Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediteran, hasil persilangan ayam
arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira tujuh tahun
yang lalu. Menurut beberapa ilmuan ayam arab sudah mulai dikembangkan di Jawa Timur
sejak 1990. Ayam ini mulai digemari masyarakat karena mampu bertelur lebih banyak
daripada ayam ras (Kholis dan Sitanggang, 2003). Sifat-sifat kualitatif dari ayam ini adalah
memiliki warna bulu putih keperakan dari kepala hingga leher dan warna bulu total hitam
putih pada badan, shank berwarna hijau pohon atau biru (Permana, 2007).

Ayam Arab mudah dikenali dari bulunya. Pada sepanjang leher berwarna putih
mengkilap, bulu punggung putih berbintik hitam, bulu sayap hitam bergaris putih dan bulu
ekor dominan hitam bercampur putih. Sedang jenggernya berbentuk kecil berwarna merah
muda dan mata hitam dengan dilingkari warna kuning. Ciri lain Ayam Arab adalah
pejantannya pada umur 1 minggu sudah tumbuh jengger, dan betina induk tidak memiliki
sifat mengeram. Dari penampilan tubuhnya, tinggi Ayam Arab dewasa mencapai 35 cm
dengan bobot 1,5-2 kg. Kepalanya mempunyai jengger berbentuk tunggal dan
bergerigi.Ayam ini berbulu tebal. Bulu di sekitar leher berwarna kuning dan putih
kehitaman. Warna bulu badannya putih bertotol-totol hitam. Kokok suara jantan nyaring.
Ayam Arab betina dewasa tingginya mencapai 25 cm dengan bobot 1,0-1,5 kg.
Kepalanya berjengger tipis, bergerigi. Badannya berbulu tebal. Selama usia produktif
antara 0,8 1,5 tahun, betina arab terus-menerus bertelur, sehingga hampir setiap hari
menghasilkan telur. Secara genetis Ayam Arab tergolong galur ayam buras yang unggul,
karena memiliki kemampuan produksi telur yang tinggi. Kebanyakan masyarakat
memanfaatkan Ayam Arab untuk menghasilkan telur bukan daging karena Ayam Arab
memiliki warna kulit yang kehitaman dan daging tipis dibanding ayam buras biasa sehingga
dagingnya kurang disukai masyarakat.
Pemeliharaan ayam arab terbilang cukup mudah, bila ingin mendapatkan
produktivitas ayam arab yang maksimal tentunya diperlukan perawatan yang optimal
dalam beberapa aspek seperti kandang ,pakan dan pengendalian penyakit. Selain menjaga
kebersihan kandang, pembuatan kandang harus disesuaikan dengan umur dan tujuan
budidaya. Misalnya box untuk indukan, postal untuk pembesaran, dan baterai untuk
produksi telur. Dalam memasukkan DOC ke box indukan yang perlu diperhatikan adalah
suhu ruangan 35 °C selama 30 hari, lampu berperan penting dalam kondisi ini.

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan bibit


Bibit ayam yang baik menurut Direktorat Jendral Peternakan (2006) adalah: pada
ayam jantan bentuk tubuh lonjong, bentuk kaki tegap dan proposional, jengger berwarna
merah berukuran sedang, pial berwarna merah berukuran sedang dan muka merah segar.
Pada ayam betina memiliki bentuk tubuh segi empat, bentuk kaki tegap, jengger berwarna
merah berukuran kecil, pial berwarna merah berukuran kecil dan muka merah segar.
Cahyono (2001) menyatakan bahwa peternak dapat melakukan pemilihan bibit secara
teknis seperti memilih bibit jantan sebagai berikut: badan kokoh, sehat dan tidak cacat,
tulang supit rapat, sayap kuat, bulu bersih dan mengkilap, kaki kukuh dan sisiknya teratur
serta terdapat taji baik runcing maupun tumpul. Bibit ayam betina sebagai berikut: badan
sehat dan tidak cacat, kepala halus dan bagian muka cerah, paruh pendek dan kuat, ukuran
badan cukup besar dan perutnya lebar, jarak antara tulang dada dan tulang belakang berkisar
4 jari tangan orang dewasa, jarak antara tulang pubis sekitar 2-3 jari tangan orang dewasa,
lubang dubur besar, lebar dan bentuknya oval memanjang, permukaannya licin dan basah.

