Anda di halaman 1dari 10

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium

permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara
KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun.
Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak
dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan
disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara
kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya
ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan
dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi
oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan
KMnO4.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat
mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer
serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes
permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu
titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai
arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium
permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.

B. TUJUAN
1. Melakukan pembakuan KMnO4
2. Menentukan kadar sample

C. RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian titrasi ?
Pengertian titrasi permanganometri ?
Bagaimana cara kerja dari titrasi permanganometri ?
Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri ?
Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. TITRASI
Tirasi adalah Mereaksikan suatu zat dengan zat lain dengan menggunakan buret.
 Titrasi terdiri dari beberapa macam, antara lain :
 Titarsi asam basa
 Titrasi bebas air
 Titrasi permanganometri
 Titrasi iodometri dan iodimetri
 Titrasi bomometri dan bromodometri
 Tirasi argentometri
 Titrasi kompleksometri

B. TITRASI PERMANGANOMETRI
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini
tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena
akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih
mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan
tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu

MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan


Reaksi dalam suasana alkalis :

MnO4- + 3e → MnO42-
MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-
MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH-
Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena
alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang
ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim
adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan
mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu
penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring
dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat,
akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai
contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II)
menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+

Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat.
Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang
semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-
jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya
berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi
dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan
tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan
konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi
permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida
sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi
ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih
disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II)
klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan
perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.

C. PROSEDUR KERJA
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat

1. Diambil 10 ml larutan Na2C2O4 dengan menggunakan pipet volum 10 ml. Dititrasi dengan
larutan KMnO4 0,1 N. Dilakukan duplo.

B. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3

1. Ditimbang 0,1 gram padatan CaCO3 dengan menggunakan neraca analitik. Dimasukkan ke
dalam beaker glass 400 ml.

2. Aquades ditambahkan sampai volume menjadi 100 ml. Ditambahkan beberapa tetes indikator
metil merah ke dalam larutan. Dipanaskan larutan tersebut sampai mendidih.

3. Ditambahkan larutan dari 0,75 gram NH4 oksalat dalam 12,5 ml aquades secara perlahan-lahan.
Dipanaskan pada temperatur 70-80°C selama 15 menit.
4. 3 tetes larutan amonia (1:1) ditambahkan sambil diaduk secara perlahan. Dibiarkan larutan
dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring endapan dengan menggunakan kertas saring
Whatman No.540.

5. Dicuci endapan dengan aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi kertas saring dengan
menggunakan pengaduk.

6. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam erlenmeyer yang lain. Dicuci kertas
saring dengan aquades panas sampai volume 50 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N setelah
semua endapan larut.

D. Standarisasi Larutan KmnO4

Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan larutan standar
H2C2O4 atau Na2C2O4 dengan mereaksikan 10 mL H2C2O4 0,05M dengan 0 mL larutan H2SO4 1M
ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga
suhu 700C warna dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi dengan
KMnO4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan permanganatt lambat pada
suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu 700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi
memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai
katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi
dengan KMnO4 hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung jumlah
KMnO4 yang digunakan dan mengulangi percobaan 2x. Dan pada percobaan I diperoleh volume
sebesar 10 mL dan berwarna coklat kemerahan. Disini bisa timbul warna coklat kemerahan karena
sebelum dititasi dengan KMnO4 larutan H2C2O4 + H2SO4 harus didinginkan setelah
dipanaskan.Berbeda dengan percobaan I, percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3mL dan warna
yang ditimbulkan adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan terlebih dahulu).
Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH2C2O4 0,05M yang oleh KMnO4 akan
dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi sebagai berikut:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4 encer dan bukan larutan
yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh digunakan sebab fdapat dioksisdasi oleh KmnO 4
menjadi Cl2 sebagai berikut:
MnO4-(aq) + 16H+(aq)+10Cl-(aq) Mn2+(aq) + 5Cl2(g) + H2O(l)
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun
harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang
muncul tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan
reduksi:
Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e-
Reduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O
Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO4 diperoleh molaritasnya sebesar 0,021M.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI


PERMANGANOMETRI

A. KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI

Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu
ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga
sebagai autoindikator.

B. KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan
pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4
pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan
diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin
akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada
akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

E. MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI


Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi.
Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara
permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang
dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Titrasi permanganometri merupakan titasi yang menggunkan KMnO4 sebagai titan.
2. Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam sehingga terjadi rekasi sebahgai
berikut:
MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
3. Standarisasi larutan KMnO4 : larutan KMnO4 distandarisasi dengan larutan H2C2O4, larutan
H2C2O4 dioksidasi oleh KMnO4 menjadi CO2 menurut reaksi:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
4. Diperoleh molaritas KMnO4 adalah 0,021M
5. Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena perubahan warna KMnO4 telah
menandakan titik akhir.
6. Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna yaitu pada percobaan 1 dan
2 dari tidak berwarna menjadi merah muda. Sedangkan pada percobaan ke 3 dari kuning pucat
menjadi orange pekat.

B. SARAN
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi
permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat dan
mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan selalu menjaga suhu larutan konstan
pada saat melakukan standarisasi.

Anda mungkin juga menyukai