V.Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga Lansia
a. Usia janin minggu pertama
Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac.
b. Usia janin minggu kedua
Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus vitelinus/yolk sac (kantung kuning telur).
Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).
c. Usia janin minggu ke-empat
Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan otak,sumsum
tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta.
d. Usia janin minggu ke-lima
Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm.
Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah terbentuk pada minggu-
minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.
e. Usia janin minggu ke-enam
Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada
minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga
terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus).
f. Usia janin minggu ke-lima belas
Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang.
g. Usia janin minggu ke-enam belas
Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi proses osifikasi(pembentukan
tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di medulolimfatik (di medulla spinalis
dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada minggu ke enambelas ini sudah
terbentuk darah lengkap.
h. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai
seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus dan
tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih berusia 20
tahun.
i. Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang
membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-tulang
ini sumsum menjadi kurang produktif.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100106005405AAtHyhr
http://id.wikipedia.org/wiki/Hematologi
http://y4na.blogdetik.com/category/organ-tubuh/
http://perkembanganjanin.blogspot.com/
http://aviramadhani.blogspot.com/2010/03/struktur-histologis-organ-hematopoiesis.html
http://www.slideshare.net/daninurriyadi/darah
http://my.opera.com/echa2268/blog/2009/01/24/odapus-orang-dengan-
lupus?cid=30570692&startidx=50#comment30570692
http://www.dateredcross.co.cc/2010/03/anemia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Leukemia
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
HEMOFILIA
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan adanya kekurangan salah satu
faktor pembekuan darah. Hemofilia merupakan penyakit gangguan pembekuan darah
dan diturunkan oleh melalui kromoson X. Hemofilia di bedakan menjadi dua, yaitu
Hemofilia A yang ditandai karena penderita tidak memiliki zat antihemofili globulin (
faktor VIII ), Hemofilia B atau Penderita tidak memiliki komponen plasma
tromboplastin ( faktor IX ).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang sering
dijumpai. Hal ini bisa terjadi karena mutasi gen faktor pembekuan darah yaitu faktor
VIII atau faktor IX kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk
penyakit resesif. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya
mempunyai satu kromosom X, sedangkan wanita umumnya sebagai pembawa sifat
saja (carier). Namun wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom
X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal.
Patofisiologi
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena
gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan
pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan
mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah
terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika
seseorang berusia ± 3 bulan atau saat akan mulai merangkak maka akan terjadi
perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya.
Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh
darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh). Darah keluar dari
pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil kemudian Keping darah (trombosit)
akan menutup luka pada pembuluh apabila kekurangan jumlah factor pembeku darah
tertentu, mengakibatkan anyaman ( Benang Fibrin) penutup luka tidak terbentuk
sempurna, akibatnya darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh. Sehingga
terjadilah perdarahan.
Komplikasi
a) Adanya Nyeri.
b) Bengkak pada persendian
c) Terjadi Anemia.
d) Kelainan bentuk sendi dan otot.
e) Gangguan Mobilisasi.
Manifestasi Klinis
a) Perdarahan hebat setelah suatu trauma ringan
b) Perdarahan spontan yang berulang-ulang pada sendi-sendi.
c) Perdarahan yang luar biasa setelah Ekstraksi Gigi.
d) Hematom pada jaringan lunak
e) Hemartrosis dan kontraktur sendi
f) Hematuria
g) Perdarahan serebral
Anamnesa Atau Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
Tanda : Kelemahan otot
Gejala : kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas.
b. Sirkulasi
Tanda : kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda
perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
c. Eliminasi
Gejala : Hematuria
d. Integritas Ego
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, marah.
Gejala : Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
e. Nutrisi
Gejal : Anoreksia, penurunan berat badan.
f. Nyeri
Tanda :.Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
g. Keamanan
Tanda : Hematom.
Gejala : Riwayat trauma ringan.
-Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai dengan rasa
nyeri dan terjadi bengkak.
-Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan menimbulakan Atropati hemofilia
dengan menyempitnya ruang sendi, krista tulang dan gerakan sendi yang terbatas.
-Biasanya perdarahan juga dijumpai pada Gastrointestinal, hematuria yang
berlebihan, dan juga perdarahan otak.
-Terjadi Hematoma pada Extrimitas.
-Keterbatasan dan nyeri sendi yang berkelanjutan pada perdarahan.
Pemeriksaan Diagnostik
a). Hemofilia A
-Faktor pembekuan darah (VIII) dari 0 – 25% Normal
-Pemeriksaan APTT Hemofilia A panjang Normal perbaikan Total tidak ada
perbaikan
b). Hemofilia B
-Faktor pembekuan darah (IX) dari 0 – 25% Normal
-Pemeriksaan APTT Hemofilia B panjang Normal Tidak perbaikan Total.
c). Hemofili A atau B
Hemofilia Ringan – Dari 5% – 25%
Hemofilia Sedang – Dari 1% – 5%
Hemofilia Berat – Kurang dari 1%
Penata Laksanaan ( Medikal Atau Bedah )
a.Umum
Perawatan yang efektif yaitu untuk menghentikan perdarahan dengan cepat,
dengan meningkatan jumlah plasma pembekuan darah.
b.Diet
Tidak ada pembatasan diet pada penderita Hemofilia.
c.Aktifitas
Untuk pergerakan diharapkan tidak terlalu banyak bergerak.
d.Pengobatan
Asam Amino Chaproid.
Hemofili A
Cryoprecipitated antihemophilic factor (AHF)
Lyophilized AHF
Desmopressin
Hemofili B
Faktor IX concentrate
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan perdarahan aktif.
2. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan kehilangan akibat perdarahan.
3. Resiko tinggi injuri sehubungan dengan kelemahan pertahanan akibat hemofilia.
Intervensi Keperawatan
Dx 1 Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan perdarahan aktif
1. Kaji penyebab perdarahan
2. Awasi tanda vital, kaiji pengisian kapiler, warna kulit atau membran mukosa, warna
kuku.
3. Perhatikan upaya pernafasan : Auskultasi bunyi nafas, selidiki keluhan nyeri dada
Kolaborasi
- Berikan transfusi darah sesuai dengan indikasi.
Dx 2 Kekurangan volume cairan sehubungan dengan kehilangan akibat perdarahan.
1. Pertahankan pemasukan dan pengeluaran yang akurat
2. Perhatikan karakteristik urin dan berat jenisnya.
3. Awasi tanda vital, ukur tekanan darah pada posisi berbaring, duduk dan berdiri bila
mungkin.
4. Perkirakan drainase luka dan kehilangan yang tampak.
5. Observasi demam, perubahan tingkat kesadaran, turgor kulit buruk, kulit dan
membran mukosa kering, nyeri.
Kolaborasi
- Berikan input cairan sesuai indikasi.
Dx 3 Resiko tinggi injuri sehubungan dengan kelemahan pertahanan akibat
hemofilia.
1. Pertahankan keamanan tempat tidur klien, pasang pengaman pada tempat tidur.
2. Hindarkan pasien dari cidera, ringan-berat
3. Awasi setiap gerakan yang memungkinkan terjadinya cidera.
4. Anjurkan pada keluarga untuk segera membawa klien ke RS jika terjadi injuri
5. jelaskan pada keluarga klien pentingnya menghindari cidera.
Evaluasi
1. Tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran, pengisian kapiler berjalan normal,
perdarahan dapat teratasi
2. Menunjukkan perfusi yang adekuat misalnya:
- Membran mukosa berwarna merah muda.
- Mental kembali seperti biasa.
3. Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat dibuktikan oleh haluaran urine
individu tepat dengan berat jenis mendekati normal, tanda vital stabil, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik dan pengisian kapiler normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baradero, Mary, dkk. Teori Askep Gangguan Kardiovaskuler. 2008. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
2. M. Lawrence Tierney, dkk. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam Buku 2. 2003.
Penerbit Salemba Medika: Jakarta.
3. Wiliams Lippincott. Clinical Nurse 3 Minute. 2003. Wolters Kluwer Company: USA.
4. Joyce M. Black & Hawks. Medical Surgical Nursing . 2005. Missouri Elsevier inc.
5. Price & Wilson. Patofisiologi Anatomi Buku (1). 2005. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
6. www. Purnama 87.blogspot.com/ 2008_0501_archive.hml, diakses tgl 10 Oktober.
Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (Latin: ‘ensephalon’) dan sumsum tulang belakang
(Latin: ‘medulla spinalis’). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang
sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak
juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi
radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium,
dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Diantara tulang
kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di
dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang
mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan
permukaan otak.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
-Otak-
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan
kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar
yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain
itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa.
Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
-Medula Spinalis-
Tulang tengkorak
Meningens (menix) *seperti yg dijelaskan diatas*
Cairan Serebrospinalis ->diproduksi di plexus choroideus, diabsorbsi di sub arachnoid space -
>membuat otak seolah mengapung
Blood Brain Barrier (Sawar Darah Barier) -> pembuluh darah dengan kekhususan
Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan
terhadap racun dan luka mekanis.
Sistem saraf tepi terbagi menjadi sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar.
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak,
dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher
ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf
otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf
pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf
sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5
pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah
pleksus yaitu sebagai berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher,
bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur
dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ
yang dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan “nervus vagus” bersama cabang-cabangnya ditambah
dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Parasimpatik Simpatik
Neurobehavior adalah hubungan antara fungsi otak dengan perilaku dan proses berpikir manusia.
Neurobehavior terkait dengan pola perilaku hidup seseorang yang berhubungan dengan sistem
neural (sistem saraf) seperti pola tidur, mood atau suasana hati, stress, nafsu makan dan
kesadaran diri. Fungsi luhur ini sangat vital bagi kehidupan manusia dewasa akhir,dewasa
tengah,dewasa muda dan teristimewa bagi anak-anak. neurobehavior sangat berperan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada manusia.
Keterkaitan antara neurobehavior dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental dapat
digambarkan sebagai berikut:
- Pola tidur dan kualitas tidur yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
otak anak (kecerdasan) dan pertumbuhan fisik yang baik.
Suasana hati akan berpengaruh terhadap kesiapan anak untuk menerima stimulus dari lingkungan
dan memberikan respon yang tepat terhadap stimulus tersebut (proses belajar).
- Stress pada anak akan berpengaruh terhadap perkembangan mental anak. Jika anak mengalami
stress, maka kemampuan kognitif (kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan),
kemampuan afektif (kemampuan berhubungan dengan sesama manusia dan lingkungan) dan
kemampuan psikomotorik (kemampuan gerak) akan terganggu. Anak akan kesulitan untuk
menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
- Nafsu makan tentunya akan mempengaruhi konsumsi makanan dan total asupan gizi anak. Jika
asupan gizi baik, maka pertumbuhan fisik dan mental akan baik pula.
Kesadaran diri terkait dengan kemampuan anak untuk memahami konsep diri, lingkungan dan
hubungannya. Kesadaran diri lebih terkait dengan perkembangan mental anak.