2.2 Manajemen kandang dan pakan


Persiapan kandang
Memelihara ayam arab lebih menguntungkan dibandingkan dengan ayam kampung, terlebih
jika dinilai dari segi kemampuan produksi telurnya yang lebih tinggi. Ayam arab tidak
memiliki naluri mengerami telurnya, apalagi jika dibudidayakan dengan sistim peternakan
intensif, yaitu dikandangkan dengan cara baterai. Setiap periode bertelur, ayam arab hanya
berhenti paling lama lima hari, kemudian bertelur kembali sampai mencapai 50 butir setiap
periodenya (Marhiyanto, 2000)
1. kandang berpelataran
Kandang berpelataran dibangun diatas tanah yang cukup luas. Lokasi sekitar kandang
dipagari keliling minimal setinggi 3 meter. Pagar dapat dibuat dari bilah-bilah bambu
atau apa saja yang diatur demikian. Celah bambu diusahakan tidak terlalu rapat. Lebih
baik jika kandang ayam dibuat dengan kawat anyam.
Pagar berfungsi sebagai pembatas umbaran ayam. Ayam menjadi jinak dan kitta
bia menjadi mudah mengontrol kesehatan ayam. Pagi hari ayam bisa dilepas dan diberi
ransum secukupnya. Luas pelataran hendaknya disesuaikan dengan jumlah ayam. Jika
ayam terlalu banyak bisa menggangu ayam bergerak. Lantai kandang diusahakan tetap
sehat dengan cara menimbunnya derngan pasir yang dicampur kapur tohor.
2. kandang panggung berpelataran
Kandang panggung berpelataran hampir sama dengan kandang ren. Bedanya dikandang
berpanggung dibuat jauh dari tanah. Kandangpun hendaknya menghadap timur atau
utara. Lantai kandang dibuat dari bambu yang di belah-belah kira-kira 6 cm. Kemudian
dibuat celah bawah untuk kotoran supaya jatuh kebawah.
Atap kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang membuat suhu udara
kandang menjadi panas. Upayakan bahan dari genting supaya saat musim kemarau
mengurangi panas. Dinding kandang dilengkapi ventilasi agar sirkulasi udara didalam
kandang menjadi lancar.
3. kandang postal
Kandang postal adalah kandang yang berukuran cukup besar. Tidak disediakan
pelataran sehingga modelnya tertutup.Atap kandang terbuat dari genting atau esbes.
Dindingnya bisa dari anyaman bambu atau kawat ren. Sekitar kandang hendaknnya
ditanami tanaman yang keras sebagai penyejuk.
Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah ayam. Ayam tidak pernah dilepas
dari kandang sehingga kandang dianggap tidak mempunyai pelataran. Ayam
didalamnya dijadikan satu dan dibiarkan saja.Tempat minum dan makan ditaruh pada
wadah khusus.
4. kandang baterai
Kandang baterai sangat cocok untuk ayam petelur. Kandangnya berbentuk berpetak-
petak dengan ukuran yang sangat terbatas. Sebab satu petak diisi hanya satu ayam saja.
Ukuran petak kandangnya tidak terlalu begitu besar karena tubuh ayam arab lebih kecil
dari pada ayam ras. Khusus untuk ayam arab dewasa, petak yang disediakan sebesar 40
cm x 50 cm, tinggi tidak lebih dari 50 cm. Petak-petak baterai ditempatkan secara
berderet .Jika perlu dibuat bertingkat. Lalu ditempatkan ditempat yang berdinding.
Beberapa keuntungan membuat kandang baterai:
a. Memudahkan perawatan karena dapat mengontrol setiap ekor ayam.
b. Memudahkan perkiraan jatah makan pada setiap ayam.
c. Memudahkan pekerjaan memungut telur dan membersihkan kotoran.
d. Ayam tidak mudah terserang penyakit.
e. Bisa mendeteksi jumlah telur yang dihasilkan tiap-tiap ayam.
f. Mengetahui ayam yang produksinya tinggi dan rendah.

