Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH DIMENSI KEADILAN, PENGETAHUAN PAJAK, SANKSI

PAJAK, MORAL WAJIB PAJAK DAN KOMUNIKASI SETELAH


PEMBERLAKUAN PP NO. 46 TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK UMKM

(Studi Empiris Pada Wajib Pajak Pelaku UMKM yang Terdaftar di KPP
Pratama Karanganyar)

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :

Haris Triono Wahyu

B200110062

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
i
iii
PENGARUH DIMENSI KEADILAN, PENGETAHUAN PAJAK, SANKSI
PAJAK, MORAL WAJIB PAJAK DAN KOMUNIKASI SETELAH
PEMBERLAKUAN PP NO. 46 TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN
WAJIB PAJAK UMKM (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Pelaku UMKM
yang Terdaftar di KPP Pratama Karanganyar)
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi atas terbitnya PP No. 46 Tahun 2013 yang
mana pembelakuannya yang masih cukup sulit karena adanya wajib pajak yang
memiliki persepsi bahwa kebijakan ini dirasa kurang adil. Secara khusus
penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dimensi keadilan, pengetahuan
pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi setelah pemberlakuan PP
No.46 terhadap kepatuhan Wajib Pajak pelaku UMKM di KPP Pratama
Karanganyar. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan
metode survei melalui penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan analisis
regresi linear berganda
Populasi penelitian adalah seluruh pelaku UMKM yang peredaran bruto
bisnisnya kurang dari 4,8M per tahun di kabupaten karanganyar. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling adalah
pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi dengan pendekatan rumus solvin.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel dimensi keadilan,
pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak pelaku UMKM di KPP Pratama Karanganyar
dan secara parsial variabel dimensi keadilan, pengetahuan pajak, moral wajib
pajak dan komunikasi berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak pelaku
UMKM di KPP Pratama Karanganya sedangkan sanksi pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak pelaku UMKM di KPP Pratama Karanganyar.

Kata Kunci: dimensi keadilan, pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib
pajak, komunikasi dan kepatuhan pajak.

ABSTRAC
The background of this research on the issuance of PP 46 Year 2013 which
enforment is still quite difficult because of the taxpayers who have the perception
that this policy is less fair. In particular, this study aims to analyze the influence
of the dimensions of justice, knowledge of taxes, tax penalties, a taxpayer morale
and communication after the implementation of PP 46 on tax compliance STO
SMEs in Karanganyar. Research conducted with quantitative approach survey
method through questionnaires. Analysis of data using multiple linear regression
analysis
The population is all SMEs that business gross income of less than 4,8M per
year in Karanganyar district. The sampling technique was conducted using simple
random sampling was taking members of the sample of the population was

1
2

randomly without regard to strata that exist in the population with solvin formula
approach.
The results showed simultaneous variable dimensions of justice, knowledge
of tax, penalty taxes, moral taxpayer and communication effect on tax compliance
SMEs in STO Karanganyar and partially variable dimensions of justice,
knowledge of tax morale of taxpayers and communication affect the compliance
Mandatory Taxes SMEs in STO Karanganya whereas tax sanctions have no effect
on tax compliance STO SMEs in Karanganyar.
Keywords: dimensions of justice, knowledge of taxes, tax penalties, a
taxpayer morale, communications and tax compliance.

