1
Research and Community Development Center, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang
e-mail: hardja@yahoo.com,
2
Universitas Indonesia,
3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang
ABSTRAK
UHPC merupakan beton dengan susunan matrix dari agregatnya menghasilkan material yang sangat
padat dan mempunyai kekuatan yang sangat tinggi. Selain kekuatannya yang sangat tinggi, UHPC
juga merupakan material yang daya tahannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan beton normal,
baik terhadap pengaruh lingkungan maupun berbagai zat kimia yang berbahaya bagi beton.
Sifat sifat ini sangat cocok bila UHPC digunakan sebagai material strutktur untuk bangunan tinggi
maupun infrastruktur. Sebagai material struktur , UHPC harus juga memenuhi syarat tingkat
ketahanan api. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa ternyata UHPC sebagai material yang
sangat padat bersifat sensitip pada temperatur tinggi, dibandingkan dengan beton normal tingkat
ketahanan api UHPC jauh lebih rendah.
Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan tingkat ketahanan api dari UHPC, sampai bisa
memenuhi standard peraturan yang ada, yaitu : SNI 1741-2008. Dengan penambahan
polyprophylene saja atau dan micro steel fiber pada campuran UHPC, maka tingkat ketahanan api
UHPC dapat ditingkatkan sampai dengan 1000 º C. Uji SEM yang dilakukan memperlihatkan retak
retak mikro yang terjadi pada UHPC akibat panas pembakaran, yang membuat UHPC rentan
terhadap panas tinggi.
Kata kunci: Ultra High Performance Concrete (UHPC), uji ketahanan api.
1. PENDAHULUAN
Beton Mutu Ultra Tinggi , yang dikenal dengan nama Ultra High Performance Concrete disingkat UHPC secara
spesifik mempunyai karakteristik sebagai material konstruksi beton dengan kekuatan yang sangat tinggi (strength)
dan daya tahan (durability) yang sangat baik terhadap gas dan cairan berbahaya. Di Indonesia kita perlu
mengembangkan teknologi ini, karena bagi dunia industri konstruksi kita, beton adalah material yang paling banyak
digunakan. UHPC menjadi sangat menarik, karena UHPC dapat meningkatkan efektifitas penggunaan semen. Pada
beton normal efektivitas penggunaan semen pada peningkatan kekuatan beton yang dicapai hanya berkisar 0,12
MPa per kg semen, sedangkan dengan beton generasi baru kita dapat memperoleh peningkatan kekuatan beton
sebesar 0,18 MPa – 0.20 Mpa per kg semen. Elemen elemen konstruksi seperti kolom, balok, pelat lantai bisa
menjadi lebih ramping , sehingga terjadi efisiensi ruangan, berat konstruksi dan penghematan material.
Pada tahun pertama penelitian 2011, Peneliti Hardjasaputra dkk [1] telah mengembangkan rancangan campuran
UHPC yang menggunakan material lokal di Indonesia. Rancangan campuran UHPC berbeda dengan beton
konvensional. Rahasia rancangan campurannya terdiri dari butiran-butiran sangat halus terletak pada ukuran
submikroskopis, yaitu: mikro silika berukuran antara 0.05–0.8m, tepung marmer dan semen berukuran 10m–
60m, pasir halus berukuran max. 250m. Dengan mengatur distibusi kehalusan butiran dari material UHPC maka
akan diperoleh tingkat packing density dari beton yang tinggi.
UHPC mengandung pula jenis mikro silika yang sangat reaktip, yang bersama dengan semen membentuk tambahan
zat pengikat Calsium Silikat Hydrate (CSH), yang merupakan unsur penting pada kekuatan beton , seperti terlihat
pada rangkaian reaksi kimia antara semen, air dan SiO2 dibawah ini.
Cement + Water ® CSH + Ca (OH)2
Micro silica (SiO2) yang sangat reaktip akan mengikat Ca(OH)2 sehingga terbentuk tambahan Calcium Silikat
Hydrate
Ca(OH)2 + SiO2 + H2O ® CSH
Sedangkan pada tahun kedua, tahun 2012, fokus Penelitian adalah :
1. Peningkatan teknik dan metoda untuk produksi UHPC yang lebih baik dan memadai, sehingga dapat
memproduksi benda uji dengan volume yang besar (40 liter) dengan melakukan pembuatan mesin mixer lokal
khusus untuk UHPC.
