Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TERATOMA

1. Definisi

Teratoma adalah tumor sel germinal yang umumnya terdiri dari beberapa jenis sel yang
berasal dari satu atau lebih dari 3 lapisan germinal endoderm, mesoderm, dan ekktoderm.
Teratoma berasal dari bahasa yunani yaitu teras yang berarti monster. Teratoma dibagi
dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma imatur, dan teratoma monodermal
dengan diferensiasi khusus. Teratoma bervariasi dari bentuk yang jinak yaitu lesi kistik well
differentiated (mature) sampai bentuk yang solid dan maligna (immature). Umumnya
teratoma kistik adalah jinak dan yang padat adalah ganas.
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering setelah
disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada juga yang memiliki komponen
tertentu (umumnya squamous) yang mengalami transformasi maligna, namun jarang
ditemukan.
Ovarium teratoma Juga disebut kista dermoid ovarium, ini adalah tumor aneh, biasanya
jinak, dalam ovarium yang biasanya berisi keragaman jaringan termasuk rambut, gigi,
tulang, tiroid, dll. Sebuah kista dermoid berkembang dari sel germinal totipotential (oosit
primer) yang disimpan dalam kantung telur (ovarium). Menjadi totipotential, sel yang dapat
menimbulkan semua perintah dari sel yang diperlukan untuk membentuk jaringan matang
dan struktur sering dikenali seperti rambut, tulang dan sebaceous (berminyak) materi,
jaringan saraf dan gigi.

2. Etiologi
Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu pula asal
penyebabnya masih berupa spekulasi dan perdebatan. Dahulu masyarakat mempercayai
penyebabnya adalah karena menelan gigi dan rambut, kutukan dari penyihir, mimpi buruk,
atau berhubungan dengan setan. Teori yang paling banyak dipakai saat ini adalah
parthenogenik yang mengatakan teratoma berasal dari sel germinal primordial. Teori ini
didukung oleh distribusi anatomi dari tumor yaitu sepanjang jalur migrasi sel germinal
primordial dari kantung yolk pada gonad primitif. Linder dan rekan melakukan penelitian dari
teratoma kistik matur dari ovarium . Mereka menggunakan teknik sitogenetik canggih untuk
menunjukkan bahwa tumor ini berasal dari sel germinal dan timbul dari sel germinal tunggal
setelah pembelahan meiosis pertama.

3. Patofisiologi

Teratoma tersusun atas berbagai jenis sel parenkimal yang berasal lebih dari satu
lapisan germinal dan sering berasal dari ketiga lapisan. Tumor ini berasal dari sel-sel
totipoten, umumnya pada garis tengah atau paraxial. Lokasi yang paling sering adalah
sacrococcygeal (57%). Karena berasal dari sel totipoten, sehingga sering ditemukan di
kelenjar gonad (29%). Sejauh ini, lokasi gonad yang paling sering terjadi adalah pada
ovarium, disusul pada testis. Kista teratoma kadang muncul pada sequestered midline
embryonic cell rests dan bisa pada mediastinum (7%), retroperitonial (4%), cervical (3%)
dan intrakranial (3%) . Sel-sel berdiferensiasi sesuai lapisan germinal, yang terdiri dari
berbagai jaringan pada tubuh, seperti rambut, gigi, lemak, kulit, otot, dan jaringan endokrin.

4. Epidemiologi

Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan
usia median 19 tahun.

Teratoma sakrokoksigeal adalah tumor tersering pada bayi baru lahir, terjadi pada 1
kelahiran diantara 20.000-40.000 kelahiran.

Kista Teratoma matur terjadi pada 10-20% keganasan ovarium. Tumor ini
merupakan tumor sel germinal ovarium dan juga keganasan tumor tersering pada pasien
dibawah 20 tahun. Sementara, kasus tumor bilateral terjadi pada 8-14% dari seluruh kasus.

Insiden tumor testikular pada pria adalah sebesar 2,1-2,5 kasus per 100.000
populasi. Tumor sel germinal terjadi pada 95% tumor testikular setelah pubertas, tetapi
teratoma jinak testis jarang terjadi, hanya sebesar 3-5% dari jumlah kasus tumor sel
germinal. Insiden tumor testis pada anak prepubertal adalah 0,5-2 kasus per 100.000,
dengan prosentase teratoma matur sebesar 14-27%. Tumor ini merupajan tumor sel
germinal kedua tersering pada populasi in. Teratoma jinak dari mediastinum jarang, yaitu
8% dari seluruh kasusu tumor pada daerah ini.