1. PENDAHULUAN

Peranan penerimaan pajak sangat penting bagi negara, oleh karena itu
Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak yang merupakan instansi pemerintahan di
bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang bertindak sebagai
pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan
pajak dengan melakukan reformasi pajak yang bertujuan agar sistem perpajakan
dapat mengalami penyederhanaan yang mencakup tarif pajak, penghasilan tidak
kena pajak, dan sistem pemungutan pajak. (Ramadiansyah, et al, 2014).
Menurut Jackson dan Milliron dalam Andarini, 2010, salah satu variabel
nonekonomi kunci dari perilaku kepatuhan pajak adalah dimensi keadilan pajak.
Menurut Vogel, Spicer, dan Becker dalam Andarini (2010) pembayar pajak
cenderung untuk menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem
pajak tidak adil. Hal tersebut menunjukkan pentingnya dimensi keadilan pajak
sebagai variabel yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pembayar pajak.
Pemerintah telah menerbitkan PP No 46 Th. 2013 tentang pajak UKM, yang
substansinya adalah pungutan pajak sebesar 1% dari omzet < 4,8 milliar per-tahun
terhadap WP badan maupun OP, yang berlaku mulai 1 Juli 2013. Sekilas nampak
memudahkan, namun terdapat potensi ketidakadilan karena marjin UKM yang
berbeda-beda. Sebuah ilustrasi, realitanya sejumlah pengusaha jasa dari berbagai
sektor mungkin akan senang menyambut lahirnya kebijakan ini. Betapa tidak,
dengan marjin keuntungan yang bisa dicapai 50 persen, mereka cukup
mengeluarkan pajak sebesar 1 persen saja. Disisi lain, ketika omzet sudah
mendekati 4,8 miliar setahun, seperti yang disyaratkan kebijakan ini, terbuka
3

kemungkinan pelaku UKM mensplit entitas usahanya agar tetap dikenai pajak 1
persen. Sementara di sektor lain, sejumlah pengusaha kecil bermarjin laba lebih
rendah justru kelimpungan. Dampak kenaikan harga kebutuhan sehari-hari dan
sembako menjadi beban bagi kelangsungan usahanya (Syahdan dan Rani, 2013).
Tidak dipungkiri memang, hingga kini masih banyak sektor UKM yang
belum menjadi wajib pajak. Padahal, dari sisi pendapatan seharusnya sudah layak
menjadi objek pajak. Fuad Rahmani dalam Majalah Akuntansi Indonesia(2013)
menyatakan bahwa kebijakan ini sebagai bentuk keadilan bagi seluruh masyarakat
Indonesia, karena pajak bicara keadilan. Berdasarkan survei dari Direktorat
Jendral Pajak (DJP), tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan masih rendah. Tercatat untuk WP Orang Pribadi, dari
potensi sekitar 60 juta orang baru sekitar 25 juta yang telah membayar pajak.
Sementara WP Badan, DJP mencatat baru sekitar 520 WP yang membayar pajak
dari sekitar 5 juta badan usaha yang memiliki laba. Sementara untuk pelaku UKM
masih jauh dari harapan, berdasarkan Sensus Pajak Nasional (SPN) (Tiong
(2014).
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh dimensi Keadilan setelah pemberlakuan PP No. 46
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM?
Bagaimanakah pengaruh pengetahuan Pajak setelah pemberlakuan PP No. 46
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM?
Bagaimanakah pengaruh sanksi pajak setelah pemberlakuan PP No. 46 terhadap
tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM?
Bagaimanakah pengaruh moral wajib pajak setelah pemberlakuan PP No. 46
terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM?
Bagaimanakah pengaruh komunikasi setelah pemberlakuan PP No. 46 terhadap
tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM?
1.2.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dimensi Keadilan setelah pemberlakuan PP No. 46
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan Wajib Pajak setelah pemberlakuan PP
4

No. 46 terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.


Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak setelah pemberlakuan PP No. 46
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.
Untuk mengetahui pengaruh moral wajib pajak setelah pemberlakuan PP No. 46
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi setelah pemberlakuan PP No. 46
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
1.3. Kajian Literatur Dan Pengembangan Hipotensis
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Juli 2013, merupakan kebijakan yang mengatur mengenai Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Aturan tersebut tidak secara jelas
menyebutkan secara spesifik sektor mana yang menjadi sasaran pemajakannya.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 hanya menyebutkan subjek
pajak dengan omzet tertentu sebagai subjek atas pemajakan berdasarkan peraturan
tersebut. Namun, kebijakan ini mengarah kepada sektor UMKM. Hal tersebut
cukup beralasan. Potensi pajak dari sektor UMKM dinilai sangat besar. Dengan
diterbitkannya Peraturan ini, maka diharapkan tidak ada lagi celah bagi wajib
pajak yang dalam kegiatan usahanya memiliki omzet dibawah 4,8 Milyar dalam
satu tahun pajak untuk tidak membayar pajak karena sejak 1 Juli 2013 mereka
dikenakan PPh Final sebesar 1% dari omset mereka (Kharisma, et al 2014).
Pengaruh Dimensi Keadilan Setelah Pemberlakuan PP No. 46 Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Penelitian yang menghubungkan dimensi keadilan pajak dan tingkat
kepatuhan pajak oleh Jackson dan Milliron (1986) serta Richardson dan Sawyer
(2001), dalam Richardson (2006), menunjukkan pentingnya pajak melekat pada
keadilan sebagai sebuah variabel yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan
pajak di masyarakat. Dimensi keadilan pajak bahkan diidentifikasi sebagai
variabel nonekonomi kunci yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak.
(Syahdan dan Rani, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
5

H1 : dimensi keadilan setelah pemberlakuan PP No. 46 berpengaruh Terhadap


tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.
Pengaruh Pengetahuan Pajak Setelah Pemberlakuan PP No. 46 Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Pengetahuan perpajakan adalah pengetahuan mengenai konsep ketentuan
umum di bidang perpajakan, jenis pajak yang berlaku di Indonesia mulai dari
subyek pajak, obyek pajak, tarif pajak, perhitungan pajak terutang, pencatatan
pajak terutang, sampai dengan bagaimana pengisian pelaporan pajak (Ghoni,
2012). Memenuhi kewajiban perpajaknnya, terutama mengenai peraturan
pemerintah untuk Wajib Pajak UMKM yang diberlakukan pada tanggal 1 juli
2013 yaitu berupa PP No. 46 Tahun 2013. Selain itu, pengetahuan perpajakan
juga berperan penting dalam self assessment system (Susmiatun dan
Kusmuriyanto, 2014). Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H2 : pengetahuan pajak setelah pemberlakuan PP No. 46 berpengaruh terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.
Pengaruh Sanksi Perpajakan Setelah Pemberlakuan PP No. 46 Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Selain itu menurut (Jatmiko, 2006) dalam Susmiatun dan Kusmuriyanto
(2014) Sanksi perpajakan merupakan salah satu alat pemerintah untuk mencegah
atau meminimalisir agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Berkaitan diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013 memungkinkan terjadinya
penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak UMKM, sehingga
diperlukan adanya ketegasan sanksi perpajakan demi menegakkan hukum guna
mencapai kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Wajib Pajak akan memenuhi
kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih
banyak merugikannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H3 : sanksi pajak setelah pemberlakuan PP No. 46 berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak UMKM.
6

Pengaruh Moral Wajib Pajak Setelah Pemberlakuan PP No. 46 Terhadap Tingkat


Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Kewajiban moral merupakan norma individu yang dipunyai oleh seorang
tax professional, namun kemungkinan tidak dimiliki oleh tax professional yang
lain. Torgler & Murphy (2004,p.301) menjelaskan bahwa prinsip moral dan nilai
individu berperan dengan keinginan membayar pajak. Penelitian sebelumnya oleh
Spicer (1974), Spicer & Lund (1976) dan Tittle (1980) menemukan bahwa
moral individu berpengaruh terhadap penghindaran perpajakan. Torgler (2003)
menunjukkan bahwa moral pajak dan penghindaran pajak memiliki korelasi
negatif. (Aryati, 2012). Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H4 : moral wajib pajak setelah pemberlakuan PP No. 46 berpengaruh terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM.
Pengaruh Komunikasi Setelah Pemberlakuan PP No. 46 Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Komunikasi memiliki peran penting dalam mengembangkan kepercayaan.
Siahaan (2012) berpendapat bahwa komunikasi dapat mempengaruhi kepatuhan
sukarela melalui kepercayaan yang dimiliki oleh wajib pajak tersebut.
Komunikasi yang baik sering dikaitkan dengan kualitas dan kuantitas informasi.
Kualitas informasi cenderung dapat dilihat dari akurasi, ketepatan waktu, dan
kegunaannya. Berkaitan dengan diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013 yang
mengenakan tarif 1% dari peredaran bruto dan bersifat final, tentunya akan
memiliki persepsi yang berbeda terhadap peraturan tersebut, dimana persepsi
Wajib Pajak tersebut dipengaruhi faktor eksternal maka diperlukan kualitas
informasi sangat terkait dengan kepercayaan. Wajib pajak akan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi apabila mereka percaya bahwa informasi yang mereka
terima sangat akurat, tepat waktu, dan berguna bagi mereka (Siahaan 2012) dalam
(Sari dan Mangoting, 2014). Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H5 : komunikasi setelah pemberlakuan PP No. 46 berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak UMKM.
7

