Laporan Kimfis 2 Penentuan Orde Reaksi Dan Tetapan Laju Reaksi
Laporan Kimfis 2 Penentuan Orde Reaksi Dan Tetapan Laju Reaksi
Abstrak
Percobaan ini untuk menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida
adalah orde kedua, disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya dan penentuan
ini dilakukan dengan cara titrasi. Dalam percobaan ini menggunakan prinsip laju reaksi sesat
yaitu laju reaksi rata-rata yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan
perhitungan laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Tetapan k yang muncul merupakan
sebagai tetapan laju atau koefisien laju dimana satuan tetapan atau koefisien laju bergantung
pada orde reaksi. Larutan campuran dari etil asetat dan NaOH dipipet 10 mL dimasukkan
kedalam erlenmeyer yang berisi HCl 15 mL lalu diberi pp dan dititrasi dengan NaOH,
percobaan diulangi dengan variasi waktu 5, 15, 30, dan 60 menit serta pemanasan. Sehingga
diperoleh hasil volume NaOH yang digunakan 7,70 mL ; 7,90 mL ; 8,70 mL ; 9,30 mL, dan
9,40 mL. Konsentrasi awal etil asetat yang digunakan sebesar 0,00888 M dan nilai x
(konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu berturut-turut sebesar
0,00854 M ; 0,00858 M ; 0,0102 M; 0,00874 M dan 0,00886 M. Nilai tetapan k untuk waktu
5; 15; 30; dan 60 menit secara berturut-turut adalah sebesar 9,4285; 3,5786; 3,9056; dan
13,8576 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar = 6,1541 mol -1 L
s-1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan, konsentrasi,
temperatur, waktu dan teori tumbukan.
Keyword : laju reaksi, orde reaksi, tetapan laju reaksi, cara titrasi, faktor pengaruh
suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju menganalisis secara langsung maupun tak
atau laju bertambahnya konsentrasi suatu atau banyaknya pereaksi yang tersisa
dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia
umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molekul makin sering terjadi. Semakin
molar atau molaritas (M). Dengan demikian banyak tumbukan yang terjadi berarti
maka laju reaksi menyatakan berkurangnya kemungkinan untuk menghasilkan
konsentrasi pereaksi atau bertambahnya tumbukan efektif semakin besar dan reaksi
konsentrasi zat hasil reaksi setiap satuan berlangsung lebih cepat.
waktu. Satuan laju reaksi umumnya b) Luas Permukaan
dinyatakan dalam satuan mol.dm-3.det-1 Reaksi yang berlangsung dalam system
atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau homogen sangat berbeda dengan reaksi
molaritas, merupakan satuan konsentrasi yang berlangsung dalam system heterogen.
larutan (Atkin, 1990). Pada reaksi yang homogen, campuran
Dalam laju reaksi dikenal juga laju zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat
reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata yang mempercepat berlangsungnya reaksi kimia
dihitung dalam selang waktu yang berbeda- karena molekul-molekul ini dapat
beda dan diperlukan perhitungan laju reaksi bersentuhan satu sama lainnya. Dalam
yang berlaku dalam setiap saat. Laju reaksi sistem heterogen, reaksi hanya berlangsung
juga dapat ditentukan melalui cara grafik. pada bidang-bidang perbatasan dan pada
Laju reaksi sesaat merupkan gradient dari bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua
kurva antara waktu dengan perubahan fase. Reaksi kimia dapat berlangsung jika
konsentrasi pada selang waktu tertentu. molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion
Oleh karena itu, terdapat suatu bilangan dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu
tetap yang merupakan angka faktor bertumbukan. Makin halus suatu zat maka
perkalian terhadap konsentrasi yang disebut makin luas permukaannya sehingga makin
sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan besar kemungkinan bereaksi dan makin
demikian, laju reaksi sesaat secara umum cepat reaksi itu berlangsung.
dapat dinyatakan sebagai : c) Temperatur
Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat] Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bila suhunya berubah. Laju reaksi
laju reaksi yaitu : meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya
a) Konsentrasi kenaikkan suhu sebesar 100C akan
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau
adalah khas untuk setiap reaksi. Semakin tiga kali. Kenaikkan laju reaksi ini
tinggi konsentrasi berarti makin banyak disebabkan dengan kenaikkan suhu akan
molekul-molekul dalam setiap satuan luas menyebabkan makin cepatnya molekul-
ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul pereaksi bergerak, sehingga
memperbesar kemungkinan terjadinya Jika tekanan gas diperbesar, maka volume
tabrakan antar molekul. Energi yang gas itu diperkecil, sehingga letak partikel
diperlukan untuk menghasilkan tabrakan makin berdekatan dan makin mudah
yang efektif atau untuk menghasilkan suatu bertumbukkan. Jadi, makin besar tekanan
reaksi disebut energi pengaktifan kinetik. gas maka makin cepat reaksinya.
