Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/285591380

Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa

Conference Paper · April 2013


DOI: 10.13140/RG.2.1.1007.7525

CITATION READS

1 3,292

1 author:

Nathan Madutujuh
Engineering Software Research Center (www.esrcen.com)
47 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Improving The Direct Nonlinear Analysis using Nathan-alpha Method with Hermitian Extrapolation View project

Detailed Engineering Design of The Super elevated Highway from Kp.Melayu-Tn.Abang in Jakarta (Detail Disain Jalan Layang Non Tol Kp. MELAYU – Tn. ABANG: Struktur
Bangunan Bawah) View project

All content following this page was uploaded by Nathan Madutujuh on 04 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEMINAR HASTAG 2013

Audit Kekuatan Struktur dan


Perkuatan Struktur Pasca Gempa
Nathan Madutujuh (ESRC, Bandung),
Johan Prawiranegara, Ariadi, Dafit Natalius (PT AMCK, Bandung)

Abstrak

Pembangunan gedung bertingkat di Indonesia umumnya dimulai pada akhir abad 19 sebelum Perang Dunia I
dan dimulai kembali sejak tahun 1970-an pada masa Pelita I. Dalam sepuluh tahun terakhir ini telah banyak
terjadi gempa besar di beberapa kota besar di Indonesia. Dengan demikian mulai diperlukan audit struktur
untuk gedung-gedung tersebut karena ada penurunan kekuatan gedung akibat usia, cuaca, gempa bumi, maupun
peningkatan pesyaratan kekuatan gedung sesuai peraturan yang baru. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa
metode audit struktur dan metode perkuatan pasca kejadian gempa disertai contoh kasus dari Audit Struktur
yang dilakukan oleh PT AMCK Engineering Consultant.

Catatan:

1. Dr. Ir. Nathan Madutujuh, M.Sc. adalah Direktur ESRC dan PT Anugrah Multi Cipta Karya –
Engineering Consultant, Bandung
2. Ir. Johan Prawirangara adalah Structural Audit Engineer di PT AMCK Engineering Consultant,
Bandung
3. Ir. Ariadi adalah Structural Engineer di PT AMCK Engineering Consultant, Bandung
4. Ir. Dafit Natalius adalah Structural Engineer di PT AMCK – Engineering Consultant, Bandung

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
I. Kebutuhan akan Audit Struktur a. Static Loading Test
(Kekuatan terhadap beban gravitasi)
Audit struktur adalah proses evaluasi kekuatan struktur b. Static / Dynamic Lateral Test untuk
secara menyeluruh pada struktur eksistng dan biasanya mengetahui kekakuan gedung
diperlukan pada gedung sbb:
6. Analisis Kekuatan Struktur
1. Telah mendekati usia pakai dan mau
diperpanjang usia pemakaiannya (khususnya 7. Perkuatan Pondasi dengan menggunakan
untuk bangunan bersejarah / monumental) Bored Pile, raft, Grouting, dsb.
2. Kekuatannya telah berkurang dimakan usia
dan cuaca 8. Perbaikan Struktur dengan berbagai metode
3. Kekuatan baja tulangan telah berkurang : grouting, recasting, dsb
akibat karat
4. Mutu beton dan baja yang digunakan tidak 9. Perkuatan Struktur dengan berbagai
sesuai dengan persyaratan peraturan terkini metode : Fiber wrap, Rebar cage, Steel
5. Telah mengalami berbagai kejadian gempa Profile, Steel Plate
bumi besar dengan skala >= 6 SR
6. Gedung mengalami deformasi (miring, III. Survey dan Pengukuran
melendut) atau mengalami keretakan
7. Gedung mengalami vibrasi layanan Pada tahap ini dilakukan visual checking dan
berlebihan (bergoyang pada saat orang pengukuran untuk mengetahui tingkat kerusakan
berjalan) bangunan dan kelayakan untuk diperbaiki. Diamati
8. Kebutuhan audit untuk persyaratan asuransi juga apakah terjadi deformasi yang terlalu besar,
dan keamanan (safety) sesuai kebijakan bangunan miring, differential settlement yang besar
perusahaan akibat efek kegagalan pondasi dan liquifaksi. Pada
tahap ini kemudian diputuskan apakah gedung layak
II. Tahapan dalam Audit Struktur digunakan atau layak untuk diperbaiki dengan estimasi
biaya, resiko keamanan dan kesulitan konstruksi yang
1. Survey Awal dapat diterima.
Visual checking untuk menentukan kelayakan
struktur untuk dapat diperbaiki dan digunakan
kembali.
a. Tingkat kerusakan
b. Nilai historis dan budaya
c. Kemungkinan diperbaiki
d. Biaya perbaikan vs bangun baru