2. METODE PENELITIAN
2.1.Populasi, Sampel dan Pengumpulan Data
Populasi yang menjadi objek penelitian ini yaitu seluruh UMKM yang
terdaftar di KPP Pratama Karanganyar. Sedangkan teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling
(memberikan kesempatan yang sama kepada anggota populasi yang untuk
ditetapkan sebagai anggota sampel). Metode simple random sampling termasuk
dalam probability sampling. Metode simple random sampling adalah pengambilan
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2010:40).
2.2.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini akan menguji dengan menggunakan Variabel dependen yaitu
variabel yang hasilnya dipengaruhi dan terikat oleh variabel independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM.
Dalam Variabel independen dalam penelitian ini adalah dimensi keadilan,
pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi.
2.3.Jenis Data dan Sumber Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini
dengan memberikan kuesioner kepada pelaku UMKM yang terdaftar di KPP
Pratama Karanganyar. Untuk dapat dihitung secara statistik, perlu diubah dengan
skor kuantitatif yaitu dengan memberikan skor untuk setiap jawaban dengan
menggunakan skala linkert 5 poin dari yang tertinggi hingga terendah.
2.4.Metode Analisis Data
Metode regresi berganda yaitu metode statistik untuk menguji pengaruh
antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Model yang
digunakan dalam regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh dimensi
keadilan, pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM. Sehingga dalam
penelitian ini dapat ditunjukan dengan model penelitian, sebagai berikut:
Y = α0 + β1X1+ β2X2 + β3X3+ β2X2 + β3X3+ε .................................... (1)
8

3. HASIL DAN PENBAHASAN PENELITIAN


3.1. Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.15
Hasil Uji Regresi Berganda
koifisien t hitung sig keterangan
regresi
konstanta -0.781 -0.560 0.577
dimensi keadilan -0.188 -3.804 0.000 berpengaruh
pengetahuan pajak 0.845 11.673 0.000 berpengaruh
sanksi pajak -0.157 -1.902 0.060 tidak berpengaruh
moral wajib pajak 0.480 6.446 0.000 berpengaruh
komunikasi 0.131 2.381 0.019 berpengaruh
R2 0.857
uji F 106.844
Sumber: Data primer diolah, 2016.
Penjelasan hasil regresi adalah sebagai berikut :
Nilai konstanta sebesar -0.781 Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat
dimensi keadilan, pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan
komunikasi maka kepatuhan wajib pelaku UMKM dalam mematuhi peraturan
perpajakannya akan menurun.
Nilai koefisien regresi variabel dimensi keadilan bernilai negatif sebesar -0.188.
Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat dimensi
keadilan maka tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM akan menurun.
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh koefisien pengetahuan pajak memiliki
nilai sebesar 0.845. Dari hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin
tinggi tingkat pengetahuan pajak maka tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku
UMKM akan meningkat.
Koefisien regresi untuk variabel sanksi pajak bernilai negatif sebesar -0,157. Dari
hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat pengenaan
sanksi pajak maka tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM akan menurun.
Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh koefisien moral wajib pajak bernilai
positif sebesar 0.480 yang berarti bahwa semakin tinggi moral wajib pajak maka
kemungkinan kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM dalam mematuhi peraturan
perpajakannya semakin meningkat.
9

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh koefisien positif sebesar 0.131 hasil
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat komunikasi pajak
maka tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM akan meningkat.
3.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji apakah pengaruh dimensi keadilan,
pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama
Karanganyar. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh data sebagai berikut :
Hasil uji F menunjukan nilai F hitung (106.844) lebih besar dari Ftabel (2.317)
dengan p < 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel dimensi keadilan,
pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap terhadap kepatuhan
wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar.
3.3.Koefisien Determinasi (R2)
Hasil perhitungan untuk nilai adjusted R2 dengan bantuan program SPSS,
dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi atau
adjusted R2 sebesar 0.857. Hal ini berarti bahwa 85.7% variasi variabel kepatuhan
wajib pajak pelaku UMKM dijelaskan oleh variabel tingkat dimensi
keadilan,pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan komunikasi.
Sementara sisanya 14.3% diterangkan oleh faktor lain yang tidak masuk dalam
observasi.
4. PENUTUP
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan terhadap 95 responden
wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar, yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut:
Dimensi keadilan, pengetahuan pajak, sanksi pajak, moral wajib pajak dan
komunikasi setelah pemberlakuan PP No. 46 tahun 2013 secara silmutan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di
KPP Pratama Karanganyar, di kabupaten karanganyar dan secara persial variabel
dimensi keadilan, pengetahuan pajak, moral wajib pajak dan komunikasi setelah
pemberlakuan PP No. 46 tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
10

pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar, di kabupaten


karanganyar, sedangkan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Karanganyar, di kabupaten
karanganyar.
4.1.Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan baik dalam pengambilan sampel
maupun dalam pengukuran variabel. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain:
Dalam penelitian ini sampel tidak dibedakan sentra industrinya, jadi kemungkinan
ada persepsi yang berbeda antar responden tentang kepatuhan dalam membayar
pajak.
Penelitian ini hanya meneliti wajib pajak pelaku UMKM yang terdaftar di KPP
Karanganyar saja, dan UMKM yang belum terdaftar tidak termasuk dalam
sampel, sehingga belum mewakili secara keseluruhan.
Penelitian ini tidak mengelompokan UMKM kedalam kelompok kecil, menengah
dengan berdasarkan pada laba/omzet yang diperoleh masing-masing UMKM, jadi
kemungkinan adanya bias asumsi pada data sampel penelitian.
4.2.Saran
Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:
Bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama diharapkan dalam mengambil
sampel bisa dikelompokan jenis usahanya, agar menghasilkan data yang lebih
bagus.
Bagi penelitian berikutnya diharapkan dalam menentukan sampel penelitian tidak
hanya satu KPP saja, agar bisa membandingkan dan menghasilkan kesimpulan
yang lebih tepat.
Dalam penelitian berikutnya diharapkan lebih memperluas jangkauan penelitian
dengan menambah sampel tidak hanya UMKM yang terdaftar di KPP, namun
UMKM yang belum terdaftar juga disertakan.

DAFTAR PUSTAKA
11

Aliyas, Siti. 2014. Makna Pajak dan Implikasinya Dalam Bingkai Perspektif
Wajib Pajak UMKM (Studi Interpretatif pada Wajib Pajak UMKM di
Kabupaten Jepara ).JDEB. Vol 11. No.1.Maret.2014.

Anggraeni Yuningtyas,dkk.2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Semarang Tengah Satu. Diponegoro Journal
Of Social And Politic.

Angkoso, Berly. 2010. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan,


Pengetahuan Dasar Wajib Pajak Tentang Perpajakan, Dan Kesadaran
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris: Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Jakarta Selatan). Skripsi.
Universitas islam negeri syarif hidayattulah Jakarta.

Chaerunnisa. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Penghasilan Dan Sanksi Pajak


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Di
Wilayah Kembangan Jakarta Barat. Skripsi. Universitas islam negeri
syarif hidayattulah Jakarta.

