ANTARA
NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA
DENGAN
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI SUMATERA UTARA
TENTANG
PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PROGRAM
PENCE GAHAN DAN PE MBERANTASAN PEI\IYALAHGUNAAN
DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN)
Nomor : 760/III/Ka/1Bu.02/2016/BNNP-SU
Nomor : 459 Tahun 2016
Kesepakatan Bersama tentang program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN), selanjutnya disebut "Kesepakatan Bersama", dibuat dan ditandatangani pada hari ini Rabu
Tanggal Tiga Puluh Bulan Maret Tahun Dua Ribu Enarn Belas, bertempat di Aula Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Sumatera
Utara Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 261 Medan, oleh dan antara:
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara, yang berkedudukan di Jalan Willem Iskandar Pasar V
Medan, dalam Kesepakatan Bersama ini diwakili oleh Brigjen (Pol). Andi Loedianto selaku Kepala Badan
Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara, bertindak untuk dan atas nama Badan Narkotika Nasional Provinsi
Sumatera Utara, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera lJtara, yang berkedudukna di Jalan Jend. Gatot Subroto
N0. 261 Medan, dalam kesepakatan Bersamh ini diwakili oleh Drs. H. Tohar Bayoangin, M.Ag., selaku Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera lJtara, bertindak untuk dan atas nama Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara , selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu
menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas antara lain
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, yang memiliki fungsi diantaranya
melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi guna mewqjudkan masyarakat Indonesia bebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba,
b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Lembaga Pemerintah Kementerian yatrg menyelenggarakan urusan
Pemerintah di bidang agiuna mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba melaltri kegiatan keagamaan;
c. Bahwa PARA PIIIAK memiliki hubungan fungsional yang dilaksanakan secara sinergi sebagai satu sistem
dalam Negara kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, rnaka PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Kesepakatan
Bersama dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal I
DEFINISI
1. Narkoba adalah zat atatr obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan peourllnan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sarrpai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat rnenimbulkan ketergantungan atau berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku, termasuk didalamnya adalah Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan bahan adiktif lainnya yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terdapat dalam Lampiran Undang-undang Nomor 35
tahrur 2009 tentang Narkotika, Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotopika;
2. Advokasi adalah usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan
kebijakan publik secara bertahap dan semakin baik sehingga upaya pencegahan bahaya Narkotika dan
Prekursor Narkotika dapat dilakukan lebilr tepat sasaran dan efekif.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud Kesepakatan Bersama ini adalah sebagai landasan kerjasama bagi PARA PIHAK dalam program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN);
2. Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah terselenggaranya progam Pencegahan dan Pernberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) melalui Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba
(Bang Wawan) dan peran serta PARA PIHAK untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bebas
penyalahgrrnaan dan peredaran gelap Narkoba pada lembaga pendidikan formal dan non forrnal serta Aparatur
Sipil Negara Jajaran Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara melalui ke giatan keagamaan.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
(3). Bidang Rehabilitasi medis dan sosial bagi lfuryawao, yang meliputi :
a. Pasca Rehabilitasi;
b. Pendampingan Penyalahguna Narkoba.
Pasal 4
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
3. PARA PIHAK sepakat bahwa dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini akan ditindaklanjuti dengan Rapat
Koordinasi rnelalui pejabat yang ditunjuk oleh PARA PIHAK sebagaimana dimuat dalam Lampiran 1
Kesepakatan Bersama ini.
Pasal 5
JANGKA WAKTU
1. Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak sampai dengan
ditandatangani;
2. Kesepakatan Bersama ini dapat diubah, diperpanjang dan diakhiri atas kesepakatan PARA PIHAK.
3. Apabila diperlukan perpanjangan atau pengakhiran, maka pihak yang akan memperpanjang atau mengakliiri
menyampaikan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum
Kesepakatan Bersama ini berakhir dan/atat akan diakhiri.
4. Kesepakatan Bersama ini akari berakhir dengan sendirinya jika jangka wakht sebagairnanayang ada pada ayat
(1) Pasal ini terlampaui.
5. Dengan berakhirnya jangka waktu diatas maka PARA PIHAK sudah tidak memiliki ikatan apapun atas
Kesepakatan Bersarna ini.
6. Selain karena berakhirnya Kesepakatan Bersama ini, dalam hal terjadi Keadaan Memaksa yang tidak dapat
diatasi, PARA PIHAK dapat mengakhiri Kesepakatan Bersama ini.
