Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

“EtikaWirausaha”

Oleh: Kelompok 1
1. Sofiyatul Hidayah (130210301008)
2. Ira Dhatul Hasanah (130210301035)
3. Aini Nur Rohmah (130210301037)
4. Waqi’atulAqidah (130210301047)
5. Indri Liya Ahlawati (13021031064)
Kelas C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 1


Kelompok 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
1.3 Tujuan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Regulasi dan Etika Bisnis........……………………… 3


2.2 Macam-macam Regulasi dalam Bisnis........................................ 4
2.3 Makna Pokok Etika Bisnis........................................................ 8
2.4 Prinsip Etika dalam Berbisnis...............................................…. 9
2.5 Penerapan Etika Bisnis............................................................. 10
2.6 Manfaat Etika Bisnis................................................................ 14
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………... 16
2. Saran………………………………………………………………. 16

BAB IV DAFTAR PUSTAKA……………………………….................. 17

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 2


Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran wirausahawan dalam menjalankan usahanya sangat berperan penting
dalam meningkatkan perekonomian. Selain dapat meningkatkan produtifitas
nasional, manfaat lain dari wirausaha yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, sehingga dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan
pendapatan, dan pada skala makro dapat mengurangi kemiskinan. Menciptakan
teknologi baru, produk, dan jasa baru juga merupakan peran wirausaha dalam hal
pengembangan kreativitas dan inovasi. Disamping itu, wirausaha dapat membantu
organisasi bisnis yang besar dalam hal konsumsi bahan baku yang dibutuhkannya.
Tentu, hal ini akan memperlancar siklus perekonomian nasional, khususnya dalam
sektor indutri perdagangan.
Seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya bertujuan
memperoleh laba/profit yang sebesar-besarnya dengan biaya produksi tertentu
untuk mengembangkan usahanya. Namun, dalam hal profit oriented bukan berarti
mengabaikan sistem nilai dalam berwirausaha. Sistem nilai/moral tersebut
berhubungan erat dengan good will perusahaan khususnya kepercayaan/loyalitas
konsumen, mitra kerja, organisasi usaha itu sendiri, dan pesaing, serta masyarakat
pada umumnya. Oleh karena itu, seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya
harus memperhatikan etika wirausaha yang erat kaitannya dengan etika bisnis.
Dengan hal itu, diharapkan dapat terciptanya keadilan antara berbagai pihak
(produsen & konsumen) serta tidak saling merugikan diantaranya. Selain itu
diharapkan dapat terciptanya kondisi yang kondusif dalam persaingan usaha.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari etika wirausaha?
1.2.2 Apa saja macam-macam regulasi dalam bisnis?
1.2.3 Apa saja prinsip etika wirausaha?
1.2.4 Bagaimana sikap dan perilaku wirausaha?

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 3


Kelompok 1
1.2.5 Bagaimana penerapan etika bisnis?
1.2.6 Apa saja manfaat etika bisnis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari etika wirausaha.
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam regulasi dalam bisnis.
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip etika wirausaha.
1.3.4 Untuk mengetahui sikap dan perilaku wirausaha.
1.3.5 Untuk mengetahui penerapan etika wirausaha.
1.3.6 Untuk mengetahui manfaat etika wirausaha.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 4


Kelompok 1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Wirausaha


Peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat sekelompok
orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup bersama.Etika
wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang didalamnya mengatur
tentang perilaku (etika) seorang pengusaha/wirausahawan dalam memulai,
menjalankan, hingga mengembangkan bisnis/usahanya.Etika Bisnis merupakan
suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan
perusahaaan atau berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika wirausaha adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.Kesemuanya ini
mencakup bagaimana seorang wirausaha menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.Von der Embse dan R.A. Wagley dalam
artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan
dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
 Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
 Individual Rights Approach: Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku
tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan
dengan hak orang lain.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 5


Kelompok 1
 Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama,
dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.
Dalam etika wirausaha ini juga erat kaitannya dengan Regulasi bisnis.
Regulasi bisnis merupakan suatu aturan dalam bisnis yang disepakati dan bersifat
mengikat yang harus diperhatikan oleh para pengusaha dalam menjalankan
usahanya. Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya:
pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi pengaturan diri
oleh suatu industri seperti melalui asosiasi perdagangan.