Teratoma sakrokoksigeal

Teratoma sakrokoksigeal sering terdiagnosis pada periode prenatal, dan


komplikasinya dapat muncul selama sebelum dan setelah kelahiran. Outcome setelah
diagnosis antenatal lebih buruk bila dibandingkan yang didiagnosis post natal dan dilakukan
pembedahan serial, dengan tingkat survival bervariasi dari 54-77%

Potensi komplikasi pada uterus meliputi polihidramnion dan perdarahan tumor, yang
menyebabkan anemia dan nonimmune hydrops fetalis. Bila terdapat .atrioventricular
shunting terjadi dalam tumor, hydrops dapat disebabkan high output cardiac failure.

Perkembangan hidrops adalah tanda yang buruk. Jika berkembang setelah gestasi
30 minggu, tingkat mortalitasnya adalah sebesar 25%. Bila telah ditemukan ada hidrops,
proses persalinan direkommendasikan sesegera mungkin setelah maturitas paru terjadi.
Perkembangan hidrops sebelum gestasi 30 minggu memiliki prognosis yang lebih buruk,
dengan tingkat mortalitas 93%. Makin dkk. melaporkan bahwa intervensi pengobatan pada
masa antenatal dari hidrop fetalis tidak meningkatkan outcome dengan tingkat kematian 6
dari 7 kasus (86%). Hidrop dan prematuritas merupakan dua faktor yang menyebabkan
kematian dan prematuritas.

Morbiditas pospartum teratoma sakrokoksigeal adalah terkait dengan anomali


kongenital, masa dari tumor, kekambuhan yang terjadi, dan komplikasi intra dan pasca
operasi. Sepuluh sampai dua puluh empat persen teratoma sakrokoksigeal dihubungkan
dengan anomali kongenital lainnya, terutama defek pada daerah hindgut dan kloaka, yang
melebihi estimasi 2,5% pada populasi umum.

Pada salah satu studi serial yang meneliti 57 kasus teratoma jinak selama peride 40
tahun dari sebuah lembaga, 5 kasus kekambuhan dilaporkan. Pada kasus tersebut, hanya
satu kasus kekambuhan yang tidak memerlukan koksigektomi, dan terdapat satu kasus
yang semula dianggap tumor jinak dengan komponen immature ditemukan adanya
karsinoma embrional setelah eksisi ketiga. Pada penelitian ini juga, 3 pasien didapatkan
mengalami infeksi luka pasca operasi dan satu pasien mengalami pneumonia pasca
operasi. Tingkat survival keseluruhan adalah sebesar 95% dan tingkat morbiditas atau
mortalitas konsisten selama periode 40 tahun penelitian .

Pada penelitian yang lebih baru, 26 pasien didiagnosisi dengan teratoma jinak. Tujuh
dari 20 pasien dengan follow up jangka panjang mengalami perkembangan neuropati
bladder dan gangguan usus. Sebuah penelitian longitudinal cross-sectional menemukan
gejala sisa pada masa anak-anak, membaik seiring berjalannya waktu, sementara gejala
fungsional yang dilaporkan pada masa dewasa adalah sama dengan populasi umum dan
tidak meningkat melebihi kelompok kontrol.

Teratoma ovarium

Komplikasi dari teratoma ovarium meliputi torsi, ruptur, infeksi, anemia hemolitik, dan
degenerasi maligna

Torsi adalah penyebab morbiditas utama, terjadi pada 3-11% kasus. Beberapa
penelitian menunjukkan bawa peningkatan ukuran tumor berhubungan dengan peningkatan
risiko torsi [2,17].

Ruptur dari teratoma kistik memang jarang dan mungkin spontan atau terjadi karena
torsi. Banyak laporan penelitian menyebutkan bahwa tingkat kejadian ruptur kurang dari 1%
[2,1], meskipun penelian oleh Ahan dkk. melaporkan bahwa terjadi pada 2,5% dari 501
pasien yang diteliti [18]. Ruptur dapat terjadi tiba-tiba, menyebabkan shock atau perdarahan
dengan chemical peritonitis acute. Kasus yang kronis bisa juga terjadi, yang akan
mneyebabkan peritonitis granulomatosa. Prognosisi setelah kejadian ruptur biasanya baik,
tetapi ruptur sering kali menyebabkan adanya perlekatan tebal.

