Anda di halaman 1dari 9

Persepsi Guru terhadap Uji Kompetensi Guru

Oleh Etheldredha Tiara Wuryaningtyas


Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma
dredhae@yahoo.com

Abstract
Teacher Competency Test is a program from the Indonesian government to map teacher
competencies. This article describes the teacher's perception of the 2018 Teacher
Competency Test that has been held by the government. Preparation, preparation and
implementation, implementation, and evaluation of competency tests that have been received.
This type of research is descriptive qualitative research. The data collection technique used
was a questionnaire. The data of this study are the results of a questionnaire, while for the
data source is the teacher of junior high school level in Gunungkidul Regency, Yogyakarta
Province who has taken 40 Teacher Competency Tests, by gathering 20 people who have
obtained the Teacher Competency Test and 20 unsuccessful Teacher Competency Tests. The
data analysis technique used consists of three main lines, namely, data reduction, data
presentation, conclusion collection and data interpretation. The results showed that the
teacher had a positive perception of the Teacher Competency Test that had been carried out
Keywords: Perception, teacher, Teacher Competency Test

Abstrak
Uji Kompetensi Guru merupakan program dari pemerintah Indonesia untuk memetakan
kompetensi guru. Artikel ini memaparkan mengenai persepsi guru terhadap Uji Kompetensi
Guru 2018 yang telah diselenggarakan oleh pemerintah. Pemaparan persepsi tersebut
mencakup tahap persiapan, sarana dan prasarana, pelaksanaan, dan evaluasi dari uji
kompetensi yang telah diikuti. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data penelitian ini
adalah hasil dari pengisian kuesioner, sedangkan untuk sumber data adalah guru tingkat
Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Yogyakarta yang telah
mengikuti Uji Kompetnsi Guru sejumlah 40 orang, dengan rincian 20 orang telah lulus Uji
Kompetensi Guru dan 20 orang tidak lulus Uji Kompetensu Guru. Teknik analisis data yang
digunakan terdiri dari tiga alur utama yakni, reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan memaknai data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi
positif terhadap Uji Kompetensi Guru yang telah dilaksanakan
Kata Kunci: Persepsi, guru, Uji Kompetensi Guru

Pendahuluan
Tiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu hal. Persepsi pada
umumnya merupakan istilah dalam dunia psikologi. Persepsi merupakan suatu proses di
mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam
memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya yang merupakan hasil dari proses
belajar dan pengalaman (Siagian, 1989; Walgito, 2004; Asrori, 2009). Pengalaman dapat
menjadi titik awal timbulnya persepsi seseorang. Persepsi pada dasarnya merupakan sebuah

1
interpretasi sensoris manusia terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari proses belajar
dan pengalaman meskipun hasilnya berbeda.

Hasil dari persepsi atau respon yang muncul dapat bersifat positif maupun negatif.
Respon positif merupakan bentuk dari tindakan atau sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui (Ahmadi, 1999; Ricciardelli, dkk, 2000)
suatu hal. Begitu pula dengan respon negatif, Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa respon
negatif adalah bentuk respon, tindakan, atau sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap suatu hal. Begitu pula dengan persepsi yang
dimiliki oleh guru terhadap Uji Kompetensi Guru, tiap guru memiliki persepsi atau respon
yang berbeda-beda.

