Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian
1. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus
yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai
Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
2. Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA
(orang dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-
macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun
lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
3. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (bukan
dibawa sejak lahir)
4. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus
(HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
5. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang
dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )

1
B. Penyebab
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu
HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang
ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup
120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon
imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV )
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel
perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun
setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

2
D. Tanda Dan Gejala
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase
supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat
dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS)
akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti
demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit
leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala
pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3
bulan.

E. Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
 Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.

3
 Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
 Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
 Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
 Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka


terpinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab
sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <
>3. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500
mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
 Didanosine
 Ribavirin
 Diedoxycytidine
 Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan

4
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

F. Pengkajian Pola Fungsional


a. Subyektif
1) Biodata
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam doa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g) Alamat

5
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
h) Alasan masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang yang
berhubungan dengan persalinannya (Varney,2008)..
2) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
kehamilan
3) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Berapa Kali Periksa dan Dimana
Frekuensi dari pemeriksaan antenatal adalah:
1) Minimal 1 kali pada Trimester I
2) Minimal 1 kali pada Trimester II
3) Minimal 2 kali pada Trimester III (Depkes RI. 2009).
Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan di sarana
kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan Praktek
Swasta dan Dokter Praktek (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
b) Gerakan Janin
Pada multigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,
sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu (Ummi, Hani. 2011).
Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam jangka waktu 20 menit – 2
jam. Gerakan janin akan bertambah setelah makan, gerakan ibu. Janin
normal akan tidur ± 20 menit. Selama 2-3 hari sebelum lahir gerakan
janin akan berkurang (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
Cara menghitung gerakan janin: letakkan 10 uang logam dalam
mangkok, keluarkan dan letakkan di atas meja, masukkan kembali
uang logam ke dalam mangkok setiap kali bayi bergerak.
4) Pemberian Imunisasi TT
Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari
Tetanus Neonatorum sehingga ibu hamil perlu dikaji mengenai stustus
TT dengan menanyakan tahun kelahiran ibu sehingga dapat diketahui
status TT ibu tersebut lengkap atau tidak (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
5) Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

6
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhan meningkat
seiring dengan pertumbuhan janin. Cara pemberian adalah satu tablet Fe
per hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas
(Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
6) Riwayat Kebidanan atau Obstetri yang lalu
a. Kehamilan
Informasi terinci mengenai riwayat obstetric sebelumnya, apabila
ada sangatlah penting karena banyak penyulit yang terjadi pada
kehamilan sebelumnya yang akan kambuh pada kehamilan
selanjutnya (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan
kabur, dan bengkak – bengkak ditangan dan wajah.
b. Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan
dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu
melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin
melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi
di uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah melintang, bukan
vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan pervaginam.
c. Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang – kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan (Romauli, 2011)
7) Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang lalu
Menurut Romauli (2011) berikut adalah riwayat kesehatan yang
mempengaruhi ibu hamil:
a) Anemia yang dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan,
persalinan premature, persalinan lama, dan perdarahan postpartum
b) TBC Paru, janin akan tertular TBC setelah lahir. Bila TBC berat,
maka akan menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga dan ASI

7
berkurang, dapat terjadi abortus, bayi lahir lama, dan perdarahan
postpartum
c) Jantung yang bahanya adalah payah jantung bertambah berat bahkan
sampai gagal jantung, atau kelahiran prematur
d) Diabetes mellitus, yang akan menyebabkan persalinan premature,
hydramnion, kelainan bawaan, BBL besar, dan kematian janin dalam
kandungan
e) HIV/AIDS yang bisa tertular ke janin
f) Hipertensi dapat memburuk selama hamil, disertai meningkatnya
morbiditas ibu biasanya diikuti dengan pre eklamsi atau eklamsi.
Resiko pada janin dapat terjadi restriksi pertumbuhan (IUGR), serta
morbiditas dan mortalitas perinatal (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
g) Epilepsi berdampak pada kehamilan . Kejang selama hamil akan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dan oksigenasi janin
(Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
8) Riwayat Kesehatan Keluarga.
Ditanyakan mengenai penyakit yang mungkin diderita oleh keluarga,
seperti penyakit menular (TBC, hepatitis) yang dapat menular pada ibu
dan janin atau bayi yang sudah lahir.Ditanyakan mengenai penyakit
yang menurun yang diderita keluarga, faktor yang dapat meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah ras, keturunan, umur dan paritas
(Manurung 2011).
9) Riwayat Pernikahan
a) Umur pertama kali menikah
Untuk menentukan kesehatan organ reproduksi.
b) Berapa kali menikah
Batas ideal dan diikuti hamil setelah 2 tahun. Disebut primigravida
tua sekunder jika hamil stelah lima tahun menikah. Kehamilan
setelah 5 tahun dianggap hamil dengan resiko tinggi karenanilai
kehamilan yang tinggi.
c) Jumlah anak

