Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN 2302-514X

e-ISSN 2303-1018
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 185

PERTUMBUHAN LABA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA

I Ketut Sujana1
I Made Sadha Suardikha2
A.A.N.B. Dwirandra3
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis,Universitas Udayana, Bali, Indonesia
email: ketutsujana_fe@yahoo.com

ABSTRAK

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) beroperasi seperti perbankan dan pengukuran kinerja (tingkat kesehatannya)
seperti bank, walaupun LPD tersebut bukanlah bank. Pertumbuhan laba yang positif mencerminkan LPD mampu
berkembang dalam operasionalnya.Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh Capital, Asset, Earning, Liquidity
(CAEL) dan Non Performing Loan (NPL) memengaruhi pertumbuhan laba pada LPD. Studi empiris dilakukan
pada LPD di Kabupaten Badung Provinsi Bali periode 2013-2015 dengan jumlah sampel 53 LPD. Data penelitian
adalah data sekunder yang diperoleh dari Lembaga Pemberdayaan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten
(LPLPDK) Badung dan beberapa dari LPD secara langsung. Teknik analisis menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan CAR,
KAP, PPAP, ROA, LACLR, LDR dan NPL tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Kata kunci: Lembaga Pertumbuhan Desa, CAEL, NPL, pertumbuhan laba

PROFIT GROWTH AT VILLAGE CREDIT INSTITUTION (LPD)


ABSTRACT

Village Credit Institution (LPD) operates as banking and the performance measurement (for the health level)
is like a bank, although LPD is not a bank. The positive profit growth reflects the LPD will be able to grow
in its operations. This research has objectives to determine the effect of Capital, Asset, Earning, Liquidity
(CAEL) and Non Performing Loan (NPL) to affect the profit growth in LPD. Empirical studies were conducted
on LPDs in Badung-Bali Regency in the period of 2013-2015 with the sample amount of 53 LPDs. The data
used in this research is secondary data, which was obtained from Lembaga Pemberdayaan Lembaga
Perkreditan Desa Kabupaten (LPLPDK) Badung and some were obtained from LPD directly. The analysis
technique used is multiple linear regressions. The result in this research showed that BOPO has negatif effect
to the profit growth. Meanwhile, CAR, KAP, PPAP, ROA, LACLR, LDR, and NPL do not significantly affect the
profit growth.

Keywords:Village Credit Institution (LPD), CAEL, NPL, profit growth


DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2018.v13.i02.p11

PENDAHULUAN

Bali memiliki suatu lembaga keuangan yang unik pakraman dalam melestarikan dan menumbuh
pada komunitas desa adat yang disebut desa kembangkan nilai-nilai luhur adat dan budaya Bali.
pakraman. Lembaga keuangan ini bernama Lembaga Nurjaya (2011:26), LPD yang beroperasi tidak
Perkreditan Desa (LPD). LPD sebagai lembaga semata-mata bergerak di ranah sosial ekonomi tetapi
keuangan Eksistensi atau legitimasi LPD berdasarkan ada misi menjaga kehidupan budaya serta dimensi
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali hubungan manusia dengan Tuhan (ajaran Tri Hita
No. 972 Tahun 1984 dan Undang-Undang Republik Karana/THK). Hal ini didukung oleh Sudarma (2013)
Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga yang menemukan bahwa terdapat indeksikalitas nilai
Keuangan Mikro, khususnya Pasal 39 tertera bahwa budaya THK pada LPD di Denpasar-Bali. Begitu
LPD diakui berdasarkan hukum adat. pula, Negara dan Sujana (2014) mengungkapkan
Dalam pararem LPD Bali tahun 2014, salah satu bahwa LPD sebagai tiang penyangga adat dan
tujuan LPD adalah memperkuat ketahanan desa budaya Bali merupakan salah satu aset bangsa. LPD
186 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

menyediakan dana untuk operasional serta dalam Selain CAEL, tidak kalah pentingnya
rangka mencapai tujuan memberikan manfaat kepada memperhatikan non performing loan (NPL).
warga desa pakraman. Variabel ini sebagai indikator kredit yang menunggak
Salah satu sumber dana untuk mendukung melebihi 90 hari. Mengacu pada Peraturan bank
pencapaian tujuan tersebut bersumber dari distribusi Indonesia Nomor:13/3/PBI/2011, bank dinilai
laba LPD. Pembagian laba LPD ke desa pakraman memiliki potensi kesulitan yang membahayakan
dapat digunakan untuk membina dan mengembangkan kelangsungan usahanya apabila NPL secara neto
nilai-nilai budaya THK dalam rangka memperkaya, lebih dari 5 persen dari total kredit atau total
melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan pembiayaan. Hal ini juga sangat penting diperhatikan
daerah Bali khususnya dan kebudayaan nasional oleh pihak LPD karena operasional LPD tidak jauh
umumnya sebagai penanda identitas bangsa. berbeda dengan bank (BPR) sehingga kelangsungan
Demikian pula,distribusi laba dapat digunakan oleh usahanya tidak terganggu.
desa pakraman untuk memenuhi kebutuhan desa dari LPD harus mampu bersaing dengan sektor
segi finansial dalam mewujudkan misi fungsionalnya perbankan yang berkembang dengan cepat.
sebagai tiang peradaban, seperti penyelenggaraan Lingkungan bisnis berkembang terus dengan iklim
upacara dan kegiatan keagamaan dengan berbagai bisnis yang semakin kompetitif sehingga perlu
instrumen ritualnya, memelihara kebutuhan hidup memahami kunci penentu kesuksesan dan faktor
sesama serta memelihara alam lingkungan.Oleh yang mempengaruhi laba. Hal ini dapat menjadi
karenanya, perlu diketahui faktor-faktor yang mampu faktor penentu kelangsungan hidup serta menjadi
mempengaruhi pertumbuhan labanya. Pertumbuhan landasan fundamental bagi pembangunan berkelanjutan
laba yang positif mengindikasikan bahwa LPD LPD. Tujuan penelitian adalah menguji pengaruh
berkembang dan mampu melaksanakan fungsinya. CAEL dan NPL terhadap pertumbuhan laba LPD di
Secara fungsional, aktivitas LPD tidak beda Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Proksi dari
dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yakni masing-masing variabel CAEL yang digunakan
menerima dana simpanan dari masyarakat dan adalah mengacu pada pedoman SOP administrasi
dikembalikan lagi kepada masyarakat yang LPD tahun 2012.
membutuhkan di tingkat desa. Prasanjaya dan Lunenburg (2011) menyatakan teori penetapan
Ramantha (2013) menyatakan LPD menggali dana tujuandalam situasi yang tepat dapat menjadi teknik
dari masyarakat yang mengalami surplus dan yang efektif dalam memotivasi anggota dari sebuah
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang organisasi. Selanjutya, teori ini bisa mempengaruhi
membutuhkan, terutama di daerah pedesaan. Artha cara organisasi dalam mengukur kinerjanya. Dalam
(1999:1) juga mengungkapkan bahwa bagaimanapun penelitian, pertumbuhan laba merupakan cerminan
LPD merupakan lembaga perkreditan yang dari kinerja LPD. Kemampuan dalam menghasilkan
operasionalnya seperti lembaga perbankan walaupun serta pertumbuhan laba dan juga efisiensi usaha yang
sebenarnya LPD itu bukan bank. Sehingga LPD bisa dicapai LPD dapat dilihat dari pertumbuhan labanya.
dikatakan unik, karena di satu sisi LPD berbasis Pertumbuhan laba dapat berupa penurunan laba atau
komunitas desa pakraman dan berdasarkan hukum kenaikan laba per tahun.Kenaikan laba diharapkan
adat serta misinya tidak hanya bernuansa ekonomi dapat memenuhi semua kewajibannya dengan baik
tetapi juga bercorak kultural-religius, namun disisi lain sesuai dengan peraturan serta mampu suatu LPD
pengukuran kinerja (tingkat kesehatannya) untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara
mengadopsi manajemen perbankan. Untuk dapat normal. Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap LPD
memenuhi tujuan dan misi LPD, sangat perlu wajib memelihara dan memenuhi faktor-faktor CAEL
mengetahui faktor penilaian yang mempengaruhi sesuai dengan ketentuan serta faktor lain yang
pertumbuhan labanya. berkaitan dengan usaha LPD dan wajib menerapkan
Biro Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat prinsip kehati-hatian dalam kegiatan usaha.
Daerah Provinsi Bali (2012:75) dalam buku Standar CAEL dan NPL sangat perlu diperhatikan untuk
Operasional Prosedur (SOP) administrasi pengelolahan mendorong LPD yang sehat dan efisien.Pada unsur
LPD dimana penilaian tingkat kesehatan LPD Capital, kinerja yang dievaluasi adalah permodalan
menggunakan faktor-faktor Capital, Asset, Earning, yangdidasarkan pada kewajiban penyediaan modal
Liquidity (CAEL). Penilaian ini mengacu pada SK minimum (KPMM) atau Capital Adequasy Ratio
Direksi BPD Bali No.0303.102.2004.2. Kemampuan (CAR). KPMM atau CAR merupakan perbandingan
faktor–faktor CAEL ini sebagai dasar untuk antara modal dan aktiva tertimbang menurut resiko
mengetahui pengaruh pertumbuhan laba LPD. (ATMR). Penetapan CAR minimum LPD oleh
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 187

