REVIEW GANGGUAN PADA SISTEM PERKEMIHAN, PENCERNAAN,
ENDOKRIN DAN IMUN
Disusun untuk memenuhi tugas mata KMB II yang diampu
oleh Bapak. Ns. Priyanto, M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB
Disusun Oleh :
Agus Elmianto 010218A001
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER UNIVERSITAS NGUDI WALUYO KABUPATEN SEMARANG 2018/2019 I. Tanda gejala dan proses terjadinya gangguan pada sistem perkemihan Penyakit gangguan perkemihan merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Penyakit gangguan perkemihan terdiri dari gangguan pada ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. 1. Adanya rasa nyeri: a. Nyeri Ginjal Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang menjadi penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal. b. Nyeri Kolik Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik yang terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit, namun hilang timbul bergantung dari gerakan perilstaltik ureter. c. Nyeri Vesika Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi vesika urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri nyeri akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada akhir miksi dan kadang disertai hematuria d. Nyeri Prostat Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat dan distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun umunya diaraskan pada abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine. e. Nyeri testis/epididimis Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari organ di luar skrotum). Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis atau torsio apendiks testis, epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. f. Nyeri penis Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya merupakan refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama pada meatus uretra eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan parafimosis atau keradangan pada prepusium atau glans penis. Sedangkan nyeri yang terasa pada saat ereksi mungkin disebabkan oleh penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti ereksi glans). 2. Adanya keluhan miksi: a. Gejala Iritasi Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing hingga terasa sakit, akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli sehingga inflamasi, terdapat benda asing di dalam buli-buli, adanya obstruksi intravesika atau karena kelainan buli-buli nerogen. Frekuensi, atau polaksuria, adalah frekuensi berkemih yang lebih dari normal (keluhan ini paling sering ditemukan pada pasien urologi). b. Gejala Obstruksi Normalnya, relaksasi sfingter uretra eksterna akan diikuti pengeluaran urin. Apabila terdapat obstruksi intravesika, awal keluarnya urine menjadi lebih lama dan sering pasien harus mengejan untuk memulai miksi. Setelah urine keluar, seringkali pancarannya lemah dan tidak jauh, bahkan urine jatuh dekat kaki pasien. c. Inkontinensia Urine Inkontinensia urine adalah ketidak mampuan seseorang untuk menahan urine yang keluar dari buli buli, baik disadari ataupun tidak disadari. Terdapat beberapa macam inkontinensia urine, yaitu inkontinensia true atau continuous (urine selalu keluar), inkontinensia stress (Tekanan abdomen meningkat), inkontinensia urge (ada keinginan untuk kencing) dan inkontinensia paradoksa (Buli-buli penuh). d. Hematuria Hematuria adalah didapatkannya darah atau sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge, yaitu adanya perdarahan per uretram yang keluar tanpa proses miksi. Porsi hematuria perlu diperhatikan apakah terjadi pada awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses miksi (hematuria total) atau akhir miksi (hematuria terminal). e. Pneumaturia Pneumaturia adalah berkemih yang tercampur dengan udara, dapat terjadi karena adanya fistula antara buli-buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus. f. Hematospermia Hematospermia atau hemospermia adalah adanya darah di dalam ejakulat, biasa ditemukan pada pasien usia 30-40 tahun. Kurang lebih 85-90% mengeluhkan hematospermia berulang. Hematospermia paling sering disebabkan oleh kelainan pada prostat dan vesikula seminalis. g. Cloudy Urine Cloudy urine adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya infeksi saluran kemih. 