Anda di halaman 1dari 3

1. Setujukah Anda dengan penggunaan energi nuklir digunakan di Indonesia?

Kalau setuju,
jelaskan alasannnya dan bagaimana mekanismenya agar tetap memperhatikan aspek
keselamatan! Kalau tidak setuju, jelaskan alasannya dan apa alternatif yang lebih baik, lebih
efesien dibandingkan dengan energi nuklir!

2. Menurut pendapat Anda, dalam kasus di negara kita, apakah penerapan energi alternatif Angin
tepat atau tidak? Berikan penjelasan!

3. Dengan melihat kondisi hutan Indonesia khususnya di pegunungan yang menjadi hulu air,
apakah masih tepat mengelompokkan pembangkit listrik tenaga air sebagai sumber energi yang
dapat diperbaharui? Jelaskan alasannya!

Jawaban:
1. Saya setuju jika energi nuklir digunakan di Indonesia.
Alasannya:
karena energi nuklir yang dimanfaatkan pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
merupakan teknologi tunggal dan paling murah dalam segala situasi. PLTN juga berdampak
pada pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan lapangan pekerjaan di seluruh lini ekonomi
(multiplier effects). PLTN hadir sebagai spill over knowledge, impuls yang bakal menumbuhkan
industri yang memiliki daya saing, kemandirian, serta mampu mewujudkan kesejahteraan anak
negeri. Pemanfaatan energi nuklir akan bermakna jika faktor kritis akselerasi implementasi
kebijakan dapat diintegrasikan dan dipertimbangkan dengan baik, yakni perlunya peningkatan
anggaran untuk riset sedikitnya sebesar 1% Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan anggaran
tersebut, para peneliti, perekayasa, dan akademisi dapat memulai sebuah lompatan baru
memperkecil ketertinggalan inovasi, terutama dalam melakukan persiapan penguasaan teknologi
pembangkit energi bersih, melimpah, dan berkelanjutan. Langkah berani ini tentu berdampak
pada lahirnya skema baru dalam peta energi nasional. Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk
PLTN, mempunyai prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa batu bara, gas
ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan menjadi uap. Uap memutar turbin
dan selanjutnya turbin memutar suatu generator yang akan menghasilkan listrik. Perbedaan yang
mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan
bakar dapat belah (bahan fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron
sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan digunakan
untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi, kemudian uap tersebut digunakan untuk
menggerakkan turbin. Dengan digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan
asam, ataupun gas beracun lainnya yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai
menyebabkan pemanasan global seperti jika menggunakan bahan bakar fosil.
Mekanismenya agar tetap memperhatikan aspek keselamatan:
Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih
tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua
pembangkit listrik. Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh
lebih rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut disebabkan
karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai adalah adanya “pertahanan
berlapis” (defence in-depth). Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis
untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami
kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya,
sistem cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang
digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami kegagalan,
sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak
akan mengakibatkan bahaya bagi manusia dan lingkungannya. Dari sisi sumber daya manusia,
personil yang mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib
mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus
ujian pelatihan. Sertifikat tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa
berlakunya maka akan dilakukan pengujian kembali.
Ada lima kriteria pemanfaatan nuklir sebagai energi listrik, yaitu:
Pertama, teknologi yang dipilih harus sudah matang dan teruji.
Kedua, dibutuhkan dukungan pemerintah dan penjaminan untuk menjangkau biaya teknologi.
Ketiga, adanya rancangan smart business model.
Keempat, dukungan kuat atas infrastruktur dasar dan pendukungnya, dan
kelima adalah pengakuan kemampuan oleh dunia internasional dalam mengelola dan
mengoperasikan tiga reaktor riset, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas pengolahan
limbah radioaktif.
2. Menurut saya bahwa penerapan energi alternatif angin tepat digunakan di Indonesia.
Penjelasannya:
Energi alternatif angin merupakan energi alternatif yang sumber energinya adalah angin. Angin
merupakan salah satu hal yang tentu ditemukan setiap hari, apalagi di Indonesia terdapat
beberapa daerah yang mempunyai potensi angin yang bagus dengan kecepatan angin diatas 5
meter perdetik pada ketinggian 50 meter. Menurut hasil penelitian Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN), dari 166 lokasi yang diteliti, terdapat 35 lokasi yang memiliki
potensi tersebut, diantaranya Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), pantai
selatan Jawa dan pantai selatan Sulawesi. Disamping itu, LAPAN juga menemukan 34 lokasi
yang kecepatan anginnya mencukupi dengan kecepatan 4 sampai 5 meter perdetik. Pemanfaatan
energi angin sedang gencar dilakukan oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Begitu juga
negara Indonesia, termasuk salah satu negara yang berusaha memanfaatkan energi angin
semaksimal mungkin. Di Indonesia sendiri, energi angin ini dimanfaatkan untuk pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB). Pemanfaatan energi angin pada PLTB yaitu
menggunakan kincir angin lalu dihubungkan menggunakan generator ataupun turbin. Setelah itu,
proses yang dilakukan akan menghasilkan tenaga listrik yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi.
PLTB yang memanfaatkan energi alternatif angin tepat digunakan di Indonesia karena
beberapa alasan sebagai berikut:
Pertama, PLTB tidak membutuhkan sumber energi fosil yang harganya cukup mahal dan akan
habis pada waktu tertentu. Apalagi Indonesia sekarang telah menjadi net importir BBM.
Kedua, PLTB adalah salah satu energi hijau (ramah lingkungan), sehingga sejalan dengan upaya
pelestarian lingkungan dan pengurangan karbon di udara. Pada saat ini semakin banyak dan
semakin gencar masyarakat Indonesia atau LSM menyuarakan penggunaan energi hijau.
Ketiga, bisa dibangun di tengah laut sehingga tidak perlu pembebasan lahan. Sebagaimana
diketahui bahwa pengadaan lahan ini telah menjadi persoalan yang pelik di sejumlah daerah.
Keempat, bisa dibangun di remote area, sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di
pelosok tanah air Indonesia, termasuk di daerah terluar, tertinggal dan terpencil. Ini dapat
meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dan pemerataan penyediaan listrik bagi seluruh
masyarakat Indonesia, dimanapun domisilinya.
Kelima, biaya produksinya kompetitif, sekitar 6 sen USD per kwh di Denmark. Perkembangan
teknologi membuat harga energi listrik dari laba sebelum pajak (EBT) semakin murah dan
mampu bersaing dengan listrik dari energi fosil.

Anda mungkin juga menyukai