Guru adalah figur yang memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda
pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru
memiliki peran besar dalam proses meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan
guru merupakan garda terdepan pendidikan (Ardianingsih, dkk, 2017) yang berhadapan
langsung dengan siswa (Shabir, 2015). Menjadi garda terdepan pendidikan maka seorang
guru perlu meningkatkan kompetensinya. Peningkatan kualitas pendidikan harus diiringi
dengan meningkatnya kompetensi seorang guru.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008). Kompetensi pedagogik berkenaan
dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaan, mulai dari perencanaan
pembelajaran hingga tindak lanjut dari hasil penilaian. Ramayulis (2013: 90), kompetensi
pedagogik guru ditandai dengan kemampuannya menyelenggarakan proses pembelajaran
yang bermutu. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II ayat 4 yang memuat mengenai kompetensi pedagogik
sebagaimana dimaksud kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang
sekurangkurangnya meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b.
pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau silabus; d. perancangan
pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan
teknologi pembelajaran; g. evaluasi hasil belajar; dan h. pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa kompetensi pedagogik, adalah
pemahaman guru mengenai siswa serta pengelolaan atau pemanajemenan pembelajaran
beserta penilaian tanpa mengesampingkan teknologi, yang berguna untuk mengetahui
karakteristik siswa sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh siswa.
Selaian kompetensi pedagogi, guru hendaknya memiliki dan mengembangkan
kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan dasar tenaga pendidik
yang mampu menguasai teoritik, praktik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu
menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Arikunto, 1993; Janawi, 2011). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Bab II ayat 7
memaparkan mengenai kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: a. materi pelajaran secara luas
dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b. konsep dan metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.
Dapat diartikan bahwa kompetensi profesionalisme guru mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dimiliki oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya
sesuai bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi profesionalisme
yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas.
Setiap guru diharuskan untuk mengembangkan kompetensinya secara terus-menerus
dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, didorong juga oleh
perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan pemerintahan dan perubahan
kurikulum pendidikan. Untuk mengetahui kondisi penguasaan kompetensi yang dimiliki oleh
guru, harus dilakukan pemetaan kompetensi guru. Pemetaan ini sudah dilaksanakan oleh
Pemerintah melalui Uji Kompetensi Guru (UKG). Kebijakan pemerintah mengadakan ujian
kompetensi guru (UKG) mulai pada tahun 2012 merupakan suatu kemajuan bagi usaha
peningkatan mutu pendidikan. Uji Kompetensi Guru bertujuan untuk mengetahui peta
penguasaan guru dalam kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Hal ini
dikarenakan materi yang diujikan untuk kompetensi pedagogik 30% dan 70% kompetensi
profesional.

3
Peta penguasaan kompetensi tersebut akan dijadikan acuan untuk pertimbangan dalam
program pembinaan dan pengembangan profesi Guru. Hasil UKG dapat digunakan oleh
pemerintah sebagai pemetaan kompetensi guru, sehingga bisa dibuat perencanaan yang sesuai
dengan kebutuhan.Uji Kompetensi Guru wajib dilaksanakan oleh guru PNS maupun bukan
PNS. Pelaksanaan UKG melibatkan beberapa instansi, antara lain Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan, LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dengan adanya UKG
bagi guru-guru diharapkan mutu guru professional sesuai dengan yang diharapkan oleh
undang-undang. Pelaksanaan UKG berfokus pada identifikasi kemampuan guru dalam
penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional. Hasil dari UKG dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam peningkatan kompetensi yang belum maksimal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warganegara, dkk (2013) terdapat beberapa
kendala mengenai pelaksanaan UKG diantaranya masalah redaksi soal yang menggunakan
kata berbelit, konten soal banyak yang tidak sesuai antara pertanyaan dan jawaban,
kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan. (Yuswono, Martubi, Sukaswanto, & Budiman, 2014) menambahkan
bahwasanya dalam pelaksanaan UKG terdapat kendala seperti akses internet, waktu
pelaksanaan UKG, kriteria penilaian UKG, isi materi UKG, bentuk soal UKG, dan tindak
lanjut dari UKG. Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Fahrurrohman,
2016) yang menemukan fenomena bahwa jadwal pelaksanaan UKG menganggu jam
pelajaran siswa. Selain itu dalam penelitiannya, Fahrurrohman menemukan bahwa 90,9%
atau 50 guru tidak puas terhadap hasil Uji Kompetensi Guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka artikel jurnal ini akan memaparkan mengenai persepsi
guru terhadap UKG 2018 yang telah diselenggarakan oleh pemerintah. Pemaparan persepsi
tersebut mencakup tahap persiapan, sarana dan prasarana, pelaksanaan, dan evaluasi dari uji
kompetensi yang telah diikuti. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk melihat
sejauh mana presepsi guru terhadap UKG. Adapun peran teori yang tertulis di atas sebagai
payung penelitian ini.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini
dikarenakan peneliti mendeskripsikan hasil kuesioner yang berkenaan dengan persepsi guru
terhadap UKG. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data penelitian
ini adalah hasil dari pengisian kuesioner, sedangkan untuk sumber data adalah guru tingkat
SMP di Gunungkidul yang telah mengikuti UKG sejumlah 40 orang, dengan rincian 20 orang
4
telah lulus UGK dan 20 orang tidak lulus UKG. Teknik analisis data dengan model ini terdiri
dari tiga alur utama yakni, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan memaknai
data (Huberman & Miles, 1992) yang selanjutnya dilaksanakan pemaknaan data. Reduksi
data berkenaan dengan memilah data sesuai dengan pernyataan. Setelah data dipilah
berdasarkan opsi “Ya” dan “Tidak” maka data disajikan dalam bentuk tabel rekapitulasi.
Selanjutnya, data yang terlah tersaji akan disimpulkan dan dimaknai.