3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur. 4. Adanya perubahan pola eliminasi : Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output, perubahan warna urin, adanya darah dalam urin. 5. Adanya gejala gastrointestinal Gejala gastrointestinal dapat berupa : mual, muntah, diare, ileus paralitik. Gangguan ini dapat terjadi pada berbagai keadaan urologi karena traktus intestinal dan urinarius memiliki persarapan otonom serta sensorik yang sama dan hubungan anatomis ginjal kanan dan kolon, duodenum, kaput pangkreas, duktus koledektus, hati dan kandung kemih → gangguan gastrointestinal. 6. Pola nutrisi – metabolic a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat (minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan). b. Kaji adanya dehidrasi : dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal. c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan. d. Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status cairan e. Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal. II. Tanda gejala dan proses terjadinya gangguan pada sistem pencernaan a. Sirosis Proses terjadinya adalah: Sirosis merupakan suatu penyakit hati kornik yang ditandai dengan destruksi luas sel-sel hepatic. Sel-sel yang rusak diganti oleh sel-sel fibrotic dalam suatu proses yang disebut regenerasi fobrotik. Ketika jaringan nekrotik menjadi fibrosis, nodul-nodul regenerative terbentuk dan parenkim hati mengalami perubahan fibrotic yang luas dan ireversibel. Penyakit mengubah struktur dan vaskularisasi hati normal, mengganggu aliran darah dan limfatik dan akhirnya menyebabkan infsufisiensi hepatik. Tanda dan gejala: 1) Perubahan fibrotic: Hepatomegali 2) Statis lambung: Anoreksia 3) Respons inflamatoris dan efek sistemik peradangan hati: Mual dan muntah; nyeri tumpul pada abdomen 4) Retensi cairan: Edema dan asites 5) Gangguan fungsi hati: Ikterus 6) Hipertensi porta: Varises esofagus b. Kanker Kolorektal Proses terjadinya adalah: Sebagian besar lesi usus besar adalah adenokarsinoma berdiferensasi sedang. Tumor-tumor tersebut cenderung tumbuh lambat tetap asimtomatik untuk waktu yang lama. Tumor dalam rectum, colon sigmoid dan colon descendens tumbuh melingkar dan menyebabkan konstriksi lumen usus. Tumor-tumor dalam colon ascendens biasanya besar dan dapat diraba. Tanda-tanda dini: Sisi kanan kolon 1) Perdarahan saluran cerna: Feses hitam 2) Iritasi usus: Nyeri abdomen, rasa tertekan atau nyeri kram tumpul Tanda-tanda lanjut: Sisi kanan kolon 1) Anemia: Lemah, lelah, sesak nafas saat bekerja (dispnea on effort) 2) Obstruksi usus: Diare, obstipasim anoreksia, penurunan berat badan, muntah Tanda-tanda dini: Sisi kiri kolon dan rectum: 1) Perdarahan saluran cerna: Tinja hitam atau perdarahan rektal 2) Obstruksi usus: Rasa penuh atau nyeri kram hilang timbul dalam abdomen, tekanan rektal Tanda-tanda lanjut: Sisi kiri kolon dan rectum 1) Obstruksi usus: Obstipasi (konstipasi berat), diare atau tinja seperti “karet” atau berbentuk pensil 2) Perdarahan saluran cerna: Darah merah gejala atau terang dalam tinja dan mucus (didalam atau diatas tinja) c. Penykit refluks gastroesofageal (GERD) Proses terjadinya adalah: Fluktuasi hormonal, stress mekanis dan efek makanan dan obat-obatan tertentu dapat menurunkan LES. Bila tekanan LES turun dan tekanan intra-abdominal dan intragastrik naik, LES yang berkontraksi secara normal akan mengalami relaksasi yang tidak sesuai dan memungkinkan refluks asam lambung atau sekresi empedu kedalam esofagus bawah. Di tempat itu, refluks menimbulkan iritasi dan menyebabkan iritasi dan menyebabkan mukosa esofageal meradang , yang akhirnya menyebabkan pirosis (rasa terbakar atau nyeri ulu hati). Peradangan persisten dapat menyebabkan LES menurun, kemungkinan mencetuskan sebuah sebuah siklus refluks yang rekuren dan pirosis. d. Kanker kandung kemih Proses terjadinya adalah: Tumor kandung kemih dapat terjadi diatas permukaan dinding kandung kemih