8
Umur anak terkecil diatas 5 tahun, jumlah anak ideal sampai
kehamilan ketiga. Kehamilan kelima sudah termasuk grande
multipara, harus diwasapadai perdarahan post partum (Manuaba,
2009).
d) Wanita hamil yang sudah lama menikah, nilai anak tentu besar
sekali dan ini perlu diperhitungkan dalam pimpinan persalinan
(anak mahal) (Ummi,Hani, dkk, 2010).
10) Riwayat Haid
a) Menarche
Menstruasi perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 13-
15 tahun. Akibat arus informasi global, pancaindra makin mudah
menjadi matang sehingga umur menarke semakin muda (Manuaba,
2009).
b) Siklus
Interval dari hari pertama periode menstruasi sampai hari pertama
periode berikutnya normalnya 21 – 35 hari.
Menstruasi yang teratur menunjukkan bahwa aksis hypothalamus-
hipofisis-ovarian aksis dengan pancaindra telah menunjukkan
keharmonisan yang baik. Ini berarti bahwa setiap menstruasi akan
dilepaskan ovum sehingga dapat terjadi kehamilan (Manuaba,
2009).
c) Lama
Lama perdarahan yang normal adalah 5 hari dengan rentang antara
3-7 hari. Perdarahan yang melebihi 7 hari (polimenorea,
metroragia). Durasi menstruasi yang berlangsung hanya sekitar 2-3
hari menunjukkan kurangnya rangsangan estrogen sehingga fase
proliferasi tidak normal kurang subur.
d) Banyaknya
Jumlah tampon atau pembalut yang digunakan setiap hari akan
bermanfaat hanya jika diketahui penyebab pembalut tersebut harus
diganti.kurang lebih 16 cc. Durasi menstruasi normal, pembalut
sekitar 2-3 buah penuh. Durasi menstruasi yang kurang, pembalut

9
sekitar 1-2 buah sehari tidak penuh. Durasi menstruasi yang banyak
disertai gumpalan, pemakaian pembalut lebih dari 3 buah/ hari
sampai penuh (Manuaba, 2009).
e) Keluhan
Selama haid yaitu dismenorea (rasa nyeri saat haid sehingga
mengganggu aktifitas sehari hari)dan pusing serta leukorea pada
saat sebelum dan sesudah haid. Disminorea adalah nyeri saat haid,
biasanya dengan rasa kram dan terpusat di abdomen bawah.
Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang ringan
sampai berat. Keparahan disminorea berhubungan langsung dengan
lama dan jumlah darah haid (Prawirohardjo, 2014).
f) HPHT
Keterlambatan menstruasi bagi wanita usia subur berarti terdapat
kemungkinan kehamilan, serta untuk menentukan umur kehamilan
dan tafsiran persalinan (Manuaba, 2009).
11) Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan untuk mengetahui kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama penggunaan kontrasepsi, keluhan saat
penggunaan kontrasepsi da rencana kontrasepsi yang akan dating
Romauli, 2011).
12) Pola Kebiasaan Sehari – hari
a) Nutrisi
Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat
diukur berdasarkan kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan
yang dianjurkan pada ibu hamil sesuai dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
b) Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil
juga di anjurkan tidur siang. Jadwal istirahat dan tidur harus
diperhatikan denngan baik karena istirahat dan tidur yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. Cobalah untuk