Peraturan Daerah Provinsi Bali tentang LPD sebesar Unsur earning atau laba dapat ditunjukkan dari
8 persen. Pemenuhan minimal atau lebih jumlah CAR kemampuan suatu LPD dalam menghasilkan serta
sesuai dengan ketentuan akan berpengaruh terhadap meningkatkan laba dan juga efisiensi usahayang
pertumbuhan laba LPD. dicapai. Rasio yang digunakan untuk menilai unsur
Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan earning yaitu ROA (Return on Assets)dan BOPO
capital diantaranya Fathoni dkk (2012) menemukan (Beban operasional terhadap pendapatan operasional).
CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba Hasil penelitian(Afanasieff et al., 2002),
lembaga keuangan. Sapariyah (2012) menyatakan menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan
variabel capital yang dinyatakan dengan CAR terhadap laba. Setyaningsih dan Herawati (2014)
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. menunjukkan bahwa BOPO secara parsial
Namun Pahlevie (2009), Dewi dan Sudiartha (2012), berpengaruh pada perubahan laba. Sumarno (2014)
serta Setyaningsih dan Herawati (2014) menemukan menemukan bahwa BOPO mempengaruhi secara
CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap negatif dan signifikan terhadap return saham.Thalib
pertumbuhan laba. Negara dan Sujana (2014) juga (2016) menyatakan variabel efisiensi (BOPO)
menemukan CAR tidak berpengaruh terhadap berpengaruh dengan arah negatif terhadap
profitabilitas. Berdasarkan teori dan beberapa hasil profitabilitas bank. Rasio BOPO berpengaruh negatif
penelitian, maka hipotesis yang diajukan: terhadap pertumbuhan labaartinya semakin kecil
H1: CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan BOPO semakin efisien lembaga keuangan
laba berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan
untuk menjalankan usaha pokoknya terutama kredit
Kualitas aktiva LPD berkaitan dengan kelangsungan (Dewi dan Sudiartha, 2012). Sedangkan, penelitian
usaha LPD, hal ini dikarenakan manajemen LPD yang dilakukan oleh Pahlevie (2009), Fathoni et al.,
harus terus memantau perkembangan dan perubahan (2012), (Ariyanti, 2010)dan Mahendra dan Rahardjo
kualitas aktiva produktif (KAP) secara periodik baik (2011) menunjukkan variabel BOPO tidak
bulanan, triwulanan atau semesteran.KAP adalah berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan
rasio perbandingan APYD (aktiva produktif yang laba. Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian
diklasifikasikan) terhadap total aktiva produktif. yang diungkapkan dalam pendahuluan dan tujuan
Semakin kecil KAP berarti semakin efektifnya penelitian, maka dibangun hipotesis penelitian.
kinerja lembaga keuangan untuk menekan APYD H4: BOPO berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
serta memperbesar total aktiva produktif sehingga laba
akan memperbesar pendapatan, sehingga laba yang
dihasilkan semakin bertambah. Penelitian yang Komponen penting dari perencanaan keuangan
dilakukan oleh Pahlevie (2009), variabel KAP adalah peramalan profitabilitas. Tingkat efisiensi
berpengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan, suatu lembaga keuangan bisa dihitung melalui
Ariyanti(2010) menemukan secara parsial bahwa profitabilitas (Sinha and Dutta, 2011). ROA digunakan
variabel KAP tidak berpengaruh signifikan negatif untuk melihat keefektifan lembaga keuangan dalam
pada variabel perubahan laba.PPAP (Penyisihan menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
Penghapusan Aktiva Produktif) adalah rasio yang aktiva yang dimiliki. Rasio ini dianggap sebagai
memperlihatkan kemampuan manajemen lembaga indikator seberapa efisien suatu lembaga
keuangan dalam menjaga kualitas aktiva produktifnya menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba
sehingga jumlah PPAP suatu lembaga keuangan bersih sebelum kewajiban kontraktual harus dibayar
dapat dikelola dengan baik. Semakin besar PPAP (Prakash, 2012). Meningkatnya ROA menandakan
berarti semakin buruk aktiva produktifnya sehingga besarnya pengembalian yang diperoleh oleh suatu
kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi lembaga keuangan. Suatu lembaga keuangan yang
bermasalah semakin besar (Almilia & Herdiningtyas, mempunyai ROA yang tinggi, maka akan semakin
2005). Hasil penelitianWidati (2012) menemukan tinggi tingkat laba yang dicapai lembaga keuangan
PPAP tidak signifikan terhadap kinerja Perbankan/ tersebut, kemungkinan suatu lembaga keuangan
ROA. Berdasarkan teori dan beberapa hasil dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan semakin
penelitian, maka hipotesis yang diajukan: lebih baik pula posisi lembaga keuangan tersebut dari
H2: KAP berpengaruh positif terhadap pertumbuhan segi penggunaan aset sehingga yang nantinya
laba berpengaruh dalam pertumbuhan laba di masa depan
H3: PPAP berpengaruh positif terhadap pertumbuhan (Dendawijaya, 2000). ROA berpengaruh terhadap
laba pertumbuhan laba lembaga keuangan, berarti
188 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