2. Pengukuran Gambar 1. Wisma Bergamin, Padang (sebelum dan


a. Pengukuran deformasi dan retakan sesudah perkuatan, AMCK 2012)
b. Pengukuran dimensi struktur
c. Pengukuran settlement

3. Non-Destructive Test (NDT)


a. Schmmidt Hammer Rebound Test untuk
kekuatan beton
b. UPV Test untuk densitas beton
c. Profometer untuk jumlah, jarak dan
diameter tulangan
d. Micro-Tremor Vibration Test untuk Gambar 2. Yang tidak perlu audit struktur (Padang)
kekakuan gedung (Time Period To)
IV. Non-destructive Test
4. Destructive Test
a. Chipping untuk mengetahui jumlah, Setelah gedung dinyatakan layak untuk diperbaiki,
jarak dan diameter tulangan maka dilakukan test yang lebih akurat dengan NDT
b. Core DrillTest untuk mengetahui yang bersifat cepat dan tidak merusak gedung yang
kekuatan tekan beton aktual ada. Setelah itu bila diperlukan dapat dilakukan test
yang bersifat destruktif.
5. Loading Test

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
a. Schmmidt Hammer Rebound Test
(2a)
Untuk mengetahui kekuatan beton yang ada digunakan
Hammer Test. Walaupun metode ini sangat populer,
karena cepat dan mudah, sebenarnya tingkat Dari test UPV ini bisa diperoleh juga apakah ada
akurasinya kurang begitu bagus (+/-10-15%) dan retakan atau rongga dalam beton. Test UPV ini cukup
hasilnya sangat rentan terhadap kondisi test: mudah dan sederhana namun perlu dilakukan dengan
hati-hati :
1. Kondisi permukaan beton 1. Permukaan transducer harus menempel rapat
2. Sudut aplikasi alat (harus tegak lurus) tanpa rongga udara dan diberikan lapisan gel.
3. Arah gravitasi (hanya bila menggunakan Hammer 2. Kedua transducer harus membentuk garis
Test dengan pegas,non-digital) lurus tegak lurus permukaan
4. Kadar air dan ukuran agregat 3. Jarak kedua transducer >= 100-150mm
4. Lebar benda uji, w >= l = 80mm
5. Input jarak ke-2 transducer harus akurat

Gambar 5. Alat UPV Test dan Transducer 54Khz


Gambar 3. Original dan Electronic Schmidt
Walaupun sudah dilakukan dengan hati-hati, hasil dari
UPV Test ini masih dapat dipengaruhi oleh:
1. Adanya tulangan memanjang
(Test perlu diulang pada jarak 25mm)
2. Faktor Kelembaban pada beton
3. Adanya rongga atau retakan

Dalam aplikasinya UPV dapat dilakukan dengan tiga


cara yaitu Direct, Semi-direct dan Indirect.
Penggunaan standard untuk mencari nilai V adalah
dengan metode Direct, sedangkan metode Indirect
Gambar 4. Aplikasi Hammer Test di GKY Pluit (4) dapat digunakan untuk mencari lokasi retakan.

Walaupun telah dikembangkan beberapa rumus


korelasi antara nilai R dan fc', namun yang paling tepat
adalah bila dibuat kurva korelasi yang spesifik untuk
suatu projek. Contoh korelasi R da fc' dalam Mpa (1):

(1)

b. UPV Test untuk densitas beton

Kuat tekan beton juga dapat diestimasi dari


densitasnya. Karena kecepatan rambat gelobang
ultrasonik pada beton tergantung pada densitas
material, maka untuk mencari densitas beton, dapat
digunakan Ultrasonic Pulse Velocity Test yang
mengukur kecepatan rambat gelombang ultrasonik 54
Khz pada beton. Rumus dasar yang digunakan adalah:
V = √E/ρ (2)

Atau rumus yang lebih akurat (2):

Gambar 6. Metode Aplikasi Test UPV (3)

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
Contoh rumus korelasi V (km/s) dan fc' (1) :

(3)