2. Melakukan uji ketahanan api (fire rating) UHPC, untuk meningkatkan ketahanan api dari UHPC sampai dapat
memenuhi standard Ketahanan Api SNI 1741-2008. sehingga dapat digunakan sebagai material struktur pada
bangunan Infrastruktur
Paparan pada paper ini berfokus pada hasil yang diperoleh dari kedua hal tersebut diatas.
Particle
m.
Gambar 1: Distribusi ukuran semua partikel UHPC
(Note: * measured by Chemistry Laboratory of Kassel University, others by Indocement Laboratory)
Dari grafik tersebut terlihat gradasi butiran material UHPC, terbagi dalam 3 daerah gradasi dari rentang yang sangat
sangat halus, yaitu silica fume sampai butiran halus pasir kwarsa. Terlihat bahwa rentang kehalusan dari tepung
marmer yang digunakan hampir serupa dengan semen.
Untuk membuat benda uji yang diujikan pada penelitian tahun kedua yang berfokus pada uji Ketahanan Api,
peneliti membuatnya dengan rancangan campuran yang berkode TM 7, seperti terlihat pada tabel 1, dengan kuat
tekan antara 120 MPa – 130 MPa. TM 7 adalah rancangan campuran yang telah Peneliti kembangkan sebagai UHPC
tanpa serat.
TM7
Material
Weight (Kg/m3)
White Cement Type 1 850
Quartz Sand 935.146
Silica Fume 230
Superplastisizer (Sp) 32.89
Water 177,1
Marble Powder 160.455
(w / b*) 0,182
w/c 0.208
Gambar 3: Tungku Pembakar keramik yang dilengkapi Thermo Couple dan Thermo controller.
TM7 TM7
Bersamaan dengan pembakaran TM7X, juga dibakar benda uji beton normal (fc= 30 MPa) agar dapat diperoleh
perbedaan kinerja ketahanan api antara beton normal dan UHPC.
Ordinary
Concrete
TM7 X
TM7 X
Gambar 5 : Benda uji TM7X dan beton normal sebelum dan sesudah pembakaran
Dari hasil uji pembakaran TM7 dan TM7X , diperoleh bahwa benda uji TM7 dan TM7X dengan durasi pembakaran
yang cepat setelah 20 menit pembakaran mulai mengalami kerusakan, yaitu pecahnya benda uji pada temperatur
sekitar 500 ºC. Proses pembakaran dihentikan pada saat temperature 532 ºC, dan hasil pengujian memperlihatkan
bahwa benda uji TM7 dan TM7X mengalami kehancuran, sedangkan benda uji beton normal tidak mengalami
kerusakan apapun. Jadi dapat disimpulkan bahwa temperatur kritis dari benda uji UHPC tanpa serat adalah hanya
sekitar 530 º C.
TM7 A
TM7 A
Gambar 6 : Benda uji TM7A sebelum dan sesudah pembakaran. Temperatur maks 900º C.
TM7B merupakan benda uji UHPC dengan serat polyprophylene dan micro steel fiber, dengan kandungan masing
masing 1.3 % dan 1 % volume. Pada uji ini, peneliti meletakkan dua buah benda uji dalam tungku, dimana pada
salah atu benda uji ditanamkan thermo couple didalam benda uji pada pusatnya. Thermo couple ini akan merekam
temperatur dalam beton selama proses pembakaran. Proses pembakaran berlangsung dengan baik, tanpa ada tanda
tanda suara ledakan, sehingga suhu tungku dapat peneliti tingkatkan mencapai temperatur 1000 ºC. Seperti halnya
TM7A hasil dari pengujian menunjukkan bahwa benda uji dapat tetap mempertahankan bentuknya, tidak ada
pecahan beton, walaupun terlihat retak retak rambut pada permukaan benda uji. Terdapat juga perbedaan
temperatur yang cukup tinggi antara suhu didalam dan diluar benda uji, yaitu 733 ºC didalam beton dan 1000 ºC
diluar beton.
TM7B TM7B
Gambar 7 : Benda uji TM7B sebelum dan sesudah pembakaran. Temperatur maks 1000º C
TM7C
TM7C adalah benda uji UHPC dengan serat Polyprophylene (1 volume-%) dan micro steel fiber (1,5 volume-%),
merupakan benda uji yang kandungan serat Polyprophylene yang terkecil dari rangkaian test ini.
