Etika Hukum Manajemen PDF
Etika Hukum Manajemen PDF
oleh: suradi
Widyaiswara Madya Balai Diklat Kepemimpinan Magelang
Abstrak:
Perilaku yang etis merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu organisasi secara
jangka panjang. Berdasarkan argumen makro menyatakan bahwa pentingnya etika dalam suatu
sistem ekonomi. Sedangkan argumen mikro memandang pentingnya etika dalam organisasi
sebagai individual. Perilaku yang tidak etis akan menyebabkan menurunnya kinerja dalam jangka
panjang.
A. Pengantar
Bisnis adalah organisasi ekonomi yang beroperasi dalam lingkungan hukum, dan
didirikan dengan tujuan untuk menyediakan barang-barang dan jasa, Keberhasilan suatu
perusahaan tergantung pada efisiensi atas operasinya. Dalam sistem ekonomi kapitalis, untuk
mendapatkan keuntunngan perusahaan harus bersaing secara efektif dalam suatu pasar
terbuka. Persaingan tersebut menurut pebisnis barat diibaratkan sebagai sebuah game,
perusahaan dimungkinkan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin namun tetap
mematuhi aturan permainan (the rule of the game) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Ekonomi dan hukum merupakan dua hal yang penting dalam pembuatan keputusan
bisnis. Seperti halnya dalam suatu pertandingan sepak bola dimana kedua tim yang bertanding
harus menjujung tinggi sportifitas dan dalam bisnis, juga demikian. Mereka yang bersaing
harus mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Dalam suatu sistem bisnis yang kompetitif,
dimana setiap orang bebas untuk bertindak asal tidak bertentangan dengan etika. Dengan
demikian hubungan etika bisnis terhadap ekonomi dan hukum adalah sangat kompleks dan
tidak mudah untuk dijabarkan. Berikut ini diskusi yang akan menjelaskan hubungan tersebut.
Hubungan Etika dan Ilmu Ekonomi (The Relationship of Ethics and Economics)
Berdasarkan teori ekonomi, perusahaan dalam suatu pasar bebas yang menggunakan sumber
daya yang langka atau faktor produksi (tenaga kerja, bahan baku, dan modal) dalam rangka
menghasilkan barang dan jasa (output). Permintaan atas barang dan jasa tersebut ditentukan
oleh preferensi konsumen secara individu untuk memilih diantara barang dan jasa yang
tersedia dengan tujuan untuk memaksimalkan kepuasan dari preferensinya yang disebut
utility. Perusahaan juga berusaha untuk memaksimalkan preferensinya atau utility dengan
menaikkan outputnya sampai dengan titik tertentu dimana jumlah yang mereka terima dari
penjualan barang dan jasa sama dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga
kerja, membeli bahan baku, modal dan berbagai pengeluaran lainnya, dimana pendapatan
marjinal (marginal revenues) sama dengan biaya marjinal (marginal costs).
Ilmu ekonomi menyediakan berbagai pertimbangan yang berkaitan dengan berbagai
pilihan yang bersifat ekonomi baik bagi individu maupun perusahaan. Alasan utama berkaitan
dalam berbagai pilihan adalah untuk memaksimalkan utility. Etika memberikan berbagai
pertimbangan selain pertimbangan bersifat ekonomi dengan berbagai alasannya, termasuk
kebenaran, keadilan dan nilai-nilai diluar ekonomi.
Berbagai Kondisi Untuk Pasar Bebas (Some Conditions for Free Market)
Pemerintah berperan untuk menciptakan aturan main yang harus dipatuhi oleh para
manajer dalam membuat keputusan terutama yang menyangkut ekonomi. Tugas untuk
menjaga agar aturan main benar-benar dipatuhi tidak hanya diserahkan pada
pemerintah, melainkan juga kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya. Ketika ilmu
ekonomi digunakan untuk membuat kebijakan publik maka harus juga digunakan nilai-
nilai yang bersifat nonekonomi khususnya etika.
Hubungan Etika dan Hukum (The Relation of Ethics and Law)
Aktivititas bisnis berada dalam wilayah hukum, dan sebagian orang berasumsi bahwa hukum
hanya merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam aktivitas bisnis. Mereka
berasumsi, hanyalah hukum yang merupakan pedoman yang relevan bukan etika. Berikut ini
akan dibahas dua pendapat tentang hubungan etika dan hukum.