Hasil dari Schmidt Hammer dan UPV dapat dirata-


ratakan atau dikombinasikan pada projek tertentu
untuk mendapat rumus korelasi yang lebih akurat. Gambar 7. Profometer dan Profocope (6)
Contoh korelasi R, V, dan fc' :
Karena test profometer ini sangat tergantung banyak
(4) faktor, diperlukan verifikasi tambahan dengan test lain
seperti Test Chipping.
Penilaian kualitatif kecepatan rambat V:

Velocity (V, km/s) Concrete Quality


>4 Very good to excellent
3.5 - 4.0 Good to very good
3.0 -3.5 Satisfactory, loss
integrity.
< 3.0 Poor, loss integrity Gambar 8. Profoscope Test di GKY Pluit (4)
Tabel 1. Korelasi V dan quality (3)
d. Micro-Tremor Vibration Test untuk
Bila hasil dari Hammer Test dan UPV berbeda secara kekakuan gedung (Time Period, To)
signifikan, ini dapat merupakan indikasi terjadinya
korosi pada beton,sbb: Pada kondisi layanan, suatu gedung akan mengalami
getaran kecil akibat beban lateral yang bekerja,
Hammer UPV Indication misalkan beban angin atau getaran akibat lalu-lintas.
Bila getaran ini dapat diukur gelombangnya, maka
High High Good, dengan Fast Fourier Transform dapat ditentukan
No corrosion periode dasar gedung yang merupakan fungsi dari akar
Low Medium Bad surface or massa dibagi kekakuan lateral gedung. Untuk itu perlu
possible digunakan alat pengukur getaran yang peka seperti
corrosion MicroTremor dan accelerometer resolusi tinggi.

High Low No corrosion V. Coring dan Loading Test


Low Low Possible
corrosion Unuk mendapatkan kuat tekan beton yang lebih akurat
dapat dgunakan Core Dril Test, namun membutuhkan
Tabel 2. Indikasi Korosi pada beton (3)
sampling bahan (destruktif), waktu yang lebih lama,
pelaksanaan lebih sulit dan biaya yang lebih mahal.
c. Test Profometer untuk jumlah, jarak dan
diameter tulangan
Walaupun test ini lebih akurat, namun karena bersifat
destruktf, tidak akan dilakukan dalam jumlah banyak,
Setelah mutu beton diketahui, maka bila tidak ada data
lain halnya test non-destruktif yang dapat dilakukan
as-built drawing yang akurat, perlu dilakukan
sebanyak-banyaknya dan di semua tempat.
pengujian untuk mendapatkan jumlah, jarak dan
diameter tulangan. Test ini sangat mudah dilakukan
namun sangat tidak akurat karena dipengaruhi
berbagai faktor:

1. Tebal selimut beton yang tidak seragam


2. Plesteran tambahan
3. Jarak tulangan yang tidak seragam
4. Tulangan sengkang dan tul arah tegak lurus
5. Overlap antar tulangan
6. Posisi final Profometer (Trial and error)
Gambar 9. Core Drill Test di GKY Pluit (4)

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
Persyaratan untuk Core Drill Test adalah: Item Lama (2002) Baru (2011)
– Diameter > 2-3 x ukuran agregat
Importancy 1 1.25 (untuk
– H = 1.0-2.0 D (Faktor koreksi fc')
Factor penghuni > 300)
– Umur beton minimal 14 hari
– Lokasi di bawah, tengah kolom/wall Redundancy 1 1.3 untuk SDC =
– Direndam dalam air kapur 40 jam D, E dan F
– Test pada waktu masih jenuh air Cd Fungsi C, I, R Fungsi Ss, S1, I,
– Minimum 3 benda uji R
– Nilai rata-rata fc' >= 0.85 * fc'
Mutu beton >= K-225 >= K-300
– Tidak ada nilai fc' dibawah 0.75 * fc'
Gempa vertikal Ψ * Ao*I 0.2 Sds D
Loading Test dapat dilakukan untuk memeriksa apakah Tabel 3. Perbandingan Peraturan Gempa Lama dan
struktur masih memiliki kekuatan untuk memikul Baru
beban yang direncanakan (setelah diperkuat). Beban
total harus diberikan 48 jam sebelum test dilakukan, Setelah model di-run dan dilakukan disain elemen
sebesar : struktur, maka deformasi dan kebutuhan tulangan yang
TL = 0.85 (1.4 DL + 1.7 LL) (5) ada dibandingkan dengan data aktual hasil survey dan
NDT.
Dengan lendutan maksimum yang terjadi harus lebih
kecil dari :
dmax = L2 / (20000 h), inches (6)

Untuk beban uji, dapat menggunakan blok beton,


karung pasir, air atau dengan metode jacking + load
cell. Untuk pengukuran lendutan dapat digunakan
LVDT, Digital Indicator, Dial gauge, atau juga Laser
Distance Meter. Loading test dapat dilakukan setelah
struktur beton berusia 60 hari.

