandara, atau wilayah fasilitas
aeronautika secara tidak sah.
d. Membawa senjata, barang dan peralatan berbaya, atau BOM kedalam pesawat udara atau
bandara tanpa ijin,

e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan penerbangan.

UU NOMOR 1 TAHUN 2009 PASAL ketentuan pidana

1. Setiap orang berada didaerah tertentu dibandara tanpa memperoleh ijin dari OTORITAS
bandara dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.
100.000.000.00 (seratus juta ruoiah)(PS 421 (1))

UU NOMOR 1 TAHUN 2009

1. Personil bandara yang mengoperasikan dan / memelihara fasilitas bandara tanpa memiliki
lisensi atau sertifikat kopetensi dipidana penjara paling lama 1 tahun atau denda paling
banyakRp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) (PS 423)

2. Setiap orang memasuki daerah keamanan terbatas tanpa memiliki ijin masuk daerah
terbatas atau tiket pesawat udara, dipidana dengan denda penjara palinga lama 1 tahun, denda
paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah )(PS 432).

Anda mungkin juga menyukai