Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI DASAR

STRUKTUR KOMUNITAS
ECHINODERMATA
KELOMPOK 2
1.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunianyalah kami dari kelompok 2 dapat menyelesaikan Makalah tentang “Struktur
Komunitas Echinodermata”.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui bagaimana struktur komunitas dari
Echinodermata
TIdak lupa penulis berterimakasih kepada Ibu D. Wakano, M. Si selaku dosen dari
mata kuliah Ekologi Dasar.
Penulis mengetahui bahwa masih banyak kesalahan baik dalam penyajian materi
maupun dalam penulisannya. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan yang
membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih

Ambon, 2 Juni 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Zona intertidal merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan. Zona
ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang mendukung semua organisme
di dalamnya un-tuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu
hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang termasuk dalam filum
Echinodermata.
Echinodermata atau echinoderm berasal dari kata Yunani echin yaitu berduri
dan derma yaitu kulit yang merupakan hewan laut yang bergerak lamban atau
sesil. Echinodermata merupakan fauna penghuni karang (Coral reef) yang
penting. Mereka menduduki berbagai mikrohabitat sesuai dengan cara hidup
mansing-mansing (Afiati, dkk. 2007) Clark (1976) dalam Afiati dkk. (2007)
menyatakan bahwa terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang penting
bagi kehidupan fauna Echinodermata.
Echinodermata termasuk bintang laut, bintang ular laut, landak laut, teripang,
lili laut dan bulu babi. Bentuk tubuhnya simetris radial tidak memiliki kepala,
namun jauh lebih kompleks dibandingkan cnidaria yang memiliki tiga lapisan sel
dan sebuah selom dan dapat membentuk semacam otak sementara yang
berfungsi untuk mengkoordinasikan gerak. Echinodermata menjadi 5 kelas yaitu
kelas Asteroidea (bintang laut) contoh: Archas-ter typicus, kelas
Ophiuroidea(Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas Echinoidea (Landak
Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia laut) contoh:
Antedonrosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut) contoh:
Holothuriascabra.
Kelompok echinodermata dapat hidup menempati berbagai macam habitat
seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan algae, padang lamun, koloni
karang hidup dan karang mati dan beting karang (rubbles dan boulders).
Dahuri (2003: 123) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Echino-dermata dapat
bersifat pemakan seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam
suatu ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai
oleh spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis
Echinodermata”. Selain itu Echinoder-mata mengandung unsur-unsur kimia yang
memiliki nilai tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang
koleksi hiasan yang indah.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Echinodermata?
b. Bagaimana klasifikasi dari Echinodermata?
c. Bagaimana struktur komunitas dari Echinodermata?
3. Tujuan
a. Untuk mengenal dan mengetahui penjelasan mengenai Echinodermata
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari Echinodermata
c. Untuk mengetahui struktur komunitas dari Echinodermata
BAB II
PEMBAHASAN

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit.
Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki
kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak.
Semua hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya radial simetris dan
kebanyakan mem-punyai endoskeleton dari zat kapur dengan me-miliki tonjolan berupa
duri. Kelompok utama Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas Asteroidea
(bintang laut) contoh: Archas-ter typicus, kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh:
Amphiodiaurtica, kelas Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas
Crinoidea (lilia laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut)
contoh: Holothuriascabra (Jasin, 1984; 195).

Kelas Asteroida Kelas Ophiuroidea

Kelas Echinoidea Kelas Crinoidea


Kelas Holothuroidea

1. Kepadatan Jenis (Di)


Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas. Kepadatan mansing-
mansing jenis pada setiap lokasi pengamatan dihitung dengan menggunakan
rumus Odum (1971) sebagai berikut :
𝑁𝑖
𝐷𝑖 =
𝐴
Keterangan :
Di = Kepadatan Jenis (Individu m2)
ni = Jumlah total individu jenis (Individu)
A = Luas daerah yang disampling (m2)
2. Kepadatan Relatif (RDi)