Fungsi neurobehavior ini diatur oleh hormon yang diproduksi dalam otak, yaitu hormon
Serotonin (5-Hydroxy-Typtamine). Hormon Serotonin diproduksi dari prekursornya, yaitu asam
amino Triptofan. Asam amino Triptofan merupakan asam amino esensial yang tidak dapat
disintesis dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Sumber Triptofan terutama adalah
makanan berprotein tinggi, terutama protein hewani seperti daging, unggas, ikan, susu dan telur.
Rasio Triptofan tertinggi terdapat di protein Alfa-Laktalbumin dibandingkan dengan jenis
protein lainnya (kasein, protein kedelai dan Beta-Laktoglobulin). Alfa-Laktalbumin merupakan
senyawa protein yang secara alami terdapat dalam ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Markus
et.al (2002) dan Bork (2004) menunjukkan bahwa Alfa-Laktalbumin dapat membantu produksi
hormon Serotonin dan membantu memperbaiki neurobehavior seperti pola tidur (kualitas tidur
yang lebih baik), mood, stress, nafsu makan dan kesadaran diri.
Selain Triptofan, suasana hati juga dipengaruhi oleh vitamin B Kompleks. Kekurangan Vitamin
B Kompleks sering dicirikan dengan suasana hati yang kurang baik dan tidak bersemangat.
Vitamin B Kompleks sangat penting untuk kesehatan otak karena Vitamin B Kompleks bertugas
mengatur homosistein, asam amino yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Tingginya kadar
homosistein dalam darah akan menyebabkan peradangan, kerusakan pembuluh darah dan
merusak sel otak. Selain itu, tingginya kadar homosistein dalam darah juga akan mempengaruhi
kecepatan psikomotorik atau kemampuan tubuh untuk melakukan gerak, baik psikomotorik kasar
(berjalan, berlari, dsb) atau psikomotorik halus (menulis, membaca, dsb) (Perlmutter 2004).
Alfa-Laktalbumin, Triptofan dan Vitamin B Kompleks akan membantu membentuk
neurobehavior yang baik. Dengan neurobehavior yang baik serta pola pengasuhan dan
pembelajaran yang baik pula diharapkan akan membantu membentuk anak yang sehat, cerdas
dan memiliki mental yang baik.
Jika seseorang mengalami gangguan Neurobehaviour maka akan mengganggu ”Performance
Skill” yang berhubungan dengan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS), Produktifitas dan
aktifitas ” Leisure”. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus dibutuhkan penanganan team
medis yang terpadu. Team medis yang terlibat disini ada dokter saraf, dokter anak, dokter
spesialis rehabilitasi medis yang di bantu oleh fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan
ortotik protestik dan psikolog.Jika penangannya dilakukan secara team maka hasil yang dicapai
akan maksimal sesuai kondisi seseorang yang mengalami gangguan neurobehaviour seperti
Gangguan hiperaktifitas,gangguan kosentrasi, autis, gangguan belajar dan kondisi-kondisi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://aianpramadhan.blogspot.com/2011/09/mengenal-sistem-neurobehaviour.html
- Bork R. 2004. Alpha-Lactalbumin as Functional Ingredient. IUFost Symposium. Shanghai.
- Markus CR, Olivier B & de Haan EHF. 2002. Whey Protein Rich in Alpha-lactalbumin
Increases The Ration of Plasma Tryptophan to The Sum of The Other Large Neutral Amino Acid
and Improves Cognitive Performance in Stress Vulnerable Subjects.
- Am. J. Clin. Nutr., Vol. 75, No. 6, 1051 – 1056.
- Perlmutter D, Colman C. 2004. The Better Brain Book. New York: Riverhead Books.
- Perlmutter D, Colman C. 2004. The Better Brain Book. New York: Riverhead Books.
- Steinberg LA, O’Connel NC, Hatch TF, Picciano MF & Birch LL. 1992.
- Tryptophan Intake Influences Infant’s Sleep Latency. J. Nutr. 122:1781 – 1791.
Pengertian Epilepsi
Epilepsi (dari bahasa Yunani Kuno ἐπιληψία Epilepsia'''') adalah gangguan neurologis umum kronis yang
ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan. Ini adalah tanda-tanda kejang sementara dan / atau
gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron di otak.
Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir 90% dari orang-orang yang di
negara-negara berkembang.
Epilepsi adalah lebih mungkin terjadi pada anak-anak muda, atau orang di atas usia 65 tahun, namun
dapat terjadi setiap saat. Epilepsi biasanya dikontrol, tapi tidak sembuh, dengan pengobatan, meskipun
operasi dapat dipertimbangkan pada kasus yang sulit. Namun, lebih dari 30% orang dengan epilepsi
tidak memiliki kontrol kejang bahkan dengan obat terbaik yang tersedia. Tidak semua sindrom epilepsi
seumur hidup - beberapa bentuk terbatas pada stadium tertentu dari masa kanak-kanak. Epilepsi tidak
harus dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapi lebih sebagai sindrom dengan gejala jauh berbeda
tetapi semua yang melibatkan aktivitas listrik episodik abnormal di otak.
Diagnosis epilepsi biasanya membutuhkan bahwa kejang terjadi secara spontan. Namun, sindrom
epilepsi tertentu memerlukan pencetus tertentu atau pemicu untuk kejang terjadi. Ini disebut refleks
epilepsi. Sebagai contoh, pasien dengan epilepsi baca utama mengalami kejang dipicu dengan
membaca. Epilepsi fotosensitif dapat terbatas pada kejang dipicu oleh lampu berkedip. Pencetus lain
dapat memicu kejang epilepsi pada pasien yang dinyatakan akan rentan terhadap kejang spontan.