Pembahasan
Data dari peneitian ini merupakan hasil dari kuesioner yang telah diisi oleh guru.
Sebanyak 40 guru yang telah mengikuti UKG menjadi subjek penelitian ini. Mengingat
persepsi merupakan suatu proses di mana seseorang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensorisnya dalam memberikan suatu makna tertentu dalam
lingkungannya yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman (Siagian, 1989;
Walgito, 2004; Asrori, 2009). Setelah mengikuti UKG maka guru memiliki pengalaman dan
memiliki presepsi masing-masing. Berikut ini rekapitulasi dari kuesioner yang telah diisi.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Persepsi Guru terhadap UKG
Jawaban
No. Pernyataan Jumlah
Ya Tidak
A. Tahap Persiapan
1. Tempat UKG berada di tempat strategis dan mudah
34 6 40
dijangkau
2. Guru mengalami kesulitan dalam mencari lokasi UKG 10 30 40
3. Waktu untuk persiapan UKG sangat singkat 8 32 40
4. Pemerintah memberikan sosialisai tentang UKG 28 12 40
5. Sosialisasi mengenai UKG sudah baik 22 18 40
B. Sarana dan Prasarana
1. Admin tanggap terhadap pertanyaan dari peserta UKG 37 3 40
2. Tempat UKG memiliki ruang laboratorium yang memadai 35 5 40
3. Perangkat yang digunakan dalam keadaan baik 38 2 40
C. Pelaksanaan
1. Peserta diberi pelatihan penggunan aplikasi online sebelum
35 5 40
pelaksanaan UKG
2. Terdapat kendala jaringan internet saat pelaksanaan 8 32 40
3. Kegiatan UKG dilaksanakan sesuai dengan jadwal dari
40 0 40
pemerintah
4. Guru kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi pengerjaan
9 31 40
soal
5. Perangkat komputer/laptop dalam keadaan menyala saat
37 3 40
peserta ujian memasuki ruangan
6. Guru kekurangan waktu dalam mengerjakan soal 15 25 40
7. Kegiatan UKG menganggu jam pembelajaran siswa 34 6 40
D. Evaluasi
1. Hasil UKG memuaskan 10 30 40
2. Soal UKG terdapat jawaban ganda 6 34 40

