Anda di halaman 1dari 7

Materi KTJ 4 September 2018

HAMARTIA – AJARAN TENTANG DOSA


Oleh Toni Jadmiko

Pendahuluan
Semua orang Kristen mengenal dan mengakui dosa. Dosa manusia dalam ajaran Kristen
berasal dari Adam dan Hawa yang berada di surga. Dan suatu ketika Hawa dipengaruhi oleh ular
untuk memakan buah yang dilarang Allah. Akhirnya Hawa tergoda dan mereka pun memakan
buah itu. Memakan buah tersebut adalah dosa. Dan dosa tersebut adalah dosa yang disebut
dengan dosa warisan. Berikut penulis akan membahas tentang dosa warisan.

Pengertian
Alkitab menggunakan beraneka macam istilah untuk dosa. Hal ini tidak mengherankan
karena tema utama Alkitab adalah “pemberontakan manusia terhadap Allah dan respon Allah
yang penuh anugerah”. Berikut adalah istilah atau kata-kata asli dalam Alkitab yang
diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia sebagai “dosa”.
Perjanjian Lama: Ibrani
1. “Khattat”. Istilah ini merupakan istilah yang paling sering digunakan dalam Perjanjian
Lama. Kata ini muncul ratusan kali dalam Perjanjian Lama (580 kali). Beberapa ayat
yang menggunakan kata ini adalah: Kejadian 4:7; 39:9; Keluaran 32:30; Mazmur 51:6
dsb).
2. “Khet”. Merupakan istilah yang seasal dengan khattat.
3. “Pesya”. Kata ini mempunyai arti tindakan “memberontak”, “melawan”, “menentang”.
Dapat disimpulkan hal ini menyangkut tentang pemberontakan atau pelanggaran terhadap
kehendak dan perintah Allah.
4. “Syagag”. Kata ini berarti dosa yang “tidak disengaja”, karena tidak hati-hati, karena
tidak sadar dan tanpa diketahui. Contoh penggunaannya adalah dalam Imamat 4:2, 13.
Contoh penggunaan: “Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak dengan
sengaja berbuat dosa (syagag) dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia memang
melakukan salah satu dari padanya,” (Imamat 4:2).
5. “Asyam”. Kata ini artinya adalah melanggar, berbuat khilaf/kesalahan.
6. “Awon/Avon”. Kata benda (nomina) Ibrani ‘ÂVON, -âlef – vâv – nun, diterjemahkan oleh
LAI dengan “hukuman”, “kedurjanaan”, “kesalahan”, “dosa“. Kata ini berasal dari kata
kerja ‘ÂVÂH, yang artinya adalah “membengkokkan” yang lurus, “memutarbalikkan”,
“mengubah bentuk”. Kata ÂVON/AWON senantiasa dihubungkan dengan perbuatan
jahat (sesat, menyeleweng, murtad, dst) yang dilakukan semasa hidup di dunia.

Perjanjian Baru: Yunani


1. “Hamartia”. Kata ini mempunyai makna “tidak mengenai sasaran atau meleset”. Kata ini
merupakan kata yang paling umum digunakan di dalam Perjanjian Baru. Kata ini ditulis
174 kali, dan 71 kali diantaranya terdapat di dalam surat-surat rasul Paulus. Kata ini
bukan hanya menunjuk pada perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan pikiran yang
jahat.
2. “Parabasis”. Kata ini berasal dari kata kerja “Parabaino” yang maknanya adalah
“melanggar“. Secara konseptual berarti berjalan melewati garis, seperti para murid Yesus
dituduh “melanggar” adat istiadat nenek moyang mereka, dan ungkapan “melangkah
keluar” dari ajaran Yesus dalam 2 Yohanes 1:9. Jadi, “parabasis” berarti “pelanggaran”
atau “menyimpang dari yang seharusnya”.
3. “Adikia”. kata ini memiliki makna “kejahatan”, “perbuatan yang tidak benar”. Hal ini
merupakan perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai merupakan sesuatu perbuatan
1
yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum-hukum dunia tentang orang
bersalah. Di pengadilan ketika semua pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan
memvonis, bahwa terdakwa bersalah. Itulah adikia, berarti seseorang telah berbuat salah.
4. “Anomia”. Kata ini berasal dari kata sifat “Anomos” yaitu partikel negatif A dan kata
benda “Nomos” (hukum). Jadi, anomia adalah “suatu kondisi tanpa hukum karena
mengabaikannya/tidak memperdulikan hukum/tidak mentaati hukum”. Contoh
penggunaan: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah (anomia),
sebab dosa ialah ‘pelanggaran hukum Allah’ ( anomia).”
5. “Asebeia”. Kata ini memiliki makna tentang kefasikan dan tidak mengenal Allah
6. “Paraptoma.” Kata ini memiliki makna kesalahan, tidak berdiri teguh pada saat harus
teguh, tidak sampai kepada yang seharusnya, pelanggaran secara sengaja
7. “Agnoema”. Artinya tidak berpengetahuan, tidak berpengertian. Contoh penggunaan:
“tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun,
dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena
‘pelanggaran-pelanggaran’, yang dibuat oleh umatnya ‘dengan tidak sadar’ (agnoema).”

Hakekat Dosa
Setelah mempelajari akar kata dan asal mula dosa, maka kita sampai pada hakekat dari dosa
itu sendiri. Daripada menjadi gambar Allah, manusia ingin menjadi sama dengan Allah. Manusia
ingin memutuskan sendiri apa yang baik dan apa yang jahat. Manusia mencurigai Allah dan
tidak percaya kepada hukum Allah. Manusia tidak percaya bahwa tujuan Allah di dalam hukum-
Nya adalah semata-mata demi kebahagiaan manusia. Di dalam pemberontakannya itu manusia
menyangka bahwa tujuan Allah dengan hukum-Nya ialah kesengsaraan manusia, dan bahwa
pelanggaran terhadap Hukum Allah merupakan kebahagiaan manusia.
Studi Alkitab menunjukkan bahwa dosa tidak berasal dari jasmaniah manusia, tetapi berasal
dari inti manusia itu sendiri, yaitu “hatinya”, di dalam hubungannya dengan Allah. Tuhan Yesus
mengatakan, “dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian,
pembunuhan … Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Mrk 7:21-
23; bnd Kej 6:5; Yer 17:9; Rm 3:10-18; Rm 7:23). Jika hati itu dipenuhi dengan kesombongan,
maka kesombongan itu akan meluapkan hawa nafsu. Jika hati tidak jujur lagi di hadapan Allah,
maka badan kita pun disalahgunakan untuk perbuatan-perbuatan seperti percabulan, kejahatan,
rakus, ketamakan, kecemaran dan sebagainya.
Penulis kitab Kejadian juga menggambarkan tentang sifat manusia yang jahat yang
memberontak kepada Allah yang mengakibatkan hubungan baik dengan Allah menjadi putus dan
rusak. Manusia menjadi tidak setia kepada Penciptanya. Manusia jatuh ke dalam dosa karena
ulahnya sendiri. Rasul Paulus menjelaskan hal ini dengan mengatakan : “tidak ada yang benar
seorang pun tidak, semua telah berbuat dosa dan hilang kemuliaan Allah. (Roma 3: 10, 23.).
Kata-kata Paulus ini dapat dipahami berdasarkan pemahaman bahwa dosa telah masuk ke dalam
dunia oleh satu orang (Roma 5 : 12) yang mengakibatkan semua orang menjadi berdosa.
Asal usul dosa manusia adalah karena peristiwa kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa
saat berada di Taman Eden setelah dipengaruhi oleh ular. Ular datang dan membujuk Hawa
untuk memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat tersebut.
Singkat cerita, keduanya lalu memakan buah dari pohon tersebut. Tindakan mereka
mengakibatkan keduanya menjadi “telanjang”, kehilangan kemuliaan Allah.
Ada 2 pemahaman dosa
1. Dosa Asal
Alkitab mengajarkan bahwa ada dua jenis dosa secara umum. Yaitu, yang pertama
disebut sebagai “Dosa Warisan”. Adam dijadikan Tuhan Allah sebagai kepala umat
manusia. Sebagai kepala umat manusia ia menerima perintah/perjanjian Tuhan dan
sebagai kepala umat manusia ia melanggar perintah/perjanjian itu. Rasul Paulus
mengatakan, karena seorang, dosa masuk ke dalam dunia (Roma 5:12,19). Akibatnya
2
semua orang sesudah Adam adalah berdosa di hadapan Allah. Bukan hanya itu saja,
kesalahan Adam juga diperhitungkan dan dijatuhkan kepada umat manusia
keturunannya (Kej 3; Rm 3:23; Rm 5:18). Keberdosaan Adam, mengakibatkan
masuknya dosa ke dalam dunia. Peristiwa tersebut merupakan awal dari kerusakan
moral manusia. Secara perlahan, dosa mempengaruhi aspek-aspek hidup manusia,
sehingga segala kecenderungan hati manusia adalah jahat sejak kecil (Kejadian 8:21).