perusahaan yang mampu menghasilkan earnings terhadap pertumbuhan laba lembaga keuangan.
yang lebih besar cenderung memiliki pertumbuhan Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian yang
laba lembaga keuangan yang lebih tinggi (Fathoni et diungkapkan dalam pendahuluan dan tujuan
al., 2012).Wijaya (2013) menemukan bahwa ROA penelitian, maka dalam penelitian ini hipotesis yang
berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan diajukan:
laba, berdasarkan beberapa hasil penelitian yang H7: LDR berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan
diungkapkan dalam pendahuluan dan tujuan Laba
penelitian, maka peneliti mengajukan hipotesis
penelitian NPL (Non Performing Loan) merupakan proksi
H5: ROA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan yang menunjukkan kemampuan manajemen bank
laba dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
oleh bank (Jha dan Hui, 2012). Tingkat NPL semakin
Hanafi (2009:241) mengungkapkan bahwa risiko meningkat berarti semakin buruk kualitas kredit bank
likuiditas terjadi akibat perusahaan mengalami yang menyebabkan kredit bermasalah semakin besar
kesulitan atau tidak mampu memenuhi kewajiban dan berdampak kepada kerugian bagi perusahaan
jangka pendeknya. Penilaian likuiditas pada unsur ini (Sastrosuwio, 2012). Semakin rendah NPL maka
didasarkan pada kemampuan LPD dalam membayar semakin tinggi laba yang akan dihasilkan oleh LPD,
hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan dan sebaliknya semakin tinggi NPL maka laba yang
deposito pada saat jatuh tempo dan dapat dihasilkan dari kredit semakin rendah. Hasil penelitian
merealisasikan semua permohonan pinjaman yang Nawaz et al., (2012) dan Kolapo, et al., (2012)
layak. Liquid Asset to Current Liabilities Ratio menemukan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif
(LACLR) digunakan untuk mengukur kemampuan pada profitabilitas. Joseph et al.,(2012) mendukung
LPD dalam memenuhi kewajiban keuangan yang penelitian bahwa NPL memi liki pengaruh
harus segera dipenuhi atau saat ditagih.Semakin negatifpada ROA. SedangkanMahardian (2008)
besar rasio ini semakin baik karena kemampuan LPD mengungkapkanIHYGGHJ. bahwa NPL memiliki
dalam membayar kewajiban lancar yang dijamin pengaruh tidak signifikan terhadap ROA dengan arah
dengan alat likuid yang dimiliki LPD. Sehingga, negatif, yang mana selama periode penelitian, fungsi
hipotesis yang diajukan dalam penelitian: intermediasi bank tidak berjalan dengan baik. Aini
H6: LACLR berpengaruh positif terhadap (2013) menemukan bahwa NPL berpengaruh tidak
Pertumbuhan Laba signifikan dengan arah positif terhadap perubahan
laba.Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian,
LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah ukuran maka hipotesis yang diajukan:
likuiditas untuk mengetahui besarnya dana bersumber H8: NPL berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
dari pihak ketiga yang ditempatkan dalam bentuk laba
kredit. LDR yang meningkat berarti semakin besar
dana yang disalurkan dan akan meningkatkan METODE PENELITIAN
pendapatan lembaga keuangan dalam kondisi normal.
Sehingga semakin besar LDR lembaga keuangan Penelitian dilakukan di LPD Kabupaten Badung
maka semakin besar pula perubahan laba lembaga melalui Lembaga Pemberdayaan Lembaga
keuangan Ariyanti, (2010). Angbazo (1997) Perkreditan Desa (LPLPD) dan secara langsung ke
menunjukkan LDR berpengaruh positif terhadap laba beberapa LPD di Kabupaten Badung. LPD di
dan Afanasief et al., (2002) menunjukkan bahwa Kabupaten Badung dipilih karena memiliki aset
LDR berpengaruh signifikan terhadap laba.Penelitian terbesar dibandingkan LPD-LPD yang berada di
Pahlevie (2009) serta Setyaningsih dan Herawati Kabupaten/Kota lain di Bali yakni sebesar Rp
(2014) menunjukkan pula secara parsial variabel 4.673.020.671.000 (LPLPD Provinsi Bali, 2015).
LDRberpengaruh signifikan positif terhadap variabel Dengan tingkat aset serta kepercayaan masyarakat
perubahan laba. Sumarno (2014) menemukan bahwa atau nasabah yang besar, pada umumnya juga
LDR mempengaruhi secara positif dan signifikan memiliki resiko yang besar pula jika salah mengelolanya.
terhadap return saham. Namun penelitian Sapariyah Penelitian menggunakan jenis data sekunder
(2012) serta Dewi dan Sudiartha (2012) menemukan yaitu berupa laporan keuangan tahunan dan atau
bahwa LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap rasio CAEL dan NPL LPD dari tahun 2013-2015
pertumbuhan laba. Sejalan dengan Fathoni dkk. melalui LPLPD dan beberapa langsung di LPD
(2012) menemukan bahwa LDR tidak berpengaruh Kabupaten Badung. Jumlah LPD di Kabupaten
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 189