VI. Analisis Kekuatan Struktur

Setelah diperoleh data ukuran penampang, kuat tekan Gambar 10. Model Audit Struktur Adira, (AMCK)
beton dan jumlah/jarak/diameter rebar, maka dapat
dilakukan pemodelan 3D dan analisis struktur sesuai Untuk elemen struktur yang membutuhkan kekakuan
kondisi dan data material yang ada. Material dapat dan tulangan yang lebih dari yang telah terpasang,
dimasukkan berbeda-beda sesuai hasil test yang ada. maka perlu dilakukan perkuatan seperti dibawah ini.

Untuk bangunan gedung dapat digunakan Program VII. Perbaikan dan Perkuatan Struktur
SANSpro, sedangkan untuk Tower dapat
menggunakan TOWERWIN. a. Perkuatan Pondasi

Pada model ini dapat digunakan peraturan beban, Pondasi yang mengalami masalah liquifaksi perlu
peraturan gempa dan peraturan disain yang lebih baru diperkuat dengan pondasi Bored Pile yang menembus
dibandingkan dengan yang digunakan pada awal lapisan liquifaksi. Demikian juga dengan masalah
berdirinya bangunan. Dengan demikian perilaku tanah ekspansif. Bored pile baru in perlu dihubungkan
gedung terhadap beban aktual dapat ditentukan. dengan pilecap yang lama dengan menggunakan
chemset.
Beberapa poin dalam peraturan gempa (SNI) yang
baru yang mempengaruhi perilaku gedung lama adalah Penambahan pondasi raft juga sangat membantu
sbb: meratakan settlement yang terjadi. Efek liquifaksi
dapat dikurang dengan injeksi cairan semen pada
lapisan pasir halus lepas yang berpotensi memadat
pada saat gempa. Namun pelaksanaan injeksi semen
ini cukup mahal dan sulit.

b. Perbaikan Beton

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
Beton yang mengalami retakan halus pada saat gempa penampang (SFRS, Sky-SAP)
mungkin masih bisa diperkuat bila test UPV – Penambahan kekuatan dibatasi maksimal
menunjukan bagian dalam beton masih cukup padat 50% saja.
dan tidak remuk dan retakan terjadi pada area tulangan
tarik. Namun bila retakan terdapat pada join kolom-
balok, sebaiknya dibongkar dan apabila kondisi
tulangan masih baik, dapat dicor ulang.

Retakan yang berukuran kurang dari 5mm masih dapat


dilakukan grouting dengan mutu bahan grouting
minimum adalah K-400.

Gambar 13. Program SFRS, ESRC, 2011

d. Perkuatan dengan Lapisan Beton baru


Gambar 11. Yang bisa dan tidak bisa diperbaiki
Bila dibutuhkan penambahan kekuatan yang lebih
Setelah dilakukan grouting, sebaiknya penampang besar, maka metode perkuatan dengan membungkus
beton diperkuat dengan Fiber wrap atau pelat strip kolom dengan tulangan dan lapisan beton baru dapat
baja agar integritas beton dapat dijaga. digunakan. Tulangan perlu diangkur ke pelat beton
dibawahnya dengan chemset yang sebaiknya
c. Perkuatan dengan Fiber wrap menembus pelat sampai penebalan kolom dibawahnya.
Tebal lapisan beton baru minimal 75mm. Lapisan
Perkuatan dengan Fiber wrap memiliki keuntungan beton baru juga perlu diikat dengan chemset ke beton
sbb: kolom yang lama.
– Sangat praktis, ringan, cepat dan mudah
dilaksanakan
– Tersedia dalam lembaran dan strip
– Kekuatan bahan lebih dari baja (Kevlar)
– Dapat meningkatkan kapasitas lentur, tekan
dan geser hingga 50%
– Dapat diaplikasikan pada pelat, balok, kolom,
dan juga pier jembatan

Gambar 12. Contoh Aplikasi Fiber Wrap (MrSafety)