2. Dosa perbuatan
Adalah “dosa perbuatan” Yaitu dosa yang dilakukan oleh individu manusia yang
bersangkutan, baik secara sengaja atau tidak sengaja dan diperbuat melalui
hati/pikiran/pandangan mata/perkataan dan perbuatan

Rasionalisasi Keberadaan dosa waris


1. Irenaeus
Pandangan Irenaeus tentang ini, ia menggambarkan Adam dan Hawa sebagai anak-anak.
“Tuan (atas bumi), yaitu manusia, itu kecil;karena itulah seharusnya ia perlu bertumbuh,
dan dengan demikianlah samia pada kesempurnaan.” Lebih jauh, Adam dan Hawa itu
seperti anak-anak dan belum dewasa, mereka mudah dicobai. “manusia adalah anak-
anak, pengertiannya belumla sempurna; karena itu pula ia mudah disesatkan oleh
pendusta tersebut.” Dengan diciptakan menuurut citra Allah, manusia belum sempurna
seperti Allah. Irenaeus berpendapat bahwa tujuan umum dari ciptaan dan peran sang
penebus adalah membawa semua makhluk ciptaan yang tidak sempurna ini pada
kepenuhannya.

2. Origenes
Bagi Origenes, Allah semacam kuasa dan kebaikan yang tak terbayangkan sehingga alam
semesta karena dijadikan oleh tangan sang pencipta seharusnya lebih rendah
kesempurnaanya. Eksistensi jiwa-jiwa manusia mendahului penjelmaan badani mereka,
bahwa mereka ada pada awal penciptaan, dan cerita tentang kejatuhan pada kitab
kejadian merupakan alegori kejatuan prakosmis dari pada malaikat yang menyatakan
pada awal mula, mereka semua murni mahluk cerdas, baik roh jahat jiwa maupun
malaikat. Satu diantara mereka, iblis karena memiliki kehendak bebas, memilih untuk
menentang Allah dan Allah mengusirnya masing-masing mendapatkan ganjaran sesuai
dengan kadar keberdosaannya. Oleh karena itu, Allah menjadikan dunia ini, mengikat
jiwa pada tubuh sebagai hukuman. “Semua manusia pada hakekatnya sangat jelas
cenderung berdosa.” Kejatuhan juga menyebabkan malapetaka dan kesusahan dalam
hidup ini: “sungguh nyata bahwa jiwa-jiwa yang cemas tidak bersalah akibat dosa-dosa
sebelumnya.”

3. Athanasius
Dia memandang kisah kejatuhan dalam kejadian sebagai suatu peristiwa historis, bukan
prahistoris. Adam dan Hawa diciptakan menurut citra Allah dan, jika menaati perintah
itu, mereka akan memperoleh kehidupan “tanpa kesusahan, kesakitan, atau kecemasan
dan kepastian kekal hidup di surga.” Oleh karena dosa mereka, keturunan mereka “tidak
lagi hidup di dalam firdaus, tapi mengalami kesengsaran hidup di luar firdaus,
selanjutnya mati dan hancur”.

