DEPHUB History
DEPHUB History
Departemen Perhubungan telah ada sejak Periode awal Kemerdekaan Indonesia yang
dibentuk berdasarkan periode Kabinet Republik Indonesia :
10. Kabinaet Susanto (Kabinet Peralihan) : 20 Desember 1949 s.d. 21 Januari 1950 Tidak
ada Menterinya
11. Kabinet Halim (Republik Indonesia Jogya-Jakarta) : 21 Januari 1950 s.d. 6 September
1950
12. Kabinet Republik Indonesia Serikat Pertama dan Terakhir : 20 Desember 1949 s.d. 6
September 1950
13. Kabinet Natsir (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke I) : 6 September 1950 s.d.
27 April 1951
14. Kabinet Sukiman (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke II) 27 April 1951 s.d. 3
April 1952
15. Kabinet Wilopo (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke III) 3 April 1952 s.d.1
Agustus 1953
16. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke I (Kabinet Republik Indonesia ke IV): 1 Agustus 1953
s.d. 12 Agustus 1955
o DR. A. K Gani dengan Keppres No. 227 tahun 1954 tangal 18 Nopember 1954
17. Kabinet Burhanuddin Harahap (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke V): 12
Agustus 1955 s.d. 24 Maret 1956
18. Kabinet Ali Sastroamidjoyo ke II (Kabinet Rep. Indonesia Kesatuan ke VI): 24 Maret
1956 s.d. 9 April 1957
19. Kabinet Djuanda ? Kabinet Karya (Kabinet Republik Indonesia Kesatuan ke VII): 9
April 1957 s.d. 10 Juli 1959
20. Kabinet Republik Indonesia (sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959) dengan periode :
Departemen Perhubungan
23. Kabinet Reformasi : Menteri Perhubungan Giri Suseno (Mei 1998 - Oktober 1999)
o Menteri Perhubungan : Ir. Hatta Rajasa (21 Oktober 2004 – 09 Mei 2007)
Visi
Misi
Meningkatkan kualitas pelayanan jasa perhubungan yang handal dan memberikan nilai
tambah;
Pengelolaan barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Departemen
Perhubungan;
Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsi
bidang perhubungan kepada Presiden;
Aviation Security
TARGET PENGAMANAN
3. Keselamatan penumpang
7. Penumpang dalam status tahanan, penumpang dalam pengawasan, penumpang khusus dan
penumpang haji
8. Bagasi tercatat
1. Pengendalian jalan masuk – persyaratan umum unit penyelenggara Bandar udara, badan
usaha Bandar udara wajib menjamin behwa untuk masuk ke daerah keamanan terbatas
2. pengendalian jalan masuk orang penumpang di izinkan memasuki daerah keamanan
terbatas, daerah steril atau daerah sisi udara apabila mereka memeliki dan memperlihatkan
untuk diperiksa
1. Perlindungan pesawat udara tanggung jawab badan usaha angkutan udara yang
mengoperasikan pesawat udara bertanggung jawab atas keamanan pesawat udara
2. Fasilitas nafigasi dan objek vital setiap unit penyelenggara Bandar udara dan badan usaha
Bandar udara wajib melindungi keamanan fasilitas navigasi dan objek vital
1. Bandar udara adalah suatu daerah tertentu di darat atau di air termasuk gedung-gedung
instalansi peralatan yang berbeda diwilayah tersebut, yang disediakan untuk melayani
kedatangan, keberangkatan, pergerakan lainnya yang dilakukan pesawat terbang diwilayah
tersebut.
PENGAMANAN
1. Pengamanan adalah gabungan upaya dan sumber daya manusia serta material yang
dimaksudkan untuk melindungi obyek tertentu dari tindakan gangguan melawan hokum
2. Gedung listrik, tempat penampungan / pompa air, fasilitas alat bantu navigasi udara
( lampu landasan, stasiun pemancar / penerimaan DVOR, NDB, dll )fasilitas bahan bakar
minyak pesawat udara dan lain-lain
1. Permasalahan politik yang berkembang di daerah, situasi dan kondisi didalam maupun
sekitar bandara.
2. Masih adanya kelompok-kelompok ekstrim di dalam dan diluar negeri yang cendrung
menggunakan cara-cara terror untuk mencapai tujuannya.
3. Adanya kesenjangan social, kurangnya kesadaran hukum serta rasa memiliki, cendrung
melemahkan daya tangkal masyarakat baik didalam maupun diluar lingkungan bandara.
4. Belum tuntasnya penguasaan teknologi canggih yang berkembang sangat cepat dan
cendrung menyalah gunakan teknologi tersebut untuk tujuan yang negative.
1. Pre emptive adalah melakukan segala usaha kegiatan untuk mengurangi atau meniadakan
kondisi yang kurang menguntungkan dan factor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan ( AGHT )
2. Preventif adalah melakukan segala usaha pencegahan terhadap segala bentuk AGHT yang
mungkin timbul di wilayah Bandar.
3. SSS
4. Represif adalah melakukan penindakan terhadap AGHT diwilayah bandara sesuai dengan
ketentuan dan hukum yang berlaku.
2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, penumpang, para petugas didarat,
masyarakat dan instalasi di Bandar udara dan tindakan melawan hukum.
· PENERBANGAN SIPIL
· KANTOR OTORITAS
PERATURAN INTERNASIONAL
ANNEX 17 ICAO
1. Safeguarding
2. International civil
4. Of uniawful interference
1. Orang perseorangan, kargo dan pos yang akan memasuki daerah atau tiket pesawat udara
bagi penumpang pesawat udara dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
2. Keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh petugas yang berkopeten
dibidang keamanan penerbangan.
1. Terhadap penumpang, personil pesawat udara bagasi kargo, dan pos yang akan diangkut
harus dilakukan pemeriksaan dan memenuhi persyaratan keamanan penerbangan.
1. Kantong diplomatic tidak boleh diperiksakan, kecuali atas permintaan dari instansi yang
berwenang di bidang hubungan negeri dan pertahanan.
1. Penumpang pesawat udara yang membawa senjata wajib meleporkan dan menyerahkannya
kepada badan usaha angkutan udara yang akan mengangkut penumpang tersebut.
2. Badan usaha angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas
keamanan senjata yang diterima sampai dengan diserahkan kembali kepada pemiliknya
dibandara tujuan.
a. Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang atay yang sedang didarat.
c. Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandara, atau wilayah fasilitas
aeronautika secara tidak sah.
d. Membawa senjata, barang dan peralatan berbaya, atau BOM kedalam pesawat udara atau
bandara tanpa ijin,
1. Setiap orang berada didaerah tertentu dibandara tanpa memperoleh ijin dari OTORITAS
bandara dipidana dengan penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.
100.000.000.00 (seratus juta ruoiah)(PS 421 (1))
1. Personil bandara yang mengoperasikan dan / memelihara fasilitas bandara tanpa memiliki
lisensi atau sertifikat kopetensi dipidana penjara paling lama 1 tahun atau denda paling
banyakRp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) (PS 423)
2. Setiap orang memasuki daerah keamanan terbatas tanpa memiliki ijin masuk daerah
terbatas atau tiket pesawat udara, dipidana dengan denda penjara palinga lama 1 tahun, denda
paling banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah )(PS 432).