Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seseorang mungkin memiliki penglihatan normal, mendekati normal, dan ada
yang mengalami penurunan penglihatan yang sedang hingga berat. Semua pasien
berpenglihatan kurang memiliki penglihatan yang berfungsi hingga derajat tertentu
walaupun penurunan penglihatannya mungkin bermakna. Di Amerika serikat, lebih
dari 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan.1
Presbiopia merupakan hasil dari penurunan bertahap yang merupakan
penyesuaian diri terhadap usia dan dapat mempunyai beberapa efek pada kualitas
penglihatan dan kualitas hidup. Satu kasus presbiopi tanpa koreksi optik
menghasilkan ketidakmampuan untuk melakukan usaha melihat dekat pada suatu
jarak tanpa mengalami gejala-gejala penglihatan. Presbiopi merupakan bagian
alami dari penuaan mata. Presbiopi ini bukan merupakan penyakit dan tidak dapat
dicegah. Presbiopi atau mata tua yang disebabkan karena daya akomodasi lensa
mata tidak bekerja dengan baik akibatnya lensa mata tidak dapat memfokuskan
cahaya ke titik kuning dengan tepat sehingga mata tidak bisa melihat yang dekat. 2
Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk mencembung dan
memipih. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan setelah umur itu, umumnya
seseorang akan membutuhkan kacamata baca untuk mengkoreksi presbiopinya.1
Ketika amplitudo akomodasi berkurang, jangkauan pandangan yang jelas mungkin
menjadi tidak cukup untuk melakukan tugas yang biasa dilakuan pasien. Efek dari
proses ini berbeda–beda pada setiap orang. Mereka yang sering menuntut untuk
melakukan penglihatan dekat kemungkinan untuk memiliki banyak kesulitan.
Karena kebutuhan untuk membaca di jarak dekat dan jarak menengah sangat
penting di semua masyarakat.2
B. Tujuan Penulisan
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dibagian
ilmu penyakit mata RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi dan di harapkan agar
dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para
pembaca.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Lensa Mata


Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya
berbentuk seperti cakram, yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya
akomodasi. Berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam
kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan
disebut sebagai korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di
banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula
Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar .Lensa orang
dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.3
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
- Jernih atau transparan karena diperluka sebagai media penglihatan.
- Terletak ditempatnya.
Keadaan patologik lensa dapat berupa :
- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia.
- Keruh yang disebut katarak.
- Tidak berada ditempat atau sublukasi dan dislokasi.
B. Presbiopia
1. Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46

2
tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan
amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.2,4,5
2. Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang
tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan
langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya. Walaupun sulit untuk
melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa
dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun.2
3. Etiologi Presbiopia
Etiologi dari presbiopia adalah kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak
kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.2,4
4. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina. Mata mengatur
(akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan
menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari
cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary body yang
diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya
dapat terfokuskan pada retina.2
Pada mata presbiopia dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan
tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang,
maka titik dekat mata makin menjauh. Akomodasi yaitu suatu proses aktif yang
memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah. Musculus cilliary salah satu otot yang
terlazim digunakan dalam tubuh.1
Derajat kelengkungan lensa yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar
cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus
di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat
suatu objek dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat
penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan

3
kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10
tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama karena
peningkatan kekerasan lensa, dengan akibat kehilangan akomodasi karena
penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lensa yang dapat
ditingkatkan.2,4
5. Faktor Resiko Presbiopia
Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada kondisi
tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor seperti
trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.2
a. Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun.
b. Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar.
c. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian ardiovaskular,
anemia, Influenza, campak.
d. Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat
nonprescription dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).
6. Klasifikasi Presbiopia
a. Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau
temuan klinis menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada
presbiopia insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil.
Biasanya, pasien membutuhkan tambahan kacamata, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.1
b. Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur – angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.2
c. Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus
menerus, dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia

4
absolut. Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa
kemampuan akomodatif.2
d. Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat
menjadi berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini
pada usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit
atau obat– obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis dari
cristaline lensa, glaukoma simple kronik.1
e. Presbiopia nocturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat
dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup.
Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab
berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.1
7. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda – benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopia. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
presbiopia adalah:2,4,5
- keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat
- mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas
- sakit kepala
- astenopia karena kelelahan pada otot siliar
- menyipitkan mata saat membaca
- kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
- membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau
mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi.
Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan penyempitan
pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit kepala
berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau bagian dari otot occipitofrontalis,
dan diduga berhubungan dengan ketegangan dan frustrasi atas ketidakmampuan

5
untuk mempertahankan jelas penglihatan dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya
fisik dikeluarkan untuk akomodasi selama beberapa waktu.2,4,5
8. Diagnosa Presbiopia
a. Anamnesa
Anamnesa gejala – gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait presbiopi
dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu membaca dalam
waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau ganda, kesulitan
membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat membaca
membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh, saat membaca
merasa sakit kepala dan mengantuk.2,4
b. Pemeriksaan Oftamologi2,6
 Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen. Cara :
Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris paling
atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak
satu meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan
arah sinar.
Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.