Badung sebanyak 122 LPD (LPLPD Kabupaten kredit yang diberikan kepada pihak ketiga yaitu kas
Badung, 2016). Penentuan jumlah sampel dilakukan dan dana dibank (tidak termasuk antar lembaga
dengan rumus Slovin, sehingga diperoleh sampel keuangan).
sebanyak 53 LPD. Teknik pengambilan sampelnya Rasio NPL adalah perbandingan kredit
adalah simple random sampling yang dilakukan bermasalah dengan total kredit. Pertumbuhan laba
dengan cara undian. yaitu dengan cara laba periode sekarang dikurangi
Variabel bebas penelitian adalah CAEL dan dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
NPL. Sedangkan variabel terikatnya yaitu dengan laba pada periode sebelumnya.
pertumbuhan laba. CAR merupakan rasio yang Analisis data yang digunakan untuk menguji
menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva lembaga pengaruh CAEL dan NPL terhadap pertumbuhan
keuangan yang mengandung risiko (kredit, laba menggunakan analisis regresi linier berganda
penyertaan, surat berharga, tagihan pada lembaga (multiple regression model), dengan pengujian
keuangan lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri asumsi klasik. Bentuk umum persamaan regresi
lembaga keuangan disamping memperoleh dana- bergandanya, sebagai berikut :
dana dari sumber-sumber diluar lembaga keuangan, Y = α + β1CAR1 + β2KAP2 + β3PPAP3 + β4BOPO4
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain- + β5ROA5 + β6XLACLR6 + β7LDR7 + β8NPL8
lain (Dendawijaya,2000). ATMR dihitung dengan + …...................................................….(1)
memberikan bobot masing-masing aktiva yang besar
risiko didasarkan pada golongan nasabah, pinjaman Keterangan:
serta sifat agunan. ATMR yang dimaksud terdiri atas Y = pertumbuhan laba
kas, tabungan, deposito, giro di bank. β = koefisien regresi masing-masing variabel
Komponen modal inti terdiri modal di setor, modal α = konstanta
donasi, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun  = error
lalu, rugi tahun lalu, laba tahun berjalan dan rugi tahun
berjalan. Komponen dari modal pelengkap antara HASIL DAN PEMBAHASAN
laincadangan PPAP, modal pinjaman dan akumulasi
penyusutan. Uji asumsi klasik dilakukan sebagai persyaratan
KAP merupakan rasio perhitungan APYD penggunaan model regresi linier berganda. Hasilnya
(aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total menunjukkan bahwa model layak dan telah lolos
aktiva produktif. Komponen APYD dimuat dalam semua uji yang meliputi uji normalitas,
pinjaman yang diberikan oleh LPD dengan dengan multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan
kriteria lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. autokorelasi. Hasil persamaan regresi ditunjukkan
Total aktiva produktif terdiri dari tabungan, deposito, pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat disusun
giro dibank serta pinjaman yang diberikan. persamaan regresi linier berganda.
PPAP menunjukkan kemampuan manajemen Y = 50,626 - 0,178CAR - 0,146KAP + 0.010PPAP
lembaga keuangan dalam menjaga kualitas aktiva - 0,279BOPO - 0,011ROA - 0,211LACLR -
produktif sehingga jumlah PPAP dapat dikelola 0,071LDR-0,029NPL + ............................2
dengan baik. Variabel PPAP merupakan perbandingan
antara cadangan PPAP yang telah dibuat dengan Berdasarkan persamaan regresi linier berganda
PPAP yang wajib dibentuk. dapat diketahui bahwa nilai konstanta sebesar 50,626
Rasio BOPO adalah rasio efisiensi usaha yang berarti, jika nilai CAR, KAP, PPAP, BOPO, ROA,
membandingkan antara biaya operasional terhadap LACLR, LDR dan NPL sama dengan nol maka nilai
pendapatan operasional. ROA merupakan perbandingan pertumbuhan laba adalah sebesar 50,626 . Koefisien
antara laba tahun berjalan dengan total aset, rasio ini variabel CAR sebesar -0,178 hal ini menunjukkan
sebagai pengukur kemampuan LPD untuk hasil yang negatif berarti kenaikan satu persen CAR
memperoleh laba dari aset yang digunakan dalam akan menyebabkan penurunan laba sebesar -0,178.
operasional. Koefisien variabel KAP sebesar -0,146 hal ini
Liquidity diukur dengan LACLR dan LDR. menunjukkan hasil yang negatif berarti kenaikan satu
LACLR adalah perbandingan antara aset likuid persen KAP akan menyebabkan penurunan laba
dengan hutang lancar. LDR merupakan perbandingan sebesar -0,146. Koefisien variabel PPAP sebesar
antara jumlah kredit dengan dana yang dimiliki oleh 0,010 hal ini menunjukkan hasil yang positif berarti
suatu lembaga keuangan (Dendawijaya, 2000). kenaikan satu persen PPAP akan menyebabkan
Kredit (Pinjaman yang diberikan) merupakan total peningkatan laba sebesar 0,010. Koefisien variabel
190 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

Tabel 1.
Hasil Regresi Linier Berganda
Variabel Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 50,626 15,513 3,263 0,001
CAR -0,178 0,180 -0,131 -0,988 0,325
KAP -0,146 0,114 -0,133 -1,286 0,200
PPAP 0,010 0,007 0,139 1,406 0,162
BOPO -0,279 0,125 -0,309 -2,228 0,027
ROA -0,011 0,166 -0,007 -0,063 0,949
LACLR -0,211 0,121 -0,245 -1,753 0,082
LDR -0,071 0,121 -0,074 -0,590 0,556
NPL -0,029 0,120 -0,025 -0,246 0,806
Sumber:Data diolah, 2016

BOPO sebesar -0,279 hal ini menunjukkan hasil yang LDR sebesar -0,071 hal ini menunjukkan hasil yang
negatif berarti kenaikan satu persen BOPO akan negatif berarti kenaikan satu persen LDRakan
menyebabkan penurunan laba sebesar-0,279. menyebabkan penurunan laba sebesar -0,071. Begitu
Koefisien variabel ROA sebesar -0,011 hal ini pula NPL, Koefisien variabel NPL sebesar -0,029
menunjukkan hasil yang negatif berarti kenaikan satu hal ini menunjukkan hasil yang negatif berarti
persen ROA akan menyebabkan penurunan laba kenaikan satu persen NPLakan menyebabkan
sebesar -0,011. Koefisien variabel LACLR sebesar penurunan laba sebesar -0,029. Kesemua perubahan
-0,211 hal ini menunjukkan hasil yang negatif berarti pada setiap variabel independen ini berlaku dengan
kenaikan satu persen LACLR akan menyebabkan asumsi bahwa semua variabel lain tidak berubah.
penurunan laba sebesar -0,211. Koefisien variabel
Tabel 2.
Hasil Uji ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 1327,785 8 165,973 2,503 0,014b
1 Residual 9944,789 150 66,299
Total 11272,574 158
Sumber:Data diolah, 2016
Uji kelayakan model digunakan untuk menguji disimpulkan bahwa model layak digunakan dalam
apakah model yang diperoleh dari penelitian ini layak kapasitasnya sebagai fungsi prediksi. Selanjutnya
atau tidak untuk melakukan fungsi prediksi. koefisien determinasi digunakan untuk menentukan
Berdasarkan hasil uji ANOVA pada Tabel 2, besarnya kontribusi pengaruh variabel independen
diperoleh nilai Sig (F-statistic) sebesar 0,014. Dengan secara bersama-sama terhadap variabel dependen
nilai Sig F sebesar 0,014 lebih kecil dari dengan dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 3.
menggunakan alpha 0,05 (5%), maka dapat