Misalnya, anak-anak dengan epilepsi pada anak tidak dapat menerima hiperventilasi. Bahkan, lampu
berkedip dan hiperventilasi yang mengaktifkan prosedur yang digunakan dalam EEG klinis untuk
membantu memicu kejang untuk membantu diagnosis. Akhirnya, pencetus lainnya dapat memfasilitasi,
daripada obligately memicu, kejang pada individu yang rentan. Stres emosional, kurang tidur, tidur
sendiri, dan penyakit demam adalah contoh pencetus dikutip oleh pasien dengan epilepsi. Terutama,
pengaruh berbagai pencetus bervariasi dengan sindrom epilepsi. Demikian pula, siklus menstruasi pada
wanita dengan epilepsi dapat mempengaruhi pola kekambuhan kejang. Epilepsi adalah kejang
Catamenial yang menunjukkan istilah terkait dengan siklus menstruasi.
Di masa lalu, epilepsi dikaitkan dengan pengalaman religius dan bahkan kepemilikan setan. Pada zaman
kuno, epilepsi dikenal sebagai "Penyakit Suci" karena orang berpikir bahwa serangan epilepsi adalah
bentuk serangan oleh setan, atau bahwa penglihatan yang dialami oleh orang-orang dengan epilepsi
dikirim oleh para dewa. Di antara keluarga animis Hmong, misalnya, epilepsi dipahami sebagai serangan
oleh roh jahat, tetapi orang yang terkena bisa menjadi dihormati sebagai seorang dukun melalui
pengalaman-pengalaman dunia lain.
Namun, dalam kebanyakan budaya, orang dengan epilepsy telah stigma, dijauhi, atau bahkan
dipenjarakan, dalam Salpêtrière, tempat kelahiran neurologi modern, Jean-Martin Charcot menemukan
orang-orang dengan epilepsi sisi-sisi oleh-dengan mental terbelakang, mereka dengan kronis sifilis, dan
kriminal gila. Di Tanzania sampai hari ini, sebagaimana dengan bagian lain dari Afrika, epilepsi terkait
dengan kepemilikan oleh roh-roh jahat, sihir, atau keracunan dan diyakini oleh banyak untuk menjadi
menular. Di Roma kuno, epilepsi dikenal sebagai''morbus Comitialis''('penyakit aula perakitan') dan
dipandang sebagai suatu kutukan dari para dewa.
Stigma berlanjut hingga hari ini, baik di ruang publik dan swasta, tapi jajak pendapat menunjukkan
umumnya menurun dengan waktu, setidaknya di negara maju; Hippocrates mengatakan epilepsy yang
akan berhenti menjadi dianggap ilahi hari itu dipahami.
Banyak orang terkenal, dulu dan sekarang, telah melakukan diagnosis epilepsi. Dalam banyak kasus,
epilepsi adalah catatan kaki untuk prestasi mereka, untuk beberapa, ini memainkan peran integral
dalam ketenaran mereka. Sejarah diagnosa epilepsi tidak selalu tertentu; ada kontroversi tentang apa
yang dianggap sebagai jumlah yang diterima bukti yang mendukung diagnosis tersebut.
"Kalau orang-orang suka bilang ada listrik yang korslet, nah itulah yang terjadi pada otak seseorang yang
epilepsi. Terjadi tegangan-tegangan listrik di otaknya yang meninggi, sehingga mengganggu kerja otak,"
tutur Dr Kurnia Kusumastuti, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi (Pokdi) Epilepsi dalam acara seminar media
bertajuk Tatalaksana yang Tepat Sangat Diperlukan untuk Mengontrol Serangan pada Penyandang
Epilepsi (PE) Wanita dan Anak di Hotel The Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Anak yang memiliki orangtua epilepsi memiliki kadar prosentase gen epilepsi hanya sebanyak empat
persen. Sehingga sering tak dikatakan sebagai penyakit keturunan. Orang yang tanpa keturunan epilepsi
pun dapat mengalami epilepsi.
"Enggak usah mengurusi keturunan, yang tidak punya keturunan saja bisa epilepsi. Kita saja yang
sekarang sehat bisa kena epilepsi," kata Kurnia.
Pada orang yang sekarang sehat dan normal, epilepsi bisa terjadi karena berbagai faktor, antara lain
trauma pada kepala seperti kecelakaan dan benturan pada kepala, infeksi otak (penyakit yang
menyebabkan komplikasi di otak), stroke, dan pendarahan otak.
Pengobatan Epilepsi
Epilepsi biasanya diobati dengan obat yang diresepkan oleh dokter; pengasuh utama, ahli saraf, dan ahli
bedah saraf semua perawatan sering untuk orang-orang dengan epilepsi. Dalam beberapa kasus
implantasi stimulator saraf vagus, atau diet khusus dapat membantu. Bedah saraf operasi untuk epilepsi
dapat paliatif, mengurangi frekuensi atau keparahan kejang, atau, pada beberapa pasien, operasi dapat
bersifat kuratif.
Menanggapi kejang
Dalam kebanyakan kasus, respon darurat yang tepat untuk kejang tonik-klonik umum epilepsi hanya
untuk mencegah pasien dari cedera diri dengan memindahkan dia atau dia menjauh dari tepi tajam,
menempatkan sesuatu yang lembut di bawah kepala, dan hati-hati orang tersebut bergulir ke posisi
pemulihan untuk menghindari sesak napas. Dalam beberapa kasus orang tersebut mungkin tampak
mulai mendengkur keras berikut kejang, sebelum datang ke. Ini hanya menunjukkan bahwa orang
tersebut mulai bernapas dengan benar dan tidak berarti ia mencekik. Haruskah memuntahkan orang,
material harus dibiarkan menetes keluar sisi mulut seseorang dengan sendirinya. Jika kejang
berlangsung lebih lama dari 5 menit, atau jika kejang mulai datang dalam satu 'gelombang' setelah yang
lain - maka Layanan Darurat medis harus segera dihubungi. Kejang berkepanjangan dapat berkembang
menjadi''''epilepticus status, kondisi berbahaya yang memerlukan rawat inap dan perawatan darurat.