atau tumbuh dalam dinding kandung kemih dan secara cepat menginsvasi otot di bawahnya. Sebagian besar tumor kandung kemih (90 %) adalah karsinoma sel transisional, yang berasal dari epitel transisional membrane mukosa. Karsinoma juga dapat disebabkan oleh transformasi maligna papilloma benigna. Tanda dan gejala: 1) Invasi tumor: Hematuria intermiten, tidak nyeri, makroskopis 2) Tekanan dari tumor atau obstruksi: Nyeri suprapubik setelah berkemih 3) Kompresi dan invasi tumor: Iritabilitas kandung kemih, sering berkemih, nokturia, BAK menetes III. Tanda gejala dan proses terjadinya gangguan pada sistem endokrin Kelenjar hipofisis anterior a. Hiperpituitarisme Adenoma ini hamper selalu menyekresi hormone sehingga sering disebut functioning tumor. Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis yaitu perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam cranium, dan perubahan yang dikaitkan oleh hipersekresi hormon dari tumornya sendiri. b. Hipopituitarisme Ada beberapa kelainan yang bisa mengganggu fungsi hipofisis anterior dan mengakibatkan hiposekresi hormone (hipopituitarisme). Kelainan yang bisa mengakibatkan hipopituitarisme adalah kraniofaringioma, perubahan iskemik karena perdarahan pascapartum, infeksi ensefalitis viral dan bakterimia, kerusakan pada hipofisis akibat terapi radiasi, trauma (termasuk pembedahan). c. Hipersekresi hormone pertumbuhan Hipersekresi hormone pertumbuhan bisa disebabkan disfungsi hipotalamus atau yang lebih sering adalah adenoma hipofisis. Adenoma hipofisis sering ditemukan pada pasien dengan akromegali. Keluarnya hormone pertumbuhan yang terlalu banyak mengakibatkan produksi somatomedin yang terlampau banyak. Somatomedin yang sangat banyak akan menyebabkan sel tulang, jaringan ikat, kartigalo, dan jaringan lunak menjadi sangat banyak. Gangguan ini disebut akromegali atau gigantisme. Kelenjar hipofisis posterior a. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormon (SIADH) Gangguan ini diakibatkan oleh macam-macam proses patologis, yaitu gangguan paru, malignasi pada duodenum, gangguan sistem saraf pusat, gangguan endokrin, stressor. Pengeluaran ADH yang abnormal atau kepekaan sel tubuh terhadap ADH mengakibatkan peningkatan permeabilitas tubula renal distal terhadap air dan banyak air yang direabsorbsi. b. Diabetes Insipidus Diabetes insipidus hipofisis terjadi akibat kurangnya ADH. Penyebabnya bisa tumor hipofisis, trauma kapitis, ensefalitis, meningitis, hipofisektomi, atau pembedahan pada otak (bedah otak). Diabetes insifidus nefroganik merupakan salah satu diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kegagalan tubula renal untuk memberi respon terhadap ADH. Diabetes insipidus bisa bersifat transisien (sementara) atau permanen. IV. Tanda gejala dan proses terjadinya gangguan pada sistem imun a. Sindrome Defisiensi Imun Dapatan (AIDS) Proses terjadinya adalah: 1) Retrovirus HIV masuk kedalam tubuh dan menyerang sel T- helper yang yang mengandung antigen CD4+ 2) HIV menyalin materi genetiknya dengan cara terbalik yang memungkinkan terjadinya produksi DNA dari RNA viralnya 3) DNA masuk ke inti sel kemudian tempatnya bergabung dengan DNA sel pejamu dan ditranskripsi menjadi RNA yang lebih viral, 4) Sel penjamu mengalami reproduksi kemudian menduplikasi DNA viralnya dan menurunkan kepada daughter cell yang baru terbentuk 5) Enzim viral (protease) menyusun RNA menjadi partikel viral 6) Partikel viral bergerak ke perifer sel penjamu tempat kuncup viral keluar dan berjalan untuk menginfeksi sel-sel lain 7) Infeksi HIV menghancurkan sel-sel CD4+ kemudian sel-sel imun lain dan sel-sel neuroglia. Tanda dan Gejala: 1) Perubahan fungsi sel-sel CD4+, defisiensi imun: Limfadenopati generalista persisten, berat badan menurun, lelah, keringat malam, demam 2) Ensefalopati HIV dan infeksi sel-sel neuroglia: Gejala-gejala neurologic (lupa, tidak seimbang, lemah, gangguan berbicara 3) Defisiensi imun: Infeksi oportunistik (seperti sitomegalovirus) atau kanker (seperti sarcoma Kaposi) b. Anafilaksis Proses terjadinya adalah: 1) Respon terhadap antigen : IgM dan IgD