Infeksi jarang terjadi dan terjadi kurang dari 1-2% kasus. Bakteri coliform merupakan
organisme yang sering terlibat.

Anemia hemolitik autoimmune telah dihubungkan dengan kasus teratoma kistik


matur. Pada kasus ini, pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan dari gejala ini. Teori
yang membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini adalah (1) zat dari tumor yang
merupakan antigen bagi host, sehingga menyebabkan pembentukan antibodi yang bereaksi
silang dengan sel darah merah host, (2) adanya produksi antibodi dari tumor yang secara
langsung melawan sel darah merah host, (3) terlapisnya sel darah merah oleh substansi
tumor sehingga menyebabkan perubahan antigenisitas sel darah merah. Dalam lingkup ini,
imejing radiologis dari pelvis diperlukan pada kasus anemia hemolitik refrakter.

Pada bentuk yang asli, teratoma kistik matur ovarium umumnya selalu jinak, namun
sekitar 0,2-2% kasus mengalami transformasi maligna pada salah satu komponennya, yang
seringkali adalah sel skuamos. Prognosis pasien dengan degenerasi maligna umumnya
buruk namun tergantung dari stadium dan jenis sel yang mengalami degenerasi.

Teratoma testis

Teratoma testis terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi insiden dan perjalanan
penyakitnya sangat berbeda. Teratoma murni tersusun atas 38% tumor sel germinal pada
bayi dan ank-anak, tetapi hanya 2% saja setelah pubertas. Pada anak-anak, biasanya
bersifat jinak, sementara pada remaja dan dewasa sering kali mengalami metastase [22,23].
Oleh karena, tidak adanya metastase pada kasus prepubertas, maka morbiditas terbatas
pada komplikasi pembedahan dan pascaoperasi.

Selama dan setelah pubertas, semua teratoma dianggap ganas karena meskipun
teratoma matur (yang secara histologis komponennya matur) dapat mengalami metastasis
ke kelenjar getah bening retroperitonial atau pada tempat lain. Tingkat metastasis bervariasi
dari 29-76%. Morbiditas dihubungkan dengan pertumbuhan dari tumor, yang dapat
menginvasi atau mengobstruksi struktur lokal, sehingga menjadi tidak dapat direseksi.
Sekitar 20% pasien mengalami kekambuhan selama periode pengawasan.

Teratoma mediastinum
Teratoma matur mediastinum, merupakan tumor sel germinal mediastinum, adalah
lesi yang jinak. Tumor ini tidak memiliki potensi ganas seperti yang diamati pada teratoma
testis dan dapat disembuhkan dengan reseksi surgikal saja. Oleh karena letak dari lesi ini,
maka sumber morbiditas seringkali terkait dengan komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi.

Jenis Kelamin

Teratoma sakrokoksigeal sering terjadi pada wanita daripada pria, dengan rasio
wanita dibandingkan pria 3-4:1. Sebagian besar laporan menyebutkan tidak ada predileksi
seksual pada teratoma medastinal. Kecuali, teratoma testikular, 75-80% teratoma terjadi
pada wanita .

Umur

Lokasi dari teratoma berhubungan dengan usia.

 Pada bayi dan awal anak, lokasi paling sering adalah ekstragonadal, sedangkan
teratoma setelah anak-anak umumnya terjadi pada gonad.
 Teratoma kistik ovarium dapat terjadi pada usia berapapun, meskipun seringkali
pada masa reproduksi. Insiden tersering pada usia 20-40 tahun.
 Teratoma testikular dapat muncul pada usia berapapun tetapi lebih sering terjadi
pada masa bayi dan anak-anak. Pada dewasa, teratoma tetikular murni jarang
terjadi, hanya 2-3% dari tumor sel germinal.
 Teratoma mediastinum dapat muncul pada usia berapapun tetapi seringkali pada
usia 20-40 tahun.

