Ginjal adalah suatu organ dalam tubuh yang berfungsi untuk memelihara keseimbangan
homeostatik cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik yang adadalam tubuh melalui proses
filtrasi, reabsorbsi dan sekresi. Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrinyang penting,
seperti sintesis hormon eritropoitein serta sekresi renin dan aldosteron, dimana hormone
tersebutdigunakanuntukmengubah vitamin D menjadi bentuk aktif dan degradasi
menjadiberbagai jenis hormon. Ada 2 jenis penyakit gagal ginjal, yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara mendadak
yang terlihat pada penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin
(TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan produk-produk sisa
metabolisme. Gagal ginjal akut disebabkan oleh bermacam hal, seperti kekurangan cairan
tubuh secara berlebihan akibat diare dan/atau muntah, pendarahan hebat atau trauma pada injal
akibat kecelakaan, keracunan obat, dan luka bakar. Sedangkan gagal ginjal kronik adalah
keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun) yang disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan
umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible).
Gejala-gejala pada pasien dengan sindrom uremia pada gagal ginjal adalah:
Diare berdarah, sakit perut, kulit pucat, mudah marah, lelah, demam, memar dan perdarahan
yang tidak diketahui penyebabnya, urinasi menurun, perut bengkak, terdapat darah dalam urin,
kebingungan, muntah serta wajah, tungkai dan tangan bengkak
2.4 Patofisiologis dan Patogenesis Sindroma Uremia
Salah satu tipe dari sindroma uremia yakni Typical Hemolityc Uremic Syndrome
(HUS) adalah penyakit yang menyerang 5 dari 15 persen individu, terutama anak-anak, yang
terinfeksi oleh bakteri Escherichia coli (E.coli). Organisme ini melepaskan toksin ke dalam
usus dan diabsorbsi kedalam pembuluh darah dan di transport oleh sel darah putih (leukosit)
ke ginjal. Hasilnya, akan menyebabkan gagal ginjal akut. Hal yang sama juga bisa terjadi pada
otak dengan penyempitan dan kadang sampai koma, untuk pankreas dapat terjadi pankreatitis
dan resiko diabetes mellitus.
Sedangkan tipe yang lain yakni Atypical Hemolitic Uremic Syndrome (aHUS) bisa
menjadi kronik dan pasien seperti ini mungkin bisa kembali terserang penyakit yang sama.
Pasien dengan STEC HUS biasanya sembuh dari terapi dan biasanya memiliki respon yang
baik untuk pengobatan. Pasien dengan aHUS lebih cenderung mengalami komplikasi yang
serius seperti gagal ginjal dan tekanan darah tinggi. Pengobatan dengan eculizumab secara
bertahap dapat merubah outcome dari pasien. Streptococcal pneumoniae juga bisa disebabkan
oleh HUS (SpHUS) karena terjadi anemia hemolitik akut, trombositopenia dan penyakit ginjal
akut pada pasien Streptococcal pneumoniae (infeksi S. pneumoniae). Namun, epidemiologi
dari SpHUS telah berubah dengan kedaruratan serotype pneumococcal yang lain seiring
dengantelah dikenalkannya vaksin yang terbaru.
Pada gagal ginjal, fosfat akan cenderung tertahan dalam tubuh karena berkurangnya
nefron yang fungsional sehingga terjadi hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia akan menyebabkan
hipokalsemia sehingga tubuh akan merespon dengan men-sekresi PTH dalam jumlah besar.
yaitu pengaktifan reseptor PTH yang akan merespon terhadap 1,25(OH)2 vitamin D3.
Pengaktifan reseptor PTH terhadap 1,25(OH)2 vitamin D3 akan memfasilitasi absorpsi kalsium
sehingga plasma kalsium akan mengalami peningkatan, dalam kondisi ini terjadi
ketidakseimbangan antara pemasukan kalsium ke plasma darah dengan penggunaan kalsium,
sehingga kalsium plasma yang tinggi akan mengalami deposisi di jaringan lunak.
Terdapat studi di mana relawan normal diinjeksi dengan urea telah menunjukkan tidak
ada ciri-ciri sindrom, bahkan ketika tingkat BUN meningkat sampai 200 mg / dl. Hal ini
menunjukkan bahwa sindrom uremia merupakan hasil dari akumulasi dari sejumlah molekul
kecil
2.5 Pengaturan diet pada pasien Gagal Ginjal dengan Sindroma Uremia
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi
ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan
laju filtrasi glomerulus.
Syarat diet :
Garna, Harry dkk. 2015. Angka Kejadian, Karakteristik, dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik
pada Tuberkulosis Paru.(online)
(http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/dokter/article/view/1208)
Noris, Marina. 2005. Hemolytic Uremic Syndrome. J Am Soc Nephrol 16: 1035-1050, 2005.
(online) (https://jasn.asnjournals.org/content/16/4/1815.full.)