6
 Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan
tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300
m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter,
berarti tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian
tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya
sinar pada jarak tidak berhingga.
 Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.
Cara :
Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila
terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di atas.
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca)
Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf
terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.
9. Penatalaksanaan Presbiopia
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya
fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu:2,4
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun

7
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk membaca
perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca.
Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka – angka di atas tidak merupakan
angka yang tetap.2,4
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata sehingga
kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh menjadi
kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang bagian
atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus
melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan refraksi yang
lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas, penglihatan
sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah. Lensa progresif
juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi dengan perubahan daya
lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1
10. Prognosis Presbiopia
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah satu
pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia yang
baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki riwayat
kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk tindak
lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai.
Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2

8
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
- Nama : Tn. A
- Umur : 55 tahun
- Alamat : Pasaman
- Pekerjaan : Wiraswasta
B. Anamnesis
 Keluhan Utama
Penglihatan kabur saat membaca jarak dekat.
 Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien mengeluhkan kesulitan dalam membaca jarak dekat sejak 2 tahun
yang lalu dan meningkat sejak 2 bulan terakhir.
- Keluhan dirasakan perlahan-lahan yang semakin lama semakin buruk.
- Keluhan juga disertai mata yang cepat lelah (+) berair (+) dan terasa pedih
serta sakit kepala saat melihat objek dekat dalam waktu yang lama.
- Pasien merasa hanya mampu membaca dan melihat objek dalam jarak yang
lebih jauh.
- Pasien membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
- Penglihatan berkabut dan silau jika terkena cahaya disangkal.
- Riwayat menggunakan kacamata disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma pada mata tidak ada.
- Riwayat tindakan operasi tidak ada.
- Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes tidak ada.
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.

9
C. Pemeriksaan Fisik
 Vital Sign
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis kooporatif
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 80 kali/ menit
- Frekuensi nafas : 20 kali/ menit
- Suhu : afebris
 Status Oftalmologi
OD OS
Visus 20/30 20/40
Kedudukan Bola Mata
Posisi Orthoforia Orthoforia
Pergerakan Bola Mata

Palpebra
Edema - -
Luka robek - -
Benjolan - -
Konjungtiva
Warna Jernih + +
Anemis - -
Penebalan - -
Pigmen - -
Benda asing - -
Sekret - -
Kornea
Jernih + +
Benda asing - -
Infiltrat - -

10
Sikatrik - -
COA
Volume Normal Normal
Iris
Warna Coklat Coklat
Kripta + +
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Isokoria Isokor Isokor
Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Tekanan Intra Okuler
Palpasi Normal Normal
Tonometer Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Slit Lamp
 SLOD : Konjunctiva normal, kornea jernih, BMD sedang, Iris coklat dengan
kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa jernih.
 SLOS : Konjunctiva normal, kornea jernih, BMD sedang, Iris coklat dengan
kripe (+), pupil bulat letak sentral, dan lensa jernih.
D. Diagnosis Kerja
Presbiopi ODS
E. Penatalaksanaan
- Protagenta eye drop 2 tetes 2 x /hari ODS
- Kaca mata
F. Prognosis
- Ad vitam : bonam
- Ad functionam : bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam

11
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi dapat ditegakkan diagnosis
pasien adalah presbiopi oculi dekstra dan sinistra. Penatalaksanaan pada pasien
diberikan protagenta eye drop 2 tetes 2 x /hari pada mata kanan dan kiri serta pasien
disarankan menggunakan kaca mata. Prognosis pada kasus adalah bonam.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2012: 100.
2. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2014: 15.
3. William AL. et al., Basic and Clinical Science Course: Optics, Refraction and
Contact Lens. America : American Academy of Ophtalmology; 2015: 118.
4. Ilyas S. Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014: 81.
5. James B. Oftalmologi. Edisi Sembilan. Jakarta: Erlangga; 2012: 50.
6. Gondhowiardjo T. Panduan Manajemen Klinis Oftalmologi. Edisi 1. Jakarta:
Widya Medika; 2012: 76-85.

13

Anda mungkin juga menyukai