Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

I Gede Dika Virga Saputra


1108105034
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Abstrak
Percobaan ini untuk menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etilasetat oleh ion hidroksida
adalah orde kedua, disamping itu akan ditentukan pula tetapan laju reaksinya dan penentuan
ini dilakukan dengan cara titrasi. Dalam percobaan ini menggunakan prinsip laju reaksi sesat
yaitu laju reaksi rata-rata yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan
perhitungan laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Tetapan k yang muncul merupakan
sebagai tetapan laju atau koefisien laju dimana satuan tetapan atau koefisien laju bergantung
pada orde reaksi. Larutan campuran dari etil asetat dan NaOH dipipet 10 mL dimasukkan
kedalam erlenmeyer yang berisi HCl 15 mL lalu diberi pp dan dititrasi dengan NaOH,
percobaan diulangi dengan variasi waktu 5, 15, 30, dan 60 menit serta pemanasan. Sehingga
diperoleh hasil volume NaOH yang digunakan 7,70 mL ; 7,90 mL ; 8,70 mL ; 9,30 mL, dan
9,40 mL. Konsentrasi awal etil asetat yang digunakan sebesar 0,00888 M dan nilai x
(konsentrasi OH- bereaksi) selama selang waktu yang ditentukan yaitu berturut-turut sebesar
0,00854 M ; 0,00858 M ; 0,0102 M; 0,00874 M dan 0,00886 M. Nilai tetapan k untuk waktu
5; 15; 30; dan 60 menit secara berturut-turut adalah sebesar 9,4285; 3,5786; 3,9056; dan
13,8576 mol -1 L s-1. Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata sebesar = 6,1541 mol -1 L
s-1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan, konsentrasi,
temperatur, waktu dan teori tumbukan.

Keyword : laju reaksi, orde reaksi, tetapan laju reaksi, cara titrasi, faktor pengaruh

PENDAHULUAN gas dapat diganti dengan satuan tekanan,


Kinetika kimia adalah salah satu ilmu seperti Atmosfer (atm), millimeter
yang membahas tentang laju atau kecepatan merkorium (mmHg) atau pascal (Pa).
dan mekanisme reaksi. Secara kuantitatif satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari,
kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi
reaksi, yaitu jumlah dari eksponen itu berjalan cepat atau lambat. Dapat
konsentrasi pada persamaan laju reaksi. dirumuskan sebagai berikut.
Laju reaksi (Reaction Rate) adalah perubahan konsentrasi
Laju reaksi =
perubahan konsentrasi-konsentrasi pereaksi satuan waktu
ataupun produk dalam satuan waktu. Laju Untuk mengukur laju reaksi, perlu

suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju menganalisis secara langsung maupun tak

berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, langsung banyaknya produk yang terbentuk

atau laju bertambahnya konsentrasi suatu atau banyaknya pereaksi yang tersisa

produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan setelah penggal-penggal waktu tertentu.

dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia
umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molekul makin sering terjadi. Semakin
molar atau molaritas (M). Dengan demikian banyak tumbukan yang terjadi berarti
maka laju reaksi menyatakan berkurangnya kemungkinan untuk menghasilkan
konsentrasi pereaksi atau bertambahnya tumbukan efektif semakin besar dan reaksi
konsentrasi zat hasil reaksi setiap satuan berlangsung lebih cepat.
waktu. Satuan laju reaksi umumnya b) Luas Permukaan
dinyatakan dalam satuan mol.dm-3.det-1 Reaksi yang berlangsung dalam system
atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau homogen sangat berbeda dengan reaksi
molaritas, merupakan satuan konsentrasi yang berlangsung dalam system heterogen.
larutan (Atkin, 1990). Pada reaksi yang homogen, campuran
Dalam laju reaksi dikenal juga laju zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat
reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata yang mempercepat berlangsungnya reaksi kimia
dihitung dalam selang waktu yang berbeda- karena molekul-molekul ini dapat
beda dan diperlukan perhitungan laju reaksi bersentuhan satu sama lainnya. Dalam
yang berlaku dalam setiap saat. Laju reaksi sistem heterogen, reaksi hanya berlangsung
juga dapat ditentukan melalui cara grafik. pada bidang-bidang perbatasan dan pada
Laju reaksi sesaat merupkan gradient dari bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua
kurva antara waktu dengan perubahan fase. Reaksi kimia dapat berlangsung jika
konsentrasi pada selang waktu tertentu. molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion
Oleh karena itu, terdapat suatu bilangan dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu
tetap yang merupakan angka faktor bertumbukan. Makin halus suatu zat maka
perkalian terhadap konsentrasi yang disebut makin luas permukaannya sehingga makin
sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan besar kemungkinan bereaksi dan makin
demikian, laju reaksi sesaat secara umum cepat reaksi itu berlangsung.
dapat dinyatakan sebagai : c) Temperatur
Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat] Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bila suhunya berubah. Laju reaksi
laju reaksi yaitu : meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya
a) Konsentrasi kenaikkan suhu sebesar 100C akan
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau
adalah khas untuk setiap reaksi. Semakin tiga kali. Kenaikkan laju reaksi ini
tinggi konsentrasi berarti makin banyak disebabkan dengan kenaikkan suhu akan
molekul-molekul dalam setiap satuan luas menyebabkan makin cepatnya molekul-
ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul pereaksi bergerak, sehingga
memperbesar kemungkinan terjadinya Jika tekanan gas diperbesar, maka volume
tabrakan antar molekul. Energi yang gas itu diperkecil, sehingga letak partikel
diperlukan untuk menghasilkan tabrakan makin berdekatan dan makin mudah
yang efektif atau untuk menghasilkan suatu bertumbukkan. Jadi, makin besar tekanan
reaksi disebut energi pengaktifan kinetik. gas maka makin cepat reaksinya.
Perumusan laju reaksi sebagai berikut: f) Teori tumbukan
t t 0 Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju
Vt  V0 .2 10

reaksi dapat dijaleaskan dengan teori


Dimana: tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir berlangsung sebagai hasil tumbukan antar