Objek tidak harus ditempatkan di mulut seseorang dengan siapa pun - termasuk paramedis - selama
kejang karena hal ini dapat mengakibatkan cedera serius pada salah satu pihak. Meskipun cerita rakyat
umum, tidak mungkin bagi seseorang untuk menelan lidahnya sendiri selama kejang. Namun, adalah
mungkin bahwa orang akan menggigit lidah mereka sendiri, terutama jika sebuah objek ditempatkan di
mulut.
Dengan jenis lain seperti kejang kejang parsial sederhana dan kejang parsial kompleks dimana orang itu
tidak bercanda tetapi mungkin berhalusinasi, bingung, tertekan, atau tidak sadar, orang harus
diyakinkan, lembut dipandu menjauh dari bahaya, dan kadang-kadang mungkin diperlukan untuk
melindungi orang dari cedera diri, tapi kekuatan fisik harus digunakan hanya sebagai upaya terakhir
karena hal ini dapat tertekan orang bahkan lebih. Dalam kejang parsial kompleks dimana orang tersebut
tidak sadar, upaya untuk membangkitkan orang tidak harus dibuat kejang harus mengambil kursus
penuh. Setelah kejang, orang tersebut bisa masuk ke dalam tidur nyenyak atau sebaliknya mereka akan
bingung dan seringkali tidak menyadari bahwa mereka baru saja mengalami kejang, seperti amnesia
umum dengan kejang parsial kompleks. Orang harus tetap diamati sampai mereka telah sepenuhnya
pulih, seperti dengan kejang tonik-klonik.
Setelah kejang, adalah khas bagi seseorang untuk menjadi lelah dan bingung. (Ini dikenal sebagai post-
iktal negara). Seringkali orang itu tidak segera menyadari bahwa mereka baru saja kejang. Selama waktu
ini kita harus tinggal dengan orang - meyakinkan dan menghibur mereka - sampai mereka muncul untuk
bertindak seperti biasanya. Jarang selama kejang orang-orang kehilangan kontrol kandung kemih atau
usus. Dalam beberapa kasus orang tersebut mungkin muntah setelah datang ke. Orang seharusnya tidak
diperbolehkan untuk berkeliaran tanpa pengawasan sampai mereka telah kembali ke tingkat normal
kesadaran. Banyak pasien akan tidur dengan nyenyak selama beberapa jam setelah kejang - ini adalah
umum bagi mereka yang baru saja mengalami kekerasan dari jenis yang lebih seperti kejang tonik-
klonik. Pada sekitar 50% dari orang-orang dengan epilepsi, sakit kepala bisa terjadi setelah kejang. Sakit
kepala ini berbagi banyak fitur dengan migrain, dan menanggapi obat yang sama.
Hal ini membantu jika mereka yang hadir pada saat kejang membuat catatan dari berapa lama dan
seberapa parah kejang itu. Hal ini juga berguna untuk mencatat setiap laku ditampilkan saat kejang.
Sebagai contoh, individu dapat memutar tubuh ke kanan atau kiri, dapat berkedip, kata menggumam
omong kosong mungkin, atau mungkin menarik di pakaian. Setiap perilaku yang diamati, ketika
disampaikan ke ahli saraf, mungkin bisa membantu dalam mendiagnosis jenis kejang yang terjadi.
Terapi farmakologis
Andalan pengobatan epilepsi adalah obat antikonvulsan. Seringkali, pengobatan pengobatan
antikonvulsan akan seumur hidup dan dapat memiliki efek besar pada kualitas hidup. Pilihan antara
antikonvulsan dan efektivitas mereka berbeda oleh sindrom epilepsi. Mekanisme, efektivitas untuk
sindrom epilepsi tertentu, dan efek samping, tentu saja, berbeda antara obat-obatan antikonvulsan
individu. Beberapa temuan umum tentang penggunaan antikonvulsan diuraikan di bawah ini.
Sejarah dan Ketersediaan-Yang pertama adalah antikonvulsan bromida, disarankan pada 1857 oleh
Charles Locock yang digunakan untuk mengobati wanita dengan "epilepsi histeris"
(mungkin''''catamenial epilepsi). Kalium bromida juga tercatat menyebabkan impotensi pada pria. Pihak
berwenang menyimpulkan bahwa kalium bromida akan mengurangi gairah seksual diperkirakan
menyebabkan kejang. Bahkan, bromida yang efektif terhadap epilepsi, dan juga menyebabkan
impotensi, sekarang diketahui bahwa impotensi adalah efek samping pengobatan bromida, yang tidak
berhubungan dengan anti-epilepsi efeknya. Hal ini juga menderita dari cara itu mempengaruhi perilaku,
memperkenalkan gagasan dari 'kepribadian epilepsi' yang sebenarnya hasil dari obat. Fenobarbital
pertama kali digunakan pada tahun 1912 untuk kedua sifat penenang dan antiepilepsi. Pada tahun 1930-
an, pengembangan model hewan dalam penelitian epilepsi mengarah pada pengembangan fenitoin oleh
Tracy Putnam dan H. Houston Merritt, yang memiliki keuntungan yang berbeda mengobati serangan
epilepsi dengan sedasi kurang. Pada 1970-an, National Institutes of Health inisiatif, Program Skrining
antikonvulsan, dipimpin oleh J. Kiffin Penry, menjabat sebagai mekanisme untuk menggambar
kepentingan dan kemampuan dari perusahaan farmasi dalam pengembangan obat antikonvulsan baru.