Tabel 3.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 0,343a 0,118 0,071 8,14239
Sumber:Data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa hasil uji BOPO, ROA, LACLR, LDR dan NPL. Sedangkan
koefisien determinasi menunjukkan besarnya sisanya 92,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain.
adjusted R2 adalah 0,071, hal ini berarti 7,1 persen Uji-t dilakukan untuk mengetahui signifikansi
variasi pertumbuhan laba dapat dijelaskan oleh variasi pengaruh masing-masing variabel CAR, KAP, PPAP,
dari ke delapan variabel bebas CAR, KAP, PPAP, BOPO, ROA, LACLR LDR dan NPL, terhadap
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 191

pertumbuhan laba. Mengacu pada Tabel 1 terlihat penelitian ini mendukung penelitian (Respati dan Eri,
nilai Sig untuk variabel BOPO menunjukkan 2008) dan Prasanjaya dan Ramantha (2013) CAR
pengaruh yang signifikan pada variabel pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba usaha.
laba. Hipotesis BOPO berpengaruh negatif terhadap Begitupula hasil penelitian Hutagalung dkk. (2013),
pertumbuhan laba adalah diterima. Hal ini dapat Zulfikar (2014) dan Ariani dan Ardiana (2015), variabel
dilihat dari angka signifikan BOPO sebesar 0,027 CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.
kurang dari signifikansi 0,05. Sedangkan variabel KAP tidak berpengaruh signifikan pada variabel
CAR, KAP, PPAP, ROA, LACLR, LDR dan NPL pertumbuhan laba. Semakin besar aktiva produktif
tidak berpengaruh secara signifikan pada variabel bermasalah seperti tabungan, deposito, giro, maka
pertumbuhan laba dengan taraf signifikan 0,05 semakin besarmaka semakin besaruntuk membentuk
sehingga hipotesisnya tidak diterima. PPAP.Jumlah pembentukan PPAP ini merupakan
CAR tidak berpengaruh secara signifikan pada beban bagi lembaga keuangan. Hal ini juga diduga
pertumbuhan laba LPD Kabupaten Badung periode bahwa kualitas aktiva produktif LPD belum efektif,
tahun 2013-2015. Hal ini mengindikasikan semakin terutama kinerja manajemen LPD untuk menekan
rendah rasio CAR, maka berdampak pada turunnya aktiva produktif yang diambil alih. Aktiva produktif
pertumbuhan laba LPD, artinya jika modal LPD yang diambil alih yang semakin besar bisa
semakin kecil maka kemungkinan LPD dalam kondisi mengakibatkan pandapatan dari aktiva produktif
bermasalah semakin besar. Pemenuhan kecukupan semakin menurun dan pertumbuhan labanya
modal mempunyai tujuan untuk menyerap kerugian- menurun sehingga berdampak pada keberlanjutan
kerugian lembaga keuangan yang terjadi dalam usaha LPD. Hasil penelitian variabel KAPini
melakukan penanaman dana atau penurunan aktiva konsisten dengan hasil penelitian Ariyanti (2010)
di kemudian hari. Semakin besar modal yang dimiliki menemukan bahwa secara parsial variabel kualitas
oleh suatu LPD akan meningkatkan rasio kecukupan aktiva produktif berpengaruh negatif pada variabel
modalnya, sebaliknya bila modal LPD terus menerus perubahan laba. Begitu pula hasil penelitian
terkikis oleh kerugian yang dialaminya, maka rasio Mahendra dan Rahardjo (2011) yakni KAP tidak
kecukupan modalnya akan turun. Penurunan jumlah berpengaruh pada perubahan laba serta Andayani
modal LPD akan berdampak pada berkurangnya dkk. (2015) menemukan bahwa KAP tidak berpengaruh
fungsi dari modal LPD seperti penyanggah signifikan pertumbuhan laba.
pengembalian dana kreditur dalam bentuk tabungan PPAP tidak berpengaruh berarti positif terhadap
dan deposito, menjamin kelangsungan operasional dan pertumbuhan laba. Hal ini membuktikan manajemen
pemenuhan persyaratan pemenuhan modal minimal. LPD Kabupaten Badung periode penelitian ini belum
Modal bank memiliki beberapa fungsi utama, maksimal mengelola PPAP-nya. PPAP yang tinggi
salah satunya adalah melindungi para penyimpan mencerminkan kualitas aktiva produktif suatu
uang (deposan) dari kerugian yang timbul (Abdullah lembaga keuangan termasuk LPD adalah kurang
dan Tantri, 2014:156). Modal LPD digunakan untuk baik. Semakin besar KAP bermasalah maka PPAP
menjaga kepercayaan masyarakat. Kepercayaan yang harus atau wajib dibentuk semakin besar pula.
masyarakat amat penting artinya bagi LPD, karena Semakin besar PPAP maka semakin buruk aktiva
LPD akan menghimpun dana untuk keperluan produktifnya sehingga indikasi suatu lembaga
operasional, fungsi intermidiasi keuangan, menjaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin besar
posisi likuiditas dan investasi dalam aktiva tetap. (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Hasil penelitian
Peraturan Gubernur Bali Nomor 11 Tahun 2013 ini mendukung hasil penelitian Respati (2008) PPAP
tentang LPD Pasal 3 (5) diungkap bahwa batas tidak berpengaruh terhadap laba usaha bank umum
maksimum pengadaan aktiva tetap dan inventaris swasta nasional secara signifikan. Begitu pula, Widati
adalah 50% dari modal. Jumlah modal LPD belum (2013) menemukan bahwa PPAP tidak signifikan
mampu memberikan kontribusi berarti terhadap terhadap ROA.
pertumbuhan laba, hal ini kemungkinan unsur modal BOPO LPD di Kabupaten Badung periode
LPD sebagian besar ditempatkan dalam aktiva non penelitian ini berpengaruh signifikan negatif terhadap
produktif. Hasil penelitian ini konsisten dengan pertumbuhan laba. Pada umumnya unsur biaya
penelitian yang dilakukan oleh Pahlevie (2009) operasional yang besar bersumber dari biaya bunga.
menemukan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh Biaya bunga ditentukan berdasarkan perhitungan
signifikan terhadap perubahan laba. Juga hasil biaya dana pihak ketiga, dan pendapatan bunga
192 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