10
tidak berbaring telentang sewaktu tidur, karena bisa menempatkan
rahim di atas pembuluh darah yang penting (vena cava inferior) yang
berjalan ke bawah di bagian perut. Belajarlah posisi tidur
Kebersihan/ menyamping sejak awal (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
c) Personal Hygiene
Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk perawatan
kulit karena pada ibu hamil fungsi ekskresi keringat bertambah.
Mandi minimal 2 kali sehari. Puting harus dibersihkan, persiapan
menyusui dengan perawatan puting dan kebersihan payudara. Celana
dalam harus kering, jangan gunakan obat/ penyemprot ke dalam
vagina. Sesudah BAB/BAK dilap dengan lap khusus, sebaiknya
selama hamil tidak melakukan vaginal touching bisa menyebabkan
perdarahan atau embolus (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
Pakaian yang sebaiknya digunakan longgar, terbuat dari katun
sehingga dapat menyerap keringat dan sebaiknya hanya satu kali
pakai. Jika diperlukan, daerah lipatan badan dapat diberi bedak, hal
ini mencegaah kekeringan dan mengurangi dermatitis kontak atau
alergi (Manuaba, 2009).
d) Eliminasi
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi
menyebabkan metabolisme air menjadi lancar (Pantikawati, Ika. dkk.
2010).
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone
yang meningkat (Pantikawati, Ika. dkk. 2010).
e) Aktifitas sehari-hari
Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun tidak terlalu
lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu kehamilannya, ibu
hamil utamanya trimester I dan II membutuhkan bantuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari agar tidak terlalu lelah. Kelelahan

11
dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada setiap
ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus (Manuaba, 2009).
f) Kebutuhan seksual
Trimester III : Hubungan seksual setelah usia kehamilan 30 minggu
akan mengalami kesukaran teknik. Hal ini dikarenakan perut yang
sudah membesar dan berat. Untuk dapat melakukan hubungan
seksual masih ada kemungkinan dengan menggunakan teknik dari
belakang (Manuaba, 2009). Selain itu, hubungan seksual tidak boleh
terlalu sering dan hati-hati karena dapat menyebabkan ketuban pecah
dini dan persalinan prematur.
13) Data Psikososial
Pada trimester III , ditandai dengan rasa tidak nyaman timbul kembali,
merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik; merasa tidak
menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu; takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir
akan keselamatannya; khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan
tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan
kekhawatirannya; merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya;
merasa kehilangan perhatian; perasaan menjadi sensitif. (Romauli,
2011)

G. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan depresi system imun,


aktifitas yang tidak terorganisir
2. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diare berat, status
hipermetabolik.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambatan asupan
makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
melemahnya otot pernafasan.

12
5. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai

H. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun,
aktifitas yang tdk terorganisir
 Tujuan : Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi
(tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
Intervensi:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasin
R/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan
2) Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup
R/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan
kuman pathogen
3) Informasikan perlunya tindakan isolasi
R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya
kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari
kontak langsung dgn kuman pathogen
4) Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.
R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.
5) Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.
Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya
lesi/perubahan warna, bersihkan kuku setiap hari
R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka
6) Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi
R/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi
7) Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan
kulit.

13
2. Diagnosa 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status
hipermetabolik.
 Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.
R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun
menunjukkan adanya dehidrasi.
2) Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat,
pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.
R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
3) Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
4) Timbang BB setiap hari
R/. penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan
tubuh.
5) Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.
R/ Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus dan
melembabkan membrane mucosa.
6) Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang
R/ Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan pada
dinding usus akan kurang.
3. Diagnosa 3: Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hambatan
asupan makanan (muntah/mual), gangguan intestinal, hipermetabolik.
 Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
Intervensi:
1) Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.
R/ Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia
2) auskultasi bising usus
R/ Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat
penyerapan usus.
3) Timbang BB setiap hari
R/ BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat
4) hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.

14
5) berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi.
Hindari obat kumur yang mengandung alcohol.
R/ Pengeringan mucosa, lesi pd mulut dan bau mulut akan
menurunkan nafsu makan.
6) Rencanakan makan bersama keluarga/orang terdekat. Berikan makan
sesuai keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)
7) sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit
8) dorong klien untuk duduk saat makan.
4. Diagnosa 4: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.
 Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
Intervensi:
1) Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan
nafas/peningkatan sekresi.
2) Catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan
penggunaan otot asesoris.
3) Berikan posisi semi fowler
4) Lakukan suction bila terjadi retensi sekresi jalan nafas
5. Diagnosa 5: Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan
 Tujuan: Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas
dyspnea dan takikardi selama aktivitas
Intervensi:
1) Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
R/ Respon bervariasi dari hari ke hari
2) Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
R/ Mengurangi kebutuhan energi
3) Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
R/ Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan
metabolik
6. Diagnosa 6: Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas
tentang keadaan yang orang dicintai

15
 Tujuan: Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport
sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan
kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang
konstruktif
Intervensi:
1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
R/ Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan
keluarga
2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
R/ Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
R/ Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak
sederhana

I. Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko,


atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan yang
sesuai berdasarkan NCP.

J. Evaluasi

Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai


kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan,
dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil

16
DAFTAR PUSTAKA

Bruner, Suddarth.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: EGC
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.

Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th
edition, Mosby Year Book, Toronto
Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada
kehamilan. http://www.mkb-online.org/. 18-12-2012
Akhmad Khahfi. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN AIDS.
http://elnersing.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-aids.html. 17-12-2012
Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf.
Lamongan, 18-12-2012
Perawat2008a.2011. HIV pada Ibu Hamil
http://perawat2008a.wordpress.com/2011/10/04/hiv-pada-ibu-hamil/.16-12-2012

Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. 18-12-2012

17
18
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

2. Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring dan Perawatan Pasien HIV/AIDS


dengan Antiretro viral (ARV).

3. Departemen Kesehatan RI. 2004. Direktorat Jenderal Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Terapi
Antiretroviral. Jakarta.

4. Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.

5. http://asuhan-keperawatan.blogspot.com/2006/05/aids.html
Umar Zein: Pencegahan Transmisi HIV Pada Petugas Kesehatan, Majalah
Kedokteran Nusantara, Suplemen, Maret 2005.

Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby
Year Book, Toronto.
Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St.
Louis.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan
kedua, EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Anda mungkin juga menyukai

  • A. Pengkajian: Genogram
    A. Pengkajian: Genogram
    Dokumen24 halaman
    A. Pengkajian: Genogram
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Dokumen20 halaman
    Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Dalam Kehamilan Hipertensi
    Hipertensi Dalam Kehamilan Hipertensi
    Dokumen5 halaman
    Hipertensi Dalam Kehamilan Hipertensi
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Dokumen13 halaman
    Askep Ibu Resiko - Hiv - Aids
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Kostipasi
    Satuan Acara Penyuluhan Kostipasi
    Dokumen8 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Kostipasi
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN ASMA
    ASUHAN ASMA
    Dokumen17 halaman
    ASUHAN ASMA
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Hak Pasien
    Hak Pasien
    Dokumen8 halaman
    Hak Pasien
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Sap DBD
    Sap DBD
    Dokumen8 halaman
    Sap DBD
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen11 halaman
    Vertigo
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Hak Pasien
    Hak Pasien
    Dokumen8 halaman
    Hak Pasien
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN ASMA
    ASUHAN ASMA
    Dokumen17 halaman
    ASUHAN ASMA
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Traumatik
    Traumatik
    Dokumen29 halaman
    Traumatik
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Alkohol
    Alkohol
    Dokumen24 halaman
    Alkohol
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • ASUHAN ASMA
    ASUHAN ASMA
    Dokumen17 halaman
    ASUHAN ASMA
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Leukimia
    Leukimia
    Dokumen6 halaman
    Leukimia
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Dokumen16 halaman
    Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • DBD
    DBD
    Dokumen8 halaman
    DBD
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Trauma Dada
    Trauma Dada
    Dokumen25 halaman
    Trauma Dada
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen16 halaman
    Anemia
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • REMATIK
    REMATIK
    Dokumen8 halaman
    REMATIK
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • MKLH Lupus
    MKLH Lupus
    Dokumen17 halaman
    MKLH Lupus
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusina
    Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusina
    Dokumen6 halaman
    Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusina
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Dokumen17 halaman
    Isolasi Sosial
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Trauma Dada
    Trauma Dada
    Dokumen16 halaman
    Trauma Dada
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Dokumen16 halaman
    Askep Kel Pelaku Kekerasan
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kanker Darah
    Makalah Kanker Darah
    Dokumen23 halaman
    Makalah Kanker Darah
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen11 halaman
    Vertigo
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen16 halaman
    Anemia
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen6 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Yulius Massolo
    Belum ada peringkat