2.2 Macam-Macam Regulasi dalam Bisnis


 Regulasi Bisnis di Bidang Merek
Setiap produk dalam sebuah bisnis pasti memiliki merek yang menjadi
nama atau ciri khas dari produk tersebut. Dalam kepemilikan merek tersebut
perusahaan tentu harus mematenkan hak ciptanya agar tidak terklaim oleh
pengusaha lain. Terkait dengan berbagai kasus merek yang terjadi perlu untuk
diketahui pengertian dari merek itu sendiri. Pengertian dari merek secara yuridis
tercantum dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 15 tahun 2001 yang berbunyi:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”.
Indonesia adalah negara hukum dan hal itu diwujudkan dengan berbagai
regulasi yang telah dilahirkan untuk mengatai berbagai masalah.Berkaitan dengan
kasus-kasus terkait merek yang banyak terjadi.Tidak hanya membuat aturan-
aturan dalam negeri, negeri seribu ini juga ikut serta dalam berbagai perjanjain
dan kesepakatan internasional. Salah satuya adalah meratifikasi Kovensi
Internasional tentang TRIPs dan WTO yang telah diundangkan dalam UU
Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
sesuai dengan kesepakatan internasional bahwa pada tanggal 1 Januari 2000
Indonesia sudah harus menerapkan semua perjanjian-perjanjian yang ada dalam
kerangka TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right,

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 6


Kelompok 1
Inculding Trade in Counterfeit Good), penerapan semua ketentuan-ketentuan
yang ada dalam TRIPs tersebut adalah merupakan konsekuensi Negara Indonesia
sebagai anggota dari WTO (Word Trade Organization).

 Regulasi Bisnis di Bidang Perlindungan Konsumen


Peraturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Pada
tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyepakati
rancangan undang-undang (RUU) tentang perlindungan konsumen untuk disahkan
oleh pemerintah setelah selama 20 tahun diperjuangkan.RUU ini sendiri baru
disahkan oleh pemerintah pada tanggal 20 April 1999.Di samping UU
Perlindungan Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang
juga bisa dijadikan sebagai dasar hukum adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tanggal 21 Juli
2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Pemerintah
Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota
Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, Kota Surabaya, Kota Malang, dan
Kota Makassar.
Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu :
a) Perlindungan Priventif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan
membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa
tertentu, mulai melakukan proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan
atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 7


Kelompok 1
atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu
tersebut.
b) Perlindungan Kuratif
Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan
atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen.Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh
dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya
konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini
seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau
pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia
mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian.

 Regulasi Larangan Praktek Monopoli


Pengertian Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat menurut
UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan
ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya
produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikankepentingan
umum.
Dalam melakukan kegiatan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus
berasaskan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
umum.Tujuan yang terkandung di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
adalah sebagai berikut :
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha
yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama
bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha.
d. Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 8


Kelompok 1
Kegiatan yang dilarang
Bagian Pertama Monopoli Pasal 17 (1) Pelaku usaha dilarang melakukan
penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat. (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) apabila:
a) Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
b) Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

 Regulasi di Bidang Hukum Dagang


Perkembangan hukum dagang sebenarnya telah di mulai sejak abad
pertengahan eropa (1000/ 1500) yang terjadi di Negara dan kota-kota di Eropa dan
pada zaman itu di Italia dan perancis selatan telah lahir kota-kota sebagai pusat
perdagangan (Genoa, Florence, vennetia, Marseille, Barcelona dan Negara-negara
lainnya ) . tetapi pada saat itu hokum Romawi (corpus lurus civilis ) tidak dapat
menyelsaikan perkara-perkara dalam perdagangan , maka dibuatlah hokum baru
di samping hokum Romawi yang berdiri sendiri pada abad ke-16 & ke- 17 yang
berlaku bagi golongan yang disebut hokum pedagang (koopmansrecht) khususnya
mengatur perkara di bidang perdagangan (peradilan perdagangan ) dan hokum
pedagang ini bersifat unifikasi.
Pesatnya hubungan dagang maka pada abad ke-17 diadakan kodifikasi
dalam hokum dagang oleh mentri keuangan dari raja Louis XIV (1613-1715)
yaitu Corbert dengan peraturan (ORDONNANCE DU COMMERCE) 1673.Dan
pada tahun 1681 disusun ORDONNANCE DE LA MARINE yang mengatur
tenteng kedaulatan.
Pada tahun 1807 di Perancis di buat hokum dagang tersendiri dari hokum
sipil yang ada yaitu (CODE DE COMMERCE ) yang tersusun dari ordonnance du
commerce (1673) dan ordonnance du la marine(1838) . Pada saat itu Nederlands