sebagian besar diperoleh dari pendapatan bunga LACLR tidak berpengaruh signifikan pada
kredit. Sehingga ini mengindikasikan bahwa semakin petumbuhan laba. Hal ini dapat diartikan bahwa
besar rasio BOPO pada LPD maka akan berdampak semakin likuid sebuah LPD untuk memenuhi
pada turunnya pertumbuhan laba LPD artinya kewajibannya pertumbuhan labanya akan menurun,
semakin tinggi biaya operasional terhadap pendapatan dikarenakan banyak aktiva produktif yang tidak
operasional, maka semakin boros biaya operasional produktif (idlecash). Rasio LACLR digunakan untuk
yang dikeluarkan oleh LPD yang bersangkutan. mengukur kemampuan LPD dalam memenuhi
Sebaliknya semakin rendah rasio BOPO mencerminkan kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau
semakin efisien LPD dalam operasionalnya terutama kemampuan LPD untuk memenuhi kewajiban
pinjaman yang diberikan berdasarkan jumlah dana keuangan pada saat ditagih. Semakin besar rasio ini
yang diterima dan dipercayakan oleh nasabah semakin baik karena berkaitan dengan kepercayaan
penabung dan deposan. Hasil penelitian ini konsisten kepada masyarakat, nasabah dan pemerintah
dengan teori penetapan tujuan, dimana terdapat semakin baik terutama kemampuan LPD dalam
dimensi partisipasi tujuan dalam pencapaian tujuan membayar kewajiban lancar yang dijamin dengan alat
perusahaan.Semakin rendah tingkat BOPO LPD likuid yang dimiliki LPD, namun idle cash yang terlalu
maka semakin efisien LPD tersebut, sehingga besar akan berdampak pada perolehan pendapatan
sumberdaya manusia turut berpartisipasi pencapaian yang semakin kecil. Penelitian ini konsisten hasil
tujuan LPD. Hal ini mendukung penelitianRespati penelitian Respati (2008) bahwa CBSTD tidak
(2008), BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap signifikan berpengaruh terhadap laba usaha bank
laba usaha Bank Umum Swasta Nasional. umum swasta nasional.
Mahardian (2008), Hutagalung dkk. (2013), Raharjo LDR tidak secara signifikan berpengaruh
dkk. (2014), dan Dewi dkk. (2015) menyatakan terhadap pertumbuhan laba. Peningkatan jumlah
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Sumarno kredit yang disalurkan ke nasabah, semestinya akan
(2014) menemukan bahwa BOPO mempengaruhi diikuti juga dengan peningkatan pendapatan dan
secara negatif terhadap return saham bank. Ariani sekaligus kemampuan LPD dalam menghasilkan
dan Ardiana (2015) tingkat efisiensi (BOPO) laba. Salah satu fungsi LPD adalah sebagai lembaga
berpengaruh negatif pada profitabilitas. Dewi dan intermediasi yang menghubungkan pihak pemilik
Budiasih (2016) BOPO berpengaruh negatif pada dana lebih kepada pihak yang memerlukan dana
profitabilitas. Serta Aini (2013) BOPO berpengaruh khususnya di desa adat. LPD menerima simpanan
negatif signifikan terhadap perubahan laba, dan masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito dan
Thalib (2016) mengungkapkan BOP berpengaruh menyalurkan kembali kepada warga desa adat dalam
negatif terhadap profitabilitas bank. bentuk kredit. Namun hasil bukti empiris
Hasil penelitian menunjukkan ROA tidak secara menunjukkan bahwa LDR berpengaruh negatif
signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. terhadap pertumbuhan laba, berarti LPD masih belum
ROA yang rendah menunjukkan LPD dalam mampu menjalankan fungsi intermediasinya. Hal ini
meningkatkan laba operasi dan prospek masa depan mengidentifikasikan LPD belum maksimal
belum efisien. Artinya semakin efisien pengelolaan menyalurkan fasilitas kredit dan menempatan dana
aset suatu usaha LPD, berarti bahwa sumber daya pihak ketiga (DPK) pada bank atau lembaga
yang sedikit mampu dikelola dengan baik sehingga keuangan lainnya. LPD dalam penyaluran kredit ke
mampu menghasilkan manfaat yang sebesar- masyarakatbisa sudah maksimal, namun tidak dikuti
besarnya. ROA yang tinggi menunjukkan bahwa peningkatan laba secara berarti. Hal ini ada
LPD tersebut memiliki kemampuan yang besar kemungkinan kredit yang disalurkannya banyak
dalam meningkatkan laba operasi dan prospek masa bermasalah sehingga pendapatan atas bunga kredit
depan.Sebaliknya, semakin rendah tingkat laba maka yang dibayar dari debitur tidak sesuai dengan
semakin rendah pula ROA LPD. ROA dapat perjanjian, serta fasilitas kredit yang disalurkan ke
digunakan untuk mengukur efektifitas LPD beberapa nasabah debitur melebihi batas maksimal
penggunaan sumber daya yang ada dari hasil pemberian kredit (BMPK) dan akhirnya debitur
pengembaliannya. Dikaitkan dengan hasil empiris ini, tersebut tidak memenuhi kewajibannya.Oleh
ROA tidak berpengaruh secara berarti pada karenanya, manajemen LPD harus memperhatikan
pertumbuhan laba, hal ini diduga masih banyak potensi resiko ini supaya LPD bisa tetap membayar
terdapat kredit bermasalah. biaya DPK termasuk penarikannya dan merupakan
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 193