Ransum untuk ayam arab


Pemberian ransum merupakan bagian yang sangat penting dalam budidaya ayam
arab. Meskipun ayam arab relatif toleran terhadap ransum dengan kualiitas rendah, seperti
pakan yang berupa sisa-sisa makanan rumah tangga, namun dalam usaha pemeliharaan
secara intensif, peternak harus memperhatikan kualitas pakan yang diberikan. Kesalahan
dalam pengaturan komposisi, jenis dan cara pemberian pakan, akan berdampak negatif pada
seluruh proses budidaya ayam arab tersebut. Oleh karena itu, peternak harus benar- benar
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pakan ayam arab, sehingga usaha ternaknya
dilakukan secara lebih efisien dengan tingkat produksi yang tinggi (Triharyanto, 2001).
Ayam mengkonsumsi ransumnya sesuai dengan kebutuhan energi dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila diberikan ransum yang mengandung energi tinggi maka konsumsi akan
menurun, sebaliknya bila diberi pakan yang mengandung energi rendah maka konsumsi
ransum harianya akan meningkat. Tinggi rendahnya konsumsi ransum akan menimbulkan
tingkat konsumsi zat-zat makanan yang meliputi protein, vitamin, dan mineral (Marhiyanto,
2000)
1. Pemberian ransum tanpa komposisi
Pemberian ransum ini dapat dilakukan dengan bebas pilih artinya ayam bebas memilih
beberapa ransum yang disediakan, sehingga ayam dipersilahkan mengatur kandungan
nutrisinya sendiri
Pada pemberian ransum model ini, kita harus menyediakan beberapa jenis ransum,
mulai dari butiran jagung, tepung ikan, beras, dedak bekatul, bungkil kedelai, bungkil
kacang tanah , grit serta hijauan segar. Hijauan segar dicacah dan disajikan sekitar pukul
09.00 – 10.00 . Hijauan itu misalnya daun pepaya, daun singkong, daun lamtoro, dan
kangkung.
2. Sistem pemberian ransum
Ada 4 macam sistem pemberian ransum yaitu sistem mash-grain, sistem terbatas, sistem
puasa terbatas & sistem ragam murni
Mash-grain yaitu cara penggabungan ransum jenis tepung dengan bijian. dengan cara
ini kita dapat mengurangi kebutuhan tepung halus. Buji-bijian yang kita berikan bersama
tepung halus yaitu seperti gabah, jagung butiran, bungkil kedelai, bungkil kacang dan
sebagainya. Ransum jenis tepung adalah konsentrat buatan pabrik yang mengandung
berbagai formula yang memenuhi kebutuhan ayam. Misalnya jenis S11 / B12
perbandingan antara konsentrat denga bijian adalah 70:30. Setelah konsentrat di beli
sesuai kebutuhan prduksi, kita perlu mengupayakan pemeriksaan terlebih dahulu
terhadap konsentrat yang dibeli. apakah sudah memenuhi kebutuhan nutrisi. Sistem
pemberian ransum terbatas adalah jumlah ransum yag disajikan dibatasi atas kehendak
kita. Tujuan pembatasan ransum untuk mengontrol konsumsi agar tidak terlalu
berlebih.karena ayam yang kelebihan energi juga tidak baik, lebih baik jika hanya
dikurangi 5-15% saja dari jumlah sebelumnya .
Sistem pemberian ransum berpuasa, ayam dipuasakan sehari sekali misalnya hari ini kita
memberi makan ayam tetap pada hari selanjutnya ayam dipuasakan maka ayam yang
semula berproduksi akan berhenti berproduksi atau produksinya kurang
3. Jumlah ransum untuk ayab arab
Minggu pertama sampai ke delapan ayam diberi makan hanya berupa konsentrat murni
(511/B12), Air minum dicampur dengan Vitachick / Sufamix selanjutnya dari minggu
ke delapan sampai dewasa pemberian makan dilakukan dengan sistem mash-grain
dengan komposisi dedak bekatul : Jagung butiran : Konsentrat dengan perbandngan 1,2
: 1,4 : 1 .Siang hari diberikan hijauan segar dari beberapa percobaan itu adalah hasil
terbaik yang didapatkan .
4. Jadwal pemberian ransum ayam arab
Pemberian ransum harus disusun dengan rapi artinya harus ada penjadwalan yang tidak
sembarangan. Pada umur dini frekuensi pemberian ransum lebih sering dibandingkan
pada umur-umur remaja, semakin hari frekuensi semakin dikurangi umur 1-3 hari
frekuensi pemberiannya 9 kali, 4-6 hari 8 kali, 7-10 hari 7 kali, 11-14 hari 5 kali dan
begitu seterusnya
Jika ayam arab dipersiapkan untuk pedaging & dipelihara di kandang postal maka
ransum ditempatkan pada wadah-wadah tertentu yang dapat dibeli ditoko peternakan .
sebelum digunakan wadah tersebut disterilkan dalam cairan medisep selama 30 menit.
Caranya tuangkan medisep 15 ml dan campur dengan air bersih sebanyak 10 liter, dicuci
sampai bersih dan kering
2.3 Reproduksi dan Perkawinan
Perbandingan jumlah pejantan dan betina (sex ratio) dalam suatu peternakan atau
perusahaan pembibitan ayam yang menghasilkan final stock sangat berpengaruh pada
fertilitas telur dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Sex ratio antara ayam jantan dan betina
dengan perkawinan alami berkisar 1 jantan dan 10 betina (Iskandar, 2007). Waluyo (1988)
mengemukakan bahwa perbandingan jantan dan betina 1:5 merupakan perbandingan terbaik
dibandingkan dengan sex ratio yang lain karena memiliki selang produksi yang paling
pendek.
Satu ekor ayam ras petelur putih jantan sebaiknya digunakan untuk mengawini 6 ekor
betina dan begitu pula untuk unggas lain. Peranan jantan telah diketahui dengan pasti
namun, dalam hal ini rasio yang digunakan harus tepat. Hal ini berkaitan dengan kesempatan
jantan untuk mengawini betina. Bila pejantan yang digunakan kurang maka ada betina yang
tidak sempat terkawin karena pejantan yang hanya senang pada beberapa betina. Hal ini
menyebabkan telur tetas yang tidak dibuahi, yang tidak akan menetas (Rasyaf, 1991).
Perbandingan yang baik antara jantan dan betina untuk perkawinan alami adalah 1:
6,7,8. Dalam hal ini induk jantan dapat melayani 6--8 ekor induk betina. Perbandingan yang
kurang baik akan menghasilkan banyak telur yang infertil. Fertilitas dapat mencapai 80 %
bila dalam kondisi sex ratio tepat, umur yang tepat untuk pejantan dan betina, kualitas
ransum yang baik, jantan dan betina dalam kondisi yang baik (Kurtini dan Riyanti, 2003).
Ayam arab mulai memproduksi telur pada umur 4,5--5,5 bulan, sedangkan ayam
kampung pada umur 6 bulan. Pada umur 8 bulan, produksi telurnya mencapai puncak
(Kholis dan Sitanggang, 2003). Produksi ayam arab yang tinggi yaitu 190--250 butir per
tahun dengan bobot telur 30--35 g per butir dan hampir tidaknmemiliki sifat mengeram
sehingga waktu betelur menjadi lebih panjang (Sulandari dkk., 2007)