Perumusan laju reaksi sebagai berikut: f) Teori tumbukan
t t 0 Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju
Vt V0 .2 10
V
ln C – ln C = - k t
C
ln k t
C0 [X]
C = Co e-k t
Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:
Suatu reaksi dikatakan berorde satu
terhadap salah satu pereaksinya jika laju a. Reaksi umum :
reaksi berbanding lurus dengan A produk
A
= k A2
konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
Maka: V
pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju t
V
c. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik
terhadap konsentrasi pereaksi.
[X]
V
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde
dua terhadap salah satu pereaksi jika laju [X]
reaksi merupakan pangkat dua dari
konsentrasi pereaksi itu. Apabila V
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka
laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali
lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan
seperti grafik berikut :
Ada dua metode yang dapat sebanyak 150 mL, kemudian dipipet,
digunakan untuk menentukan tetapan laju sebanyak 50 mL larutan NaOH 0,02 M dan
reaksi yaitu dengan cara titrasi dan cara 50 mL etil asetat 0,02 M dimasukkan ke
konduktometri. Dalam metode titrasi, dalam labu erlenmeyer bertutup. Sementara
konstanta laju reaksi dapat diketahui itu sebanyak 15 mL larutan HCl 0,02 M
dengan menentukan jumlah konsentrasi ion dipipet ke dalam masing-masing 5 buah
basa yang ditambahkan asam berlebih. labu erlenmeyer lainnya. Selanjutnya
Ketika reaksi berhenti, hal ini menunjukkan larutan etil asetat ditambahkan dengan
bahwa asam berlebih pada larutan telah cepat ke dalam larutan NaOH dan dikocok
dinetralkan oleh basa. Pada metode dengan baik. Pada saat kedua larutan
konduktometri, penentuan orde reaksi dan tersebut bercampur, stopwatch dijalankan.
tetapan laju reaksi dapat diketahui dari nilai Lima menit setelah reaksi dimulai, 10 mL
hantaranlarutan di tiap menit pengukuran. dari campuran reaksi dipipet dan
Semakin lama waktu pengukuran, hantaran dimasukkan ke dalam salah satu labu yang
dari larutan akan semakin berkurang karena berisi 15 mL larutan HCl itu dan diaduk
basa di dalam larutan akan menjadi spesi dengan baik. Kelebihan HCl segera dititrasi
asam konjugasi. secepat mungkin dengan larutan standar
NaOH 0,02 M.
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Pengerjaan pada no.5 dilakukan
Pada percobaan ini alat-alat yang pada waktu 5, 15, 30 dan 60 menit setelah
digunakan seperti : a) Pipet volume 5 mL ; waktu reaksi. Lalu disa campuran reaksi
10 mL dan 20 mL, b) Labu erlenmeyer dalam erlenmeyer bertutup dipanaskan
bertutup 250 mL dan 100 mL, c) Labu hingga mendidih untuk mempercepat
erlenmeyer 250 mL, c) Buret 10 mL, d) reaksi. Konsentrasi OH− kemudian
Pipet tetes, e) Stopwatch ditentukan seperti pada pengerjaan no. 5.
Bahan-bahan yang digunakan Dari percobaan diperoleh data hasil
seperti : a) Etil asetat p.a, b) Larutan NaOH percobaan sebagai berikut :
0,02 M, c) Larutan HCl 0,02 M, d) Volume NaOH
t (menit)
Indikator fenolftalein, d) Akuades. (mL)
Percobaan ini dilakukan dengan 5 7,70
menyediakan larutan NaOH dengan 15 7,9
konsentrasi tepat 0,02 M disediakan 30 8,7
sebanyak 200 mL dan Larutan HCl dengan 60 9,3
konsentrasi tepat 0,02 M disediakan
Panas 9,4 praktikum ini juga sama yaitu 50 mL
berbanding 50 mL. Larutan etil asetat 0,02
HASIL DAN PEMBAHASAN M direaksikan dengan larutan NaOH 0,02
Pada praktikum kali ini yaitu M masing-masing sebanyak 50 mL.
