PENGOBATAN
PENGOBATAN
Pendahuluan
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar
dan stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar
uterus disebut endometriosis. Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di
luar kavum uteri dan di luar miometrium. Daerah yang paling sering terkena adalah
organ pelvis dan peritoneum, walaupun organ lain seperti paru-paru juga ikut terkena
meskipun jarang. Penyakit ini berkembang dari lesi yang kecil dan sedikit pada organ
pelvis yang normal kemudian menjadi massa keras infiltrat dan kista endometriosis
ovarium (endometrioma). Perlangsungan endometriosis sering disertai pembentukan
fibrosis dan perlekatan luas menyebabkan gangguan anatomi pelvis.
Faktor Resiko
Faktor risiko termasuk usia, peningkatan jumlah lemak tubuh perifer, dan
gangguan haid(polimenore, menoragi, dan berkurangnya paritas). Kebiasaan
merokok, olahraga, dan penggunaan kontrasepsi oral dapat bersifat protektif. Belum
ada bukti yang menunjukkan bahwa mengendalikan faktor risiko dapat mencegah
munculnya endometriosis. Faktor genetic berperan 6-9 kali lebih banyak dengan
riwayat keluarga terdekat menderita endometriosis.
Gejala Klinis
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah:
1.Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenore)
2. disparenunia
3. nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu defekasi
4. poli- dan hipermenore
5. infertilitas.
Tatalaksana Endometriosis
Bila diagnosis endometriosis sudah ditegakkan, pilihan terapi diambil
berdasarkan luasnya endometriosis dan kebutuhan pasien. Regimen pengobatan oral
dan pembedahan ditentukan berdasarkan usia, status fertilitas, beratnya penyakit,
pengobatan sebelumnya, biaya, risiko pengobatan, dan lama pengobatan. Tujuan dari
pengobatan ini adalah:
– Apa yang diobati (penyakit, gejala, atau keduanya)?
– Mengapa diberikan terapi?
– Alasan memberikan terapi: mengembalikan fertilitas, meredakan nyeri sebagai
alternative pembedahan, meredakan nyeri sambil menunggu pembedahan, profilaksis
mencegah rekurensi penyakit.
1. Terapi konservatif
Implantasi endometriosis memiliki sifat dan reaksi yang sama dengan
endometrium terutama dalam produksi estrogen. Terapi konservatif bertujuan
menekan stimulasi estrogen ovarium dengan memotong jalur hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Inhibisi ovulasi dengan gonadotropin melalui siklus seks steroid dapat
menghalangi pembentukan endometriosis.
2. Terapi bedah
Terapi konservatif merupakan modalitas untuk pasien yang hanya ingin
meredakan nyeri atau meredakan nyeri dengan kondisi fertil. Bagi pasien yang
infertil, atau pasien yang tidak berespon dengan terapi konservatif, terapi bedah
merupakan pilihan. Pembedahan terbagi atas terapi bedah definitif dan koservatif.
1. Terapi bedah definitif meliputi histerektomi total dengan salfingo-ooferektomi
bilateral. Setelah pembedahan definitive dilakukan, pasien diberikan terapi sulih
hormone (Hormone Replacement Theraphy).
2. Terapi bedah konservatif bertujuan untuk mengembalikan posisi anatomi panggul
dan mengangkat semua lesi endometriosis yang terlihat.
GnRH
GrNh analog adalah salah satu obat yang paling banyak digunakan sebagai
terapi medis untuk endometriosis. Agen ini menginduksi menopause medis dengan
menurunkan regulasi reseptor hipotalamic pituitary GrNH, hal ini menyebabkan
penurunan sekresi gonadotropin, supresi dari dari ovulasi dan penurunan level serum
estrogen.