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 9


Kelompok 1
menginginkan adanya hokum dagang tersendiri yaitu KUHD belanda , dan pada
tahun 1819 drencanakan dalam KUHD ini ada 3 kitab dan tidak mengenal
peradilan khusus . lalu pada tahun 1838 akhirnya di sahkan . KUHD Belanda
berdasarkan azas konkordansi KUHD belanda 1838 menjadi contoh bagi
pemmbuatan KUHD di Indonesia pada tahun 1848 . dan pada akhir abad ke-19
Prof. molengraaff merancang UU kepailitan sebagai buku III di KUHD
Nederlands menjadi UU yang berdiri sendiri (1893 berlaku 1896).Dan sampai
sekarang KUHD Indonesia memiliki 2 kitab yaitu , tentang dagang umumnya dan
tentang hak-hak dan kewajiban yang tertib dari pelayaran.

2.3 Prinsip etika wirausaha


Prinsip Etika dalan wirausaha antara lain :

1. Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan


perusahaan atau pengusaha.
membangun kepercayaan bisa dimulai dengan perilaku etis. perilaku sangat
penting bagi wirausahawan karena dapat memberikan efek positif sebagai
berikut:
a. Staf akan meniru perilaku pimpinannya
b. Standar etis akan membentuk kerangka kerja yang positif
c. kepercayaan pelanggan meningkat, sehingga dapat menjadi elemen dalam
bisnis jangka panjang.

2. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.


untuk perencanaan bisnis jangka panjang , seorang wirausaha harus mampu
bertanggung jawab demi perusahaannya, bertanggung jawab dalam artian
tidak hanya dilingkungan sosial tetapi juga di ekonomi masyarakat

3. Kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang berlaku di mana-
mana
ketidakjujuran dalam berbisnis akan menyebabkan usaha tidak berjalan
dengan jangka panjang. karena, tentu akan mempengaruhi juga dalam
pengambilan keputusan.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 10


Kelompok 1
4. Etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral menyangkut tindakan
yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan kerja
apabila etika wirausaha dilanggaran akan mengakibatkan :
1. Masalah citra publik
2. Tuntutan hukum yang mahal
3. Tingginya tingkat pencurian oleh karyawan.

2.4 Sikap dan Perilaku Wirausaha yang Sesuai dengan Etika Wirausaha
Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan
diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.
Ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan
seluruh karyawan, yaitu:

 Jujur dalam bertindak dan bersikap. Sikap jujur merupakan modal utama
seorang karyawan dalam melayani pelanggan. Kejujuran dalam berkata,
berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
 Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. Seorang karyawan dituntuk untuk
rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama dalam melayani pelanggan
dan tidak boleh malas dalam bekerja.
 Selalu murah senyum. Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang
karyawan harus selalu murah senyum, jangan sekali-kali bersikap murung
atau cemberut. Dengan senyum kita mampu meruntuhkan hati pelanggan
untuk menyukai produk atau perusahaan kita.
 Lemah-lembut dan ramah-tamah. Dalam bersikap dan berbicara pada saat
melayani pelanggan atau tamu hendaknya dengan suara lemah lembut dan
sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik minat tamu dan membuat
pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
 Sopan santu dan hormat. Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan
hendanya selalu bersikap sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan
juga akan menghormati pelayanan yang diberikan karyawan tersebut.
 Selalu ceria dan padai bergaul. Sikap selalu ceria yang ditunjukan
karyawan dapat memecahkan kekakuan yang ada, sedangkan sikap pandai

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 11


Kelompok 1
bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat akrab dan merasa
seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
 Fleksibel dan suka menolong pelanggan. Dalam menghadapi pelanggan,
karyawan harus dapat memberikan pengertian dan mau mengalah kepada
pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jala keluarnya
dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
 Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. Dalam melayani pelanggan
karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah dalam menghadapi
pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan juga
harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
 Rasa memiliki persahaan yang tinggi. Rasa kepemilikan ini akan
memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan, disamping itu karyawan
juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia terhadap perusahaan.