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah
setiap tumbukan menghasilkan reaksi,
d) Katalisator melainkan hanya tumbukan antar partikel
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung yang memiliki energi cukup serta arah
lambat dapat dipercepat dengan tumbukan yang tepat. Tumbukan yang
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi menghasilkan reaksi, kita sebut tumbukan
zat tersebut setelah reaksi selesai ternyata efektif. Energi minimum yang harus
tidak berubah. Katalisator adalah suatu zat dimiliki oleh partikel pereaksi sehingga
yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa menghasilkan tumbukan efektif disebut
dirinya mengalami perubahan yang kekal. energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi).
Suatu katalisator mungkin akan terlibat Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
dalam proses reaksi atau mengalami tumbukan adalah sebagai berikut :
perubahan selama reaksi berlangsung,  Jumlah partikel atau konsentrasi,
tetapi setelah reaksi itu selesai maka  Temperatur
katalisator akan diperoleh kembali dalam  Luas permukaan
jumlah yang sama. Katalisator  Menambah katalisator
mempercepat reaksi dengan cara mengubah Dari percobaan penentuan laju reaksi
jalannya reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh menunjukkan bahwa laju reaksi akan
tersebut mempunyai energi aktivasi yang menurun dengan bertambahnya waktu. Hal
lebih rendah dari pada jalur reaksi yang itu berari ada hubungan antara konsentrasi
biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi.
katalisator berperan dalam menurunkan Umumnya laju reaksi tergantung pada
energi aktivasi. konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi.
e) Tekanan gas Pernyataan ini dikenal sebagai hukum laju
reaksi atau persamaan laju reaksi Reaksi dikatakan berorde nol
(Sukardjo,1989) Secara umum untuk reaksi terhadap salah satu pereaksinya apabila
pA qB + rC perubahan konsentrasi tersebut tidak
V = K[A]m[B]n mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan
dengan, terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
V = Laju reaksi (mol dm-3 det-1) konsentrasi pereaksi itu tidak
K = tetapan laju reaksi mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang
m = tingkat reaksi (orde reaksi) berorde nol dapat dijelaskan juga seperti
terhadap A gambar grafik berikut :
n = tingkat reaksi (orde reaksi)
terhadap B
[A] = Konsentrasi awal A (mol dm-3)
[B] = Konsentrasi awal B (mol dm-3) V
Orde reaksi adalah banyaknya
faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. [X]
Penentuan orde reaksi tidak dapat
diturunkan dari persamaan reaksi tetapi Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara
hanya dapat ditentukan berdasarkan matematis hukum kecepatan reaksi berorde
percobaan. Suatu reaksi yang diturunkan nol ini adalah: V  k A0 V = k
secara eksperimen dinyatakan dengan b. Orde satu
rumus kecepatan reaksi: Suatu reaksi berorde satu dapat
2
v = k [A][B] dinyatakan dengan: A produk
Persamaan tersebut mengandung
A
pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan Sehingga V   = k A
t
merupakan reaksi orde 2 terhadap zat B.
Secara keselurahan reaksi tersebut adalah Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui
reaksi orde 3. Tetapan k yang muncul bahwa untuk reaksi berorde satu:

disebut juga sebagai tetapan laju atau


dC
koefisien laju. Satuan tetapan atau koefisien  kC
dt
laju bergantung pada orde reaksi (Bird,
1
1993). Orde reaksi memiliki beberapa dt  k dt
C
makna diantaranya :
a. Orde Nol
t 1 t
0
dt  k  dt0

V
ln C – ln C = - k t

C
ln  k t
C0 [X]

C = Co e-k t
Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:
Suatu reaksi dikatakan berorde satu
terhadap salah satu pereaksinya jika laju a. Reaksi umum :
reaksi berbanding lurus dengan A produk
A
= k A2
konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
Maka: V  
pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju t

reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih b. Reaksi umum:

besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan A + B produk

grafik dibawah : A B


Maka : V    
t t
V  k AB

V
c. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik
terhadap konsentrasi pereaksi.

[X]
V
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde
dua terhadap salah satu pereaksi jika laju [X]
reaksi merupakan pangkat dua dari
konsentrasi pereaksi itu. Apabila V
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka
laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali
lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan
seperti grafik berikut :
Ada dua metode yang dapat sebanyak 150 mL, kemudian dipipet,
digunakan untuk menentukan tetapan laju sebanyak 50 mL larutan NaOH 0,02 M dan
reaksi yaitu dengan cara titrasi dan cara 50 mL etil asetat 0,02 M dimasukkan ke
konduktometri. Dalam metode titrasi, dalam labu erlenmeyer bertutup. Sementara
konstanta laju reaksi dapat diketahui itu sebanyak 15 mL larutan HCl 0,02 M
dengan menentukan jumlah konsentrasi ion dipipet ke dalam masing-masing 5 buah
basa yang ditambahkan asam berlebih. labu erlenmeyer lainnya. Selanjutnya
Ketika reaksi berhenti, hal ini menunjukkan larutan etil asetat ditambahkan dengan
bahwa asam berlebih pada larutan telah cepat ke dalam larutan NaOH dan dikocok
dinetralkan oleh basa. Pada metode dengan baik. Pada saat kedua larutan
konduktometri, penentuan orde reaksi dan tersebut bercampur, stopwatch dijalankan.
tetapan laju reaksi dapat diketahui dari nilai Lima menit setelah reaksi dimulai, 10 mL
hantaranlarutan di tiap menit pengukuran. dari campuran reaksi dipipet dan
Semakin lama waktu pengukuran, hantaran dimasukkan ke dalam salah satu labu yang
dari larutan akan semakin berkurang karena berisi 15 mL larutan HCl itu dan diaduk
basa di dalam larutan akan menjadi spesi dengan baik. Kelebihan HCl segera dititrasi
asam konjugasi. secepat mungkin dengan larutan standar
NaOH 0,02 M.
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Pengerjaan pada no.5 dilakukan
Pada percobaan ini alat-alat yang pada waktu 5, 15, 30 dan 60 menit setelah
digunakan seperti : a) Pipet volume 5 mL ; waktu reaksi. Lalu disa campuran reaksi
10 mL dan 20 mL, b) Labu erlenmeyer dalam erlenmeyer bertutup dipanaskan
bertutup 250 mL dan 100 mL, c) Labu hingga mendidih untuk mempercepat
erlenmeyer 250 mL, c) Buret 10 mL, d) reaksi. Konsentrasi OH− kemudian
Pipet tetes, e) Stopwatch ditentukan seperti pada pengerjaan no. 5.
Bahan-bahan yang digunakan Dari percobaan diperoleh data hasil
seperti : a) Etil asetat p.a, b) Larutan NaOH percobaan sebagai berikut :
0,02 M, c) Larutan HCl 0,02 M, d) Volume NaOH
t (menit)
Indikator fenolftalein, d) Akuades. (mL)
Percobaan ini dilakukan dengan 5 7,70
menyediakan larutan NaOH dengan 15 7,9
konsentrasi tepat 0,02 M disediakan 30 8,7
sebanyak 200 mL dan Larutan HCl dengan 60 9,3
konsentrasi tepat 0,02 M disediakan
Panas 9,4 praktikum ini juga sama yaitu 50 mL
berbanding 50 mL. Larutan etil asetat 0,02