mengenali dan mengikat antigen 2) Pelepasan mediator kimiawi : IgE yang teraktivasi pada basophil mencetuskan pelepasan mediator (histamine, serotonin, leukotriene) 3) Respon intensif : Sel-sel mast melepaskan lebih banyak histamine dan faktor kemotaktik anafilaksis eosinophil (ECF-A), yang membentuk lesi-lesi yang melemahkan venula 4) Gawat nafas : Dalam paru, histamine menyebabkan distruksi sel endotel dan keluarnya cairan ke dalam alveoli 5) Perburukan : Sementara itu, mediator meningkatkan permeabilitas vascular yang menyebabkan kebocoran cairan dari pembuluh darah Tanda dan Gejala: 1) Aktivasi IgE dan pelepasan mediator kimiawi selanjutnya: Merasa takut atau firasat akan datangnya kematian 2) Pelepasan histamine: Berkeringat, bersin, nafas pendek, pruritus hidung, urtikaria dan angioedema (pembengkakan saraf dan pembuluh darah) 3) Peningkatan permeabilitas vascular: Hipotensi, syok dan kemungkinan aritmia jantung 4) Peningkatan permeabilitas kapile dan degranulasi sel mast: Edema saluran nafas atas 5) Kontraksi otot polos bronkiolus dan peningktan produksi mucus: Suara serak, stridor, mengi 6) Kontraksi otot polos usus dan kandung kemih: Kram perut yang berat, mual, diare c. Artritis Rheumatoid Proses terjadinya adalah: 1) Sinovitis terjadi akibat kngesti dan edema membaran synovial dan kapsuk sendi 2) Pannus (penebalan lapisan jaringan granulasi) menutupi dan menginvasi kartilago, akhirnya menghancurkan sendi dan tulang 3) Ankilosis fibrosa (invasi fibrosa pannus dan pembentukan parut) menyumbat ruang sendi. 4) Jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, menyebabkan ankilosis tulang dan imobilitas total. Tanda dan gejala: 1) Reaksi inflamasi awal: Lelah, malaise, anoreksisa dan berat badan menurun 2) Pelepasan prostaglandin, inflamasi dan destruksi sinovium: Gejala-gejala articular simetris, bilateral dan lokalisata spesifik 3) Pembengkakan dan hilangnya ruang sendi: Deformitas fleksi atau hipersekresi sendi metakarpofalangeal; subkulasi pergelangan tangan 4) Infiltrasi serat saraf: Neuropati perifer (mati rasa atau kesemutan pada kaki, lemah dan hilangnya sensasi pada jari) d. Lupus eritematosus sistemik Proses terjadinya adalah: 1) Disregulasi imun dalam bentuk autoimunitas 2) Hiperaktivitas sel B, yang menyebabkan tubuh menghasilkan antibody melawan komponen selnya sendiri 3) Aktivasi respon imun oleh kompleks antigen-antibodi yang terbentuk 4) Produksi antibody melawan banyak komponen jaringan yang berbeda 5) Degenerasi menyeluruh jaringan ikat 6) Kemungkinan terjadi komplikasi kardiovaskular, ginjal dan neurologic; infeksi bakteri yang berat Tanda dan gejala: 1) Sistem Cardiovaskular: Demam, berat badan turun, malaise, lelah, poliartralgia 2) Kulit dan membrane mukosa: Alopesia setengah (patchy alopesia) dan ulkus tidak nyeri pada membrane mukosa 3) Sistem pulmonal: Kelainan paru (pleuritis, efusi pleura, pneumonitis, hipertensi paru) 4) Sistem renal: Hematuria mikroskopik, piuria, sedimen urine dengan cast seluler e. Sindrom Cushing Proses terjadinya adalah: 1) Terpajan dosis farmakologik glukokortikoid eksogen dalam jangka waktu lama 2) Tumor adrenokortikal sekretoris yang merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan produksi kortikotropin 3) Kadar berlebih glukokortikoid 4) Hiperplasia adrenal, supresi kortikotropin hipofisis Tanda dan gejala: 1) Resistensi insulin diinduksi kortisol dan peningkatan gluconeogenesis pada hepar: Diabetes mellitus, dengan penurun toleransi glukosa 2) Peningkatan produksi androgen: Virilisme ringan , hirsutisme DAFTAR PUSTAKA
Ariek, Panjie Indraswara. (2015). “Gangguan sistem Imun”. https://id.scribd.com
diakses tanggal 22 Maret 2019, pukul 20:19 WIB Fitri, Yulia Reza. (2018). “Makalah gangguan pada sistem pencernaan” https://www.academia.edu, diakses tanggal 22 Maret 2019, pukul 21:15 WIB Putri, Yena. (2016). “ Makalah Sistem Endokrin”. https://www.academia.edu, diakses tanggal 23 Maret 2019, pukul 07:21 WIB Shoheb, Ahmad. (2016). “Makalah gangguan sistem perkemihan” https://www.academia.edu, diakses tanggal 22 Maret 2019, pukul 20:19 WIB