Pendapat pertama adalah bahwa hukum dan etika merupakan dua wilayah yang
berbeda. Hukum berlaku dalam kehidupan masyarakat, dimana etika merupakan sesuatu yang
bersifat pribadi. Hukum secara jelas didefinisikan seperangkat aturan yang mengikat yang
diterapkan kepada setiap orang, sedangkan etika merupakan opini yang bersifat pribadi yang
mengarahkan kehidupan kita sendiri. Sebagai bentuk dari kontrol sosial, hukum memiliki
berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan etika. Hukum menyediakan aturan yang tepat
dan terinci dibandingkan etika dan aparat penegak hukum tidak hanya melaksanakan aturan-
aturan tersebut dengan kekuasaan dari pemerintah tetapi juga menginterpretasikan ketika
kalimatnya tidak jelas.
Di negara dimana sistem hukumnya telah sangat maju, hukum merupakan aturan yang
relatif lengkap untuk kegiatan bisnis. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika (unethical)
adalah tidak sah (illegal). Sebaliknya di negara dimana sistem hukumnya belum begitu maju,
etika merupakan sumber utama sebagai pedoman, bukan hukum. Etika diperlukan tidak hanya
karena berbagai situasi yang tidak dicakup oleh hukum tetapi juga sebagai pedoman untuk
menciptakan hukum yang baru. Dengan demikian hubungan antara etika dan hukum sesuai
dengan moto sebagai berikut : “Jika sesuatu adalah legal, maka secara moral adalah legal” (If
it’s legal, then it’s morally okay).
Mengapa Hukum Saja Tidak Cukup (Why the Law Is Not Enough)
Jika seorang manajer hanya mempertimbangkan dari aspek hukum saja dalam membuat suatu
keputusan. Maka hal ini tidak hanya salah tetapi juga sangat berbahaya. Manajer harus
mempertimbangkan baik dari aspek etika maupun hukum dalam membuat suatu keputusan
dikarenakan beberapa alasan, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertama, hukum tidak mengatur tentang segala aspek aktivitas bisnis. Belum tentu
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan moral (immoral) adalah tidak sah (illegal ). Menuntut
yang berlebihan kepada anak buah dan mencerca secara tidak pantas kepada seorang
pegawai adalah tindakan yang merupakan objek dari etika, namun hal itu bukan dari objek
hukum.
Kedua, hukum kadangkala lambat berkembang terhadap suatu objek/wilayah baru. Hal
ini menimbulkan adanya kekosongan hukum karena belum ada produk hukum yang
mengaturnya. Cristopher D. Stone (Where the Law Ends), menunjukkan bahwa hukum bersifat
reaktif, menjawab permasalahan dimana orang berada dalam dunia bisnis dapat mengantisipasi
dan berhubungan sebelumnya sebelum permasalahan tersebut menjadi perhatian masyarakat.
Ketiga, hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak
didefinisikan secara jelas, sehingga hal ini tidak memungkinkan dalam berbagai kejadian
dapat mengerti hukum tanpa mempertimbangkan permasalahan yang bersifat moral.
Keempat, hukum itu sendiri kadangkala tidak pasti, sehingga untuk menetapkan apakah
suatu tindakan adalah legal/sah harus diputuskan oleh pengadilan. Dan dalam membuat suatu
keputusan, pengadilan sering berpedoman pada pertimbangan moral.
Manajemen yang Etis dan Manajemen Etika (Ethical Management and Management of
Ethics)
Etika bisnis sering diartikan sebagai tindakan yang mendasarkan suatu etika oleh seorang
manajer dengan melakukan sesuatu yang benar (doing right thing). Inilah yang disebut dengan
manajemen yang etis. Bertindak dengan mendasarkan atas etika adalah faktor penting bagi
keberhasilan individu dan efektifitas suatu organisasi.
Manajemen etika adalah bertindak secara efektif dalam situasi yang memiliki aspek-
aspek etika baik yang terjadi di lingkungan intern maupun ekstern. Efektifitas dari fungsi-fungsi
organisasi juga tergantung pada penerimaan terhadap aturan, kebijakan, dan berbagai
pedoman yang lain. Penerimaan ini mensyaratkan suatu keterbukaan persepsi dan penuh
komitmen.
Untuk dapat melaksanakan manajemen yang etis dan manajemen etika, maka pihak
manajemen perlu memiliki berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai isu tentang etika yang
memiliki latar belakang yang faktual juga harus dipahami secara baik.
Untuk membuat keputusan yang sesuai dengan etika dan menerapkannya dalam
lingkungan organisasi maka diperlukan ketrampilan yang berkaitan dengan pengalaman dan
latihan. Sebagian manajer membuat suatu kesalahan karena mereka gagal memahami dimensi
etika dalam suatu situasi.