HASIL DAN PEMBAHASAN M direaksikan dengan larutan NaOH 0,02
Pada praktikum kali ini yaitu M masing-masing sebanyak 50 mL.
penentuan orde reaksi dan laju reaksi Larutan etil asetat dibiarkan bereaksi
dimana tujuan percobaan kali ini untuk dengan larutan NaOH, setelah 3 menit
menunjukkan bahwa reaksi penyabunan campuran larutan direaksikan dengan 20
etilasetat oleh ion hidroksida adalah orde mL HCL hal itu dilakukan juga selama
kedua, disamping itu akan ditentukan pula selang waktu 5 menit, 15 menit, 30 menit,
tetapan laju reaksinya dan penentuan ini dan 60 menit. Selama selang waktu
dilakukan dengan cara titrasi. Laju reaksi tersebut, etil asetat akan bereaksi dengan
adalah cepat lambatnya suatu reaksi NaOH, dan selanjutnya setelah selang
berlangsung atau dapat juga dinyatakan waktu yang ditentukan, NaOH yang tersisa
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi dalam campuran direaksikan dengan
atau hasil reaksi per satuan waktu. larutan HCl 0,02 M. Setelah sisa NaOH
Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi dalam campuran dinetralkan oleh larutan
kimia pada prinsipnya menentukan HCl, maka kelebihan HCl dititrasi dengan
seberapa besar pengaruh perubahan menngunakan basa kuat yaitu larutan
konsentrasi pereaksi terhadap laju NaOH 0,02. Pada titrasi Larutan NaOH
reaksinya.tumbukan efektif merupakan bertindak sebagai titran, sedangkan
tumbukan yang menghasilkan reaksi, dan campuran yang mengandung sisa HCl
energi minimum yang diperlukan supaya sebagai titrat. Dalam proses titrasi
reaksi dapat berlangsung disebut energi ditambahkan indikator fenolftalein yang
aktifasi(Ea). Untuk mengetahui tetapan laju berguna untuk mendeteksi titik akhir titrasi,
reaksi pada reaksi penyabunan tersebut, dimana akan terjadi perubahan warna dari
dilakukan percobaan dengan menggunakan bening menjadi merah muda. Proses titrasi
metode titrasi yaitu titrasi asam basa. dilakukan pada selang waktu reaksi 5, 15,
Reaksi yang akan diamati dalam percobaan 30, dan 60 menit serta setelah pemanasan
kali ini adalah reaksi penyabunan etil asetat (waktu tak terhingga), tujuannya untuk
oleh ion hidroksida. megetahui jumlah HCl yang telah bereaksi
Dalam percobaan ini, konsentrasi dalam campuran etil asetat-NaOH pada
awal etil asetat dengan konsentrasi awal selang waktu tersebut.
NaOH sama (a = b). Volume NaOH dan Pemanasan pada campuran etil
Etil Asetat yang dipergunakan dalam asetat-NaOH setelah selang waktu 60 menit
untuk waktu tak terhingga bertujuan untuk berturut-turut adalah sebesar 9,4285;
-1
mempercepat reaksi sehingga reaksi 3,5786; 3,9056; dan 13,8576 mol L s-1.
penyabunan cepat selesai dan mengetahui Sehingga diperoleh nilai tetapan k rata-rata
konsentrasi awal etil asetat dalam sebesar = 6,1541 mol -1
L s-1. Dari
campuran. Etil asetat memiliki sifat yang perhitungan, juga diperoleh harga
mudah menguap, sehingga proses titrasi x
yang nantinya dipergunakan
harus dilakukan secepat mungkin. Adapun aa  x 
volume NaOH yang diperlukan untuk untuk membuat grafik hubungan antara
menetralkan sisa HCl selama selang waktu x
(sebagai ordinat) terhadap waktu
reaksi 5, 15, 30, dan 60 menit serta setelah aa  x 
pemanasan (waktu tak terhingga) secara (sebagai absis) seperti yang terlihat
berturut-turut adalah 7,70 mL ; 7,90 mL ; dibawah ini
8,70 mL ; 9,30 mL, dan 9,40 mL.
Grafik hubungan antara
Berdasarkan perhitungan dengan
Nilai (sebagai ordinat)
menggunakan data yang telah diperoleh,
terhadap waktu (sebagai
maka diketahui bahwa konsentrasi etil
absis)
asetat mula-mula yang akan bereaksi 600000
499887,387
4
dengan NaOH adalah sebesar 0,00888 M 500000
M. Nilai ini merupakan nilai a yang akan 400000

