Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rhinitis didefinisikan sebagai keadaan akut atau kronik, intermiten atau

persisten dari satu atau lebih gejala pada hidung, termasuk: hidung berair, gatal,

bersin, hidung tersumbat. Gejala ini menggambarkan respon alamiah hidung

terhadap stimulus eksogen atau endogen yang dialami oleh setiap orang.1

Rhinitis dibagi menjadi tiga kategori utama: rhinitis alergi, rhinitis non-

alergi, rhinitis infeksi. Rhinitis non-alergi dapat kemudian dibagi kembali menjadi

rhinitis idiopatik, rhinitis non-alergi dengan sindrom eosinofil (NARES), rhinitis

otonomik, rhinitis okupasional, rhinitis medikamentosa, rhinitis hormonal, rhinitis

atropik dan rhinitis sistemik.2

Rhinitis alergi merupakan suatu kelainan pada hidung yang terjadi setelah

induksi oleh paparan allergen yang diperantarai oleh reaksi hipersensitivitas yang

dimediasi oleh Ig-E. Rhinitis alergi memiliki empat gejala kardinal yaitu hidung

berair, hidung tersumbat, gatal pada hidung dan bersin.3

Rhinitis non-alergi berhubungan dengan gejala yang timbul akibat inflamasi

maupun non-inflamasi dengan tidak adanya bukti pencetus alergen. Pasien dengan

rhinitis non-alergi memiliki gejala bervariasi dengan berbagai derajat keparahan

seperti, rinore anterior atau posterior, hiposmia, gangguan tidur, dan lain-lain.

Bersin-bersin, gatal pada mata dan hidung juga dapat ditemui namun lebih sering

1
2

pada rhinitis alergi. Sedangkan untuk rhinitis infeksi merupakan rhinitis akibat

adanya infeksi di membran mukosa hidung.2

Rhinitis alergi dan non-alergi mengenai diperkirakan 30% dari seluruh

populasi Amerika. Rhinitis alergi menjadi masalah global yang dapat menyebabkan

keterbatasan dan penurunan produktivitas di seluruh dunia. Pasien dari seluruh

Negara, seluruh kelompok etnis dan seluruh usia dapat menderita rhinitis alergi.

Rhinitis alergi mempengaruhi kehidupan social, tidur, sekolah dan pekerjaan.4

Rhinitis alergi mengenai sekitar 20% populasi dewasa Amerika dan merupakan

kondisi kronik keenam di Amerika.5

Rhintis non-alergi lebih sering terjadi saat usia lebih dari 20 tahun, lebih

sering terjadi pada wanita, pasien menjadi lebih sensitif terhadap iritan, gejala lebih

sering menjadi perennial dibandingkan seasonal dan terdapat nasal eosinophilia

pada 33% penderita rhinitis non-alergi.2

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menigkatkan pengetahuan

mengenai berbagai macam rhinitis, termasuk didalamnya definisi, etiologi,

patofisiologi, tanda dan gejala klinis, penatalaksanaan serta prognosis penyakit.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan penulis

maupun pembaca mengenai berbagai macam rhinitis, termasuk didalamnya

definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala klinis, penatalaksanaan serta

prognosis penyakit.

Anda mungkin juga menyukai