5
3. UKG memotivasi guru untuk meningkatkan
36 4 40
profesionalisme
4. Soal UKG sudah sesuai dengan kompetensi profesional
37 3 40
pendidik
5. UKG dapat meningkatkan kinerja guru 29 11 40
6. Bahasa yang digunakan dalam soal UKG sulit dimengerti 37 3 40
7. Soal UKG kurang sesuai antara jawaban dengan soal 11 29 40
8. Tahun depan perlu diadakan UKG 23 17 40
Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh hasil mengenai prsepsi guru terhadap UKG.
Persepsi tersebut mencakup tahap persiapan, sarana dan prasarana, pelaksanaan, dan evaluasi.
Berikut ini pembahasan dari masing-masing cakupan.
a. Persepsi guru terhadap tahap persiapan
Untuk komponen tahap persiapan menunjukkan hasil dari 40 atau 100% angket secara
keseluruhan guru telah memberikan informasi tentang persepsinya. Terdapat 34 guru
menyatakan bahwa tempat UKG berada di tempat strategis dan mudah untuk dijangkau,
sedangkan sisanya sebanyak 6 orang guru merasa sebaliknya. Lokasi UKG dapat
dikategorikan mudah untuk dijangkau, karena hanya 10 dari 40 guru yang menyatakan
mengalami kesulitan dalam mencari lokasi. Sebanyak 8 dari 40 guru menyatakan bahwa
waktu persiapan UKG singkat. Sedangkan untuk sosialisasi UKG sebanyak 28 guru
menyatakan bahwa pemerintah masih kurang memberikan sosialisasi. Sedangkan sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah dinilai sudah baik. Adapun dari presepsi mengenai tahap
persiapan perlu memberikan sosialisasi pelaksanaan Uji Kompetensi Guru. Guru memiliki
persepsi positif mengenai tahap persiapan dari pelaksanaan UKG.
b. Persepsi guru terhadap sarana dan prasarana
Pada komponen sarana dan prasarana terdapat tiga aspek yakni, admin yang tanggap
terhadap pertanyaan dari peserta UKG, tempat UKG memiliki ruang laboratorium yang
memadai, dan perangkat yang dignkan dalam keadaan baik. Untuk aspek admin yang tanggap
terhadap pertanyaan peserta sebagian besar guru puas, hal ini ditunjukkan 37 dari 40 guru
setuju dengan hal itu. Untuk laboratorium yang memadai untuk pelaksaanaan UKG juga
memuaskan, terlihat dari sebanyak 35 guru menyatakan setuju. Sebanyak 38 guru
menyatakan perangkat yang digunakan Uji Kompetensi Guru dalam keadaan baik. Untuk
sarana dan prasarana guru memiliki persepsi positif.
c. Presepsi guru terhadap pelaksanaan
Komponen pelaksanaan dari Uji Kompetensi Guru secara keseluruhan guru telah
memberikan presepsinya. Aspek mengeneai pelatihan penggunaan aplikasi online sebelum
pelaksanaan telah diberikan oleh pemerintah, terbukti sebanyak 35 orang guru setuju dengan

6
hal tersebut. Untuk aspek jaringan internet saat pelaksanaan masih terdapat kendala,
sebanyak 8 guru masih merasakan kendala jaringan. 40 guru menyatakan bahwa Uji
Kompetensi Guru dilaksanakan sesuai dengan jadwal dari pemerintah. Mengingat guru yang
mengkuti UKG dari berbagai usia, masih terdapat 9 guru dari 40 guru yang mengalami
kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi meskipun sudah diberi pelatihan oleh pemerintah.
Sebanyak 37 guru berpendapat perangkat komputer/laptop dalam keadaan menyala saat
peserta memasuki ruangan. Untuk waktu alokasi pengerjaan soal masih terdapat 15 guru
merasa kurang. Kegiatan UKG yang diadakan oleh pemerintah masih menganggu jam
pembelajaran siswa, hal ini terlihat dari 40 guru sebanyak 34 guru berpendapat demikian. Hal
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrurrohman (2016) yang menemukan
fenomena bahwa jadwal pelaksanaan UKG menganggu jam pelajaran siswa.
d. Persepsi guru terhadap evaluasi
Untuk komponen evaluasi menunjukkan hasil dari 40 atau 100% angket secara
keseluruhan guru telah memberikan informasi tentang persepsinya. Sebanyak 30 guru
menyatakan tidak puas dengan hasil UKG. Hal ini juga ditemukan oleh Fahrurrohman (2016)
bahwa 90,9% atau 50 guru tidak puas terhadap hasil Uji Kompetensi Guru. Dengan
ketidakpuasan tersebut dapat menjadikan guru semakin termotivasi dalam meningkatkan
keprofesionalismenya, terbukti 36 guru setuju dengan hal tersebut. Untuk soal sendiri, masih
terdapat guru yang merasa terdapat pilihan yang memiliki jawaban ganda, yakni sebanyak 6
orang. Untuk soal UKG sendiri sudah sesuai dengan kompetensi profesional pendidik, hal ini
terbukti sebanyak 37 guru berpendapat demikian.
Berkenaan dengan motivasi untuk meningkatkan profesionalisme guru, UKG juga dapat
meningkatkan kinerja dari guru, begitu yang diasakan oleh 29 dari 40 guru yang telah
mengikuti UKG. Untuk bahasa yang digunakan dalam soal UKG masih dirasa sulit
dimengerti oleh peserta, hal ini terbuktu sebanyak 37 orang berpendapat demikian. Selain
bahasa yang digunakan, masih terdapat soal yang kurang sesuai antara jawaban dengan soal
demikian yang dipresepsikan sebanyak 11 guru. Untuk pelaksanaan UKG pada tahun
berikutnya masih dirasa perlu hal ini terbukti 23 guru berpendapat untuk diadakanya UKG
tahun berikutnya.
Presepsi yang dimiliki oleh guru masing-masing berbeda. Adapun kendala yang
ditemukan dalam pelaksanaan UKG tidak jauh berbeda dengan penelitian Yuswono (2014)
bahwasanya dalam pelaksanaan UKG terdapat kendala seperti akses internet, waktu
pelaksanaan UKG, kriteria penilaian UKG, isi materi UKG, bentuk soal UKG, dan tindak
lanjut dari UKG.
7
Simpulan
Pelaksanaan UKG dapat memotivasi guru untuk meningkatkan profesionalisme dan
kinerja guru, mengingat guru merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan. Melihat
respon positif guru mengenai Uji Kompetensi Guru maka perlu ditingkatkan dalam aspek
sosialisai UKG, pelatihan penggunaan aplikasi soal, jadwal pelaksanaan UKG, dan instrumen
soal yang digunakan. Mengingat UKG merupakan cara untuk memetakan kompetensi guru.