4. Augustinus
Pendapat Augustinus ini merupakan respon dari pendapat Pelagius. Pelagius berpegang pada
suatu pandangan yang optimstis tentang hakikat manusia, yang meyakini bahwa kehendak
manusia pada hakikatnya baik dan mampu memilih secara benar. Oleh karena itu Pelagius
3
memberi penekanan atas tanggung jawab pribadi. Dibawah ini perbedaan antara pandangan
Pelagius, Augustinus, Semi Pelagius, dan semi Augustinus.
Pandangan Ringkasan
Augstianism Manusia mati dalam dosa; keselamatan
diberikan secara total oleh kasih karunia
Allah, yang hanya diberikan kepada orang
pilihan.
Pelagianism Manusia dilahirkan dalam keadaan baik
dan bisa melakukan apa yang perlu untuk
keselamatan
Semi pelagianism Kasih karunia Allah dan kehendak manusia
bekerja sama dalam keselamatan, dan ma-
nusia harus berinisiatif / mengambil
langkah pertama.
Semi Augustinism Kasih karunia Allah diberikan kepada
semua orang, memampukan seseorang
untuk memilih dan melakukan apa yang
perlu untuk keselamatan.

Akibat dosa
Kejatuhan manusia ke dalam dosa mempunyai implikasi yang luas sekali kepada diri
manusia itu sendiri. Ada beberapa aspek yang akan kita lihat berkenaan dengan akibat dari dosa
yang dilakukan oleh manusia.
1. Dalam hubungannya dengan Allah
a. Dampak yang paling utama berkaitan dengan dosa yang dilakukan oleh manusia adalah
dalam hubungannya dengan Allah. Pertama, di mata Allah manusia sudah mati dan akan
menuju maut (Roma 3:23; Rm 6:23).
b. Kedua, manusia tidak layak untuk menghadap Allah. Pengusiran Adam dan Hawa dari
Taman Eden ke luar, merupakan ungkapan geografis dari pemisahan spiritual manusia
dari Allah, serta ketidaklayakan untuk menghadap Dia dan menikmati keakraban dengan
Dia (Kej 3:23). Malaikat dengan pedang yang bernyala-nyala yang menutupi jalan
menuju Eden melambangkan kebenaran mengerikan bahwa dalam dosanya, manusia
menghadapi pertentangan dan perlawanan dari Allah, yaitu murka Allah (Kej 3:24; Mat
3:7; I Tes 1:10).
c. Ketiga, manusia tidak sanggup lagi melakukan kehendak Allah. Meskipun Allah
memanggil dan memerintahkan manusia dan menawarkan kepada kita untuk jalan
kehidupan, kebenaran dan kebebasan, kita tidak sanggup lagi menjawab panggilan Allah
itu sepenuhnya. Manusia tidak bebas dan tidak sanggup untuk menyesuaikan diri dengan
rencana Allah karena telah menjadi budak dosa (Yohanes 8:34; Roma 7:21-23).
d. Keempat, manusia tidak benar di mata Allah. Kegagalan untuk mematuhi hukum dan
kehendak Allah membuat manusia berada di bawah kutukan hukum, rasa bersalah dan
penghukuman yang makin bertambah bagi pelanggar hukum (Roma 5:12; Ulangan
27:26; Galatia 3:10).
e. Kelima, manusia tidak peka lagi terhadap firman Allah. Allah berbicara baik melalui
firman yang tertulis, yaitu Taurat, Alkitab dan juga lisan melalui nabi-nabi-Nya kepada
umat manusia. Akan tetapi dosa telah membuat manusia menjadi bebal dan lebih
memilih untuk tidak mentaati firman Allah. Akhirnya manusia menjadi tidak mengenal
Allah dan tidak mengerti hal-hal mengenai Roh. Hal-hal ini membuat manusia menjadi
angkuh dan dalam lingkup keagamaan, keangkuhan ini diungkapkan sebagai pembenaran
diri.

4
Manusia menentukan sendiri norma-norma bagi dirinya dan membenarkan dirinya
menurut norma-norma itu. Manusia mencari-cari alasan bagi dosa dan merasa yakin di
hadapan Allah karena prestasi-prestasi moral dan religiusnya dengan berbagai macam
agama dan kepercayaannya. Ada juga yang kemudian menolak eksistensi Allah secara teori
(ateisme). Namun itu semua sesungguhnya hanya untuk bersembunyi dari Allah (seperti
Adam dam Hawa di Eden) dan untuk menghindari “keseraman” apabila harus berdiri di
hadapan Allah dengan kesalahannya terpampang di depan.

2. Dalam hubungannya dengan sesamanya


Terputusnya hubungan manusia dengan Allah langsung mempengaruhi hubungan
manusia dengan sesamanya. Adam menuduh Hawa dan menyalahkannya sebagai penyebab
dosa (Kej 3:12). Kisah kejatuhan manusia segera diikuti dengan peristiwa pembunuhan
Habel (Kej 4:1-6). Dosa membuat manusia tidak lagi bisa saling mengasihi dengan tulus,
yang ada adalah konflik, perpecahan antar bangsa/suku, prasangka rasial, dan terbentuknya
blok-blok internasional yang saling bermusuhan.
Dosa membuat perpecahan, pemisahan dan pertikaian antara manusia dan sesamanya
baik di dalam kelompok masyarakat, agama, sosial, keluarga bahkan gereja. Dosa membuat
manusia “mengeksploitasi” sesamanya. Eksploitasi ini dapat dengan jelas kita lihat dalam
hubungan antara pria dan wanita. Sejarah mencatat kaum pria telah mendominasi wanita
dengan kekerasannya. Wanita digunakan bagi kepentingan egois pria, penolakan pria
memberikan persamaan hak dan martabat kepada wanita merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri.

3. Dalam hubungannya dengan dirinya


Manusia kehilangan arah batin dan hidup dalam sejuta konflik dalam dirinya (Lihat Rm
7:23). Pengaruh dosa nyata dalam penipuan diri sendiri. Manusia tidak lagi mampu menilai
dirinya dengan benar dan tepat. Dosa telah membuat manusia tidak lagi mampu memandang
dirinya sebagai ciptaan Allah yang mulia (Mzm 8:6). Manusia menjadi malu dengan dirinya
sendiri, batinnya senantiasa bergejolak mencari arah kehidupan ini. Bahkan terkadang
manusia tidak dapat berdamai dengan dirinya sendiri.

4. Dalam hubungannya dengan alam semesta


Manusia telah kehilangan keharmonisannya dengan alam ini. Manusia yang seharusnya
memelihara dan mengusahakan bumi bagi kemuliaan Tuhan (Kej 2:15) malah
mengeksploitasinya secara sembarangan sehingga mengakibatkan kerusakan alam ini (hutan
menjadi gundul, banjir dsb). Udara, air, dan tanah menjadi kotor oleh polusi yang
disebabkan keserakahan manusia.

5. Dalam hubungannya dengan waktu


Manusia yang jatuh ke dalam dosa, hidup dalam waktu yang dibatasi karena dosa itu.
Dosa membuat manusia kehilangan kekekalan (Kej 2:17; 3:19), hari-harinya menjadi terbatas
(Mzm 90:9-10). Manusia harus menghadapi kematian sebagai akhir hidupnya.

Penebusan dosa
Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yang jahat dengan pembayaran suatu harga.
Artinya lebih dari sekedar pembebasan saja. Demikianlah tawanan-tawanan perang dapat
dibebaskan berdasarkan pembayaran harga yg disebut uang tebusan (Yunani lutron). Dengan
kata lutron dibentuklah secara khusus kelompok kata untuk menyatakan ide pembebasan
berdasarkan pembayaran uang tebusan. Dalam lingkaran ide-ide ini kematian Kristus dapat
5
dipandang sebagai 'suatu tebusan bagi orang banyak'. Pertama-tama, hidup Yesus itu berdaya
membebaskan dan menebus. Akan tetapi dalam hidupNya, Yesus dihadapkan kepada situasi-
situasi yang tidak mudah, ketika Dia disalahpahami oleh karena sikap internalNya yang bebas
berhadapan dengan hukum agama Yahudi di jamanNya yang ketat (bdk Mat 11,28: 23,4: Luk
11,46), dan di lain pihak oleh karena keberanianNya yang solid dalam mewartakan Allah sebagai
Bapa yang mencintai semua orang tanpa syarat. Sikap Yesus dalam kedua aspek ini justru
menjadikanNya musuh dari para pemimpin agama bangsaNya sendiri. Para pemimpin ini
bersekongkol dengan kaum sakit hati (oleh karena Yesus) untuk membunuh Yesus. Mereka
menyerahkanNya ke dalam kedaulatan Romawi untuk membunuNya melalui cara penyiksaan
klasik yang brutal tetapi legal, yakni melalui penyaliban. KematianNya dipandang sebagai
konsekuensi internal dari apa yang diimani dan diwartakan selama hidupNya.