2.5 Penerapan Etika Wirausaha.


Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
1) Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang
paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika
pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya dengan langganan ini dapat
disebut disini misalnya saja:
i) Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk
membedakan atau mengadakan perbandingan harga terhadap
produknya.
ii) Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi
didalamnya, sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi
serta kandungan atau zat-zat yang terdapat didalam produk itu.
iii) Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang
sangat etis bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 12


Kelompok 1
menjual produknya yang ternyata jelek (busuk) atau tak layak dipakai
tetap saja tidak mau mengganti produknya tersebut kepada pembelinya.

2) Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk
memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan
dengan karyawannya.Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi
beberapa hal yakni: Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi
atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-
off atau pemecatan/PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik
tenaga kerja haruslah dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan
hasil seleksi yang telah dijalankan. Sering kali terjadi hasil seleksi tidak
diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta atau calon yang
berasal dari anggota keluarga sendiri.
Disamping itu tidak jarang seorang manajer yang mencoba
menaikkan pangkat para karyawan dari generasi muda yang dianggapnya
sangat potensial dalam rangka membawa organisasi menjadi lebih dinamis,
tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari karyawan dari generasi tua.
Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah pengeluaran
karyawan atau dropout. Masalah DO atau PHK ini perlu mendapatkan
perhatian ekstra dari para manajer karena hal ini menyangkut masalah tidak
saja etik akan tetapi juga masalah kemanusian. Karyawan yang di PHK –kan
tentu saja akan kehilangan mata pencahariannya yang menjadi tumpuan
hidup dia bersama keluarganya.

3) Hubungan antar bisnis


Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu
dengan perusahan yang lain Hal ini bisa terjadi hubungn antara perusahaan
dengan saingannya, dengan penyalurnya, dengan grosirnya, dengan
pengecernya, agen tunggalnya maupun distributornya.Dalam kegiatan
sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar kedunya.Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 13


Kelompok 1
etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin
menyalurkan buku-buku terbitanya kepada para grosir yang bersedia
membeli secara kontan dalam jumlah besar dan kontinyu dengan
memperoleh potongan rabat yang sama dengan penyalur.
Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras dari
para penyalur-penyalurnya yang memandang tindakan penerbit tersebut
akan sangat merugikan para penyalur sedangkan omset dari para penyalur
sendiri dalam beberapa tahun tidak meningkat. Contoh lain adalah adanya
perebutan tenaga kerja ahli atau manajer profesional oleh para pengusaha,
persaingan harga yang saling menjatuhkan diantara bisnismen dan
sebagainya.

4) Hubungan dengan Investor


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang
akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik
dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon
investornya.Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor
untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu
mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang
mengalami lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para
pengusaha yang ingin menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada
masyarakat.
Pada pihak lain masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk
menanamkan uangnya dalam bentuk pembelian saham ataupun surat-surat
berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di pasar modal. Oleh
karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham haruslah
diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang
gopublic tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan
terhadap informasi terhadap hal ini.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 14


Kelompok 1
5) Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama jawatan
pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat
finansial.Hubungan ini merupakan hubungn yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan Rugi dan
Laba misalnya.Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan
benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak
misalnya.Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak
baik.
Pelaksanaan tangungjawab sosial suatu bisnis merupakan
penerapan kepedulian bisnis terhadap lingkungan, baik lingkungan alam,
teknologi, ekonomi, sosial, budaya,perintah maupun masyarakat
Internasional. Bisnis yang menerapkan tanggung jawab sosial itu merupakan
bisnis yang menjalankan etika bisnis, sedangkan bisnis yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial itu merupakan penerapan yang tidak
etis.
Penerapan etika bisnis ini murupakan penerapan dari konsep “
Stake Holder” sebagai pengganti dari konsep lama yaitu konsep “Stock
Holder”. Pengusaha yang menerapkan konsep Stock Holder berusaha untuk
mementingkan kepentingan para pemengang saham (Stockholder) saja, di
mana para pemegang saham tentu saja akan mementingkan kepentinganya
yaitu penghasilan yang tinggi baginya yaitu yang berupa deviden atau
pembagian laba serta harga saham dipasar bursa.
Dengan memperoleh deviden yang tinggi maka penghasilan
mereka akan tinggi, sedangkan dengan naiknya nilai atau kurs saham akan
merupakan kenaikan kekayaan yang dimilikinya yaitu sahamnya tersebut
dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Pemenuhan kepentingan
ataupun tuntutan dari para pemengan saham itu sering kali mengabaikan
kepentingan – kepentingan pihak-pihak yang lain yang juga terlibat dalam
kegiatan bisnis. Pihak lain yang terkait dalam kegiatan bisnis tidak hanya
para pemegang saham saja akan tetapi masih banyak lagi seperti:
(a) Pekerja/ karyawan