Pasal 6
KEADAAN MEMAKSA
1. Apabila sebagian atau seluruh kewajiban salah satu PII{AK terkait pelaksanaan Kesepakatan Bersarna ini
tertunda, terganggu atau terhalang oleh karena kejadian Keadaan Mernaksa, PAIL{ PIHAK akan dibebaskan
dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini untuk sementara waktu karena PIHAK yang bersangkutan tertunda,
terganggu atau terhalang untLrk melaksanakannya disebabkan kejadian Keadaan Memaksa.
2. Untuk koperluan Kesepakatan Bersama ini, yang dimaksud dongan kejadian Keadaan Memaksa adalah
peristiwa yang terjadi karena sesuatu hal di luar dugaan/kekuasaan PIHAK yang bersangkutan atau PARA
PIHAK yang tidak dapat diramalkzur/diprediksi sebelumnya atau berada di luar kekuasaan PIHAK bersangkutan
atau PARA PIHAK yang secara langsung mcnyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban berdasarkan
Kesepakatan Bersama ini dan bukan akibat langsung atau tidak langsung dari kelalaian PIHAK bersangkutan,
yalcri antara lain disebabkan pemogokan, perselisihan perburuhan, lock out, kebakaran, peledakan, banjir,
mobilisasi, perang (yang dinyatakan atau tidak dinyatakan), permusuhan, huru-hara, pemberontakan, revolusi,
blokade, intervensi atau larangan oleh suatu pemerintah atau beberapa pemerintah atau bagian-bagiannya atau
perwakilannya, terbitnya perahuan pemerintah baik pusat mallpun daerah, tindakan permusuhan masyarakat,
kekuasaan Tuhan, atau tiap-tiap sebab lainnya baik bersifat sama atau sejenis yang telah diuraikan secara
spesifik di atas yang diluar jangkauan kemampuan PIHAK yang bersangkutan, sehingga memperlambat,
mengganggu atau mencegah PIHAK yang bersangkutan unhrk rnelaksanakan kewajibannya sebagaimana
tercantum dalam Kesepakatan Bersama ini.
3. Dalarn hal terjadi Keadaan Memaksa, maka PIHAK yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK yang lain dalam waktu 14 (empat belas) Hari Kerja terhitung sejak kejadian dimaksud dan
apabila rnungkin dengan disertai pernyataan terhrlis pihak berwenang, serta langkah-langkah dan perkiraan
waktu yang diperlukan untuk memperbaikilmengatasi akibat dari kejadian Keadaan Memaksa.
4. PIHAK yang terkena Keadaan Mernaksa wajib rnenggunakan daya upaya sebaik mungkin untuk menjarnin
kelangsungan dari pelaksanaan yang normal dari Kesepakatan Bersama ini sesudah berakhirnya kejadian
Keadaan Memaksa dan akan melakukan kewajiban dalam Kesepakatan Bersama ini semaksimum mungkin.
Pasal 7
BIAYA
Biaya yang timbul akibat dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini dibebankan kepada anggarun PARA PIHAK
secara proporsional dan/atas sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 8
PENYELESAIAN SENGKETA
Setiap dan seluruh peselisihan yang mungkin timbul yang berkaitan dengan Kesepakatan Bersama ini akan
diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat dari PARA PIHAK.
Pasal 9
MONITORING DAN EVALUASI
PARA PIHAK melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 10
LAIN-LAIN
1. Perubahan dan/atau hal-hal yang belum diatur dalam Kesepakatan Bersama ini dituangkan dalam bentuk
Addendurn dan/atau Amandemen yang disepakati oleh PARA PIHAK.
2. Addendum dan/atau Arnandemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Kesepakatan Bersama ini.
3. Apabila ada perbedaan penafsiran atas pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, akan dibicarakan secara
musyawarah dan rnufakat.
4. Apabila dikemudian hari ternyata ada sebagian dari ketentuan Kesepakatan Bersama ini tidak sesuai dan atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan berlaku, rnaka ketentuan lain yang tidak bertentangan
dan telah diatur dalam Kesepakatan Bersama tetap berlaku dan tidak berubah.
Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dan ditandatangani pada hari Rabu tanggal Tiga Puluh bulan Maret
tahun Dua Ribu Enam Belas sebagaimana tersebut di atas, dalam rangkap 2 (dua) asli, dibubuhi materai
secukupnya, masing-masing unhrk PARA PIHAK yang mempunyai kekuatan hukurn yang sama.