Saat ini ada 20 obat disetujui oleh Food and Drug Administration untuk penggunaan pengobatan
serangan epilepsi di AS: carbamazepine (Tegretol umum US merek nama), clorazepate (Tranxene),
clonazepam (Klonopin), ethosuximide (Zarontin), felbamate ( Felbatol), fosphenytoin (Cerebyx),
gabapentin (Neurontin), lacosamide (Vimpat), lamotrigin (Lamictal), levetiracetam (Keppra),
oxcarbazepine (Trileptal), fenobarbital (luminal), fenitoin (Dilantin), pregabalin (Lyrica), primidone (
Mysoline), tiagabine (Gabitril), topiramate (Topamax), valproate semisodium (Depakote), asam valproik
(Depakene), dan zonisamide (Zonegran). Sebagian besar muncul setelah tahun 1990.
Obat umum tersedia di luar AS tapi masih diberi label sebagai "diteliti" di AS yang
clobazam (Frisium) dan vigabatrin (Sabril). Pengobatan saat ini sedang uji klinis di bawah pengawasan
FDA termasuk retigabine, brivaracetam, dan seletracetam.
Obat lain yang biasa digunakan untuk membatalkan suatu serangan aktif atau mengganggu sebuah
kebingungan penyitaan; ini termasuk diazepam (Valium, Diastat) dan lorazepam (Ativan). Obat yang
digunakan hanya dalam pengobatan status epilepticus refraktori termasuk paraldehyde (Paral),
midazolam (berpengalaman), dan pentobarbital (Nembutal).
Beberapa obat antikonvulsan tidak memiliki dasar yang disetujui FDA menggunakan pada epilepsi tetapi
digunakan dalam uji terbatas, tetap jarang digunakan dalam kasus-kasus sulit, terbatas "kakek" status,
terikat untuk epilepsies berat tertentu, atau berada di bawah penyelidikan saat ini. Ini termasuk
acetazolamide (Diamox), progesteron, hormon adrenokortikotropik (ACTH, Acthar), berbagai hormon
steroid corticotropic (prednison), atau bromida.
Efektivitas - Yang dimaksud dengan "efektif" bervariasi. FDA-persetujuan biasanya mengharuskan 50%
dari kelompok perlakuan pasien memiliki setidaknya perbaikan 50% dalam tingkat serangan epilepsi.
Sekitar 20% pasien dengan epilepsi terus mengalami kejang epilepsi terobosan meskipun pengobatan
antikonvulsan terbaik. Kebanyakan efek samping ringan dan "dosis-terkait" dan sering dapat dihindari
atau diminimalkan dengan menggunakan jumlah efektif terkecil. Beberapa contoh termasuk perubahan
suasana hati, mengantuk, atau kegoyangan dalam kiprah. Beberapa obat antikonvulsan memiliki
"istimewa" efek samping yang tidak dapat diprediksi oleh dosis. Beberapa contoh termasuk ruam obat,
toksisitas hati (hepatitis), atau anemia aplastik. Keselamatan mencakup pertimbangan teratogenitas
(efek obat terhadap perkembangan janin) ketika wanita dengan epilepsi menjadi hamil.
Prinsip Penggunaan antikonvulsan dan Manajemen - Tujuannya untuk pasien individu, tentu saja, tidak
kejang dan tidak ada efek samping, dan tugas dokter adalah untuk membantu pasien untuk menemukan
keseimbangan terbaik antara dua selama resep antikonvulsan. Kebanyakan pasien bisa mencapai
keseimbangan ini terbaik dengan monoterapi'''', penggunaan obat antikonvulsan tunggal. Beberapa
pasien, bagaimanapun, memerlukan''''polifarmasi, penggunaan dua atau lebih antikonvulsan.
Kadar serum AED dapat diperiksa untuk menentukan kepatuhan pengobatan, untuk menilai efek dari
obat-obat baru interaksi obat pada tingkat sebelumnya stabil, atau untuk membantu menentukan
apakah gejala-gejala tertentu seperti ketidakstabilan atau kantuk dapat dianggap sebagai efek samping
obat atau karena penyebab yang berbeda. Anak-anak atau orang dewasa gangguan yang mungkin tidak
dapat berkomunikasi efek samping dapat mengambil manfaat dari skrining rutin tingkat obat. Selain
skrining awal, bagaimanapun, uji coba berulang, darah rutin atau pemantauan urin tidak menunjukkan
manfaat yang telah terbukti dan dapat menyebabkan penyesuaian obat yang tidak perlu pada anak-anak
dan orang dewasa yang lebih tua sebagian besar menggunakan antikonvulsan rutin.
Jika epilepsi seseorang tidak dapat dikendalikan setelah percobaan yang memadai dari dua atau tiga
(ahli berbeda-beda di sini) obat yang berbeda, epilepsi orang itu umumnya dikatakan''''refraktori medis.
Sebuah studi pasien dengan epilepsi yang sebelumnya tidak diobati menunjukkan bahwa 47% mencapai
kontrol kejang dengan penggunaan obat single pertama mereka. 14% menjadi bebas kejang selama
pengobatan dengan obat kedua atau ketiga. Sebuah% 3 tambahan menjadi rebutan bebas dengan
penggunaan dua obat secara bersamaan. Pengobatan lain, di samping atau bukan, obat antikonvulsan
dapat dianggap oleh orang-orang dengan kejang terus.