Pada pemberian agonis Gn-RH secara kontinyu, maka agonis Gn-RH tersebut
akan menduduki reseptor di hipofisis anterior, dan mengurangi sensitifitas hipofisis
terhadap rangsangan agonis Gn-RH , sehingga terjadi penurunan sekresi LH dan
FSH. Akibatnya produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium pun akan
berkurang (receptor down-regulation). Wanita yang mendapat terapi agonis GnRH
tidak memproduksi estrogen karena kedua ovarium tidak mendapatkan rangsang
gonadotropin yang adekuat; akibatnya kadar FSH dan LH sangat rendah. Aksi agonis
GnRH pada terapi endometriosis adalah dengan menekan kadar estrogen dan
menyebabkan amenore, sehingga mencegah pertumbuhan endometriosis.
Pada awal pemberian terjadi stimulasi reseptor dan dengan sendirinya terjadi
pengeluaran LH dan FSH dalam jumlah besar, sehingga terjadi pemicuan sintesis
estrogen dan progesteron di ovarium (flare up). Ikatan reseptor agonis Gn-RH ini
sangat kuat (slow reversibility), sehingga meskipun pemberiannya telah dihentikan
namun efeknya terhadap tubuh manusia masih ada berbulan-bulan. Karena cara
kerjanya yang menimbulkan flare up, dan mengurangi sensitivitas hipofisis anterior,
maka analog Gn-RH jenis ini disebut pula sebagai agonis Gn-RH.
Progestin
Progestin telah digunakan sebagai terapi endometriosis secara luas lebih dari
40 tahun. Penggunaannya terhadap endometriosis adalah supresi dari aksis HPO,
sebuah proses yang menginduksi anovulasi dan menurunkan level serum estrogen.
Progestin juga memiliki efek langsung pada endometrium, menyebabkan
desidualisasi dan atropi dari eutopik dan lesi endometrium. Sebagai tambahan,
progestin memperlihatkan dapat menginhibisi angiogenesis
Aromatase Inhibitor
Aromatase p450 adalah kunci enzim untuk biosintesis estrogen,
mengkatalisasi konversi androstenedion dan testosterone menjadi estrone dan
estradiol. Meskipun pada endometrium normal tidak tedapat adanya aktivitas dari
aromatase, enzim ini menginduksi dengan level yang sangat tinggi pada jaringan
endometriosis oleh mediator inflamasi prostaglandin estradiol untuk meningkatkan
produksi local estrogen pada daerah perlekatan penyakit ini. Aromatase inhibitor
menargetkan penurunan enzim ini untuk menurunkan sintesis estrogen local pada
daerah perlekatannya. Bagaimanapun terapi ini juga menurunkan estrogen pada
ovarium dan memerlukan terapi estrogen kembali untuk melindungi tulang.
Pemberian dari aromatase inhibitor letrozole adalah 2,5 mg/hari dan diberikan
bersama dengan progestin norethindrone asetat 2,5 mg/hari.
Komplikasi
Bila implantasi terjadi di usus atau ureter dapat mengakibatkan obstruksi dan
gangguan fungsi ginjal. Distorsi pelvis mengakibatkan gangguan fertilitas,
penggunaan kontrasepsi oral berakibat troboembolisme dan efek hipoetrogen GnRH
analog jangka panjang mengakibatkan osteoporosis.
Daftar Pustaka
1. Pernoll ML, 10th ed. Benson & Pernoll’s Handbook of Obstetrics &
Gynecology. USA: McGraw-Hill; 2001.p.755-66.
2. Edmonds DK, 7th ed. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynecology.
London:Blackwell; 2007.p.430-9.
3. Lewis V. Reproductive Endocrinology & Infertility. Texas: Landes;
2007.p.84-8.
4. Wiknjosastro H, edisi kedua. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP; 1999.p.314-
27.
5. Fortner KB eds, 3rd ed. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and
Obstetrics.Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.chap.34.
6. DeCherney AH eds, 10th ed. Current Diagnostic & Treatment Obstetrics &
Gynecology. USA: McGraw-Hill; 2007.chap.43.
7. Hohenhaus MH. Endometriosis In: McGarry KA, Tong IL, 1st ed. The 5
Minute Consult clinical Companion to Women’s Health. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.chap.40.