TGS MP Rangkuman Ke 3
TGS MP Rangkuman Ke 3
Nim :A1B116081
Rangkuman manajemen perubahan
(memahami model/tahapan perubahan)
1. Langkah model Lewin
Kurt Lewin menggambarkan ada Tiga tahap model perubahan terencana yang
menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelolaan dan menstabilisasi proses
perubahan. Ketiga tahapan tersebut oleh Robbins (2001 : 551) dalam Wibowo (2005 :
199) dinyatakan dalam unfreezing, movement, dan refreezing yang menjelaskan
bagaimana cara mengabil inisiatif, mengelolah dan menstabilisasi proses perubahan.
Tiga tahapan model perubahan itu adalah :
A. Unfreezing Unfreezing atau pencarian merupakan tahapan yang memfokuskan pada
penciptaan motivasi untuk berubah. Individu didorong untuk mengganti prilaku dan
sikap yang lama dengan yang diinginkan manajemen. Unfreezing merupakan usaha
organisasi untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok. Proses
pencarian tersebut merupakan ada kekuatan antara faktor pendorong dan faktor
penghambat bagi perubahan dari status quo. Untuk dapat menerima adanya suatu
perubahan, diperlukan adanya kesiapan readiness individu. pencarian ini dimaksudkan
agar seseorang tidak terbelenggu oleh keinginan mempertahankan diri dari status quo,
dan bersedia membuka diri.
B. Movement atau Changing merupakan tahapan pembelajaran dimana pekerja diberi
informasi baru, model prilaku baru, atau cara baru dalam melihat sesuatu. Maksudnya
adalah membantu pekerja belajar konsep atau titik pandang baru. Para pakar
merekomendasikan bahwa yang terbaik adalah untuk menyampaikan gagasan kepada
para pekerja bahwa perubahan adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan
bukannya kejadian sesaat. Dengan demikian, perlu dibangun kesadaran bbahwa pada
dasarnya kehidupan adalah suatu proses terus menerus.
C. Refreezing adalah pembekuan kembali merupakan tahapan dimana perubahan yang
terjadi distabilisasi dengan membantu pekerja mengintegrasikan perilaku dan sikap yang
telah berubah kedalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan
dengan memberi pekerja kesempatan untuk menunjukan prilaku dan sikap yang baru.
Sikap dan prilaku yang sudah mapan kembali tersebut perlu dibekukan, sehingga
menjadi norma-norma baru yang diakui kebenarannya. Dengan terbentuknya prilaku dan
sikap yang baru, perlu diperhatikan apakah masih sesuai dengan perkembangan
lingkungan yang terus berlangsung. Apabila ternyata diperlukan perubahan kembali,
makan proses Unfreezing akan dimulai kembali.
Perubahan tidak selalu dinilai menjadi sesuatu yang positif bagi sebagian besar karyawan.
Namun, ketika membicarakan suatu implementasi perubahan, hal tersebut menjadi sesuatu
yang penting. Tujuan utama dari metode perubahan Kotter ini adalah untuk membantu
organisasi mencapai kesuksesan dalam mengimplementasikan adanya suatu perubahan.
Delapan langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Atau ciptakanlah kesan terhadap sesuatu yang mendesak. Bagi Kotter, langkah pertama ini
merupakan suatu penentu, karena tahap ini adalah bagian dimana para karyawan harus sadar
akan kebutuhan dan pentingnya suatu perubahan. Dibutuhkan dialog terbuka, jujur, dan
meyakinkan kepada karyawan pada langkah awal, untuk meyakinkan karyawan tentang
pentingnya pengambilan tindakan. Pembicaraan dapat dimulai dengan membahas potensi suatu
ancaman atau mendiskusikan solusi yang mungkin ditempuh.
Ciptakan sebuah koalisi pemandu. Pentingnya menyusun kelompok dengan kekuatan dan
energy untuk memimpin dan mendukung upaya perubahan kolaboratif. Langkah ini menjadi
saat yang tepat untuk membentuk suatu tim kerja yang dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan yang diinginkan. Sebaiknya, koalisi ini terdiri dari karyawan dari berbagai divisi
dan posisi sehingga dapat saling mengandalkan antara satu dengan yang lainnya.
Bentuk suatu visi yang bersifat strategis dan inisiatif. Hal ini bertujuan untuk membantu
mengarahkan upaya perubahan dan mengembangkan inisiatif yang bersifat strategis untuk
mencapai visi tersebut. Adanya visi yang jelas akan membantu setiap orang memahami dengan
baik apa yang ingin dicapai oleh organisasi berdasarkan jangka waktu yang telah disepakati. Ide-
ide hasil pemikiran para karyawan dapat turut diikutsertakan dalam visi tersebut, sehingga para
karyawan akan mampu menerima visi dengan cepat.
Munculkan tindakan nyata dengan menghilangkan semua hamabatan untuk mengubah sistem
maupun struktur yang hanya akan menimbulkan ancaman terhadap upaya pencapaian visi.
Pembicaraan dengan semua karyawan akan menjadikan satu kejelasan terhadap pihak-pihak
yang menolak adanya perubahan tersebut, dan hal itu merupakan suatu hambatan yang harus
dihilangkan. Agar visi dapat diterima dengan baik oleh karyawan, sebaiknya ide-ide kreatif yang
mereka utarakan dapat digabungkan dan diimplementasikan dalam proses.
Hasilkan kemenangan jangka pendek. Secara konsisten terus menciptakan, dan mengevaluasi
juga merayakan keberhasilan kecil maupun besar untuk dikorelasikan dengan hasil akhirnya.
Tujuan jangka pendek perlu diciptakan untuk membuat karyawan memiliki opini yang jelas
tentang perubahan yang sedang terjadi. Karyawan akan semakin termotivasi untuk memperluas
target perubahan tersebut jika mereka telah berhasil mencapai tujuan jangka pendek yang telah
dibuat. Mengakui dan memberikan penghargaan pada karyawan yang telah berpengaruh dalam
proses perubahan tersebut menunjukkan bahwa organisasi telah mengalami perubahan.
7. Gabungkan Perbaikan
8. Evaluasi Perubahan
Langkah terakhir dari metode perubahan Kotter. Kotter menyatakan bahwa perubahan tidak
datang dengan sendirinya dan hanya akan menjadi bagian dari budaya perusahaan apabila telah
menjadi bagian dari inti organisasi. nilai-nilai dan standar yang ditetapkan harus sesuai dengan
visi baru dan harus ada dukungan dari perilaku karyawan. Organisasi perlu melakukan evaluasi
secara berkala dan diskusi tentang progress tersebut.
Setelah mengikuti kedelapan langkah perubahan tersebut, sebaiknya organisasi perlu mengambil
visi baru sebagai langkah awal implementasi perubahan ketika merekrut karyawan baru, juga
dalam perubahan terhadap karyawan lama yang masih aktif dalam organisasi. Visi baru ini harus
bersifat solid dalam organisasi, sehingga implementasi yang dilakukan juga akan bersifat
menyeluruh.