Mempelajari etika bisnis adalah sangat penting bagi para manajer tidak hanya karena
kebutuhan untuk bertindak secara etis sebagai seorang manajer (ethical management)
tetapi juga karena para manajer harus mengelola lingkungan organisasi yang menjujung
tinggi etika (the management of ethics). Kedua tugas tersebut mensyaratkan para
manajer untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh melalui belajar etika
bisnis.
Pada era globalisasi, Stakeholder perusahaan tidak hanya berasal dari satu Negara.
Masing-masing memiliki kepentingan yang kadangkala saling bertentangan. Para pemegang
saham berupaya untuk mendapatkan hasil yang tertinggi atas investasinya. Karyawan lokal
akan berusaha untuk mempertahankan pekerjaannya. Sedangkan karyawan dari Negara lain
akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Masyarakat lokal akan
berusaha untuk memproteksi tarif pajak dan pemerintah berkepentingan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Bagaimanapun keputusan yang akan dibuat oleh seorang manajer
akan sangat sulit untuk dapat memuaskan semua pihak. Setiap keputusan kadangkala akan
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain.
Pada bab ini akan akan dibahas isu-isu yang berkaitan dengan etika dalam kaitannya
dengan hubungan bisnis yang begitu kompleks. Isu yang berkaitan dengan etika dapat
diklasifikasikan kedalam lima kategori umum dari masalah etika, yaitu : penyuapan (bribery),
paksaan (coercion), penipuan (deception), pencurian (theft), dan diskriminasi yang tidak fair
(unfair discrimination).
Penyuapan (Bribery)
Suap digunakan untuk memanipulasi orang dengan membeli pengaruh yang dimiliki.
Penyuapan dapat didefinisikan sebagai : penawaran (offering), pemberian (giving),
penerimaan (receiving), atau meminta (soliciting) sesuatu yang bernilai dengan tujuan untuk
mempengaruhi (influencing) tindakan dari seorang pejabat dalam pelaksanaan tugas yang
berkaitan dengan masyarakat atau hukum. Barang yang digunakan untuk menyuap dapat
berupa pembayaran langsung berupa uang atau harta benda. Atau dapat juga berbentuk
kickback setelah transaksi selesai. Penyuapan dapat menimbulkan konflik kepentingan
diantara orang yang menerima suap dan unit organisasi dimana mereka bekerja. Penyuapan
sering digunakan untuk mendapatkan penjualan, memasuki pasar baru, atau untuk mengubah
atau menghindari kebijakan publik. Sangat sulit untuk menetapkan apakah adanya pemberian
sesuatu dapat dikelompokkan kedalam penyuapan. Suatu pemberian (gift) yang diberikan
sebagai ucapakan terima kasih (courtesy) yang bersifat tidak mengikat, atau pemberian
tersebut mengandung arti untuk mempengaruhi keputusan dimasa mendatang. Pertanyaan
kunci kiranya berkaitan dengan maksud dan jawabannya adalah sesuatu yang diharapkan.
Jika pemberian yang diberikan dengan tujuan untuk mempengaruhi perilaku, hal ini termasuk
penyuapan. Jika pemberian benar-benar mempengaruhi perilaku, apakah memiliki maksud
untuk mempengaruhi atau tidak, maka pemberian tersebut berfungsi sebagai suap.
Sebaliknya, jika pemberian tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku dimasa mendatang,
maka pemberian tersebut tidak berfungsi sebagai suatu suap.
Ancaman (Coercion)
Coercion adalah mengendalikan orang lain melalui kekuatan atau ancaman. Coercion
didefinisikan sebagai : tekanan (compulsion); pembatasan (constraints); pemaksaan
(compelling) melalui kekuatan atau kekuasaan atau ancaman baik secara aktual, langsung
atau positif, dengan menggunakan kekuatan fisik yang digunakan untuk memaksa melakukan
tindakan melawan kehendak seseorang atau hukum. Coercion dapat berbentuk ancaman
untuk tidak dipromosikan, kehilangan pekerjaan, penolakan keanggotaan dalam suatu industri.
Coercion digunakan untuk memaksa seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang
bertentangan dengan keyakinannya.