Nomor : 7601IIIKa1Bu.A2D016/BNNP-SU
Nomor : 459 Tahun 2016
Kesepakatan Bersama tentang program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN), selanjutnya disebut "Kesepakatan Bersama", dibuat dan ditandatangani pada hari ini Rabu
Tanggal Tiga Puluh Bulan Maret Tahun Dua Ribu Enarn Belas, bertempat di Aula Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Sumatera
Utara Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 261 Medan, oleh dan antara:
1. Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara, yang berkedudukan di Jalan Willem Iskandar Pasar V
Medan, dalam Kesepakatan Bersama ini diwakili oleh Brigjen (Pol). Andi Loedianto selaku Kepala Badan
Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara, bertindak untuk dan atas nama Badan Narkotika Nasional Provinsi
Sumatera Utara, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;
2. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera lJtara, yang berkedudukna di Jalan Jend. Gatot Subroto
N0. 261 Medan, dalam kesepakatan Bersamh ini diwakili oleh Drs. H. Tohar Bayoangin, M.Ag., selaku Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera lJtara, bertindak untuk dan atas nama Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara , selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu
menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertugas antara lain
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, yang memiliki fungsi diantaranya
melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi guna mewqjudkan masyarakat Indonesia bebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba,
b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Lembaga Pemerintah Kementerian yatrg menyelenggarakan urusan
Pemerintah di bidang agiuna mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba melaltri kegiatan keagamaan;
c. Bahwa PARA PIIIAK memiliki hubungan fungsional yang dilaksanakan secara sinergi sebagai satu sistem
dalam Negara kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal I
DEFINISI
1. Narkoba adalah zat atatr obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan peourllnan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sarrpai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat rnenimbulkan ketergantungan atau berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku, termasuk didalamnya adalah Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan bahan adiktif lainnya yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terdapat dalam Lampiran Undang-undang Nomor 35
tahrur 2009 tentang Narkotika, Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotopika;
2. Advokasi adalah usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesak terjadinya perubahan
kebijakan publik secara bertahap dan semakin baik sehingga upaya pencegahan bahaya Narkotika dan
Prekursor Narkotika dapat dilakukan lebilr tepat sasaran dan efekif.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud Kesepakatan Bersama ini adalah sebagai landasan kerjasama bagi PARA PIHAK dalam program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN);
2. Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah terselenggaranya progam Pencegahan dan Pernberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) melalui Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba
(Bang Wawan) dan peran serta PARA PIHAK untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bebas
penyalahgrrnaan dan peredaran gelap Narkoba pada lembaga pendidikan formal dan non forrnal serta Aparatur
Sipil Negara Jajaran Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara melalui ke giatan keagamaan.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
(3). Bidang Rehabilitasi medis dan sosial bagi lfuryawao, yang meliputi :
a. Pasca Rehabilitasi;
b. Pendampingan Penyalahguna Narkoba.
3. PARA PIHAK sepakat bahwa dalam pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini akan ditindaklanjuti dengan Rapat
Koordinasi rnelalui pejabat yang ditunjuk oleh PARA PIHAK sebagaimana dimuat dalam Lampiran 1
Kesepakatan Bersama ini.
Pasal 5
JANGKA WAKTU
1. Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak sampai dengan
ditandatangani;
2. Kesepakatan Bersama ini dapat diubah, diperpanjang dan diakhiri atas kesepakatan PARA PIHAK.
3. Apabila diperlukan perpanjangan atau pengakhiran, maka pihak yang akan memperpanjang atau mengakliiri
menyampaikan secara tertulis kepada pihak lainnya selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) bulan sebelum
Kesepakatan Bersama ini berakhir dan/atat akan diakhiri.
4. Kesepakatan Bersama ini akari berakhir dengan sendirinya jika jangka wakht sebagairnanayang ada pada ayat
(1) Pasal ini terlampaui.
5. Dengan berakhirnya jangka waktu diatas maka PARA PIHAK sudah tidak memiliki ikatan apapun atas
Kesepakatan Bersarna ini.
6. Selain karena berakhirnya Kesepakatan Bersama ini, dalam hal terjadi Keadaan Memaksa yang tidak dapat
diatasi, PARA PIHAK dapat mengakhiri Kesepakatan Bersama ini.