Gambar 14. Perkuatan dengan Bungkus Beton,
Namun metode ini memiliki beberapa kelemahan Santika, AMCK, 2012
yaitu:
– Biaya bahan cukup mahal e. Perkuatan dengan pelat dan profil baja
– Tidak tahan api dan sinar UV, perlu dilapisi
mortar setebal 50mm Bila dibutuhkan penambahan kekuatan yang lebih
– Supplier bahan Aplikator khusus besar namun tempat terbatas, maka metode perkuatan
– Program khusus untuk perhitungan kekuatan dengan pelat atau profil baja dapat digunakan sebagai

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa
alternatif bungkus beton. Kolom dan balok beton dapat VIII. Kesimpulan danSaran
dibungkus pelat baja yang dilas mengelilingi
penampangnya dan celah antara pelat baja dan beton 1. Kesimpulan
digrouting. Pelat baja diangkur ke beton lama dengan
menggunakan chemset. 1. Audit Struktur sangat dibutuhkan di
Indonesia karena banyaknya kejadian gempa
Balok beton dapat diperkuat dengan menambahkan dan mutu pelaksanaan konstruksi yang tidak
balok baja dibawah pelat atau balok beton dan diikat seragam
ke beton lama dengan chemset. 2. Metode NDT sebaiknya digunakan dalam
audit struktur karena lebih cepat, murah dan
tidak merusak struktur
3. Struktur yang tidak memenuhi syarat ada
yang masih dapat diperkuat sampai batas
tertentu asalkan dilakukan dengan metode
yang sesuai

2. Saran

1. Gedung yang telah melewati usia 20 tahun


atau telah mengalami gempa diatas 6 SR
perlu diaudit strukturnya secara menyeluruh
2. Pelaksanaan metode NDT perlu dilakukan
dengan hati-hati dan dibandingkan dengan
Gambar 15. Perkuatan pelat beton dengan balok baja, metode lainnya
Hotel Santika, AMCK, 2012 3. Pemilihan metode perkuatan struktur perlu
dilakukan dengan memper-timbangkan jenis
f. Perbaikan dengan metode Jacking komponen struktur, kondisi eksisting dan
kebutuhan kapasitas penampang yang baru
Bila gedung telah mengalami deformasi yang besar
dan miring, dan kondisi struktur masih
memungkinkan, maka dapat dilakukan proses jacking
untuk meluruskan gedung tersebut. Proses jacking ini
DAFTAR PUSTAKA
harus dilakukan oleh kontraktor spesialis dan
dilakukan dengan hati-hati secara bertahap sesuai 1. Assessing the strength of reinforced concrete
urutan pekerjaan dan gaya yang telah diperhitungkan. structures through UPV and Schmidt
Dudukan dongkrak/hydraulic jack harus didisain agar Hammer, Mahdi Shariati, Nor Hafizah Ramli-
cukup menahan beban yang ada. Bila ada perkuatan Sulong, Department of Civil Engineering,
pondasi dan struktur beton maka perlu ditunggu University of Malaya, Malaysia.
sampai 60 hari sebelum dapat dilakukan proses ini. 2. Reliability of nondestructive tests for on site
Contoh pelaksanaan Jacking lantai mezannin gedung concrete strength assessment, E. Proverbio, V.
di Bukit Indah City yang mengalami penurunan Venturi, University of Messina, Italy
sampai 20-30cm, memerlukan persiapan 3 bulan 3. ULTRASONIC PULSE VELOCITY (UPV)
menunggu umur beton perkuatan pondasi dengan TEST, The Constructor Civil Engineering
Bored Pile, Pemasangan alat dan dudukan jacking Home, 2012
selama 2 minggu dan proses jacking 6 jam. 4. Laporan Audit Struktur GYK, Pluit, PT
AMCK, 2013
5. Laporan Audit Struktur KU BCA 22 Lokasi,
PT AMCK, 2011-2012
6. Pundit Lab Brochures, 2012
7. Proceq Brochures, 2012
8. Manual SANSpro, ESRC, 2010
9. Manual TOWERWIN, ESRC, 2010
10. Manual SFRS, ESRC, 2011

Website: www.esrcen.com
E-mail: amck.nathan@gmail.com
esrc.nathan@gmail.com
Gambar 16. Proses Jacking Lantai, Bukit Indah City,
AMCK, 2012

Seminar HASTAG 2013 Audit Kekuatan Struktur dan Perkuatan Struktur Pasca Gempa

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai