Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebagaian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sebenarnya negara ini
memiliki banyak keuntungan karena dikaruniai kondisi alam yang
mendukung, hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang sangat
melimpah, serta beriklim tropis dimana sinar matahari terjadi seoanjang tahun
sehingga bisa menanam sepanjang tahun.
Didaerah Kabupaten Magelang terutama di daerah pegununggan seperti,
daerah Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Sumbing, dan Gunung
Merbabu merupakan tempat yang sangat cocok digunakan untuk penanaman
holtikultura dikarenakan keadaan tanah yang masih subur dan suhu yang
sesuai untuk pemanaman tanaman holtikultura.
Semakin berkembangnya sektor pertanian di daerah Magelang, maka
peluang usaha semakin terbuka lebar, terutama usaha untuk petani khususnya
petani hortikultura. Contoh tanaman hortikultura yang dibudidayakan di
Magelang misalnya tanaman cabai, tomat, selada, wortel, kentang, kubis, dan
aneka sayur lainnya.
Magelang sebagai sentra produksi cabai dengan potensi areal
pengembangan usaha cabai mencapai 3.525 hektar, yang terbagi dalam 12
kecamatan sentra kawasan usaha budidaya cabai rawit dan cabai keriting
meliputi: Pakis, Dukun, Srumbung, Kaliangkrik, Sawangan, Windusari,
Bandungan, Grabag, Borobudur, Tegalrejo, Salaman dan Secang.
Tentunya di dalam tanaman khususnya tanaman cabai sering kita jumpai
hal yang membuat banyak kerugian yaitu hama. Hama yang sering muncul
pada tanaman cabai yaitu ulat. Insektisidadari bahan kimia saat ini masih
sering digunakan para perani untuk memberantas hama yang ada pada
tanaman cabai. Harga insektisida saat ini relative mahal oleh karena itu untuk
menambah keuntungan pada pembudidaya tanaman cabai dengin ini kami
membuat insektisida alami dari bahan alami yaitu “UBI GADUNG” sebagai
bahan insektisida alami pemberantas ulat pada tanaman cabai dikarenakan
memiliki zat yang beracun yaitu dioscorin, diosgenin dan dioscin yang dapat
menyebabkan gangguan syaraf, sehingga apabila dikonsumsi manusia akan
terasa pusing dan muntah-muntah.
Di Indonesia, tanaman gadung belum banyak diusahakan sebagaitanaman
pangan, tetapi tanaman gadung tumbuh liar di antara semak-semak, di hutan
terlindung dan ditempat lainnya.Berdasarkan warna daging umbinya, gadung
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu gadung putih dan kuning. Contoh
gadung putih adalah srintil, betul dan kapur. Sedangkan contoh gadung kuning
adalah kunyit dan lada. Jumlah umbi dalam satu kelompok dapat mencapai 30
umbi. Gadung kuning umumnya lebih besar dan padat umbinya bila
dibandingkan dengan gadung putih. Sedangkan jumlah umbinya setiap
kelompok tidak berbeda dengan gadung putih. Didaerah pedesaan tanaman
gadung tidak pernah digunakan dan dibiarkan tumbuh liar di kebun. Bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan insektisida ini adalah ubi gadung.

1.2 Perumusan Masalah


Saat ini penggunaan insektisida kimia sudah banyak digunakan. Akan
tetapi, penggunaan insektida tersebut dalam jangka waktu yang lama akan
memberikan efek yang kurang baik bagi tanah. terdapat banyak ubi gadung
yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Mereka masih belum
mengetahui jika ubi gadung bisa dimanfaatkan sebagai insektisida alami untuk
membunuh hama ulat pada tanaman cabai ataupun tanaman lainnya.
1.3 Tujuan
1. Membuat insektisida alami dari ubi gadung.
2. Memperoleh keuntungan dari hasil penjualan insektisida alami.
3. Melatih mahasiswa untuk berwirausaha.
1.4 Urgensi
Ide yang kami buat ini tentunya akan mengubah pola berpikir petani dalam
memanfaatkan tumbuhan yang dinilai kurang bermanfaat oleh masyarakat dan
juga sebagai cara untuk menghemat biaya pruduksi penanaman cabai.
1.5 Luaran yang Diharapkan
1. Tersedianya insektisida cair alami yang berkualitas.
2. Masyarakat mampu mengolah insektisida alami dari ubi gadung.
3. Menghasilkan pendapatan.
4. Artikel ilmiah dengan judul Pemanfaatan “UBI GADUNG” menjadi
Insektisida Alami untuk Tanaman Cabai.
1.6 Manfaat
1. Memanfaatkan ubi gadung yang tidak pernah diolah oleh masyarakat.
2. Menambah penghasulan pembuat.
3. Menciptakan inovasi baru.

Anda mungkin juga menyukai