Kepadatan relatif adalah perbandingan antara jumlah individu jenis dan


jumlah total individu seluruh jenis Odum (1971) dalam Facrul, (2007).
𝑁𝑖
𝑅𝐷𝑖 = 𝑥 100
∑𝑛
Keterangan :
𝑅𝐷𝑖 = Kepadatan relatif
𝑁𝑖 = Jumlah total jenis i (individu)
∑ 𝑛 = Jumlah total individu seluruh jenis
3. Frekuensi Jenis (Fi)
Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh yang
diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus (Odum, 1971) :
𝑝𝑡
𝐹𝑖 =
∑𝑝
Keterangan :
Fi = Frekuensi jenis
pi = Jumlah petak dimana ditemukan jenis i
Σp = Jumlah total petak contoh yang diamati
4. Frekuensi Relatif (RFi)
Frekuensi relatif adalah perbandingan antara frekuensi jenis (Fi) dengan
jumlah frekuensi semua jenis (ΣFi) (Odum, 1971) dalam Jumanto, (2013).
𝐹𝑖
𝑅𝐹𝑖 =
∑ 𝐹𝑖
Keterangan :
RFi = Frekuensi relative
Fi = Frekuensi jenis i
ΣFi = Jumlah freuensi semua jenis
5. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks nilai penting digunakan untuk menghitung dan menduga secara
keseluruhan dari perananan suatu jenis dalam suatu komunitas. Semakin tinggi
nilai INP suatu jenis relatif terhadap jenis lainnya maka semakin tinggi peranan
jenis tersebut pada komunitasnya. Rumus yang digunakan dalam menghitung
INP adalah (Brower et al, 1989) dalam Jumanto, 2013).
𝐼𝑁𝑃 = 𝑅𝐹𝑖 + 𝑅𝐷𝑖
Keterangan :
INP = Indeks Nilai Penting
Rfi = Frekuensi relatif
RDi = Kepadatan relative
6. Indeks Keaneragaman
Keaneragaman menunjukkan keberagaman jenis. Keaneragaman suatu biota
air dapat ditentukan denngan menggunakan teori informasi Shannon - Wienner
(H’). Tujuan utama teori ini adalah untuk mengukur tingkat keteraturan dan
ketidakraturan dalam suatu sistem. Keaneragaman ditentukan berdasarkan
indeks keaneragaman (Shannon –Wienner, 1963 dalam Jumanto, 2013), dengan
rumus :
𝑁𝑖 𝑁𝑖
𝐻 = −∑ 𝐿𝑁
𝑁 𝑁
Keterangan :
H’ = Indeks keaneragaman Shannon – Wienner
Ni = Jumlah individu dari suatu jenis ke – i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
In = Logaritma nature
Nilai H’ : H’<1 = Keaneragaman rendah
1≤ H’≥3 = Keaneragaman sedang
H’>3 = Keaneragaman tinggi
7. Indeks Keseragaman
Untuk mengetahui seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu
tiap jenis Echinodermata digunakan indeks keseragaman, yaitu dengan cara
membandingkan indeks keseragaman dengan nilai maksimumnya, dengan
rumus indeks Equitabilitas (E) (Fachrul, 2007) :
𝐻′
𝐸′ =
𝐻 𝑚𝑎𝑥
Keterangan :
E = Indeks Equitabilitas indeks keseragaman
H’ = Jumlah keseluruhan dari jenis
H max = Keseragaman jenis maksimum
Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Bila keseragaman kurang dari 0,4
maka ekosistem tersebut berada dalam kondisi tertekan dan mempunyai
keseragaman rendah. Jika indeks keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 maka
ekosistem tersebut kuranng stabil dan mempunyai keseragaman sedang. Jika
indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem tersebut dalam keadaan
stabil dan mempunyai keseragaman tinggi.
8. Indeks Dominansi
Untuk menggambarkan jenis Echinodermata yang paling banyak ditemukan,
dapat diketahui dengan menghitung nilai dominansinya. Dominansi dapat
dinyatakan dalam indeks dominansi Simpson (Facrul, 2007).
𝑠
𝑝𝑖
𝐷 = ∑( )2
𝑝
𝑖=1

Keterangan :
D = Indeks dominasi Simpson
Pi = Jumlah individu jenis ke-i
P = Jumlah total individu seluruh
Nilai indeks dominansi berkiasr antara 0-1. Semakin besar nilai indeks
semakin besar kecenderungan salah satu jenis yang mendominansi populasi.

Anda mungkin juga menyukai