indikasi sebagai faktor menambah kerugian LPD. SIMPULAN


Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aini (2013) LDR berpengaruh tidak Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel
signifikan terhadap perubahan laba. Hasil penelitian BOPO dapat menjadi prediktor pada pertumbuhan
ini juga mendukung hasil penelitian Mintarti (2009) laba serta memiliki hubungan yang tidak searah
LDR tidak berpengaruh terhadap ROA bank-bank dengan pertumbuhan laba. Jika LPD memiliki BOPO
umum swasta nasional take over. Serta Hutagalung yang rendah maka dapat sebagai indikasi
dkk. (2013) dan Zulfikar (2014) variable LDR operasionalnya akan cenderung efisien serta semakin
berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. meningkat labanya, sebaliknya semakin tinggi BOPO
NPL berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan maka akan cenderung tidak efisien operasional serta
laba LPD. NPL LPD berpengaruh terhadap labanya semakin tur8un.Sedangkan variabel CAR,
penurunan laba LPD, namun penurunannya tidak KAP, PPAP, ROA, LACLR, LDR dan NPL tidak
secara berarti.Hal ini terindentifikasi bahwa LPD berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
memiliki kredit yang bermasalah yang cukup banyak, LPD di Kabupaten Badung periode penelitian 2013-
namun tidak banyak dalam kredit katagori macet, 2015.
diduga bahwa pihak manajemen LPD mengambil Sampel penelitian hanya LPD yang berada di
kebijakan restrukturisasi kredit yang terkatagori Kabupaten Badung yang memiliki aset terbesar di
macet, sehingga ada pendapatan administrasi serta antara LPD yang ada di kabupaten lain dan kota di
ada pengakuan bunga kredit. Pihak debitur akan Bali, sehingga belum mampu mempresentasikan
berupaya membayar kewajibannya walaupun jumlah semua LPD yang ada di Bali. Disarankan untuk
pembayarannya tidak sesuai dengan jumlah yang peneliti berikutnya juga mempergunakan sampel LPD
seharusnya dilunasi setiap periode. Pengurus LPD yang ada di Kabupaten lain dan Kota yang ada di
jugaakan berupaya untuk menagih pinjaman yang Bali. Serta banyak variabel penelitian ini tidak
diberikan termasuk kewajiban lain kepada debitur, berpengaruh secara signifikan, maka juga disarankan
sesuai dengan awig-awig atau pararem masing- peneliti selanjutkan menggunakan metode kualitatif
masing desa pakraman yang berlaku di tempat desa (wawancara) untuk mengetahui faktor-faktor yang
pakraman LPD. Pada umumnya pihak debitur yang mampu mempengaruhi pertumbuhan laba di LPD.
bermasalah diumumkan pada rapat/paruman banjar Implikasi pada manajemen LPD dalam pengelola
atau desa. Dengan adanya saksi demikian pihak usahanya tetap memperhatikan prinsip kehatian-
debitur akan merasa malu dan akan berusaha untuk hatian,walaupun merupakan suatu hal yang sulit
membayar kewajibannya. Disamping itu umumnya dihindari terjadinya kredit macet. Pernyataan ini
pihak debitur akan berupaya juga untuk melunasi didukung data bahwa terdapat beberapa LPD
kewajibannya karena dia percaya sesuai dengan memiliki rasio NPL di atas 5 persen.Disamping itu,
keyakinannya yaitu hukum karmaphala (Sujana, manajemen LPD tetap memperhatikan prinsip
2014:240). Hasil penelitian ini mendukung penelitian kehatian-hatian tersebut supaya keberlangsungan
Mahardian (2008) variabel NPL terdapat pengaruh usaha LPD tetap berlanjut sehingga dapat memberikan
tidak signifikan negatif terhadap ROA, yang mana manfaat bagi warga desa pakraman dan atau desa
selama periode penelitian, fungsi intermediasi bank pakraman.
tidak berjalan dengan baik. Respati (2008) NPL tidak
signifikan berpengaruh terhadap laba usaha pada REFERENSI
bank umum swasta nasional. Nur Aini (2013) NPL
tidak signifikan terhadap perubahan laba. Azeem dan Afanasieff, T. S., Maria, P., & Lhacer, V. (2002).
Amara, (2014) mengungkapkan bahwa dampak NPL The Determinants of Bank Interest Spread in
pada profitabilitas adalah negatif. Dewi dkk. (2015) Brazil. Money Affairs, 15(2), 183–207.
secara parsial diketahui bahwa NPL berpengaruh Aini, N. (2013). Pengaruh CAR, NIM, LDR, BOPO
signifikan negatif terhadap ROA. Haneef et al., dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap
(2012) menyimpulkan bahwa meningkatnya NPL Perubahan Laba (Studi Empiris Pada
karena kurangnya manajemen risiko yang Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI)
mempengaruhi profitabilitas bank. Zulfikar (2014) Tahun 2009-2011. Dinamika Akuntansi,
NPL secara statistik tidak berpengaruh secara Keuangan Dan Perbankan, 2(1), 14–25.
signifikan terhadap ROA. https://doi.org/ISSN/ : 1979-4878
194 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

Almilia, L. S., & Herdiningtyas, W. (2005). Bermasalah on Non-Performing Loans and Profitability of
Pada Lembaga Perbankan Perioda 2000-2002. Banking Sector of Pakistan Hailey College of
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 1–27. Commerce University of the Punjab Hafiz
Andayani, P. N., Yuniarta, G. A., & Sujana, E. (2015). Muhammad Ishaq Federal Urdu University of
Pengaruh Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Arts, Science and Technology. International
Produktif, Rentabilitas, dan Likuiditas Terhadap Journal of Business and Social Science, 3(7),
Pertumbuhan Laba (Studi Kasus pada Lembaga 307–315.
Perkreditan Desa Kabupaten Buleleng). E- Hutagalung, E. N., Djumahir, & Ratnawati, K. (2013).
Journal S1 AK Universitas Pendidikan Analisa Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank
Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1, Umum di Indonesia. Universitas Brawijaya
3(1), 1–12. Malang Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,
Angbazo, L. (1997). Commercial Bank Net Interest 11(165), 122–130.
Margins, Default Risk, Interest Risk, and Off- Joseph, M. T., Edson, G., Manuere, F., Clifford, M.,
Ballance Sheet Banking. Journal of Banking Michael, K., & Kamoyo, M. (2012). Non
and Finance, 21, 55–87. Performing loans in Commercial Banks/ : A case
Ariani, M. W., & Ardiana, P. A. (2015). Pengaruh of CBZ Bank Limited In Zimbabwe.
Kecukupan Modal, Tingkat Efisiensi, Risiko Interdiscriplinary Journal of Contemporary
Kredit, dan Likuiditas Pada Profitabilitas LPD Research in Business, 4. No 7(1996), 467–488.
Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi Kolapo, T. F., Ayeni, R. K., & OKE, M. O. (2012).
Universitas Udayana, 13(1), 259–275. Credit Risk dnd Commercial Banks’
Ariyanti, L. E. (2010). Analisis Pengaruh CAR, Performance In Nigeria: A Panel Model
NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA dan Kualitas Approach. Australian Journal of Business and
Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba Management Research, 2(2), 31–38.
Pada Bank Umum di Indonesia. Tesis, 102. Lunenburg, F. C. (2011). Goal-Setting Theory of
Azeem, A., & Amara. (2014). Impact of Profitability Motivation. International Journal of
on Quantum of Non-Performing Loans. Management, Business, and Administration,
International Journal of Multidisciplinary 15(1), 1–6. Retrieved from http://
Consortium, 1(June), 1–14. www.nationalforum.com/Electronic Journal
Dewi, L. E., Herawati, N. T., & Sulindawati, L. G. Volumes/Lunenburg, Fred C. Goal-Setting
E. (2015). Analisis Pengaruh NIM, BOPO, Theoryof Motivation IJMBA V15 N1 2011.pdf
LDR, dan NPL Terhadap Profitabilitas (Studi Made Sudarma. (2013). Revealing the Agency Cost,
Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional yang Management Behavior in the Practice \nof Tri
Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode Hita Karana Culture (A Study At LPD Of
2009-2013 ). E-Journal S1 AK Universitas Pakraman \nVillage In Denpasar Bali). IOSR
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Journal of Business and Management (IOSR-
Program S1, 3(1). JBM), 10(5), 54–61. Retrieved from http://
Dewi, N. P. E. N., & Budiasih, I. G. A. N. (2016). www.iosrjournals.org/iosr-jbm/pages/v10i5.html
Kualitas Kredit Sebagai Pemoderasi Pengaruh Mahardian, P. (2008). Analisis pengaruh rasio CAR,
Tingkat Penyaluran Kredit dan BOPO Pada BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap kinerja
Profitabilitas. E-Jurnal Akuntansi Universitas keuangan perbankan (studi kasus perusahaan
Udayana, 15(1), 784–798. perbankan yang tercatat di BEJ periode juni
Dewi, S., & Sudiartha, G. M. (2012). Pengaruh Rasio 2002-juni2007). Tesis, 1–124.
CAEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank Yang Mintarti, S. (2009). Implikasi Proses Take-Over
Terdaftar di PT. BEI, (10), 159–175. Bank Swasta Nasional Go Public terhadap
Fathoni, M. I., Sasongko, N., & Setyawan, A. A. Tingkat Kesehatan dan Kinerja Bank. Jurnal
(2012). Pengaruh tingkat kesehatan bank Keuangan Dan Perbankan, 13(2), 346–358.
terhadap pertumbuhan laba masa mendatang Nawaz, M., Munir, S., Siddiqui, shahid A., Tahseen-
pada perusahaan sektor perbankan. Jurnal Ul-Ahad, Afzal, F., Asif, M., & Ateeq, M. (2012).
Akuntansi, 13(1), 15–25. Credit Risk and the Performance of Nigerian
Haneef, S., Riaz, T., Ramzan, M., Rana, M. A., & Banks. Interdisciplinary Journal of Contempory
Karim, Y. (2012). Impact of Risk Management Research in Business, 4(7), 49–63.
Sujana, Suardikha dan Dwirandra, Pertumbuhan Laba ... 195