Pasal 6
KEADAAN MEMAKSA
1. Apabila sebagian atau seluruh kewajiban salah satu PII{AK terkait pelaksanaan Kesepakatan Bersarna ini
tertunda, terganggu atau terhalang oleh karena kejadian Keadaan Mernaksa, PAIL{ PIHAK akan dibebaskan
dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini untuk sementara waktu karena PIHAK yang bersangkutan tertunda,
terganggu atau terhalang untLrk melaksanakannya disebabkan kejadian Keadaan Memaksa.
2. Untuk koperluan Kesepakatan Bersama ini, yang dimaksud dongan kejadian Keadaan Memaksa adalah
peristiwa yang terjadi karena sesuatu hal di luar dugaan/kekuasaan PIHAK yang bersangkutan atau PARA
PIHAK yang tidak dapat diramalkzur/diprediksi sebelumnya atau berada di luar kekuasaan PIHAK bersangkutan
atau PARA PIIIAK yang secara langsung mcnyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban berdasarkan
Kesepakatan Bersama ini dan bukan akibat langsung atau tidak langsung dari kelalaian PIIIAK bersangkutan,
yalcri antara lain disebabkan pemogokan, perselisihan perburuhan, lock out, kebakaran, peledakan, banjir,
mobilisasi, perang (yang dinyatakan atau tidak dinyatakan), permusuhan, huru-hara, pemberontakan, revolusi,
blokade, intervensi atau larangan oleh suatu pemerintah atau beberapa pemerintah atau bagian-bagiannya atau
perwakilannya, terbitnya perahuan pemerintah baik pusat mallpun daerah, tindakan permusuhan masyarakat,
kekuasaan Tuhan, atau tiap-tiap sebab lainnya baik bersifat sama atau sejenis yang telah diuraikan secara
spesifik di atas yang diluar jangkauan kemampuan PIHAK yang bersangkutan, sehingga memperlambat,
mengganggu atau mencegah
PiHAK yang bersangkutan unhrk rnelaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Kesepakatan
Bersama ini.
3. Dalarn hal terjadi Keadaan Memaksa, maka PIHAK yang bersangkutan harus memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK yang lain dalam waktu 14 (empat belas) Hari Kerja terhitung sejak kejadian dimaksud dan
apabila rnungkin dengan disertai pernyataan terhrlis pihak berwenang, serta langkah-langkah dan perkiraan
waktu yang diperlukan untuk memperbaikilmengatasi akibat dari kejadian Keadaan Memaksa.
4. PIHAK yang terkena Keadaan Mernaksa wajib rnenggunakan daya upaya sebaik mungkin untuk menjarnin
kelangsungan dari pelaksanaan yang normal dari Kesepakatan Bersama ini sesudah berakhirnya kejadian
Keadaan Memaksa dan akan melakukan kewajiban dalam Kesepakatan Bersama ini semaksimum mungkin.
Pasal 7
BIAYA
Biaya yang timbul akibat dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini dibebankan kepada anggarun PARA PIHAK
secara proporsional dan/atas sumber pendanaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 8
PENYELESAIAN SENGKETA
Setiap dan seluruh peselisihan yang mungkin timbul yang berkaitan dengan Kesepakatan Bersama ini akan
diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat dari PARA PIHAK.
Pasal 9
MONITORING DAN EVALUASI
PARA PIHAK melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 10
LAIN-LAIN
1. Perubahan dan/atau hal-hal yang belum diatur dalam Kesepakatan Bersama ini dituangkan dalam bentuk
Addendurn dan/atau Amandemen yang disepakati oleh PARA PIHAK.
2. Addendum dan/atau Arnandemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Kesepakatan Bersama ini.
3. Apabila ada perbedaan penafsiran atas pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, akan dibicarakan secara
musyawarah dan rnufakat.
4. Apabila dikemudian hari ternyata ada sebagian dari ketentuan Kesepakatan Bersama ini tidak sesuai dan atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan berlaku, rnaka ketentuan lain yang tidak bertentangan
dan telah diatur dalam Kesepakatan Bersama tetap berlaku dan tidak berubah.
Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dan ditandatangani pada hari Rabu tanggal Tiga Puluh bulan Maret
tahun Dua Ribu Enam Belas sebagaimana tersebut di atas, dalam rangkap 2 (dua) asli, dibubuhi materai
secukupnya, masing-masing unhrk PARA PIHAK yang mempunyai kekuatan hukurn yang sama.