Bedah
Bedah epilepsi adalah suatu pilihan bagi pasien yang kejang tetap resisten terhadap pengobatan dengan
obat-obat antikonvulsan yang juga memiliki gejala epilepsi terkait lokalisasi-; kelainan fokal yang dapat
terletak dan karenanya dihapus. Tujuan untuk prosedur ini adalah kontrol total dari serangan epilepsi,
meskipun obat-obat antikonvulsan mungkin masih diperlukan.
Evaluasi untuk operasi epilepsi dirancang untuk menemukan "fokus epilepsi" (lokasi kelainan epilepsi)
dan untuk menentukan apakah operasi resective akan mempengaruhi fungsi otak normal. Dokter juga
akan memastikan diagnosis epilepsi untuk memastikan bahwa mantra muncul dari epilepsi (sebagai
lawan dari non-kejang epilepsi). Evaluasi ini biasanya meliputi pemeriksaan neurologis, rutin EEG, jangka
panjang video-EEG monitoring, evaluasi neuropsikologi, dan neuroimaging seperti MRI, emisi foton
tunggal computed tomography (SPECT), positron emission tomography (PET). Beberapa pusat epilepsi
menggunakan tes natrium intracarotid amobarbital (Wada test), MRI fungsional atau
magnetoencephalography (MEG) sebagai tes tambahan.
Lesions tertentu memerlukan jangka panjang pemantauan EEG video dengan menggunakan elektroda
intrakranial jika pengujian noninvasif tidak cukup untuk mengidentifikasi fokus epilepsi atau
membedakan target operasi dari jaringan otak normal dan fungsi. Pemetaan otak dengan teknik
stimulasi listrik kortikal atau Electrocorticography prosedur lain yang digunakan dalam proses pengujian
invasif pada beberapa pasien.
Operasi yang paling umum adalah reseksi lesi seperti tumor atau malformasi arteri yang, dalam proses
mengobati lesi yang mendasari, sering mengakibatkan mengendalikan serangan epilepsi disebabkan
oleh lesi ini.
Lesi lainnya yang lebih halus dan epilepsi fitur sebagai gejala utama atau satu-satunya. Bentuk paling
umum dari epilepsi intractable dalam gangguan ini pada orang dewasa adalah epilepsi lobus temporal
dengan sklerosis hipokampus, dan jenis yang paling umum dari pembedahan epilepsi adalah lobektomi
sementara anterior, atau penghapusan bagian depan lobus temporal termasuk amigdala dan
hipokampus . Beberapa ahli bedah saraf merekomendasikan amygdalahippocampectomy selektif karena
manfaat mungkin dalam memori pasca operasi atau fungsi bahasa. Pembedahan untuk epilepsi lobus
temporal yang efektif, tahan lama, dan hasil dalam biaya perawatan kesehatan menurun .. Meskipun
efektivitas operasi epilepsi, beberapa pasien memutuskan untuk tidak menjalani operasi karena
ketakutan atau ketidakpastian memiliki operasi otak.
Paliatif operasi untuk epilepsi dimaksudkan untuk mengurangi frekuensi atau keparahan kejang.
Contohnya adalah callosotomy atau commissurotomy untuk mencegah serangan dari generalisasi
(menyebar untuk melibatkan seluruh otak), yang mengakibatkan hilangnya kesadaran. Prosedur ini
karena itu dapat mencegah cedera akibat orang jatuh ke tanah setelah kehilangan kesadaran. Hal ini
dilakukan hanya saat kejang tidak dapat dikontrol dengan cara lain. Transeksi subpial Beberapa juga
dapat digunakan untuk mengurangi penyebaran kejang seluruh korteks terutama ketika fokus epilepsi
terletak dekat bidang fungsional yang penting dari korteks. Resective operasi dapat dianggap paliatif jika
dilakukan dengan harapan bahwa itu akan mengurangi tapi tidak menghilangkan kejang.
Hemispherectomy melibatkan penghapusan atau pemutusan fungsional dari sebagian atau seluruh dari
satu setengah dari otak besar. Hal ini diperuntukkan bagi orang yang menderita epilepsi yang paling
bencana, seperti yang disebabkan oleh sindrom Rasmussen. Jika operasi dilakukan pada pasien yang
sangat muda (2-5 tahun), belahan bumi yang tersisa mungkin mendapatkan beberapa kontrol motor
dasar dari tubuh ipsilateral; dalam hasil pasien yang lebih tua, kelumpuhan pada sisi tubuh yang
berlawanan ke bagian otak yang telah dihapus. Karena efek samping ini dan lainnya biasanya
dicadangkan untuk pasien yang telah kehabisan pilihan pengobatan lainnya.
Pengobatan lain
Diet ketogenik - lemak tinggi, karbohidrat rendah yang dikembangkan pada tahun 1920, dilupakan
dengan munculnya antikonvulsan yang efektif, dan dibangkitkan pada 1990-an. Mekanisme aksi tidak
diketahui. Hal ini digunakan terutama dalam pengobatan anak-anak dengan berat, epilepsi intractable
medis-.
Listrik rangsangan - metode pengobatan antikonvulsan dengan kedua menggunakan saat ini disetujui
dan penelitian. Sebuah perangkat saat ini yang disetujui stimulasi saraf vagus''(VNS''). Perangkat diteliti
termasuk sistem''neurostimulation responsif''dan''otak''stimulasi yang mendalam.