5. Tanda dan Gejala Teratoma Ovarium

Teratoma kistik Matur pada ovarium sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan radiografi, atau selama operasi abdomen. Teratoma
kistik dewasa dari ovarium seringkali asimptomatik. Gejala-gejala yang mungkin muncul:

 Nyeri perut biasanya konstan dan berkisar dari ringan sampai sedang. Torsi dan
ruptur akut biasanya akan menyebabkan nyeri yang hebat.
 Teraba adanya massa atau pembengkakan
 Perdarahan uterus abnormal. Diduga karena gangguan produksi hormon, namun
belum ada bukti histologis yang mendukung.

Gejala pada kandung kemih, gangguan pencernaan, dan sakit punggung mungkin namun
jarang terjadi
6. Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium

Peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-human chorionic gonadotropin (HCG)


tingkat mungkin menunjukkan keganasan.

 Radiologi

Pemeriksaan penunjang untuk teratoma sebagian besar radiografi, dan


gambarannya hampir sama meskipun pada lokasi yang bervariasi.

Jika teratoma ditemuan di dalam uterus, harus dilakukan pemeriksaan USG serial
pada janin untuk mengawasi kemngkinan terjadinya hidropfetaliss. Dalam kasus teratoma
sacrococcygeal, pemeriksaan USG dapat menunjukkan komponen kistik dan perluasan
tumor ke dalam pelvis atau abdomen, seperti yang digambarkan pada gambar di bawah.
USG menggambarkan pergeseran vesica urinaria dan rektum, dengan kompresi ureter yang
mengakibatkan hidronefrosis atau hydroureter.

CT scan dari abdomen dan pelvis sebelum eksplorasi bedah lebih lanjut dapat
menggambarkan tumor sacrococcygeal.

Serupa dengan ultrasonografi, ajuvan CT scan berguna dalam mendiagnosa


teratoma ovarium dan dapat mendeteksi keterlibatan hepar dan kelenlar lymph dalam kasus
maligna. Dalam sebuah studi ultrasonografi transvaginal memiliki tinggi untuk membedakan
teratoma dari massa ovarium lainnya.

MRI dapat membedakan kepadatan lipid dengan cairan lain dan darah dan mungkin
sebagai pemeriksaan tambahan yang berguna untuk diagnosis teratoma ovarium, dengan
akurasi 99%.

Dalam kasus yang dicurgai teratoma mediastinum foto thorak anterior-posterior dan
lateral dpat memberikan informasi penting tentang ukuran dan lokasi massa. CT scan dan /
atau MRI lebih lanjut dapat memperjelas diagnosis dan juga sangat berguna dalam
menggambarkan batas-batas massa mediastinum, keterlibatan pembuluh darah yang
potensial, dan kehormatan.

Echocardiography dapat digunakan untuk menggambarkan efek fisiologis dari massa


mediastinum, seperti tamponade atau stenosis pulmonal, dan dapat digunakan untuk
memandu needle biopy. Fine needle biopsy dapat digunakan untuk membedakan massa
mediastinum jinak dan ganas pada 90% kasus.
Histologi

Dalam teratoma, bagian luar dari dinding tumor biasanya dilapisi dengan jaringan
aslinya. Rongga kista sering dilapisi dengan epitel skuamosa keratin dan biasanya berisi
banyak sebasea dan kelenjar keringat. Rambut dan kulit pelengkap lainnya biasanya
muncul. Kadang-kadang, dinding kista dilapisi oleh epitel bronkial atau gastrointestinal.
Reaksi Giant-cell dapat dilihat di berbagai tumor dan mungkin, dalam kasus teratoma
intraperitoneal, menyebabkan pembentukan adhesi yang luas jika isi tumor pecah. Jaringan
ectodermal ditemui mungkin termasuk otak, glia, jaringan saraf, retina, choroids, dan
ganglia. Mesodermal jaringan diwakili oleh tulang, tulang rawan, otot polos, dan jaringan
berserat.

7. Stadium

Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi oleh Robboy
dan Scully:

Derajat 0 : Jaringan seluruh tumor

Derajat 1 : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis dapat ditemukan,
tetapi epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid

Derajat 2 : Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid

Derajat 3: Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan sering menyerupai
koriokarsinoma.

Departemen Bedah dari American Academy of Pediatrics, Altman dan rekan melaporkan
sistem penggolongan tipe teratoma Sacrococcygeal sebagai berikut:

Tipe I : Sebagian besar adalah tumor eksternal, melekat pada tulang ekor, dan mungkin
memiliki komponen presacral kecil (45,8%).Tidak ada metastasis dikaitkan dengan
kelompok ini.