Negara, I. P. A. A., & Sujana, I. K. (2014). Pengaruh Thalib, D. (2016). Intermediasi, Struktur Modal,
Non Performing Loan Dan Capital Adequacy Efisiensi, Permodalan dan Risiko terhadap
Ratio Terhadap Penyaluran Kredit. E-Jurnal Profitabilitas Bank. Jurnal Ekonomi Dan
Akuntansi Universitas Udayana, 9(2), 325–339. Perbankan (JKP), 20(1), 116–126.
Pahlevie, N. H. (2009). Analisis Pengaruh CAR, Widati, L. W. (2012). Analisis Pengaruh CAMEL
NIM, LDR,NPL, BOPO Dan EAQ Terhadap Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang
Perubahan Laba ( Studi Empiris Pada Bank Go Publik. Dinamika Akuntansi Keuangan
Umum di Indonesia Periode Laporan Keuangan Dan Perbankan, 1(2), 105–119. Retrieved from
Tahun 2004 – 2007 ). Tesis, 214–221. http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe9/
Prakash, Ravi Poudel, S. (2012). The impact of credit article/view/1590
risk management on financial performance of Wijaya, A. P. (2013). Analisis Rasio Keuangan Dalam
commercial banks in Nepal. International Merencanakan Pertumbuhan Laba/ : Perspektif
Journal of Arts and Commerce, 1(5), 9–15. Teori Signal. Kajian Ilmiah Mahasiswa
https://doi.org/10.5897/AJBM2013.7171 Manajemen, 2(2). Retrieved from http://
Raharjo, D. P. A., Setiaji, B., & Syamsudin. (2014). portalgaruda.org
Pengaruh Rasio CAR, NPL, LDR, BOPO, dan Yogi Prasanjaya, A. A., & Ramantha, I. W. (2013).
NIM Terhadap Kinerja Bank Umum di Analisis Pengaruh Rasio Car, Bopo, Ldr dan
Indonesia. Jurnal Ekonomi Manajemen Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Sumber Daya, 15(2), 7–12. Retrieved from Bank Yang Terdaftar di Bei. E-Jurnal
http://journals.ums.ac.id/index.php/dayasaing/ Akuntansi Universitas Udayana, 4(1), 230–245.
article/download/2047/1439 Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. 2014. Bank
Ratna Setyaningsih, N., & Herawati, T. D. (2014). dan Lembaga Keuangan. PT. Rajagrafindo
Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Persada. Jakarta. Cetakan ke-3
Perubahan Laba (Studi pada Bank Syariah di Afanasieff, T. S., Lhacer, P. M., and Nakane, M. I.
Indonesia Tahun 2010-2012). Jurnal Ilmiah 2002. The determinants of bank interest spread
FEB UB, (7), 1–20. in Brazil. Money Affairs, 15(2), 183-207.
Respati/Harianto, & Eri, Y. (2008). Tinjauan Tentang Andayani, Putu Novi, Yuniarta, Gede Adi dan Sujana,
Variabel-Variabel CAMEL Terhadap Laba Edi. 2015. Pengaruh Kecukupan Modal, Kualitas
Usaha Pada Bank Umum Swasta Nasional. Aktiva Produktif, Rentabilitas, Dan Likuiditas
Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 12(2), Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada
283–295. Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten
Sapariyah, R. A. (2012). Pengaruh Rasio Capital, Buleleng). e-Journal S1 Ak Universitas
Assets, Earning dan Liquidity Terhadap Pendidikan Ganesha. 3(1)
Pertumbuhan Laba pada Perbankan di Indonesia Artha. I Made. 1999. Penilaian Tingkat Kesehatan
(Study Empiris pada Perbankan di Indonesia). LDKP/LPD. Bank Pembangunan Daerah Bali
Jurnal Ekonomi Bisnis dan Perbankan, Kantor Pusat Denpasar.
18(3). Biro Perikonomian Dan Pembangunan Sekretariat
Sinha, P., & Dutta, D. (2011). M P RA Modelling Daerah Provinsi Bali. 2012. Pedoman SOP
profitability of Indian Banks Modelling Administrasi LPD.
Profitability of Indian Banks. Munich Personal Dendawijaya, Lukman. 2000. Manajemen
RePEc Archive, (31156). Retrieved from http:/ Perbankan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
/mpra.ub.uni-muenchen.de/31156/ Gubernur Bali. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali
Sumarno. (2014). Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Atas Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 8
Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmiah Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa.
Akuntansi Dan Bisnis, 9(1), 49–56. Hanafi, Mambuh M. 2009. Manajemen Risiko: Edisi
Suvita Jha, & Hui, X. (2012). A comparison of kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
financial performance of commercial banks: A Mahendra, A. S., dan Rahardjo, S. N. 2011. Analisis
case study of Nepal. African Journal of Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
Business Management, 6(25), 7601–7611. Laba Pada Perbankan di Indonesia. Doctoral
https://doi.org/10.5897/AJBM11.3073 dissertation, Universitas Diponegoro. Semarang.
196 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 13, No. 2, Juli 2018

Ramantha, I Wayan. 2008. “Menuju Lembaga Sapariyah, R. Ani. 2012. Pengaruh Rasio Capital,
Perkreditan Desa (LPD) Bali yang Lebih Sehat: Assets, Earning Dan Liquidity Terhadap
Suatu Kajian Struktur Pengendalian Intern”. Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di
Paper disajikan pada Orasi Ilmiah Pidato Indonesia (Study Empiris Pada Perbankan di
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Indonesia).Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Bidang Sistem Informasi Akuntansi pada Fakultas Perbankan, 18(13).
Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Setyaningsih, N. R., dan Herawati, T. 2014. Pengaruh
Sastrosuwio, Suminto, and Yasushi Suzuki. 2012. The Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Perubahan
Determinants of Post-Crisis Indonesian Banking Laba (Studi pada Bank Syariah di Indonesia
System Profitability. Economic and Finance Tahun 2010-2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
and Review I (1), pp:48-57. FEB, 2(2)

Anda mungkin juga menyukai