Stimulasi saraf vagus (VNS) - The VNS (US produsen = Cyberonics) terdiri dari perangkat listrik
komputerisasi serupa di lokasi ukuran, bentuk dan implan untuk alat pacu jantung yang terhubung ke
saraf vagus di leher. Perangkat merangsang saraf vagus di pra-mengatur interval dan intensitas arus.
Efficacy telah diuji pada pasien dengan epilepsi terkait lokalisasi-menunjukkan bahwa 50% dari pasien
mengalami peningkatan 50% dalam tingkat kejang. Serangkaian kasus telah menunjukkan khasiat serupa
dalam epilepsi umum tertentu seperti sindrom Lennox-Gastaut. Meskipun tingkat keberhasilan biasanya
tidak sama dengan operasi epilepsi, itu adalah alternatif yang masuk akal ketika pasien enggan untuk
melanjutkan dengan pemantauan invasif diperlukan, ketika evaluasi presurgical yang tepat gagal untuk
mengungkap lokasi fokus epilepsi, atau ketika ada beberapa epilepsi fokus.
Sistem neurostimulator Responsif (RNS) (US produsen Neuropace) terdiri dari perangkat listrik
komputerisasi ditanamkan dalam tengkorak dengan elektroda tertanam dalam fokus epilepsi dianggap
dalam otak. Elektroda EEG otak mengirim sinyal ke perangkat yang berisi kejang-deteksi perangkat
lunak. Ketika kriteria tertentu kejang EEG terpenuhi, perangkat memberikan muatan listrik kecil untuk
elektroda lainnya dekat dan mengganggu fokus epilepsi kejang. Efektivitas dari RNS ini sedang diselidiki
saat ini dengan tujuan persetujuan FDA.
Stimulasi otak dalam (DBS) (US produsen Medtronic) terdiri dari perangkat listrik komputerisasi
ditanamkan di dada dalam cara yang mirip dengan VNS, namun rangsangan listrik dikirimkan ke otak
dalam struktur melalui elektroda implan mendalam melalui tengkorak. Pada epilepsi, target elektroda
inti anterior talamus. Efektivitas DBS di lokalisasi epilepsi terkait saat ini sedang diselidiki.
Bedah invasif - Penggunaan Gamma Knife atau perangkat lain yang digunakan dalam radiosurgery saat
ini sedang diselidiki sebagai alternatif untuk operasi terbuka tradisional pada pasien yang dinyatakan
akan memenuhi syarat untuk lobektomi temporal yang anterior.
Penghindaran Terapi - terapi Menghindari terdiri dari meminimalkan atau menghilangkan pemicu pada
pasien yang kejang sangat rentan terhadap pencetus kejang (lihat di atas). Sebagai contoh, kacamata
bahwa paparan bertentangan dengan panjang gelombang cahaya tertentu dapat meningkatkan kontrol
kejang epilepsi fotosensitif di tertentu.
Peringatan sistem - Sebuah respon anjing kejang adalah bentuk anjing layanan yang dilatih untuk
memanggil bantuan atau memastikan keselamatan pribadi ketika kejang terjadi. Ini tidak cocok untuk
semua orang dan tidak semua anjing bisa begitu terlatih. Jarang, anjing dapat mengembangkan
kemampuan untuk merasakan kejang sebelum terjadi. Pengembangan formulir elektronik sistem deteksi
kejang saat ini sedang diselidiki.
Pengobatan alternatif atau komplementer - Sejumlah tinjauan sistematis oleh Cochrane Collaboration
ke pengobatan untuk epilepsi memandang akupunktur, intervensi psikologis, vitamin dan yoga dan
menemukan tidak ada bukti yang dapat diandalkan untuk mendukung penggunaan ini sebagai
pengobatan untuk epilepsi.
http://1nd4hs4r1.blogspot.com/2012/06/artikel-kesehatan-yang-berhubungan.html
Astigmatisma
Deskripsi
Penyebab
Gejala
Pengobatan
Asites
Blefaritis
Ini Ciri Khas Orang yang Mudah dan yang Susah Dihipnotis
Umurnya Baru 12 Tahun Tapi IQ-nya Lebih Tinggi dari Einstein
Beginilah Tampang Manusia 1000 Tahun Mendatang
Tak Ingin Tampak Tua, Nenek Umur 83 Tahun pun Operasi Plastik
Obat-obatan yang Umum Dipakai Tapi Bisa Perparah Masalah Kesehatan
Jakarta, Umumnya bentuk sel darah merah yang normal adalah bulat-bulat dan terpisah satu sama lain.
Tapi ada beberapa orang yang memiliki bentuk sel darah merah 'Bulan Sabit' atau sickle cell disease yang
membikin sengsara si pemiliknya.
Sel darah merah 'Bulan Sabit' ini adalah penyakit kelainan sel darah merah yang merupakan penyakit
turunan dan sulit disembuhkan.
Dalam kenyataannnya tidak ada proses yang reversibel 100%, karena selalu ada kerugian
energi selama proses berlangsung. Proses yang reversibel semata-mata hanyalah suatu idealisasi.
Meskipun demikian, proses yang reversibel memegang peranan yang sangat penting yaitu
sebagai rujukan bagi semua proses yang ireversibel.Terkait dengan Hukum II Termodinamika,
proses yang reversibel adalah arah dari semua proses yang ireversibel .
Contoh :
a. Pergerakan piston di dalam silinder selalu menimbulkan gesekan sehingga
ada energi yang terbuang dalam bentuk kalor.
b.Transfer kalor dari temperatur rendah ke temperatur yang tinggi tidak dapat
berlangsung tanpa ada inputan energi dalam bentuk kerja