Penipuan (Deception)
Deception memanipulasi orang dan perusahaan dengan cara menyesatkannya. Deception
adalah tindakan untuk menipu; dengan sengaja berkata dusta atau melakukan tindakan yang
menyesatkan. Mengetahui dan berkeinginan membuat pernyataan atau penyajian yang palsu,
menyatakan atau menyimpulkan tidak berdasarkan pada fakta yang sebenarnya. Perilaku
yang tidak jujur ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam terjadinya
pelanggaran etika. Deception mencakup hal-hal sebagai berikut : mengubah (distorting) atau
memalsukan (falsifying) data riset atau data akuntansi, membuat advertensi yang
menyesatkan, memalsukan laporan biaya, memalsukan produk, menyajikan secara keliru
terhadap posisi keuangan, dan memalsukan penilaian kinerja. Rentang Deception dari
kebohongan yang bersifat kecil yang tidak begitu berbahaya, yang akan menyebabkan
kerugian kecil hingga sangat berbahaya yang akan menyebabkan kerugian besar atau cacat
fisik, termasuk kematian. Kasus yang menarik terhadap deception adalah terjadi deception
yang terjadi pada sebuah bengkel mobil. Sebagian besar dari kita memiliki pengetahuan yang
sangat terbatas terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang mekanik pada sebuah
bengkel mobil, sehingga kita menarik kepercayaan sepenuhnya kepada kepada manajer
bengkel. Pihak bengkel memberikan insentif kepada para mekanik atas pekerjaan mereka.
Sehingga para mekanik berusaha untuk menambah pekerjaan servis yang sebenarnya tidak
diperlukan. Sehingga pihak pelanggan sangat dirugikan karena harus membayar lebih dari
servis yang sebenarnya tidak diperlukan untuk memperbaiki sebuah mobil.
Pencurian (Theft)
Pencurian adalah mengambil suatu barang milik orang lain tanpa seijin empunya. Josep
Nolan and Jacqueline Nolan-Haley mendefinisikan theft sebagai “tindakan mencuri”.
Mengambil harta kekayaan tanpa ijin pemiliknya. Yang dimaksud harta kekayaan dapat
berbentuk secara fisik atau maupun nonfisik. Pencurian terjadi pada kasus insider trading
ketika seseorang menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang dimiliki. Pencurian juga
terjadi ketika perusahaan menjual produk palsu atau seseorang menetapkan harga yang telah
dimanipulasi. Kolusi dalam penetapan harga menghasilkan pencurian karena kolusi tersebut
menetapkan harga lebih tinggi dari harga normal dan mengambil uang kelebihan tersebut dari
pembeli yang sebenarnya tidak diperlukan dalam rangka pertukaran. Ketidakjujuran dalam
membuat kontrak juga menghasilkan pencurian. Menipu pelanggan seperti halnya mengambil
harta kekayaan orang lain tanpa seijinnya, terjadinya harga yang tidak wajar.
Diskriminasi Yang Tidak Wajar (Unfair Discrimination)
Unfair Discrimination adalah perlakuan tidak fair terhadap seseorang karena ras, agama, jenis
kelamin, kebangsaan atau agama. Seseorang diterima menjadi pegawai karena kualifikasi
yang bersangkutan diperlukan dalam pekerjaan tersebut dan para pegawai akan menerima
kompensasi berdasarkan kontribusi yang telah mereka berikan kepada organisasi. Unfair
Discrimination terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang mendapat perlakuan khusus
dibandingkan dengan yang lain tidak berdasarkan suatu kriteria yang relevan, misalnya :
prestasi kerja. Kata kuncinya adalah kriteria yang digunakan. Apakah kriteria yang relevan
yang mempersyaratkan suatu jabatan atau fungsi?
E. Penutup
Perilaku yang etis merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu bisnis/organisasi
secara jangka panjang. Berdasarkan argumen makro menyatakan bahwa pentingnya etika
dalam suatu sistem ekonomi. Perilaku yang tidak etis akan menyebabkan distorsi sistem pasar ,
yang pada akhirnya terjadinya ketidakefisienan dalam pengalokasian sumber daya. Sedangkan
argumen mikro memandang pentingnya etika dalam perusahaan sebagai individual.
Perilaku yang tidak etis akan menyebabkan menurunnya kinerja dalam jangka panjang.
Perilaku yang sesuai dengan etika (Ethical Behavior) adalah perilaku yang sesuai dengan
peraturan (rules) atau standar untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang benar atau sesuai
dengan moralitas (morality). Etika dapat diartikan seperangkat aturan yang menjadi pedoman
atau standar bagi setiap orang atau masyarakat apakah suatu tindakan adalah benar dan salah
atau baik dan buruk.
Daftar Pustaka:
Robbin, Stephen P. 1998. Organizational Behavior. Eight Edition, New Jersey : Prentice- Hall
International, 1998
Solomon, Jill. 2007. Corporate Governance and Accountability. Second Edition. England: John
Wiley & Sons, Inc.