Tipe II : Tumor memiliki massa baik eksternal dan ekstensi panggul signifikan presacral
(34%) dan memiliki tingkat metastasis 6%.

Tipe III: tumor terlihat dari luar, tetapi massa yang dominan adalah panggul dan
intraabdominal (8,6%). Tingkat 20% dari metastase ditemukan dalam kelompok ini.

Tipe IV: lesi tidak terlihat dari luar tetapi sepenuhnya presacral (9,6%) dan memiliki tingkat
metastasis 8%.
8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari teratoma sebagian besar terapi bedah.

Teratoma Sacrococcygeal

Teratoma Sacrococcygeal yang didiagnosis sebelum lahir harus dipantau ketat.


Pada janin dengan tumor yang lebih besar, operasi Sectio caesarea harus dipertimbangkan
untuk mencegah distosia atau pecahnya tumor. Karena prognosisnya yang buruk
berhubungan dengan perkembangan hidropfetalis sebelum usia kehamilan 30 minggu,
menguntungkan bagi janin apabila dilakukan operasi uterus. Dalam kebanyakan kasus,
teratoma sacrococcygeal harus dilakukan reseksi electif pada minggu pertama kehidupan,
karena semakin lama dituda dapat meningkatkan tingkat keganasan.

Teratoma Ovarium

Teratoma kistik matur dari ovarium dapat dihilangkan dengan kistektomi sederhana
daripada salpingo-ooforektomi.

Meskipun degenerasi ganas sangat langka, kista harus dihilangkan secara


keseluruhan, dan jika elemen-elemen imatur ditemukan, pasien harus menjalani prosedur
penggolongan stadium standar.

Teratoma testis

Teratoma testis diobati dengan orchiectomy sederhana atau radikal. Baru-baru ini,
eksisi konservatif dengan enukleasi juga telah direkomendasikan pada masa prepubertas
pada testis. Resiko keganasan meningkat seiring pematangan testis.

Teratoma mediastinum

Teratoma matur dari mediastinum harus direseksi. Tumor mungkin melekat dengan
struktur sekitarnya, yang memerlukan reseksi dari perikardium, pleura, atau paru-paru. Bila
reseksi lengkap dapat menurunkan resiko kekambuhan.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Riwayat penyakit dahulu, pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya?
b. Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang
sama atau dengan kanker yang lain?
c. Wanita dengan faktor resiko, lingkungan, gaya hidup tidak sehat, kebiasaan
menggunakan talk pada vagina, obat-obatan perangsang ovulasi, obat-obatan
pelangsing tubuh yang menyebabkan deuretik?
d. Riwayat ginekologi, usia menarche, keluhan saat haid, siklus haid dan lamanya,
penggunaan kontrasepsi.
e. Respon psikososial klien:
- kecemasan
- ketakutan
- harga diri rendah
f. Data dasar pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.
- Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2) Sirkulasi.
- Palpilasi, nyeri dada, perubahan tekanan darah.
3) Integritas ego
- Faktor stres ( pekerjaan, keuangan, perubahan peran ), cara mengatasi stres
( keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain ).
- Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk tubuh.
- Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi.
- Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
- Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering berkemih.
- Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5) Makanan / cairan
- Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
- Anorexsia, mual-muntah.
- Intoleransi makanan.
- Perubahan berat badan.
- Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6) Neurosensori
- Pusing, sinkope
7) Nyeri
- Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat).
g. Pemeriksaan fisik head to toe
1. Abdoment dan pelvis
- Inspeksi
Adanya penonjolan, penderita tampak sakit, mual, muntah, aktivitas berkurang
- Auskultasi
Bising usus
- Palpasi
Nyeri tekan, nyeri lepas, gejala infeksi (peningkatan suhu tubuh). Diameter
tumor, massa dapat digerakkan atau tidak, unilateral atau multi, asites ada atau
tidak, konsistensi padat atau lunak.
1. Genetalia
- Pendarahan fangsun mixsi/ defekasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Preoperatif
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder,
akibat pertumbuhan kista dan penekanan jaringan sekitar.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:
- Penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit kista ovarii
- Penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual, muntah
c. Ansieteas yang berhubungan dengan:
- Penyakit yang tidak dapat diperkirakan.
- Prosedur pembedahan
- Efek samping pembedahan.
d. Kurang pengetahuan mengenai prognosis penyakit berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi
2. Pasca operasi
 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan akibat sekunder dari pembedahan.
 Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
akibat pembedahan.