2.4 Pengawasan dan Pengendalian Penyakit


Ayam arab lebih tahan terhadap serangan penyakit disbanding dengan ayam ras
dan ayam buras lainnya, namun bukan berarti kebal. Jenis penyakit yang sering menyerang
ayam arab antara lain: Newcastle desease (ND) atau tetelo, pesau sempar. Penyakit ini di
sebabkan oleh virus yang sangat mematikan dan belum ada obatnya. Pengendalian penyakit
yang perlu dilakukan antara lain : Vaksinasi yang teratur, kebersihan kandang dengan
disenfektan.
2.5 Pemasaran
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2001. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.


Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pembibitan Ayam
Lokal yang Baik. Departemen Pertanian. Jakarta.
Iskandar, S. 2007. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak Cianjur.
Bogor.
Kurtini, T dan Riyanti. 2003. Teknologi Penetasan. Buku Ajar. Universitas Lampung.
Lampung
Marhiyanto, B. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Difa Publisher.
Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Penetasan. Cetakan ke-2. Kanisius, Yogyakarta.
Sulandari, S.,M.S.A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika,M. Astuti,T. Widjastuti, E, Sudjana,S.
Darana,. I. Setiawan dan D. Garnida .2007. Sumber Daya Genetik Ayam Lokal
Indonesia. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia:Manfaat dan
Potensi. Pusat Penelitian Bioligi Lembaga Pengetahuaan Indonesia , Jakarta. Hal: 45--
67.
Triharyanto, B. 2001. Beternak Ayam Arab. Kanisius, Yogyakarta.
Waluyo, S.P. 1988. Pengaruh Sex Rasio Pada Produktivitas dan Sifat Mengeram Ayam Kedu.
Proc. Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternakan Unggas dan Aneka Ternak II.
Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Ciawi-Bogor

Anda mungkin juga menyukai