digunakan dalam perhitungan selanjutnya, 300000


200000
dimana nilai a = b. Dari perhitungan
100000
selanjutnya, diperoleh nilai x (konsentrasi 3220,72077030,2445
2828,5638
0
OH- bereaksi) selama selang waktu yang 0 20 40 60 80
-100000
ditentukan yaitu berturut-turut sebesar
Dalam praktikum ini ada beberapa
0,00854 M ; 0,00858 M ; 0,0102 M;
faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi
0,00874 M dan 0,00886 M. Dari nilai x ini
antara ion hidroksida dengan etil asetat
dapat dihitung tetapan laju reaksi (k) yang
yaitu konsentrasi, luas permukaan, teori
merupakan jumlah molar (M) konsentrasi
tumbukan, waktu serta temperatur. Dengan
ion OH− yang bereaksi pada waktu t.
bertambahnya suatu konsentrasi zat maka
Adapun nilai tetapan k ini dihitung dengan
laju reaksinya akan semakin cepat pula,
x
menggunakan persamaan :k = .
t aa  x  sehingga waktu yang diperlukan pun lebih
sedikit dibandingkan dengan kecilnya
Dari persamaan ini diperoleh nilai tetapan k
konsentrasi suatu zat. Karena zat yang
untuk waktu 5, 15, 30 dan 60 menit secara
konsentrasinya kecil atau rendah 4. Nilai x (konsentrasi OH- bereaksi)
mengandung jumlah pertikel yang lebih selama selang waktu yang ditentukan
sedikit, sehingga partikel-partikelnya lebih yaitu berturut-turut sebesar 0,00854 M ;
renggang dibandingkan dengan zat yang 0,00858 M ; 0,0102 M; 0,00874 M dan
konsentrasinya besar. Partikel yang 0,00886 M
susunannya lebih renggang akan jarang 5. Nilai tetapan k untuk waktu 5; 15; 30;
bertumbukan sehingga kemungkinan dan 60 menit secara berturut-turut
terjadi reaksi kecil. Dapat dilihat perbedaan adalah sebesar 9,4285; 3,5786; 3,9056;
-1
antara larutan yang dipanaskan dan lautan dan 13,8576 mol L s-1. Sehingga
yang tidak dipanaskan atau antara yang diperoleh nilai tetapan k rata-rata
dipengaruhi oleh konsentrasi atau sebesar = 6,1541 mol -1 L s-1
temperatur
DAFTARA PUSTAKA
KESIMPULAN Atkin, P, W. 1990. Kimia Fisika Jilid 2
Dari percobaan ini dapat disimpulkan Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga.
bahwa : Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika untuk
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju Universitas. Jakarta: Gramedia.
reaksi yaitu luas permukaan, Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Yogyakarta:
konsentrasi, temperatur, waktu dan teori Bina Aksara.
tumbukan. Karlohadiprodjo, Irma. 1990. Kimia Fisik
2. Semakin banyak sisa asam (HCl) dalam Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta:
campuran maka volume NaOH yang Gramedia.
diperlukan untuk menetralkan asam Keenan, CW. 1991. Ilmu Kimia Untuk
tersebut juga semakin banyak, demikian Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
pula sebaliknya Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014.
3. Konsentrasi awal etil asetat yang Penuntun Praktikum Kimia Fisika III.
digunakan sebesar 0,00888 M Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia F.MIPA
Universitas Udayana.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Jawaban Pertanyaan

1. Karena harga k konstan, maka reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
reaksi orde kedua.
2. Pada suatu sistem yang dapat mengalirkan listrik (kawat atau larutan elektrolit) akan

memiliki tahanan,(resistance, R) yang mengikuti Hk. Ohm R=
i
Pada umumnya tahanan hanya bergantung pada temperatur dan jenis media dan tidak
tergantung pada besarnya potensial dan arus yang diberikan, tahanan seperti ini disebut
sebagai tahanan yang bersifat ohmic. Beberapa tahanan dalam elektrokimia bersifat
non-ohmic, namun untuk kemudahan dalam pendekatan maka tahanan dalam suatu
sistem elektrolit dianggap bersifat ohmic. Tahanan adalah suatu besaran yang bersifat
ekstensif : karena tahanan merupakan fungsi dari ukuran (dan bentuk). Untuk sistem
yang memiliki penampang yang seragam (uniform) dapat berlaku tahanan jenis,
𝐴
(resistivity, 𝜌) yang besarnya adalah 𝜌 = 𝑅 𝐿 , dengan A adalah luas area, L adalah

panjang, dan R adalah tahanan. Tahanan jenis adalah suatu besaran yang bersifat
intensif. Pada sistem elektrolit lebih mudah bila digunakan pengertian hantaran
1
(conductance, S 𝑆 = 𝑅) yang merupakan kebalikan dari tahanan, dan juga hantaran jenis,
(conductivity, K) yang merupakan kebalikan dari tahanan jenis.
Hantaran jenis di rumuskan sebagai
1 𝐿
𝐾= =
𝜌 𝑅𝐴

Satuan yang digunakan:


Tahanan : Ω (ohm)
Tahanan jenis : Ω.m
Hantaran : S (siemens)
Hantaran jenis : S.m-1
3. Agar tidak menguap, jika ditunda maka tutup labu ukur dengan aluminium foil atau
penutupnya.
4. Cara penentuan orde dari suatu reaksi kimia antara lain:
 Metode Integral
Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju bentuk integral dari
data konsentrasi dan waktu.
 Metode Grafik
Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik dari data
eksperimen.
 Metode Laju-Awal
Dalam metode ini dilakukan sederet eksperimen dengan konsentrasi awal yang
berbeda-beda. Kemudian dengan membandingkan laju awal, maka dapat ditarik
kesimpulan tentang orde reaksi.
5. Energi pengaktifan merupakan energi minimum yang harus dimiliki molekul-molekul
pereaksi agar menghasilkan reaksi jika saling bertabrakan. Penentuan energi
pengaktifkan secara eksperimen umumnya hampir sama dengan penentuan tetapan laju
reaksi pada suhu tertentu. Dari data tetapan laju yang diperoleh akan didapatkan nilai
energi pengaktifannya dengan persamaan berikut.
EA
ln k    ln A
RT
EA
log k    log A
2,303RT
Lampiran Perhitungan
1. Penentuan Konsentrasi Awal dari Larutan Etil Asetat
Diketahui : [NaOH] = 0,02 M
[HCl] = 0,02 M
V NaOH = 50 mL
V HCl = 15 mL
V NaOH titrasi = 9,40 mL
Ditanya : Konsentrasi etil asetat awal = . . . . . . .?
Jawab :
mol NaOH titrasi = [NaOH] x V NaOH titrasi
= 0,02 M x 9,40 mL
= 0,1880 mmol
mol HCl sisa = mol NaOH titrasi
= 0,1880 mmol
mol HCl total = [HCl] x V HCl
= 0,02 M x 15 mL
= 0,30 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa
= 0,30 mmol – 0,1880 mmol
= 0,1120 mmol
Reaksi penghentian dari reaksi etil asetat + NaOH :
OH-sisa + HCl bereaksi Cl- + H2O
-
mol OH sisa = mol HCl bereaksi
= 0,1120 mmol
mol NaOH total = mol NaOH yang direaksikan dengan etil asetat
mol NaOH total = [NaOH] x V NaOH
= 0,02 M x 50 mL
= 1 mmol
mol NaOH bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa
= 1 mmol – 0,1120 mmol
= 0,8880 mmol
Reaksi : etil asetat (100 mL) + NaOH (100 mL)  Na asetat + etil OH
Sehingga mol etil asetat mula-mula = mol NaOH bereaksi
= 0,8880 mmol
mol etil asetat mula-mula = 0,8880 mmol
Volume campuran = 100 mL
mol
Konsentrasi etil asetat mula-mula =
Vcampuran
0,8880 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 100 𝑚𝐿
= 0,00888 M (sebagai a)
Jadi, konsentrasi etil asetat mula-mula adalah 0,00888 M
6.3 Harga k dari Konsentrasi OH- yang Bereaksi pada Waktu (t)
 Untuk t1 = 5 menit = 300 s
V NaOH titrasi = 7,70 mL
mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]
= 7,70 mL x 0,02 M
= 0,1540 mmol
mol HCl sisa = mol OH-titrasi
= 0,1540 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa
= 0,30 mmol - 0,1540 mmol
= 0,1460 mmol
-
mol OH sisa = mol HCl bereaksi
= 0,1460 mmol
mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa
= 1 mmol – 0,1460 mmol
= 0,8540 mmol
mol OH  bereaksi
x (konsentrasi OH- bereaksi) =
V campuran
0,8540 𝑚𝑚𝑜𝑙
=
100 𝑚𝐿
= 0,00854 M
𝑥
k1 = 𝑡.𝑎(𝑎−𝑥)
0,00854
= 300𝑠 𝑥 0,00888 M (0,00888 M−0,00854)
0,00854 −1
= 𝑚𝑜𝑙 𝐿𝑠
2,664(0,00034)
0,00854
= 9,0576 𝑥 10−4 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
= 9,4285 mol -1 Ls-1
 Untuk t2 = 15 menit = 900 s
V NaOH titrasi = 7,90 mL
mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]
= 7,90 x 0,02 M
= 0,1580 mmol
mol HCl sisa = mol OH-titrasi
= 0,1580 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa
= 0,30 mmol - 0,1580 mmol
= 0,1420 mmol
mol OH-sisa = mol HCl bereaksi
= 0,1420 mmol
mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa
= 1 mmol – 0,1420 mmol
= 0,8580 mmol
mol OH  bereaksi
x (konsentrasi OH- bereaksi) =
V campuran
0,8580 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 100 𝑚𝐿
= 0,00858 M
𝑥
K2 = 𝑡.𝑎(𝑎−𝑥)
0,00858
= 900𝑠 𝑥 0,00888 M (0,00888 M−0,00858)
0,00858 −1
= 𝑚𝑜𝑙 𝐿𝑠
7,992(0,0003)
0,00858
= 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
2,3976 𝑥 10−3
= 3,5786 mol -1 L s-
 Untuk t3 = 30 menit = 1800 s
V NaOH titrasi = 8,70 mL
mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]
= 8,70 mL x 0,02 M
= 0,1740 mmol
mol HCl sisa = mol OH-titrasi
= 0,1740 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa
= 0,30 mmol - 0,1740 mmol
= 0,1260 mmol
mol OH-sisa = mol HCl bereaksi
= 0,1260 mmol
mol OH bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa
-