penentuan orde reaksi dan laju reaksi Larutan etil asetat dibiarkan bereaksi
dimana tujuan percobaan kali ini untuk dengan larutan NaOH, setelah 3 menit
menunjukkan bahwa reaksi penyabunan campuran larutan direaksikan dengan 20
etilasetat oleh ion hidroksida adalah orde mL HCL hal itu dilakukan juga selama
kedua, disamping itu akan ditentukan pula selang waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit,
tetapan laju reaksinya dan penentuan ini dan 60 menit. Selama selang waktu
dilakukan dengan cara titrasi. Laju reaksi tersebut, etil asetat akan bereaksi dengan
adalah cepat lambatnya suatu reaksi NaOH, dan selanjutnya setelah selang
berlangsung atau dapat juga dinyatakan waktu yang ditentukan, NaOH yang tersisa
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi dalam campuran direaksikan dengan
atau hasil reaksi per satuan waktu. larutan HCl 0,02 M. Setelah sisa NaOH
Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi dalam campuran dinetralkan oleh larutan
kimia pada prinsipnya menentukan HCl, maka kelebihan HCl dititrasi dengan
seberapa besar pengaruh perubahan menngunakan basa kuat yaitu larutan
konsentrasi pereaksi terhadap laju NaOH 0,02. Pada titrasi Larutan NaOH
reaksinya.tumbukan efektif merupakan bertindak sebagai titran, sedangkan
tumbukan yang menghasilkan reaksi, dan campuran yang mengandung sisa HCl
energi minimum yang diperlukan supaya sebagai titrat. Dalam proses titrasi
reaksi dapat berlangsung disebut energi ditambahkan indikator fenolftalein yang
aktifasi(Ea). Untuk mengetahui tetapan laju berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi,
reaksi pada reaksi penyabunan tersebut, dimana akan terjadi perubahan warna dari
dilakukan percobaan dengan menggunakan bening menjadi merah muda. Proses titrasi
metode titrasi yaitu titrasi asam basa. dilakukan pada selang waktu reaksi 5, 15,
Reaksi yang akan diamati dalam percobaan 30, dan 60 menit serta setelah pemanasan
kali ini adalah reaksi penyabunan etil asetat (waktu tak terhingga), tujuannya untuk
oleh ion hidroksida. megetahui jumlah HCl yang telah bereaksi
Dalam percobaan ini, konsentrasi dalam campuran etil asetat-NaOH pada
awal etil asetat dengan konsentrasi awal selang waktu tersebut.
NaOH sama (a = b). Volume NaOH dan Pemanasan pada campuran etil
Etil Asetat yang dipergunakan dalam asetat-NaOH setelah selang waktu 60 menit
untuk waktu tak terhingga bertujuan untuk berturut-turut adalah sebesar 9,4285;
-1
mempercepat reaksi sehingga reaksi 3,5786; 3,9056; dan 13,8576 mol L s-1.
penyabunan cepat selesai dan mengetahui Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata
konsentrasi awal etil asetat dalam sebesar = 6,1541 mol -1
L s-1. Dari
campuran. Etil asetat memiliki sifat yang perhitungan, juga diperoleh harga
mudah menguap, sehingga proses titrasi x
yang nantinya dipergunakan
harus dilakukan secepat mungkin. Adapun aa x
volume NaOH yang diperlukan untuk untuk membuat grafik hubungan antara
menetralkan sisa HCl selama selang waktu x
(sebagai ordinat) terhadap waktu
reaksi 5, 15, 30, dan 60 menit serta setelah aa x
pemanasan (waktu tak terhingga) secara (sebagai absis) seperti yang terlihat
berturut-turut adalah 7,70 mL ; 7,90 mL ; dibawah ini
8,70 mL ; 9,30 mL, dan 9,40 mL.
Grafik hubungan antara
Berdasarkan perhitungan dengan
Nilai (sebagai ordinat)
menggunakan data yang telah diperoleh,
terhadap waktu (sebagai
maka diketahui bahwa konsentrasi etil
absis)
asetat mula-mula yang akan bereaksi 600000
499887,387
4
dengan NaOH adalah sebesar 0,00888 M 500000
M. Nilai ini merupakan nilai a yang akan 400000
1. Karena harga k konstan, maka reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
reaksi orde kedua.
2. Pada suatu sistem yang dapat mengalirkan listrik (kawat atau larutan elektrolit) akan
memiliki tahanan,(resistance, R) yang mengikuti Hk. Ohm R=
i
Pada umumnya tahanan hanya bergantung pada temperatur dan jenis media dan tidak
tergantung pada besarnya potensial dan arus yang diberikan, tahanan seperti ini disebut
sebagai tahanan yang bersifat ohmic. Beberapa tahanan dalam elektrokimia bersifat
non-ohmic, namun untuk kemudahan dalam pendekatan maka tahanan dalam suatu
sistem elektrolit dianggap bersifat ohmic. Tahanan adalah suatu besaran yang bersifat
ekstensif : karena tahanan merupakan fungsi dari ukuran (dan bentuk). Untuk sistem
yang memiliki penampang yang seragam (uniform) dapat berlaku tahanan jenis,
𝐴
(resistivity, 𝜌) yang besarnya adalah 𝜌 = 𝑅 𝐿 , dengan A adalah luas area, L adalah
panjang, dan R adalah tahanan. Tahanan jenis adalah suatu besaran yang bersifat
intensif. Pada sistem elektrolit lebih mudah bila digunakan pengertian hantaran
1
(conductance, S 𝑆 = 𝑅) yang merupakan kebalikan dari tahanan, dan juga hantaran jenis,
(conductivity, K) yang merupakan kebalikan dari tahanan jenis.
Hantaran jenis di rumuskan sebagai
1 𝐿
𝐾= =
𝜌 𝑅𝐴
x
Tabel yang berisi harga dengan waktu
aa x
Dimana : a = b = 0,00888
T x
aa x
x
(menit)
5 0,00854 M 2828,5638
15 0,00858 M 3220,7207
30 0,00874 M 7030,2445
60 0,00886 M 499887,3874