Perjanjian Penyelamatan dan Perjanjian Anugerah


Perjanjian penyelamatan adalah peejanjian anatar tiga oknum di dalam Allah Yang Maha
Esa. Perjanjiann ini adalah perjanjian yang kekal. Sebelum Tuhan menjadikan langit dan bumi,
sebelum manusia lahir, Tuhan suadah tahu akan jatuhnya manusia ke dalam dosa dan Tuhan
berniat untuk menyelamatkan manusia. Maka antara tiga oknum dari Allah Tritunggal timbullah
perjanjian yang berisi; manusia akan diselamatkan ; Matius 40:7-9; Ibrani 10:5-7; Yohanes 6:38-
40 (aktif); Roma 5:19; Lukas 22:29 dan lain-lain.
Tuhan Allah Bapa yang memberikan jalan dan yang menentukan syaratnya. Allah anak yang
sanggup memenuhi syarat dan Roh Kudus yang akan memberikan buahnya kepada manusia.
Perjanjian ini dilakukan dengan penuh sukarela. Allah Anak dengan sukarela memberikan
kesanggupan- Nya. Dalam kitab suci menyatakan bahwa perhubungan antara Allah Bapa dan
Anak ialah hubungan antara yang mengutus dengan yang diutus, yang memberi pekerjaan
dengan yang bekerja (Yoh. 10:37; Mat. 10:40). Allah Anak juga akan menerima upahnya kalau
sudah bekerja dengan memenuhi syarat (Mat. 28:19). Hubungan antara Allah Bapa dan Allah
Anak pada pihak kesatu dan Roh Kudus pada pihak kedua, ialah; perhubungan yang mengutus
dan yang diutus. Pekerjaan Roh Kudus ialah memberika buah pekerjaan Tuhan Yesus kepada
manusia, artinya: bagi orang yang percaya diberikan segala sesuatu yang akan menyelamatkan
orang itu, bagi orang yang tidak percaya diberikan kesaksian terhadap Tuhan Yesus yang lebih
memberatkan hukuman orang itu.
Karena datangnya dosa, manusia akan dihukum, dijatuhi hukuman yaitu mati. Akan tetapi
perjanjian penyelamatan yang kekal menahan hukuman yang penuh, yaitu: kelenyapan dari
hidup yang baka. Dengan arti inilah kitab suci kadang-kadang menyatakan bahwa manusia
segenapnya akan tertolong; di dalam inti dari jumlah manusia sudah dikatakan “segenap
manusia”.

Perjanjian Anugerah
1. Anugerah umum
Adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia semua segenapnya.
Tuhan berfirman kepada manusia:’jika kamu makan, kamu akan mati”. Manusia makan buah
yang dilarang oleh Tuhan, maka upahnya maut, dengan langsung ia akan mati. Akan tetapi
ternyata tidak demikian: manusia dijatuhi hukuman, akan tetapi tidak terus mati. Hidup
manusia akan menjadi berat, perkembangan manusia akan menjadi sukar. Akan tetapi di
dalam menjatuhkan hukuman, Tuhan bahkan sudah menjamin hidup manusia. Manusia harus
bekerja keras, tapi dengan demikian ia akan mendapatkan kehidupannya.
Inilah anugerah yang mengalir dari perjanjiian penyelamatan. Ketiga oknum telah berjanji:
Manusia akan dilepaskan, berarti inti dari dunia akan selamat. Tapi untuk memungkinkan itu,
dunia manusia segenapnya dan alam semesta pun harus tidak lenyap. Maka dari itu Tuhan
mneghidupi alam seisinya dan manusia. Inilah yang disebut anugerah umum.

6
Anugerah umum mengandung maksud melayani inti dari manusia yang akan diselamatkan.
Segala hal yang memungkinkan hidup manusia ini masih ada, hanya berkat anugerah Tuhan
yang umum. Seandainya dosa berkuasa sepenuhnya, hidup manusia akan rusak sama sekali,
pergaulan manusia tidak mungkin. Jadi segala sesuatu yang masih berjalan baik, hanya dari
berkat Tuhan yang umum. Anugerah umum itu ada hanya agar inti manusia yang akan diberi
keselamatan, dapat sungguh diberi keselamatan. Jadi bagi orang-orang yang berada di luar
inti tersebut, anugerah umum ini hanya menunda hukuman saja. Maut itu hukaman. Jika
hukuman ditunda, mati ditunda, tentu dapat disebut anugerah.

2. Anugerah Khusus
Tuhan Yesus menjadi kepala umat manusia di dalam perjanjian anugerah. Maka ia disebut:
Adam yang kedua; artinya: ia adalah hanya buat orang-orang yang termasuk di dalam inti dari
manusia. Inti inilah yang merasakan buah-buah pekerjaan Tuhan Yesus. Anugerah yang
diberikan kepada orang-orang ini disebut anugerah khusus.
Perjanjian anugerah adalah kenyataan dari perjanjian penyelamatan. Perjanjian anugerah
bermaksud anugerah yang khusus, akan tetapi juga mengakibatkan anugerah yang umum.
Anugerah umum hanya supaya melayani anugerah khusus. Keindahan, kekuasaan, kebesaran
di dunia ini semuanya hanya memungkinkan terlaksananya anugerah khusus, yaitu: Lahirnya
Tuhan Yesus, hidup Nya di dunia dan keselamatan inti dari manusia.
Bagi manusia perjanjian anugerah berarti kesanggupan Tuhan untuk memberikan anugerah.
Memang dalam perjanjian anugerah masih diperintahkan: “percayalah”, akan tetapi segala
syarat yang bisa mendapatkan keselamatan bagi manusia, Tuhanlah yang memberi. Tuhan
yang memberi percaya, tobat, maka dari itu juga hidup kekal. Jadi kita dapat mengatakan
bahwa sebenarnya bagi kristus perjanjian anugerah bersifat perjanjian pekerjaan. Bagi
manusia, perjanjian anugerah. Kristus memenuhi hukum Tuhan, Ia memikul hukuman Tuhan:
dan kedua pekerjaan inilah yang menjadi sebab Tuhan memberikan dengan tidak bersyarat,
tidak ada kebaikan sedikitpun dan manusia segenapnya adalah anugerah atas nama Tuhan
Yesus kristus.

Penutup
Dalam agama Kristen, ada dua dosa. Dosa asal, dan dosa perbuatan. Dosa asal ialah dosa
yang dilakukan oleh Adaam dan Hawa yang pada waktu itu memakan buah yang dilarang oleh
Allah dan itu merasuki semua manusia di dunia. Adam adalah symbol dari wakil manusia di
dunia ini. Sedanglan dosa perbuatan ialah dosa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Dalam pandangan kristiani, manusia dipahami sebagai citra Allah yang menjadi partner
(rekan kerja) Allah. Kitab Kejadian menyebutkan bahwa manusia diciptakan secitra dengan
Allah . Dengan alasan bahwa manusia berkuasa atas ciptaan lain, maka manusia menampakkan
dan menampilkan citra Penciptanya. Penulis kitab Kejadian juga menggambarkan tentang sifat
manusia yang jahat yang memberontak kepada Allah yang mengakibatkan hubungan baik
dengan Allah menjadi putus dan rusak.

Anda mungkin juga menyukai