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 15


Kelompok 1
(b) Konsumen
(c) Kreditur
(d) Lembaga-lembaga keuangan
(e) Pemerintah

2.6 Manfaat Etika Wirausaha.


Etika bisnis bagi perusahaan ini,menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernahtimbul dimasa
lalu), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok,
menerima hadiah,sumbangan dan sebagainya. Latar belakang pembuatan etika
bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan
kegiatan perusahaan. Bila Perusahaan memiliki etika sendiri,mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Manfaat
Etika Bisnis bagi Perusahaan :
a. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah
dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi
perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu
sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan
terikat dengan standard etis yang sama, sehingga akan mefigambil
kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
b. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) dibidang etika.
(penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan
dalam melindungi lingkungan hidup).
c. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
d. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
e. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan
harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
f. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 16


Kelompok 1
g. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka panjang
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable company).

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 17


Kelompok 1
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Etika wirausaha merupakan sebuah turunan dari etika bisnis yang
didalamnya mengatur tentang perilaku (etika) seorang pengusaha/wirausahawan
dalam memulai, menjalankan, hingga mengembangkan bisnis/usahanya.Regulasi
dan etika bisnis merupakan seperangkat aturan, norma, nilai, dan kode etik yang
harus diperhatikan para pengusaha dalam menjalankan usaha/bisnisnya secara
adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan
individu ataupun perusahaan di masyarakat. Prinsip Etika dalan wirausaha antara
lain yaitu membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan
perusahaan atau pengusaha, menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi
reputasi perusahaan, kejujuran merupakan barang langka dan “mata uang” yang
berlaku di mana-mana, etika adalah standar perilaku dan nilai-nilai moral
menyangkut tindakan yang benar dan salah yang terjadi di dalam lingkungan
kerja.
Sikap dan perilaku seorang wirausaha menunjukkan bagaimana etikanya
dalam berusaha. Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu
perusahaan, dan diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu. Etika
dalam wirausaha antara lain diterapkan kepada konsumen, karyawan, hubungan
antar bisnis, investor dan lembaga-lembaga keuangan terkait. Etika wirausaha
bermanfaat bagi usaha yang dijalankan karena dapat meningkatkan kredibilitas
suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture dan
sebagainya.

Saran
Semua pengusaha yang menjalankan usaha atau bisnisnya harus
memperhatikan regulasi dan etika bisnis. Sebagaimana yang telah diatur dalam
undang-undang dan hukum yang berlaku sebagai bentuk kebijakan perintah dalam
perannya menertibkan iklim perekonomian nasional agar tetap kondusif.
Khususnya hubungan perusahaan dengan konsumen, perusahaan lain, pemerintah,

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 18


Kelompok 1
maupun masyarakat, agar usaha yang dijalankan tersebut dapat berjalan dengan
baik dan mampu meningkatkan daya saingnya dengan produk asing.Hal tersebut
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 19


Kelompok 1
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. http://melisanti91.blogspot.com/2013/10/etika-dalam-bisnis.html
2. http://sekolahcirebon.blogspot.com/2014/09/pengertian-regulasi-bisnis.html
3. http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-
etika.html
4. http://www.databaru.com/artikel/pengertian-regulasi-
bisnis#sthash.0nOf0ElG.dpbs

Tugas Kewirausahaan “Etika wirausaha” Page 20


Kelompok 1

Anda mungkin juga menyukai