Setelah melihat hasil test TM7A dan TM7B bahwa UHPC dengan serat ini dapat menunjukan kinerja ketahanan api
sampai mencapai suhu 1000 ºC, maka peneliti memutuskan untuk melakukan test pada benda uji terakhir ini dimana
temperatur tungku akan diatur sesuai dengan grafik temperatur standard SNI 1741-2008. Setelah mencapai suhu
maksimum 1000 ºC, maka temperatur ini akan dipertahankan sampai menit ke 180. Seperti halnya dua benda uji
terdahulu, TM7C menunjukkan bahwa benda uji dapat tetap mempertahankan bentuknya setelah dibakar selama 3
jam, tidak ada pecahan beton (spalling), walaupun terlihat retak retak rambut pada permukaan benda uji. Warna
benda uji berubah secara jelas dari abu abu menjadi putih. Perkembangan grafik temperatur pada tungku
menunjukkan pula bahwa temperatur tungku sedikit lebih tinggi (1075 ºC) dari temperatur standard maksimum SNI
1741-2008 (lihat gambar 9).
TM7 C TM7 C
Gambar 8 : Benda uji TM7C sebelum dan sesudah pembakaran. Temperatur maks 1075 ºC
1200
1000
T
e
m
p 800
e
r
a
t 600
u
r
e
400
(
o
C
200
)
Gambar 9 : Grafik perkembangan temperatur ( º C) vs waktu (menit) seuai SNI 1741-2008 (garis biru) dan
pengujian TM7C (garis merah).
7. KESIMPULAN
Melalui serangkaian benda uji ini, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan beton normal, ternyata UHPC merupakan beton yang sangat sensitip terhadap temperatur
tinggi atau dapat dikatakan ketahanan api UHPC jauh lebih rendah daripada beton normal. Pada temperatur
550º C benda uji sudah mulai mengalami kerusakan berat (spalling).
2. Agar UHPC dapat dipakai sebagai material konstruksi untuk gedung maupun infrastruktur, maka kinerja
ketahanan api UHPC harus ditingkatkan sesuai dengan standard ketahanan api untuk bangunan.
3. Dari test pada serangkaian benda uji UHPC dengan serat TM7A, TM7B DAN TM7C, Peneliti telah dapat
meningkatkan kinerja ketahanan api dari benda uji UHPC yang mempunyai ketahanan api sampai mencapai
temperatur 1075 C dan bertahan pada proses pengujian sesuai dengan temperatur maksimum yang disyaratkan
pada uji ketahanan api sesuai SNI 1741-2008.
4. Peningkatan kinerja ketahanan api ini dapat tercapai bila pada rancangan campuran UHPC kita tambahkan serat
Polyprophylene yang prosentasenya 1 – 1,5 % vol.
DAFTAR PUSTAKA
H. Hardjasaputra, Indrawati, V. I. Djohari, (2012) Laporan Penelitian Hibah Bersaing : Aplikasi Teknologi Nano
Dalam Rekayasa Beton Mutu Ultra Tinggi (BMUT) Tahan Api, Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Penelitian Hibah Bersaing No: 023/K#.KU/2012, tanggal 5 Maret 2012.
H. Hardjasaputra, Indrawati, V.,Tirtawijaya J., Dewi P., Tandaju G. S.,(2012) Experience in Producing and
Development of Ultra High Performance Concrete (UHPC) in Indonesia using ordinary, white and
Composite Portland cement, International Analytical Review Alitinform, Russia.
Roland Bornermann, Michael Schmidt, Carsten Velimer.,(2007) Brandverhalten ultra hochfester Beton, UHPC 10
Jahre Forschung und Entwicklung an der Universitaet Kassel.
Heinz, D., Dehn, F., Urbonas, L., Fire Resistance of Ultra High Perfoemance Concrete (UHPC) – Testing of
Laboratory Samples and Column under Load, International symposium on Ultra High Performance Concrete,
University of Kassel, Germany, September 13-15, 2004.
Michael Schmidt, Ekkehard Fehling. Grundlagen der Betontechnologie von Hoch- und Ultra Hochleistungsbeton
und Anwendung von UHPC im Bruckenbau, UHPC 10 Jahre Forschung und Entwicklung an der Universitaet
Kassel, 2007
Teichmann, T., and Schmidt, M. Influence of Packing Density, International symposium on Ultra High Performance
Concrete, University of Kassel, Germany, September 13-15, 2004.