Charisma et al. 2014. Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Kelangsungan Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm). Artikel. Universitas Jember
(UNEJ)

Ghoni, Husen Abdul. 2012. Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Daerah. Jurnal Akuntansi UNNESA.
Vol. 1, No 1.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20 ed 6. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. Dan daw C. Porter. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika.
Jakarta: Salemba Empat.

Harjanti Puspa Arum dan Zulaikha, 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas
(Studi Di Wilayah Kpp Pratama Cilacap). Journal Of Accounting No. 1
volume 1 tahun 2012.

Indriantoro. Nur dan Bambang Supomo.2004. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk


Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Kholil, Munawar. 2009. Pengaruh Standar Pemeriksaan Pajak Dan Tanggung


Jawab Moral Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tensis.Universitas
Budi Luhur Jakarta.
12

Lusty, 2012. Pemahaman Akuntansi dan Kesadaran Membayar Pajak Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di kota Yogyakarta. Skripsi Univrsitas
Pembangunan”Veteran” Yogyakarta.

Mardiasmo.2011.Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta:ANDI.

Muis Arahman. 2012. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Perpajakan,


Kesadaran Wajib Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas
Pajak Terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo. Skripsi.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Mujiyati dan M.Abdul Aris .2011. Perpajakan Kontemporer. Muhammadiyah


University Press.Surakarta

Prabowo, Yudo Jayanto, 2011. Faktor-Faktor Ketidakpatuhan Wajib Pajak. Jurnal


Dinamika Manajemen. Vol. 2, No. 1. Universitas Negeri Semarang.

Pris, K. Andarini. 2010. Dampak Dimensi Keadilan Pajak Terhadap Tingkat


Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UNDIP.

Ramandiansyah, Dimas; Nengah Sudjana; Dwiatmanto.2014. Analisis Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak (Studi Kasus Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Singosari). Jurnal e-Perpajakan, No. 1 Vol. 1
tahun 2014.

Richardson, Grant. 2006. The Impact of Tax Fairness Dimensions on Tax


Compliance Behavior in a Asian Jurisdiction: The Case of Hong Kong.
International Tax Journal. Vol. 32 Issue 1, p29.

Robbins, Stephan P. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta. Salemba Empat.

Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib


Pajak. Widya Warta.No.2. ISSN.0854-1981.

Salma K.R dan M. Farid. (2008. Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Industry Perbankan di Surabaya. Artikel. STIE
Perbanas Surabaya.

Sari P. S. dan Y. Mangoting, 2014. Pengaruh Keadilan dan Komunikasi Terhadap


Kepatuhan Sukarela Melalui Kepercayaan Sebagai Variabel Intervening
Tax & Accounting Review, Vol. 4, No.1. Universitas Kristen Petra

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.


13

Susmiatun dan Kusmuriyanto, 2014. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,


Ketegasan Sanksi Perpajakan dan Keadilan Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Di Kota Semarang. Jurusan
Akuntansi.Vol. 3. No. 3. Universitas Negeri Semarang.

Syahdan, Saifhul Anuar Dan Asfida Parama Rani. 2013. Dimensi keadilan atas
pemberlakuan PP No. 46. Tahun 2013 dan kepatuhan wajib pajak.

Tiong, Ka. 2014. Pengaruh Pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap


Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Kasus Umkm Di Wilayah Dki
Mega Glodok Kemayoran). Tesis Pascasarjana Program Magister
Akuntansi.Universitas Mercu Buana.

Titik Aryati, 2012. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Media Ekonomi Dan Manajemen. Vol
25. No 1 Januari 2012. Universitas Trisakti

Tryana A.M. Tiraada. 2013. Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus
Terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal
EMBA. Vol.1.No.3. September. 2013.Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Widarjono.Agus. 2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakrta : UPP


STIM YKPN.

Witono, Banu.2008. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak.


Jurnal Akuntansi dan Keuangan.Vol.7.NO.2.

Anda mungkin juga menyukai