C. Rencana intervensi keperawatan.


1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
pertumbuhan kista dan penekanan ke jaringan sekitar.
 Kriteria hasil
- Nyeri berkurang setelah melakukan tindakan peredaan rasa nyeri yang
memuaskan sehingga klien melaporkan penghilangan nyeri maksimal.
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi pengurangan rasa
nyeri.
 Intervensi:
1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas nyeri
serta tindakan penghilangan yang digunakan.
2. Kurangi adanya kurang pengetahuan klien dengan menjelaskan sebab-sebab
nyeri kepada klien.
3. Berikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut.
4. Bicarakan dengan klien dan keluarga penggunaan terapi distraksi.
5. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut: bernafas teratur, mendengarkan
musik.
6. Ajarkan tindakan penurunan nyeri reninvasif.
- Bernafas perlahan-lahan, teratur (nafas dalam).
7. Kolaborasi pemberian analgetik untuk pereda rasa nyeri / sakit yang optimal.
8. Evaluasi efektivitas obat pengurang rasa sakit.

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:


- penurunan penyerapan nutrien sekunder akibat penyakit kista ovarii
- penurunan masukan oral, ketidaknyamanan mulut, mual, muntah,

 Kriteria Hasil
- Klien berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
atau peningkatan masukan diet.
- Menjelaskan faktor-faktor penyebab apabila diketahui.
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individu pada masukan adekuat.
- Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
 Intervensi
1. Pantau masukan makanan tiap hari.
2. Ukur tinggi, berat badan setiap hari, pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.
4. Beri dorongan klien untuk makan dengan orang lain.
5. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
6. Ajarkan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan bau yang
menyebabkan ingin muntah, mual.
7. Pertahankan kebersihan mulut yang baik ( sikat gigi, membersihkan dan
membilas mulut ) sebelum dan sesudah makan.
8. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering untuk mengurangi perasaan tegang
pada lambung.
9. Pantau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
10. Kolaborasi:
- Pemberian anti emetik
- Diet / pendukung nutrisi.
- Pemeriksaan laboratorium, limfosit, albumin, hb, ht.
3. Ansietas berhubungan dengan
- penyakit yang tidak dapat diperkirakan.
- Prosedur pembedahan.
- Efek samping pembedahan.
 Kriteria hasil:
- menunjukkan rentang tepat dari perasaan berkurangnya rasa takut.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat
diatasi.
- Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan
berpartisipasi aktif dalam aturan pengobatan.
 Intervensi
1. Tinjau ulang pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada klien dan apakah
kesimpulan klien telah dicapai.
3. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
4. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
5. Pertahankan kontak sering dengan klien, bicara dengan menyentuh pasien
bila tepat.
6. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenal dan mengklarifikasi rasa
takut.
7. Berikan informasi tepat dan akurat tentang penyakit klien.
8. Libatkan klien untuk bergabung dengan klien atau orang lain yang
mempunyai pengalaman dengan penyakit yang sama.
9. Kaji keefektifan cara penghentian arsietas.
4. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder akibat pembedahan.
(Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi)
Hasil yang diharapkan
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya.
(R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )
b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik.
(R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna )
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika.
(R/ Membunuh mikro organisme secara rasional )

DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unpad, Ginekologi,
Bandung, Elstar Offset, 1981.
2. Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 7,
Alih Bahasa Agung Waluyo, Jakarta, EGC, 2001.
3. Doengoes ME, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 Cetakan I, Jakarta,
EGC.2000.
4. Linda Juall Carpenito, Alih Bahasa Monika Ester, Diagnosa Keperawatan, EGC,
2001.
5. Hacker & Moore, Essensial Obstetri and Ginekologi. Alih bahasa Dr. Edi
Nugroho.PT Hipokrates.2001.
6. Kista Ovarii.http://www.information.com/keyword – kista.
7. Kista Ovarii.http://www.medicastore.com/kista/.
8. Purwanto Ap, Nyoman Suci W.Buku Pegangan Pemeriksaan Laboratorium
Patologi Klinik untuk Para Medis.Semarang.Bagian Patologi Klinik.FK Undip
Semarang.2003.

Anda mungkin juga menyukai