= 1 mmol – 0,1260 mmol


= 0,8740 mmol
- mol OH  bereaksi
x (konsentrasi OH bereaksi) =
V campuran
0,8740 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 100 𝑚𝐿
= 0,00874 M
𝑥
K3 = 𝑡.𝑎(𝑎−𝑥)
0,00874
= 1800𝑠 𝑥 0,00888 M (0,00888 M−0,00874 𝑀)
0,00874
= 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
15,984(0,00014)
0,00874
= 2,2378 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
= 3,9056 mol -1 L s-

 Untuk t4 = 60 menit = 3600 s


V NaOH titrasi = 9,30 mL
mol OH-titrasi = V NaOH titrasi x [NaOH]
= 9,30 mL x 0,02 M
= 0,1860 mmol
mol HCl sisa = mol OH-titrasi
= 0,1860 mmol
mol HCl bereaksi = mol HCl total - mol HCl sisa
= 0,30 mmol - 0,2210 mmol
= 0,1140 mmol
mol OH-sisa = mol HCl bereaksi
= 0,1140 mmol
mol OH-bereaksi = mol NaOH total - mol OH-sisa
= 1 mmol – 0,1140 mmol
= 0,8860 mmol
mol OH  bereaksi
x (konsentrasi OH- bereaksi) =
V campuran
0,8860 𝑚𝑚𝑜𝑙
= 100 𝑚𝐿
= 0,00886 M
𝑥
K4 = 𝑡.𝑎(𝑎−𝑥)
0,00886
= 3600𝑠 𝑥 0,00888 M (0,00888 M−0,00886 𝑀)
0,00886
= 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
31,968(0,00002)
0,00886
= 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠
6,3936 𝑥 10−4
= 13,8576 mol -1 L s-

x
Tabel yang berisi harga dengan waktu
aa  x 
Dimana : a = b = 0,00888
T x
aa  x 
x
(menit)
5 0,00854 M 2828,5638
15 0,00858 M 3220,7207
30 0,00874 M 7030,2445
60 0,00886 M 499887,3874

5. Menghitung harga k rata-rata (untuk HCL = 15mL)


k  k 2  k3  k 4  k5
k rata-rata = 1
5
= 9,4285+3,5786+3,9056+13,8576 mol -1 L s-1
30,7703
= 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠 −1
5
= 6,1541 𝑚𝑜𝑙 −1 𝐿𝑠 −1

Anda mungkin juga menyukai