Referensi

Ahmadi. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Ardianingsih, F., Mahmudah, S., & Rianto, E. (2017). Peran Guru dalam Implementasi
Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Pada Sekolah Luar Biasa Di Sidoarjo. Jurnal
Pendidikan, 2(1), 14–20.

Asrori, M. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Fahrurrohman, A. (2016). Persepsi Guru SMP Tentang Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru
(UKG) 2015 di Kabupaten Karanganyar.

Huberman, M., & Miles, B. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. (Tjetjep Rohendi Rohadi, Ed.). Jakarta: Universitas Indonesia.

Janawi. (2011). Kompetensi Guru Cita Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Peraturan No 74. (2008), 3–5.

Ramayulis, P. D. H. (2013). Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Ricciardelli, P., Baylis, G., & Driver, J. (2000). The positive and negative of human expertise
in gaze perception. Cognition. https://doi.org/10.1016/S0010-0277(00)00092-5

S. Arikunto. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Shabir. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: (Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban, dan Kompetensi Guru). Auladuna, 2(36), 221–232. Retrieved from
journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/878/848 diakses pada 01
Mei 2019 pukul 09.05 WIB

Siagian, S. P. (1989). No TitleTeori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi.

Warganegara, N. S., Pitoewas, B., & Yanzi, H. (2013). Persepsi Guru terhadap Pelaksanaan
Uji Kompetensi Guru di SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
Retrieved from https://docplayer.info/48331422-Jurnal-penelitian-pendidikan-persepsi-

8
guru-terhadap-pelaksanaan-uji-kompetensi-guru-di-sma-negeri-3-bandar-lampung-
tahun-pelajaran-2012-2013.html diakses pada 14 April 2019 pukul 15.55 WIB

Yuswono, L. C., Martubi, Sukaswanto, & Budiman, A. (2014). No Title. Prosiding Konvensi
Nasional APTEKINDO VII Dan Temu Karya XVIII FPTK/FT-JPTK Se-Indonesia, 280
sd. 804. Retrieved from http://jurnal.upi.edu/1800/view/3073/profil-kompetensi-guru-
smk-teknik-kendaraan-ringan-di-daerah-istimewa-yogyakarta.html diakses pada 25
April 2019 pukul 19.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai