Anda di halaman 1dari 7

PAPER PENYAKIT

CHRONIC RESPIRATORY DISEASE ( CRD)

DISUSUN

NAMA : IBRAHIM SOLEH

NPM : 1702101020108
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

PENDAHULUAN

Chronic Respiratory Disease ( CRD) adalah penyakit menular menahun pada ayam
yang disebabkan oleh Mycoplasma Galisepticum yang ditandai dengan sekeresi hidung
katar, kebengkakan muka, batuk dan terdengarnya suara sewaktu bernafas, ayam semua
umur dapat terserang CRD. Pada kondisi tertentu dapat menyebabkan gangguan
pernafasan akut terutama pada ayam muda, sedangkan bentuk kronis dapat menyebabkan
penuruan produksi telur, CRD memiliki derajat mordibilitas tinggi dan mordibilitas
rendah. Infeksi dapat menyebar secara vertikal melalui telur terinfeksi. Penyakit ini akan
lebih parah apabila di ikuti dengan infeksi sekunder dengan virus lain seperti ND, IB atau
bakteri misalnya Escheriaa Coli.

Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh CRD antara lain meliputi konservasi makan
rendah, laju pertumbuhan lambat, mutu karkas menurun, jumlah ayam yang di afkir lebih
banyak, produksi telur menurun, biaya produksi tidak akan kembali mencapai normal
kembali dan biaya pengobatan relatif tinggi.

Kejadian CRD kecuali pada anak ayam biasa berhubungan dengan adanya infeksi
oleh patogen lain dan juga adanya faktor stres. Infeksi CRD biasanya tidak terjadi secara
tunggal tetapi merupakan infeksi kombinasi berbagai agen penyakit, berbagai penyakit
yang biasa ditemukan bersama CRD adalah New Castle Disease ( ND) Infectious
Bronchitis ( IB) Infectious Bursal Disease (IBD).
ETIOLOGI

Agen penyebab CRD adalah Mycoplasma Galisepticum dari famili


Mycoplasmataceae dan Ordo Mycoplasmatates berbentuk pleomorfik, biasanya kokoid
dan tidak mempunyai dinding sel sejati. Bersifat gram negatif dapat dibiakan dalam
telur ayam bertunas, biakan sel, medium bauatan yang dilengkapi dengan 10-15%
serum babi atau kuda yang diinaktifkan,

M. Galisepticum masih tetap hidup selama 1-3 hari dalam fese ayam pada suhu 20
derajat celcius selama 1 hari, Bila terdapat pada mesin tetas dengan suhu 37 derajat
celcius atau 3 hari pada suhu 20 derajat celcius; selama 18 minggu dalam kuning telur
pada suhu 37 derajat celcius atau 6 minggu pada suhu 20 derajat celcius.

N. Galiseptiucm menjadi non aktif oleg beta propiolakton dan sensitif terhadap
erytromicyn, bacitracin, tylosin dan sinar matahari, dari beberap galur yang telah
diketahui S-6 adalah galur yang utama penyebab CRD. M galisepticum dapat
merangsang pembentukan zan anti yang tidak sempurna. Dengan demikian penderita
yang telah sembuh akan bertindak sebagai pembawa agen dan merupakan sumber
penularan.

EPIDEMIOLOGI

1. Spesies Rentan

Ayam dan kalkun secara alami rentan terhadap infeksi M galisepticum, selain itu
burung dara, ayam hutan burung liar dapat terserang oleh penyakit ini. Pada umumnya
ayam berumur mudah lebih rentan terhadap infeksi terutama ayam pedaging. Tanpa
komplikasi ayam lebih tahan terhadap infeksi dari kalkun.

2. Pengaruh lingkungan

Penyakit ini dapat ditelurkan melalui udara yang dipengaruhi oleh faktor angin,
lingkungan yang panas akibat musim atau fluktuasi tempratur sangat tajam akan
memudahkan timbulnya penyakit. Kadar amoniak yang tinggi, kandang atau lingkungan
yang berdebu akibat manajemn yang kurang baik juga dapat mempengaruhi
memudahkan timbulnya penyakit.

3. Sifat penyakit

Derajat kematian pada ayam pedaging umumnya rendah sekali, kecuali bila terjadi
komplikasi dapat mencapai 30%. penularan secara vertikal terjadi lewat telur yang
dihasilkan oleh induk pembawa penyakit. Derajat penularan tersebut pada waktu induk
baru kena infeksi mencapai 35% dan menurun menjadi 1% setelah 2-4 bulan kemudian.

4. Cara penularan

Penularan dapat secara horisontal dan vertikal. Penularan secaea horizontal dapat
berupa kontak langsung dari hewan ke hewan yang tidak langsung makanan, minum,
debu alat -alat kandang yang tercemar oleh M galisepticum dan melalui udara dengan
jarak 6 meter. Penularan secara vertikal terjadi lewat telur yang dihasilkan induk
penderita. Derajat penularan tertinggi pada waktu induk baru terpapar infeksi mencapai
35% dan menjadi 1% setelah 2-4 bulan kemudian.

5. Faktor predisposisi

Ayam muda biasanya rentan terhdap CRD, kejadian penyakit biasany dipengaruhi
oleh lingkungan. Bergabagai stres yang mendukung kejadian CRD adalah kondisi
manajemen yang kurang memadai, kadar amoniak yang tinggi, kandang atau lingkungan
yang berdebu.

6. Distribusi penyakit

CRD dilaporkan terdapaty hampir seluruh dunia, sedangkan kajadian di indonesia


untuk pertama kalinya dilaporkan oleh Richey dan Dirjoseobroto pada tahun 1965
mengemukakan ayam ras yang memperlihatakan gejala respirasi di jawa barat adalah
90 % menunjukkan positif.

PENGENAKAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis
Masa tunas CRD berkisar antara 4-21 hari. Bila CRD menyerang, biasanya seluruh
kelompok ayam terkena meskipun derajat keparahannya berbeda. Tanpa komplikasi
kelompok ayam yang terserang CRD, tidak menunjukkan gelaja klinis yang jelas.

Pada kelompok ayam dewasa menunjukkan tanda klinis terdapat sekresi hudung katar
yang makin lama makin bertambah, batuk dan bersuara pada waktu bernafas, sebgaian
ayam yang terserang menunjukkan muka bengkak akibat tertimbunnya eksudat dalam
sinus infraorbitalis.

2. Patologi

Kelainan utama yang diakibatkan oleh CRD adalah radang sekresi hidung katar
dalam alat pernafasan mulai rongga hidung, sinus sampai kantong udara. Kantong udara
terlihat keruh dan ber eksudat kasar. Bila terjadi komplikasi dengan bakteri, perubahan
hebat ditemukan berupa perikarditis,perihepatitis fibrinosa atau fibrino purulenta disertai
dengan radang masif kantong udara, selain gangguan alat pernafasan telah dilaporkan
terjadi salpingitis.

3. Diagnosa

Diagnosa pada ayam atau kalkun yang terinfeksi M, galisepticum dapat dilakukan dengan
isolasi dan identifikasi organisme , DNA atau antibodi humoral spesifiknya. Metode uji
dapat dilakukan dengan identifikasi agen pebyebab/ atau uji serologis.

4. Diagnosa banding

Cronis Respiratory Disease dapat dikelirukan dengan penyakit penyakit sebagai berikut:

A. Snot menular ( Infectous coryza)

B. Kolera unggas

C. Newcastke disease

D. Infectious bronchitis
Pengendalian

1. Pengobatan

Obat obatan yang dapat dipergunakan untuk penyakit ini antara lain tylosin,
spiramycin. Pengobatan ini hanya akan bermanfaat pada tahap permulaan penyakit,
untuk mencegah terjadinya radang pada kantong udara. Sebaiknya diberi pengobatan
suportif dan pemberian virtamin yang bertujuan untuk mempercepat proses
penyembuhan.

2. Pencegahan

Usaha pencegahan CRD didasarkan atas pelaksanaan higine, sanitasi dan


membebaskan anak ayam hanya yang berasal dari peternak bebas CRD serta mengawasi
pelaksanaan persyaratan pada perusahan pembibitan yang di atur oleh direktorat jendral
peternakan dan kesehatan hewan secara ketat khususnya mengenai penyakit.

Tindakan vaksinasi dapat dilakukan dengan vaksin inaktif, vaksinasi dilaksanakan hanya
pada kelompok berbagai tingakt umur dan tidak dapat dihindari kemungkinan terinfeksi.
Vaksinya biasanya untuk menghindari penurunan produksi telur pada peternakan
komersil, namun dapat juga dimanfaatkan untuk mengurangi tingkat penyebaraan
penyakit ini pada breeder.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2007, Poulty Disease 6 tahun edition, Ptissonm Mc, Mullin, Bradbury dan
Alexander Ed. Saundres Ltd.
Direktur kesehatan hewan 2002. Manual Penyakit Hewan Unggas. Direktorat Kesehatan
Hewan, Direktorat Bina Produski Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta
Indonesia.

Subroto dan Tjahajati 2008, Ilmu Penyakit Ternak III ( Mamalia) Farmako Veteriner.
Farmakodinami dan Farmakokinesis Farmakologi Klinis. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai